Anda di halaman 1dari 116

TINDAKAN BANK TERHADAP PENCAIRAN

DEPOSITO BERJANGKA SEBELUM JATUH TEMPO


STUDI PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA
CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk


Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

RACHMAD HIDAYAT
040200042
BAGIAN PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRAKSI

Deposito berjangka adalah simpanan dari masyarakat kepada bank, yang


penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu, sesuai yang
telah diperjanjikan antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
Berdasarkan suatu jangka waktu tertentu tersebut bank akan mempunyai suatu
jangka yang cukup lama untuk menggunakan dana deposito untuk keperluan
pemberian kredit atau investasi lain jangka pendek yang menghasilkan. Kepastian
dana tersebut dapat dipergunakan oleh bank adalah karena ada jangka waktu
tertentu yang menyakinkan bank bahwa dana itu tidak akan ditarik kecuali pada
saat jatuh tempo. Di samping itu deposito berjangka juga memberikan keuntungan
kepada pihak nasabah. Dengan tingkat bunga deposito yang tinggi akan
menjanjikan suatu perolehan pendapatan yang relatif baik dan dana yang dimiliki
nasabah mempunyai tempat yang aman dan menguntungkan.
Metode yang penulis pergunakan dalam pengumpulan data dilakukan
dengan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan pada Bank Rakyat
Indonesia dengan wawancara secara langsung kepada sumbernya dengan tujuan
untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak, mengetahui perikatan antara
bank dengan nasabah deposan, mengetahui resiko-resiko yang timbul dalam
transaksi deposito berjangka, mengetahui tindakan bank terhadap pencairan
deposito berjangka sebelum jatuh tempo.
Pada Bank Rakyat Indonesia, apabila deposan mencairkan deposito
berjangkanya sebelum jatuh tempo, maka akan dikenakan penalty atau denda.
Dimana besarnya penalty atau denda tersebut telah ditentukan oleh Bank Rakyat
Indonesia. Untuk deposito berjangka dengan jangka waktu 1 (satu) bulan dan
dicairkan sebelum 1 (satu) bulan maka kepada deposan dikenakan biaya
administrasi pencairan dan bunga berjalan tidak dibayarkan. Sedangkan untuk
deposito berjangka dengan jangka waktu di atas 1 (satu) bulan, yang dicairkan
sebelum jatuh tempo, maka kepada deposan dikenakan:
a. Denda atau penalty bunga sebesar 25% dari bunga yang sudah menjadi hak
deposan.
b. Bunga yang telah dicadangkan dari tanggal jatuh tempo sampai dengan
tanggal pencairan tidak dibayarkan.
Dengan demikian tindakan bank terhadap pencairan deposito berjangka
sebelum jatuh tempo adalah sebuah tindakan yang akan ditetapkan atau diterapkan
bank kepada nasabah yang akan mencairkan deposito berjangka sebelum jatuh
tempo. Oleh karena itu deposan untuk mencairkan deposito berjangka sebelum
jatuh tempo harus memenuhi semua persyaratan-persyaratan yang telah
ditentukan oleh pihak bank agar deposan dapat mencairkan deposito
berjangkanya.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Didorong dengan kenyataan ini,

maka akhirnya penulis menyesaikan skripsi ini dengan judul :

“Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh

Tempo (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan)”.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,

namun dengan lapang hati penulis selalu menerima kritik, saran maupun masukan

yang bersifat mendidik dan membangun dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara Medan, yang mewakili pemerintah dalam

memberikan beasiswa kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S. selaku Ketua Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu T. Darwini, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis.


Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
5. Bapak Malem Ginting, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang

juga telah memberikan masukan bagi penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

7. Teristimewa persembahan penulis untuk Ayahanda H. Edy Sutarno dan

Ibunda Hj. Ratna Dewi, Spd serta kakak penulis Devi Silviana S.H dan

adek penulis Ismail (Een) yang telah banyak memberikan motivasi dan

semangat serta melimpahkan segenap kasih sayangnya, bimbingannya dan

segala sesuatu yang diperlukan penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dan kepada Nuraisyah Matondang (aisyah) terima kasih atas

bantuan dan supportnya.

8. Buat adik sepupuku Cut (Manda), bule har dan om Budi yang bersedia

membantuku dalam mencari buku-buku untuk penulisan skripsi ini, dan

juga saudara-saudaraku yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

9. Kepada staf-staf PT Bank Rakyat Indonesia khususnya kak Andini yang

telah memberikan bantuannya kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman stambuk 2004, my best friend Rudi, Andres, Octo,

Nuri, Anto, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dan akhirnya harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

sendiri maupun pihak-pihak lain yang memerlukannya.

Medan, Januari 2008

Penulis,

Rachmad Hidayat

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI

ABSTRAKSI................................................................................................ i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................... 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan.......................................... 8

D. Keaslian Penulisan ............................................................. 8

E. Tinjauan Kepustakaan........................................................ 9

F. Metode Penelitian .............................................................. 12

G. Sistematika Penulisan ........................................................ 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO BERJANGKA

A. Pengertian Deposito Berjangka.......................................... 15

B. Deposito Berjangka Sebagai Salah Satu Sumber

Dana Bank Dan Sebagai Surat Berharga ........................... 17

C. Tujuan Dan Fungsi Deposito Berjangka ............................ 23

D. Jenis-Jenis Deposito Dalam Praktek Perbankan ................ 26

E. Pengelolaan Deposito Berjangka Dalam

Praktek Perbankan.............................................................. 31

BAB III TINJAUAN HUKUM TERHADAP HUBUNGAN BANK

DAN NASABAH

A. Pengaturan Perjanjian Deposito Berjangka........................ 36

B. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Nasabah deposan................................................................ 43

C. Asas-Asas Dalam Hubungan Hukum Antara

Bank Dengan Nasabah Deposan ........................................ 46

D. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Deposan ................... 50

E. Prosedur Pembukaan Dan Pembayaran Kembali

Deposito Berjangka............................................................ 62

F. Peran Bank Indonesia Dalam Melaksanakan

Perlindungan Nasabah Deposan......................................... 67

BAB IV TINDAKAN BANK TERHADAP PENCAIRAN DEPOSITO

BERJANGKA SEBELUM JATUH TEMPO PADA PT. BANK

RAKYAT INDONESIA CABANG MEDAN

A. Hak Dan Kewajiban Para Pihak......................................... 74

B. Perikatan Antara Bank Dengan Nasabah Deposan ............ 83

C. Resiko-Resiko Yang Timbul Dalam Transaksi

Deposito Berjangka............................................................ 87

D. Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito

Berjangka Sebelum Jatuh Tempo, Khusus

Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan .................... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 104

B. Saran................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan perekonomian suatu negara diperlukan adanya

pengaturan mengenai pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara

terarah dan terpadu serta dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan

kesejahteraan rakyat. Pelaksaan pembangunan ini tentunya membutuhkan dana

yang digali dari berbagai sumber yang ada. Dana yang dimaksud bersumber dari

Aggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan yang bersumber dari luar

Anggaran Belanja Negara pada umumnya terealisasi dalam bentuk pemberian

kredit bank dan penanaman modal langsung. Proyek-proyek pembangunan yang

dilakukan pihak pemerintah maupun pihak swasta banyak yang dibiayai dengan

adanya fasilitas yang diberikan oleh pihak bank sebagai lembaga keuangan.

Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan persoalan bank yang

paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berfungsi dan menjalankan kegiatan

usahanya dengan baik. Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank

ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. 1

Uang tunai yang dimiliki ataupun yang dikuasai bank tidaklah berasal dari uang

milik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari uang orang lain yang “dititipkan”

pada bank dan sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu, akan diambilnya

kembali baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur. 2

1
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, h. 59.
2
Ibid.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Dari apa yang dikemukakan di atas, berarti bahwa dana yang dibutuhkan

dalam pengelolaan bank tidak semata-mata hanya mengandalkan modal yang

dimiliki oleh bank saja, tetapi harus sedimikian rupa dapat memobilisasi dan

memotivasi masyarakat untuk menyimpan dana yang dimilikinya di bank, baik

berupa simpanan maupun dalam bentuk lain, dan melalui kerjasama dengan

lembaga-lembaga keuangan. Namun demikian, dana yang bersumber dari

masyarakat tersebut adalah sumber dana terpenting bagi perbankan dalam

menjalankan kegiatan usahanya. Dalam rangka memobilisasi dan menghimpun

dana dari masyarakat tersebut sudah tentu bank harus sedemikian rupa mengenal

sumber-sumber dana yang terdapat di dalam berbagai lapisan masyarakat dengan

bentuk yang berbeda-beda.

Menurut Dahlan Siamat, dana bank dilihat dari sumbernya dapat

dibedakan antara dana ektern, yaitu dana yang dihimpun dari luar bank dan dana

intern, yaitu dana yang dihimpun dari dalam bank itu sendiri. 3 Menurut

Muchdarsyah Sinungan, dana-dana bank yang digunakan sebagai modal

operasional bersumber dari : 4

a. Dana sendiri (sering disebut juga dana dari Pihak kesatu yaitu dana dari

modal bank sendiri yang berasal dari para pemegang saham)

b. Dana dari pinjaman pihak luar bank (sering disebut dengan dana dari

Pihak kedua)

c. Dana dari masyarakat (sering disebut dengan dana dari pihak ketiga)

Dengan demikian lembaga keuangan pada umumnya dan lembaga

perbankan pada khususnya mempunyai peranan yang semakin penting dan

3
www. Yahoo. com, Sumber Dana Bank, 19 Desember 2007.
4
Muchdarsyah Sinungan,Op.Cit, h. 60.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
strategis dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Peranan yang

penting dan strategis dari lembaga keuangan itu merupakan bukti bahwa lembaga

perbankan merupakan salah satu pilar utama bagi pembangunan ekonomi nasional

yang dituntut untuk mampu mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana

terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yaitu

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan

kesejahteraan rakyat banyak.

Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan negara. Bank merupakan

lembaga keuangan yang menjadi wadah bagi suatu perusahaan, badan-badan

pemerintah dan swasta, maupun perorangan untuk menyimpan dananya, dan juga

untuk memperoleh pinjaman dana atau bantuan dana untuk kelangsungan

kegiatannya. Seperti kita ketahui salah satu aktivitas perbankan di dalam usahanya

untuk mengumpulkan dana adalah menyelenggarakan deposito berjangka.

Gerakan deposito berjangka di Indonesia dimulai secara serentak tanggal

19 September 1968, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 1968. Bank-bank yang diikutsertakan dalam gerakan ini pada umumnya

hanyalah bank-bank milik pemerintah, tetapi perkembangan selanjutnya

pemerintah memberikan kesempatan juga kepada bank-bank swasta untuk

menyelenggarakan deposito berjangka mengingat kebutuhan masyarakat. Dengan

penyelenggaraan deposito berjangka maka pemerintah melalui lembaga perbankan

berusaha semaksimal mungkin untuk menghimpun dana masyarakat yang sedang

menganggur atau dana yang tidak dikonsumsikan untuk disimpan di dalam bank.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 7 menyebutkan :

“Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan

bank”.

Dengan demikian deposito itu pengambilannya hanya dapat dilakukan

pada waktu tertentu saja sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh para pihak.

Dana yang diperoleh bank dari masyarakat baik melalui deposito berjangka,

tabungan biasa, giro disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Dengan kata lain, bank melakukan kegiatan penyediaan dana untuk pemberian

kredit di samping melakukan penghimpunan dana berupa simpanan dana dari

masyarakat, jadi kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat sebagian

dananya berasal dari simpanan masyarakat dimana pihak bank bertindak sebagai

perantara dengan menerima imbalan atas jasa-jasanya dalam perputaran uang.

Dewasa ini deposito berjangka telah menunjukkan perkembangan yang

sangat pesat, dimana hampir semua masyarakat sudah mengenal deposito

berjangka. Dari kenyataan ini menunjukkan bahwa deposito berjangka bukan hal

baru lagi baik bagi masyarakat maupun pihak perbankan. Tetapi walaupun dalam

kenyataannya deposito berjangka bukanlah hal yang asing bagi sebagian besar

anggota masyarakat, terutama yang diperkotaan, namun hal ini agak sedikit

dibahas dan dituangkan dalam bentuk tulisan-tulisan, baik oleh mahasiswa,

praktisi hukum, ekonom, maupun ahli perbankan, sedangkan perjanjian kredit

sudah menjadi sorotan dan telah banyak dibahas dalam tulisan-tulisan ahli hukum,

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
ekonom, mahasiswa maupun ahli perbankan, padahal deposito berjangka adalah

salah satu pendanaan utama dalam penyediaan kredit bagi masyarakat.

Jika kita tinjau dari sudut person dalam suatu perjanjian, maka deposito

berjangka adalah kebalikan dari perjanjian kredit. Dalam perjanjian deposito

berjangka, pihak bank berkedudukan sebagai debitur dan deposan sebagai

kreditur, sedangkan di dalam perjanjian kredit, bank adalah sebagai kreditur

(pemberi kredit) dan peminjam (penerima kredit) sebagai debitur. Jika dilihat

dari segi peredaran uang, bank tidak lebih dari suatu perantara yang memutarkan

dana yang diperolehnya dari masyarakat (deposito berjangka) dengan menerima

imbalan melalui kelebihan bunga pemberian kredit dikurangkan dengan

kewajiban bank untuk membayarkan bunga deposito.

Faktor lain adalah bahwa dalam perjanjian kredit, bank bertindak dan

berkedudukan sebagai pemberi kredit yang secara ekonomis mempunyai

kedudukan yang lebih kuat dibanding dengan si penerima kredit. Sebagai pihak

yang kuat, bank menentukan semua ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam

perjanjian kredit tersebut. Penerima kredit yang membutuhkan uang terpakasa

harus menerima ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh bank secara sepihak. Pada

perjanjian simpanan khususnya deposito berjangka, bank adalah penerima kredit

atau sebagai debitur yang menginginkan uang deposito dari pihak kreditur

(deposan). Untuk deposito yang diterimanya itu bank berkewajiban membayar

bunga yang telah disetujui oleh bank dan deposan. Dalam kenyataannya walaupun

bank sebagai penerima kredit, bank tetap mempunyai kedudukan yang lebih kuat

dalam menentukan ketentuan yang berlaku dalam simpanan deposito berjangka.

Hal ini dapat kita lihat dalam formulir permohonan dalam deposito berjangka

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
yang telah disediakan bank untuk diisi calon deposan ataupun surat bukti

simpanan deposito berjangka.

Dalam skripsi ini adapun alasan utama penulis memilih judul mengenai

Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo

(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan) adalah untuk mengetahui

lebih jauh tentang tindakan dan aturan-aturan yang akan diberlakukan oleh PT.

Bank Rakyat Indonesia kepada deposan atas pencairan deposito berjangka

sebelum jatuh tempo. Walaupun seperti kita ketahui bahwa dana yang disimpan

oleh deposan kepada bank merupakan dana miliknya sendiri, akan tetapi deposan

tetap harus tunduk pada perjanjian yang telah disepakati dengan pihak bank

apabila ingin mencairkan deposito berjangka yang dimilikinya. Dengan melihat

kenyataan tersebut di atas maka deposan sebagai pihak kreditur tetap dalam posisi

yang lemah pada perjanjian tersebut .

Selanjutnya yang menjadi hal yang menarik perhatian bagi penulis, yaitu

mengenai jaminan perlindungan atas dana deposan yang disimpankan kepada

bank apabila deposan sewaktu-waktu mengalami kesulitan mencairkan uang yang

disimpannya pada waktu tanggal jatuh tempo. Apalagi sehubungan dengan

dihentikannya kegiatan usaha bank, deposan kemungkinan kehilangan uangnya

atau nilainya berkurang, baik simpanan pokok maupun bunganya. Oleh sebab itu

jaminan perlindungan atas dana yang disimpan oleh nasabah tentunya mutlak

diperlukan. Berkaitan dengan jaminan terhadap dana masyarakat yang ada pada

bank, dalam ketentuan Pasal 37 B Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

dikemukakan bahwa :

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
“Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank

yang bersangkutan”.

Dari ketentuan tersebut, jelaslah bahwa adanya suatu kewajiban bagi bank

untuk menjamin dana dari nasabah penyimpan. Ketentuan ini juga memberikan

suatu jaminan bagi nasabah penyimpan bahwa apabila bank dimana ia menyimpan

dananya mengalami kegagalan, maka dananya tersebut pasti diterimanya kembali.

Berkaitan dengan itu, dalam ketentuan Pasal 37 B ayat (2) dikemukakan bahwa :

“Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dibentuk lembaga penjamin simpanan”.

Dengan demikian jelaslah bahwa pembentukan lembaga penjamin

simpanan ini diperlukan dalam rangka melindungi kepentingan nasabah dan

sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank serta dapat

meminimumkan risiko yang membebani anggaran.

B. Perumusan Masalah

Agar lebih memahami apa yang menjadi pokok permasalahan yang akan

dibahas dalam skripsi ini, maka perumusan masalah secara per point akan lebih

memberikan batasan maupun keteraturan dalam pembahasan. Ada beberapa

permasalahan yang akan penulis kaji di dalam skripsi ini, antara lain :

1. Bagaimana hubungan antara bank dengan nasabah deposan

2. Bagaimana resiko yang timbul dalam transaksi deposito berjangka

3. Bagaimana tindakan Bank Rakyat Indonesia terhadap pencairan deposito

berjangka sebelum jatuh tempo

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui perikatan antara bank dengan nasabah deposan

2. Untuk mengetahui resiko- resiko yang ditimbulkan dalam transaksi deposito

berjangka

3. Untuk mengetahui tindakan Bank Rakyat Indonesia terhadap pencairan

deposito berjangka sebelum jatuh tempo

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Secara teoritis, sebagai masukan yang dapat dijadikan bahan kajian

lebih lanjut bagi para teoritis yang ingin memperdalam pengetahuan tentang

ketentuan deposito khususnya mengenai tindakan bank terhadap pencairan

deposito berjangka sebelum jatuh tempo pada PT. BRI Cabang Medan.

2. Secara praktis, diharapkan agar tulisan ini dapat menambah wawasan

dan pengetahuan bagi pihak- pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut

tentang tindakan bank terhadap pencairan deposito berjangka sebelum

jatuh tempo.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap judul skripsi yang ada di

Perpustakaan Fakultas Hukum USU, belum ada tulisan yang mengangkat tentang

“Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo

Pada PT. BRI Cabang Medan”. Oleh Karena itu penulisan skripsi ini dapat

dikatakan masih orisinil dan data yang dipakai guna melengkapi pengerjaan

skripsi ini memanfaatkan informasi yang diperoleh dari berbagai media, baik itu

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
media cetak maupun pengumpulan informasi melalui internet, sehingga data-data

yang dipakai merupakan data-data yang up to date.

E. Tinjauan Kepustakaan

“Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh

Tempo (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan)” adalah

merupakan judul skripsi yang penulis ajukan dalam melengkapi syarat-syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utrara.

Akan tetapi sebelum adanya pembahasan selanjutnya, ada baiknya penulis

akan menguraikan tentang batasan atau defenisi untuk memudahkan dan tidak

membawa kepada suatu penafsiran persepsi yang berbeda-beda terhadap judul

tersebut. Adapun batasan dan defenisi dari judul tersebut, antara lain:

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Karangan W.J.S.

Poerwadarminta, “Tindakan” artinya adalah aturan (yang dilakukan), melakukan

(mengadakan) aturan-aturan (untuk mengatasi sesuatu). 5

“Bank” artinya adalah suatu lembaga keuangan yang usaha utamanya

selaku pemberi kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas transaksi keuangan,

pembayaran, dan peredaran uang. 6

“Terhadap” artinya adalah tentang, berkenaan dengan. 7

“Pencairan” artinya adalah pembayaran kembali, sedangkan “Pencairan

Deposito Berjangka” artinya adalah pembayarn kembali nominal baik sebagian


5
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993,
h.1074.
6
Aryono Suyono, Kamus Praktis Istilah Perbankan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1987,
h. 8.
7
W.J.S. Poerwadarminta, Op. Cit, h. 337.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
maupun seluruh nominal setelah bilyet deposito berjangka diserahkan kepada

Bank Rakyat Indonesia.

“Deposito” artinya adalah simpanan uang pada bank, sehingga bagi

mereka yang telah menyimpan dana di sana akan memperoleh hak atas saldo uang

dari bank tersebut. 8

Menurut Kamus Hukum, “Deposito” artinya adalah uang yang disimpan

pada bank dan baru dapat diambil kembali pada waktu yang telah ditentukan. 9

Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 angka (7) Undang-undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan bahwa pengertian deposito adalah :

“Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan


pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan
bank”.

Menurut W.J.S. Poerwadarminta, “Deposito” artinya adalah penyimpanan

uang di bank dengan mendapat bunga (biasanya pengembalian uang itu ditentukan

lamanya). 10

“Berjangka” artinya adalah dengan ukuran (waktu, rancangan) yang

tentu. 11 Dengan demikian perkataan “Berjangka” hanyalah mempertegas jangka

waktu atau ukuran waktu tertentu untuk dapat mencairkan kembali deposito

dimaksud.

Menurut Kamus Praktis Istilah Perbankan “Deposito Berjangka” adalah

simpanan uang pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setelah masa

tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah dijanjikan dengan melalui

8
Aryono Suyono, Op. Cit, h. 28.
9
J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin, J. T. Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika,
Jakarta, 2005, h. 36.
10
W.J.S. Poerwadarminta, Op. Cit, h. 243
11
Ibid, h. 401.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
pemberitahuan sebelumnya, tetapi jika penarikan uang tersebut dilakukan sebelum

jatuh tempo, maka akan dikenakan denda. 12

“Sebelum” artinya adalah ketika belum terjadi. 13

“Jatuh” artinya adalah bertepatan dengan, tepat pada. 14

“Tempo” artinya adalah batas waktu. 15

Sehingga jatuh tempo dapat diartikan yaitu bertepatan dengan batas waktu

yang telah ditentukan.

“Studi” artinya adalah penyelidikan. 16

“Pada” artinya adalah kata perangkai hampir searti dengan di (terutama

dipakai di depan kata benda yang menyatakan benda bukan tempat, ganti orang,

waktu, dan bilangan).

PT. Bank Rakyat Indonesia” artinya adalah sebuah bank milik pemerintah

yang berbentuk perseroan terbatas.

“Cabang” artinya adalah bagian dari BRI yang pusatnya ada di Jakarta. 17

“Medan” artinya adalah tanah lapang, alun-alun, tempat yang luas (untuk

berpacu kuda dan sebagainya). 18 Tetapi “medan” dalam judul skripsi ini

merupakan ibukota Pronvinsi Sumatera Utara, yang mana pada PT. Bank Rakyat

Indonesia yang berpusat di Jakarta mempunyai cabang/perwakilan di Medan. Dan

pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan ini pulalah Penulis mengadakan

riset dalam penyusunan skripsi ini.

12
Aryono Suyono, Op. Cit, h. 28
13
W.J.S. Poerwadarminta, Op.Cit, h. 114
14
Ibid, h. 406
15
Ibid, h. 1044
16
Ibid, h. 965
17
Ibid, h. 175
18
Ibid, h. 640
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Adapun pengertian dari judul tersebut di atas secara keseluruhan adalah

mengenai perbuatan dan aturan-aturan yang akan di berlakukan PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Medan terhadap pencairan deposito berjangka yang diajukan

oleh nasabah deposan kepada bank sebelum jangka waktu yang disepakati oleh

kedua belah pihak. Apakah nasabah deposan ini akan dikenakan penalty atau

denda atas pencairan deposito berjangka sebelum jatuh tempo atau tidak.

Tindakan-tindakan apakah yang akan dilakukan bank atas pencairan deposito

berjangka sebelum jatuh tempo tersebut. Dalam hal ini nasabah deposan tentunya

harus mentaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh PT. Bank Rakyat

Indonesia dan sebaliknya bank harus menjamin tersedianya jumlah dana yang

tercantum dalam rekening deposito berjangka yang dimiliki nasabah deposan.

Dengan menguraikan kata demi kata sebagai tersebut diatas telah memberi

pengertian yang mendalam tentang arti kata tersebut sehingga dengan demikian

dapat mempermudah untuk memberi pengertian dan penegasan judul dari skripsi

ini dan agar tidak terjadi dualisme penafsiran dalam mengartikan judul.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang baik dari suatu tulisan karya ilmiah yang

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, harus didukung dengan bukti dan

fakta ataupun data yang akurat dan up to date. Data tersebut harus relevan

kegunaannya dengan hal yang diperlukan dalam pembahasan. Sehubungan dengan

hal tersebut, metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data untuk

pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
1. Penelitian kepustakaaan (library research), yaitu mengadakan penelitian

yang dilakukan dengan meneliti dan membaca buku-buku, majalah-majalah,

surat kabar, brosur-brosur, serta peraturan-peraturan yang relevan dengan

materi yang akan dibahas dalam skripsi ini.

2. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan

wawancara secara langsung kepada sumbernya untuk mengumpulkan data-

data yang diperlukan serta pengamatan lapangan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Medan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang

disebut dengan bab guna mempermudah dan memperjelas uraiannya. Maka secara

garis besar, penulis membagi skripsi ini atas lima bab yang secara terperinci

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal yang berisi tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO BERJANGKA

Dalam bab ini dikemukakan tentang pengertian deposito berjangka,

deposito berjangka sebagai salah satu sumber dana bank dan sebagai

surat berharga, tujuan dan fungsi deposito berjangka, jenis-jenis

deposito dalam praktek perbankan, pengelolaan deposito berjangka

dalam praktek perbankan.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB III TINJAUAN HUKUM TERHADAP HUBUNGAN BANK DAN

NASABAH

Dalam bab ini dibahas tentang pengaturan perjanjian deposito

berjangka, hubungan hukum antara bank dengan nasabah deposan,

asas-asas dalam hubungan hukum antara bank dengan nasabah

deposan, perlindungan hukum bagi nasabah deposan, prosedur

pembukaan dan pembayaran kembali deposito berjangka, peran Bank

Indonesia dalam melaksanakan perlindungan nasabah deposan.

BAB IV TINDAKAN BANK TERHADAP PENCAIRAN DEPOSITO

BERJANGKA SEBELUM JATUH TEMPO PADA PT. BANK

RAKYAT INDONESIA CABANG MEDAN

Dalam bab ini dibahas tentang hak dan kewajiban para pihak, perikatan

antara bank dengan nasabah deposan, resiko-resiko yang timbul dalam

transaksi deposito berjangka, tindakan bank terhadap pencairan

deposito berjangka sebelum jatuh tempo khusus pada PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Medan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hal-hal yang telah

diuraikan dan juga saran-saran terhadap permasalahan yang dibahas.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO


BERJANGKA

A. Pengertian Deposito Berjangka

Deposito adalah simpanan wajib dari pihak ketiga kepada bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.

Aryono Suyono menyatakan bahwa : “ Deposito adalah simpanan uang

pada bank, sehingga bagi mereka yang telah menyimpan dana disana akan

memperoleh hak atas saldo uang dari bank tersebut”. 19

Deposito juga merupakan uang yang disimpan pada bank dan baru dapat

diambil kembali pada waktu yang telah ditentukan : simpanan berjangka dengan

bunga. 20

Definisi lain dikemukakan oleh Thomas Suyatno, dkk sebagai berikut :

“Deposito adalah simpanan dari pihak ketiga kepada pihak bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan”. 21

W.J.S. Poerwadarminta menyatakan bahwa deposito adalah penyimpanan

uang di bank dengan mendapat bunga (biasanya pengambilan uang itu ditentukan

lamanya). 22

19
Aryono Suyono, Op. Cit, h. 28.
20
J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin, J. T. Prasetyo, Op. Cit, h. 36.
21
Thomas Suyatno, dkk., Kelembagaan Perbankan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1997, h. 36.
22
W. J. S. Poerwadarminta, Op.Cit h. 243.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Deposito berjangka adalah simpanan uang pada bank yang penarikannya

dapat dilakukan setelah masa tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah

dijanjikan dengan melalui pemberitahuan sebelumnya, tapi jika penarikan uang

tersebut dilakukan sebelum jatuh waktunya, maka akan dikenakan denda. 23

Menurut PT. Bank Rakyat Indonesia, deposito berjangka adalah simpanan

dari masyarakat kepada bank, yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam

jangka waktu tertentu, sesuai yang telah diperjanjikan antara penyimpan dengan

bank yang bersangkutan.

Deposito berjangka merupakan istilah yang dipakai pada Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992, yang pengertiannya adalah simpanan yang penarikannya

hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan

dengan bank yang bersangkutan, sedangkan Undang-undang Nomor 10 Tahun

1998, memakai istilah deposito saja, yang pengertiannya adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian

nasabah penyimpan dengan bank.

Dalam praktek perbankan, guna kepentingan praktis dan untuk

mengurangi biaya, terdapat bank yang menerbitkan deposito berjangka tidak

menggunakan bilyet deposito, adapun sebagai bukti kepemilikan, oleh bank

diterbitkan surat keterangan. Hal ini dilakukan bank sebagai salah satu upaya

penurunan biaya kertas dan mungkin biaya materai. Apabila deposito tersebut

diterbitkan dengan bilyet deposito, maka sebelum bank menerbitkan deposito

berjangka tersebut, terlebih dahulu harus dipenuhi biaya dan syarat pemateraian

sesuai perundang-undangan yang berlaku, tetapi apabila deposito berjangka

23
Aryono Suyono, Op. Cit, h. 28.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
tersebut hanya diterbitkan berupa surat keterangan, biasanya tidak dikenakan bea

materai, walaupun secara hakikat hal tersebut melanggar ketentuan bea materai.

B. Deposito Berjangka Sebagai Salah Satu Sumber Dana Bank


Dan Sebagai Surat Berharga

Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok berupa

menghimpun dana yang bersifat sementara dan tidak dipergunakan untuk

kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat untuk jangka

waktu tertentu. Fungsi untuk mencari dan selanjutnya untuk menghimpun dana

dalam bentuk simpanan sangat menentukan pertumbuhan suatu bank, sebab

volume dana yang berhasil dihimpun akan menentukan pula volume dana yang

dapat dikembalikan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang

menghasilkan, misalnya dalam bentuk pemberian kredit, pembelian efek-efek dan

surat-surat berharga dalam pasar uang.

Dalam usaha menghimpun dana tersebut sudah barang tentu bank harus

mengenal sumber-sumber dana yang terdapat dalam berbagai lapisan masyarakat

dengan bentuk yang berbeda-beda dan salah satunya adalah deposito berjangka.

Adapun sumber-sumber dana bank yang digunakan sebagai modal

operasional bank adalah bersumber dari: 24

1. Dana dari Modal Sendiri (Dana Pihak Pertama)

Dana dari modal sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang

saham bank yakni pemilik bank. Dalam neraca bank, dana sendiri ini tertera

dalam Rekening Modal dan Cadangan yang tercantum pada sisi Passiva

(Liabilities). Dana sendiri ini terdiri dari beberapa bagian (pos) yaitu:

24
Muchdarsyah Sinungan, Op. Cit, h. 60.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
a. Modal yang disetor, yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh

para pemegang saham pada waktu bank berdiri. Umumnya modal setoran

pertama dari para pemilik bank (pemegang saham) ini sebagian

dipergunakan bank untuk sarana perkantoran, paralatan kantor dan

promosi untuk menarik minat masyarakat.

b. Cadangan-cadangan, yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam

bentuk cadangan lainnya yang dipergunakan untuk menutup timbulnya

resiko dikemudian hari.

c. Laba yang ditahan atau Retained Earnings yang mestinya milik para

pemegang saham, tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi

dan dimasukkan kembali dalam modal kerja.

2. Dana Pinjaman dari Pihak Luar (Dana Pihak Kedua)

Dana dari pihak kedua ini yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana

atau uang pada bank terdiri dari 3 pihak:

a. Pinjaman dari bank-bank lain yang dikenal dengan call money yaitu

pinjaman harian antar bank. Pinjaman ini biasanya diminta bila ada

kebutuhan mendesak yang diperlukan bank. Jangka waktu call money ini

biasanya tidak lama yaitu sekitar satu bulan dan bahkan hanya beberapa

hari saja. Kadangkala ada yang meminjam hanya satu malam sehingga

sering disebut dengan overnight call money.

b. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri, yang

biasanya berbentuk pinjaman jangka menengah-panjang. Realisasi

pinjaman ini (dari bank lnternasional atau lembaga-lembaga keuangan

internasional) harus melalui persetujuan Bank Indonesia dimana secara

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
tidak langsung Bank Indonesia selaku Bank Sentral ikut serta mengawasi

pelaksanaan pinjaman tersebut demi menjaga solvabilitas bank

bersangkutan.

c. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, pinjaman dari lembaga

keuangan bukan bank ini kadangkala tidak benar-benar berbentuk

pinjaman atau kredit tapi lebih banyak berbentuk surat berharga yang

dapat diperjualbelikan sebelum tanggal jatuh tempo. Misalnya berbentuk

sertifikat bank atau deposit on call dengan jangka waktu melebihi 3 bulan

dan dapat diperpanjang kembali tanpa mengeluarkan sertifikat baru.

Dalam banyak hal, pinjaman seperti ini dapat digolongkan pada sumber

dana dari pihak ketiga yaitu dari masyarakat.

d. Pinjaman dari Bank Sentral (Bank Indonesia), untuk membiayai usaha-

usaha masyarakat yang tergolong prioritas apalagi yang berprioritas tinggi

seperti kredit investasi pada sektor-sektor yang harus ditunjang sesuai

dengan petunjuk Pelita (misalnya pertanian pangan, perhubungan, industri

penunjang, sektor pertanian, tekstil, ekspor non migas, kredit-kredit dalam

rangka peningkatan kehidupan masyarakat golongan ekonomi lemah,

koperasi dan sebagainya), kredit produksi dan modal kerja dan kredit-

kredit kecil lainnya, maka Bank Indonesia memberikan bantuan dana yang

dikenal dengan nama kredit likuiditas.

Kredit likuiditas adalah merupakan instrumen moneter dari Bank Sentral

dalam rangka memberikan motivasi gerakan moneter bagi bank dan masyarakat

ekonomi. Kredit likuiditas ini merupakan sumber dana yang tergolong murah (soft

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
loan) yaitu dengan jangka waktu yang relatif panjang dan dengan suku bunga

yang rendah.

3. Dana dari Masyarakat (Pihak Ketiga)

Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank adalah merupakan

sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari 3 jenis yaitu:

a. Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek, surat perintah pembayaran

lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. Dalam pelaksanaannya, tata usaha

giro dilakukan melalui suatu rekening yang disebut rekening koran.

Rekening atas nama nasabah dibagi dalam dua golongan yaitu rekening

perorangan dan rekening atas nama suatu badan. Perkembangan rekening giro

pada bank, tidak hanya berdasarkan kepentingan bank semata-mata, tapi juga

kepentingan masyarakat modern, karena giro adalah uang giral yang juga

dipergunakan sebagai alat pembayaran yaitu melalui penggunaan cek.

b. Deposito (Time Deposits)

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada

bank yang penarikkannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu

menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.

Berdasarkan suatu jangka waktu tertentu di mana dana itu mengendap,

bank akan mempunyai suatu jangka yang cukup lama untuk menggunakan dana

deposito untuk keperluan pemberian kredit atau investasi lain jangka pendek yang

menghasilkan. Kepastian dana tersebut dapat dipergunakan oleh bank adalah

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
karena ada jangka waktu tertentu yang menyakinkan bank bahwa dana itu tidak

akan ditarik kecuali pada saat jatuh tempo.

c. Tabungan (Saving)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikkannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Dewasa ini ada 4 macam

tabungan yang diselenggarakan bank yaitu Tabungan Pembangunan Nasional

(Tabanas), Tabungan Ongkos Naik Haji (ONH), Tabungan Asuransi Berjangka

(Taska) dan tabungan lainnya.

Selain dari tiga macam bentuk dana dari pihak ketiga di atas, yaitu giro,

deposito dan tabungan ada beberapa macam dana pihak ketiga lainnya yang

diterima bank. Tetapi dana-dana ini sebagian besar berbentuk dana sementara

yang sukar disusun perencanaannya. Misalnya setoran jaminan yaitu dana untuk

setoran jaminan L/C (dalam dan luar negeri) dan untuk jaminan bank. Dana-dana

ini bersifat sementara saja dan pada saatnya tidak lagi berada pada bank. Yang

juga termasuk dalam kategori dana pihak ke 3 lainnya adalah sertifikat bank yang

dapat diperdagangkan dalam pasar uang. 25

Menurut Rizal Malik, Baginda Ali, M. Sidik, Ferianto, dana deposito

dapat dikategorikan menjadi: 26

1. Dana dari dalam negeri

2. Dana dari luar negeri

25
Ibid, h. 67.
26
Rizal, Baginda Ali, M. Sidik, Ferianto, Dasar-Dasar Praktek Dan Kegiatan Usaha
Bank, Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, Jakarta, 1986, h. 144.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hermansyah berpendapat bahwa pada prinsipnya sumber dana bank itu

terdiri dari empat sumber dana, yaitu : 27

1. Dana yang bersumber dari bank sendiri

2. Dana yang bersumber dari masyarakat

3. Dana yang bersumber dari Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral

4. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan

Bukan Bank

Deposito berjangka selain sebagai salah satu sumber dana bank, juga

sebagai salah satu instrumen surat berharga perbankan. Menurut Widjanarto, surat

berharga adalah surat bukti pembawa hak yang dapat diperdagangkan, atau surat-

surat yang bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat dialihkan

haknya dari satu tangan ke tangan lain (negotiable). 28

Deposito berjangka disebut sebagai salah satu alat surat yang berharga itu

adalah karena deposito berjangka itu adalah berbentuk atas nama, yaitu bentuk

yang berwujud, bahwa nama pemilik akta (kreditur) atau pemilik bilyet deposito

berjangka (deposan) ditulis dengan jelas dalam bilyet deposito berjangka tersebut,

tanpa tambahan apa-apa. Akibat adanya bentuk ini, bila bilyet deposito berjangka

ini akan dipindahkan kepada orang lain, maka harus mempergunakan cessie (Pasal

613 KUHPerdata), yaitu pengalihannya dengan dua perbuatan. Perbuatan pertama

membuat akta baik akta authentik maupun akta di bawah tangan, perbuatan kedua

memberitahukan kepada debitur dan menyerahkan surat berharga itu sendiri. 29

27
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media Group, 2007, h.
44.
28
Widjanarto, Hukum Dan Ketentuan Perbankan Di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti,
Jakarta, 2003, h. 187.
29
Man Suparman Sastrawidjaja & Endang, Hukum Asuransi, Alumni, Bandung, 2004,
h. 92.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hal ini berbeda dengan pengalihan dari pada surat berharga yang adalah

atas unjuk atau atas bawa, yaitu dengan endosemen, yaitu dengan menulis

dibagian punggung atau belakang dari surat berharga tersebut.

Dalam praktek perbankan banyak dipasarkan berbagai jenis surat berharga,

terlepas dari unsur-unsur yang harus dipenuhi sebagai suatu surat berharga. Surat-

surat berharga tersebut merupakan instrumen dari perbankan dalam menjalankan

usahanya. Adapun instrumen surat berharga perbankan itu antara lain deposito.

Deposito berjangka merupakan simpanan dalam rupiah milik pihak ketiga

yang penarikannya dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut perjanjian

antara bank dengan penyimpan (deposan). Bila waktu yang ditentukan habis,

deposan dapat menarik deposito berjangka tersebut atau memperpanjang dengan

suatu periode yang diinginkan. Jangka waktu deposito berjangka dapat dipilih

sesuai dengan kebutuhan yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan.

Bunga deposito berjangka dapat diambil setiap 1 bulan 1 kali. Deposito berjangka

bentuknya atas nama, sehingga tidak dapat diperjual-belikan karena

pengalihannya sulit yaitu harus dengan cessie.

C. Tujuan Dan Fungsi Deposito Berjangka

Pada umumnya deposito berjangka jika ditinjau dari segi bank, maka

aktivitasnya adalah merupakan salah satu kegiatan bank untuk mengumpulkan

dana (uang) yang berlebih, yang tidak dikonsumsir, yang terdapat di dalam

masyarakat. Dana yang dapat dikumpulkan ini sangat diperlukan oleh bank dalam

menunjang kegiatan pokoknya yang berupa pemberian kredit kepada masyarakat.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Jika deposito ini ditinjau dari segi dana yang terdapat di dalam suatu

negara, maka tujuan utamanya adalah untuk lebih memanfaatkan perkreditan serta

dana- dana dari kalangan masyarakat untuk mensukseskan pelaksanaan stabilitas

dan pembangunan ekonomi.

Agar tujuan deposito dapat tercapai secara optimal, maka kepada para

deposan diberikan daya penarik yang antara lain berupa :

1. Deposan dapat menarik simpanannya atau menguangkan bilyet depositonya di

bank setiap saat, walaupun belum sampai pada jatuh waktu yang diinginkan

(yang tertulis di dalam bilyet deposito)

2. Bunga deposito bebas dari segala pajak

3. Pengembalian dana kepada para deposan dijamin oleh Bank Indonesia sebagai

Bank Sentral

4. Pemerintah tidak akan mengusut (untuk keperluan pajak) mengenai asal usul

uang yang didepositokan.

Pada saat ini telah banyak masyarakat yang menyimpan uangnya dalam

bentuk deposito berjangka. Seperti yang kita ketahui bahwa program deposito

berjangka adalah program yang sangat penting dalam pembangunan. Tentu bank

dituntut secara langsung bagaimana memupuk kepercayaan masyarakat agar

mereka tidak ragu menyimpan uangnya dalam bentuk deposito berjangka. Jika

kita lihat dari manfaat yang ditimbulkan dengan adanya produk ini maka manfaat

itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian :30

1. Dilihat dari sudut bank, maka deposito berjangka adalah sumber utama bagi

bank yang paling mudah diperoleh dari masyarakat; jatuh tempo dari deposito

30
Julius. R. Latumaerisra, Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum, Bumi Aksara,
Jakarta, 1999, h. 105.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
berjangka sudah ditentukan pada saat pembukuan, maka bank dapat mengelola

dana tersebut seoptimal mungkin; dan deposito berjangka dapat digunakan

oleh bank sebagai sarana untuk mempromosikan produk-produk yang lain dari

bank yang bersangkutan.

2. Dilihat dari sudut nasabah, maka tingkat bunga deposito yang tinggi akan

menjanjikan suatu perolehan pendapatan yang relatif baik dan jumlah dana

yang dimiliki mempunyai tempat yang aman dan menguntungkan.

Bila dilihat dari sudut bank, fungsi deposito berjangka adalah:

1. Sebagai salah satu sumber dana bank.

Dana yang bersumber dari simpanan deposito masyarakat ini dapat

dipergunakan oleh bank sebagai modal dalam melakukan aktivitas atau

operasional bank, seperti pemberian kredit kepada masyarakat yang

membutuhkannya.

2. Dana yang bersumber dari simpanan deposito berjangka dapat dipergunakan

oleh bank sebagai dana penempatan (investasi).

Bila ditinjau dari sudut deposan, fungsi deposito berjangka adalah:

1. Uang deposan akan aman artinya terhindar dari segala kemungkinan yang

bakal terjadi seperti hilang, terbakar, dicuri dan lain-lain.

2. Deposito berjangka dapat dijadikan sebagai jaminan atas pinjaman kredit.

3. Karena sifat deposito berjangka dapat dipindahtangankan secara cessie, maka

deposito berjangka dapat dipergunakan sebagai alat pengalihan hak. Misalnya

pengalihan hak dari orang tua kepada anaknya.

4. Dari simpanan deposito berjangka tersebut, deposan akan memperoleh

imbalan berupa bunga.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Deposito juga menyediakan sebagian terbesar dana yang dipakai

manajemen untuk memperoleh penghasilan melalui media ganda kredit dan

investasi. Oleh karena itu, fungsi ini merupakan tiang utama dan terpenting bagi

eksistensi sebuah bank. 31 Jelaslah bahwa kebijaksanaan manajemen dalam bidang

deposito ini berpengaruh besar terhadap keadaan keuangan dan pertumbuhan

sebuah bank.

D. Jenis-Jenis Deposito Dalam Praktek Perbankan

Dari pengertian deposito yang telah diuraikan pada sub bab diatas,

dapatkan kita simpulkan bahwa deposito adalah simpanan dari pihak ketiga

dimana penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

perjanjian antara pihak ketiga dengan pihak bank.

Di dalam praktek perbankan saat ini. Kita mengenal jenis-jenis deposito,

dimana deposito dapat dibedakan atas:

1. Time Deposit

Time Deposit yaitu deposito yang terikat oleh jangka waktu yang telah

ditentukan, dimana apabila jangka waktu tersebut telah berakhir, maka deposan

dapat melakukan hal sebagai berikut

a. Menarik simpanan deposito berjangka tersebut dari bank, atau

b. Memperpanjang simpanan deposito berjangka itu dengan suatu periode

tertentu yang diinginkan.

Jangka waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6,

12, 18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik

31
American Institute of Banking, Manajemen Bank , Bina Aksara, Jakarta, 1987, h. 66.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
perorangan maupun lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama

seseorang atau lembaga si pemilik deposito berjangka.

Dalam praktek perbankan, guna kepentingan praktis dan untuk

mengurangi biaya, terdapat bank yang menerbitkan deposito berjangka tidak

menggunakan bilyet deposito, adapun sebagai bukti kepemilikan, oleh bank

diterbitkan surat keterangan. Hal ini dilakukan bank sebagai salah satu upaya

penurunan biaya kertas dan mungkin biaya materai. Apabila deposito berjangka

tersebut diterbitkan dengan bilyet deposito, maka sebelum bank menerbitkan

deposito berjangka tersebut, terlebih dahulu harus dipenuhi biaya dan syarat

pemateraian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi

apabila deposito tersebut hanya diterbitkan berupa surat keterangan, biasanya

tidak dikenakan bea materai, walaupun secara hakikat hal tersebut melanggar

ketentuan bea materai.

Deposito berjangka selalu tercatat sebagai atas nama. Hal demikian

mempunyai aspek hukum bahwa yang dapat mencairkan deposito tersebut adalah

pihak yang namanya tercatat pada bilyet deposito tersebut. Oleh karena deposito

diterbitkan dengan status atas nama, maka pengalihannya harus melalui lembaga

cessie, yang wajib diketahui oleh bank yang bersangkutan.

Penarikan bunga deposito berjangka dapat dilakukan setiap bulan atau

setelah jatuh tempo atau sesuai jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan

secara tunai maupun pemindahbukuan dan setiap bunga deposito dikenakan pajak

dari jumlah bunga yang diterima. Pada umumnya pembayaran bunga dilakukan

setiap bulan. Bunga deposito dibayar pada tanggal yang sama dengan tanggal

pembukaan. Apabila pada bulan pembayaran bunga deposito tidak terdapat

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito, maka tanggal

pembayaran biasanya pada tanggal akhir bulan yang bersangkutan.

2. Deposit of Automatic Call Over

Deposit of automatic call over yaitu deposito dimana uang secara otomatis

dapat diperpanjang oleh bank tanpa permintaan terlebih dahulu oleh pihak

deposan. Dengan perpanjangan secara otomatis ini, maka terhadap deposito yang

telah jatuh tempo tetap diberikan bunga dan tidak pernah menganggur, seandainya

deposan tersebut tidak menarik deposito yang telah jatuh tempo tersebut.

Berlainan halnya dengan deposito-deposito yang lain, dimana apabila deposito

tersebut sudah jatuh tempo berarti uang deposan menganggur tanpa bunga.

3. Deposit On Call

Terdapat jenis produk simpanan yang oleh bank yang sering diberikan

nama deposit on call (DOC). Produk ini tidak diatur secara khusus dalam UU

perbankan. Akan tetapi, memperhatikan definisi deposito berjangka yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka produk bank ini sama dengan deposito berjangka,

hanya terdapat perbedaan mengenai jangka waktunya, yakni kurang dari 1 bulan

sehingga dalam deposit on call ini jatuh temponya dihitung berdasarkan hari yang

kurang dari 1 bulan, sedangkan bukti kepemilikan dari DOC tersebut dapat berupa

surat keterangan bank atau berupa bilyet deposito yang bersangkutan. 32

Deposit On Call yaitu simpanan deposito yang mana simpanan itu tetap

berada pada bank selama yang mendepositokan belum membutuhkannya. Selama

itu pula bunga tetap diberikan kepadanya. Apabila deposan yang bersangkutan

akan menarik simpanannya, maka terlebih dahulu perlu dan harus

32
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, h. 190.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
memberitahukannya kepada bank. Kapan pemberitahuan kepada bank itu

dilakukan adalah tergantung kepada perjanjian yang diadakan antara penyimpan

dengan bank, misalnya satu atau dua bulan sebelum jangka penarikannya harus

sudah diberitahukan kepada pihak bank. Penerbitan deposit on call memiliki

jangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Deposit on call

diterbitkan atas nama.

4. Demand deposit

Dalam praktek perbankan dewasa ini, kita juga mengenal suatu bentuk

deposito yang dikeluarkan tanpa nama deposan, yaitu “sertifikat deposito”.

Sertifikat deposito ini dikeluarkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI

No.1065/KMK.00/1988 tertanggal 27 Oktober 1988.

Berdasarkan pasal 1 ayat 7 UU No.10 tahun 1998 menyatakan bahwa

sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat

bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan. Dengan kata lain, sertifikat

deposito adalah surat berharga atas tunjuk, maka sertifikat deposito dapat

dipindahtangankan dengan cara sebagaimana penyerahan piutang atas nama

(cessi), bahkan sertifikat deposito dapat dijadikan jaminan atas suatu kredit bank.

Dalam hal ini jaminan tersebut dibayar dimuka (diskonto, dalam arti

diperhitungkan dimuka pada saat penyetoran). Hal ini sesuai dengan isi Keputusan

Menteri Keuangan No. 1065/KMK.00/1988 Pasal 1 b yang menyatakan:

“Sertifikat deposito adalah surat berharga atas tunjuk dalam rupiah yang

merupakan surat pengakuan hutang dari lembaga keuangan bukan bank

dan dapat diperjualbelikan dalam pasar uang”.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Ciri-ciri dari sertifikat deposito sebagai berikut:

1. Surat berharga yang ditetapkan atas tunjuk pembawa sehingga dapat

diperjualbelikan.

2. Merupakan instrumen pasar uang.

3. Bunga dapat dibayar di muka (diskonto) atau dapat pula dibayarkan

dibelakang pada saat jatuh tempo.

4. Jangka waktu dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan.

5. Dapat dijadikan jaminan kredit bank.

6. Jangka waktunya minimal 30 (tiga puluh) hari dan maksimum 24 (dua puluh

empat) bulan.

7. Nilai nominal Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Dengan demikian, pemegang deposito dianggap sebagai pemilik

simpanan, kecuali dapat dibuktikan bahwa yang bersangkutan tidak berhak. Hal

ini karena sertifikat deposito dapat diperdagangkan atau dipindahtangankan

kepada pihak lain dengan cara penyerahan fisik atas bilyet sertifikat deposito.

Dengan sifat yang demikian, maka apabila sertifikat deposito rusak/cacat, bank

dapat menerbitkan sertifikat deposito pengganti, tetapi jika sertifikat deposito

hilang/musnah, maka bank tidak akan menerbitkan sertifikat deposito pengganti.

Di samping itu, terdapat deposito yang mempunyai bonus asuransi, seperti

dalam tabungan. Terdapat bank yang memberikan fasilitas asuransi jiwa dan atau

asuransi kesehatan dan atau asuransi pendidikan dan atau asuransi hari tua, dan

lain sebagainya pada produk depositonya. Namun, dalam hal ini yang perlu

mendapat perhatian adalah bank yang bersangkutan bukanlah pihak/perusahaan

asuransi. Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang berdiri sendiri diluar

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
perusahaan bank yang bersangkutan. Antara bank dan perusahaan asuransi

melakukan kerja sama yang saling menguntungkan.

Kedudukan bank sebagai pihak yang membayar premi asuransi kepada

perusahaan asuransi yang manfaatnya diberikan kepada deposan. Artinya,

deposan mendapat bonus pembayaran asuransi yang secara otomatis dibayarkan

oleh bank kepada perusahaan asuransi. Dengan demikian, hubungan hukum antara

bank dengan nasabah merupakan hubungan hukum antara nasabah deposan dan

bank sebagai pihak yang menyimpan dana yang diatur dalam hukum perbankan,

sedangkan hubungan hukum antara pihak nasabah dengan pihak asuransi

merupakan hubungan hukum yang berdiri sendiri.

E. Pengelolaan Deposito Berjangka Dalam Praktek Perbankan

Deposito berjangka atau time deposit ini merupakan perkembangan lebih

lanjut dari rekening koran. Perkembangan ini dimotivasi oleh keinginan

masyarakat pemilik uang untuk lebih mengefektifkan uang tersebut disatu pihak

sedangkan dipihak lainnya bank ingin kepastian berapa lama tabungan ini

dikuasainya.

Karena deposan tidak dapat menarik kembali tabungannya setiap saat

maka deposan meminta suku bunga deposito berjangka lebih besar dari pada suku

bunga jasa giro. Bank bersedia membayar suku bunga deposito berjangka lebih

besar dari suku bunga jasa giro, karena ada kepastian bagi bank lamanya tabungan

(deposito berjangka) dikuasainya sehingga pemberian kreditnya akan leluasa.

Jangka waktu deposito berjangka dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan.

Jangka waktu tersebut antara lain 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 24 bulan.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Semakin lama jangka waktu deposito berjangka, maka tingkat suku bunganya

akan semakin besar pula. Hal tersebut dilakukan oleh bank-bank dengan tujuan

agar deposan-deposan tidak pindah ke bank lain.

Seperti telah kita ketahui peranan sub sektor bank-bank pemerintah sangat

dominan dalam kehidupan perbankan di Indonesia. Kebijakan penentuan tingkat

suku bunga deposito serta tabungan pada bank- bank pemerintah, oleh pemerintah

atau Bank Indonesia merupakan salah satu inti kebijakan pengerahan dana

perbankan.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, tingkat suku

bunga deposito merupakan komponen biaya produksi bagi para usahawan

mengambil kredit perbankan, maka tingkat suku bunga pinjaman yang rendah

akan mendorong para usahawan berproduksi dan mengambil kredit lebih banyak.

Sebaliknya tingkat suku bunga deposito rendah mengurangi gairah para penabung

untuk mendepositokan atau menyimpan dalam bentuk Tabanas dan Taska.

Kedua, sesuai dengan kebijakan pemerintah yang menekankan pada

pemerataan distribusi pendapatan maka struktur tingkat suku bunga deposito,

Tabanas dan Taska, untuk deposito dalam jumlah kecil dan dengan jangka waktu

yang lebih pendek diberikan tingkat suku bunga lebih tinggi, yang terakhir

berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk mengalihkan lebih banyak dana-

dana jangka pendek menjadi dana-dana jangka panjang berupa penyertaan dalam

perusahaan-perusahaan besar atau sedang melalui pasar uang dan modal.

Tabungan deposito tidak akan menambah Jumlah Uang Beredar (JUB),

karena tidak dapat dicairkan dengan uang giral, jadi resiko tabungan deposito bagi

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
bank hanya kalau tidak dapat memanfaatkan tabungan itu. Maka manajer bank

harus memanajemen tabungan itu dengan baik

Langkah- langkah yang harus ditempuh adalah :

1. Kebijakan dalam hal penarikan tabungan deposito yang jumlahnya optimal

dengan biaya relatif kecil.

Kebijakan penarikan tabungan deposito pada setiap bank berbeda, tetapi

secara umum kebijakan itu adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan deposito minimal ialah berapa jumlah deposito minimal yang

dapat didepositokan pada bank bersangkutan apakah deposan eceran ke

atas ataukah deposan distribusi ke atas.

Deposan eceran berarti batas tabungan deposito minimal ditetapkan

relative kecil, sehingga memberikan kesempatan bagi masyarakat yang

mempunyai sedikit uang dapat mendepositokan uangnya ke bank yang

bersangkutan. Kebijakan distribusi diartikan bahwa batas tabungan

deposito minimal ditetapkan relatif besar, sehingga hanya golongan yang

banyak uang saja yang dapat mendepositokan uang di bank.

b. Kebijakan suku bunga deposito, diartikan bahwa besarnya suku bunga

deposito yang diberikan cukup besar dan bervariasi. Dalam hal ini “cukup

besar” diartikan suku bunga itu kuat bersaing dengan besarnya suku bunga

bank lainnya. Besarnya suku bunga merupakan daya tarik masyarakat

untuk mendepositokan uangnya di bank.

“Suku bunga bervariasi” dimaksudkan makin besar tabungan deposito,

maka makin besar bunganya. Hal ini yang merupakan daya tarik

masyarakat untuk mendepositokan uangnya lebih besar dan lebih lama

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
masanya. Semakin banyak dan semakin lama deposito, maka semakin

banyak dan semakin lama kredit dan investasi yang dapat diberikan bank

yang bersangkutan, sebagai hasilnya pun akan semakin besar pula.

c. Kebijakan lama deposito dimaksudkan jangka waktu tabungan deposito

yang diterima bank bersangkutan. Biasanya semakin lama deposito, maka

semakin besar pula suku bunga deposito tersebut. Lama deposito

umumnya yang berlaku adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan.

Bagi suatu bank, biasanya lama deposito itu bukan merupakan hal yang

berlaku mutlak. Dalam hal pihak bank dapat mengubah lama masa

deposito bersangkutan untuk dapat dicairkan oleh pemiliknya, misalnya

karena deposan sangat membutuhkan uang, deposito yang belum jatuh

tempo dapat dicairkan dengan ketentuan bahwa kelebihan bunga yang

tidak diterima deposan harus dikembalikan. Kebijakan semacam itu yang

mempunyai perangsang bagi masyarakat untuk mendepositokan uangnya

di bank yang bersangkutan.

d. Kebijakan pemberian hadiah dimaksudkan bahwa deposan yang

mempunyai tabungan dengan jumlah tertentu akan diberi hadiah oleh bank

yang bersangkutan.

e. Kebijakan kombinasi 1,2,3 dan 4 dimaksudkan kombinasi semua

kebijakan di atas (kebijakan 1,2,3 dan 4) secara simultan.Tujuannya agar

dapat merangsang masyarakat mendepositokan uangnya di bank.

2. Cara pengolahan tabungan deposito agar efektif, aman, dan menguntungkan.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Agar dapat menarik calon deposan, maka haruslah diusahakan agar

prosedur pembukaan tabungan deposito ini tidak berbelit, jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.

Prosedur pembukaan deposito dimulai dengan penjelasan dari bank kepada

calon deposan mengenai segala sesuatu yang harus diisi. Formulir ini disebut

aplikasi pembukaan rekening deposito yang diberikan oleh bagian deposito

beserta bukti pengenal untuk dicocokkan dengan formulir. Setelah formulir diteliti

diberikan nomor kode, jangka waktu deposito yang diinginkan dan tingkat suku

bunga. Bagian deposito kemudian membuat nota penyetoran deposito kepada

bagian kas, kemudian membukukannya untuk kuasa kas. Bagian kas lembaran

nota penyetoran tadi dikembalikan kepada bagian deposito, kemudian bagian

deposito menyiapkan satu bilyet deposito yang terdiri dari 3 (tiga) lembar untuk

diketik. Setelah diketik dan diperiksa kemudian ditandatangani oleh kepala bagian

deposito dan discounter sign oleh pimpinan bank. Dalam bilyet deposito harus

selalu dibubuhi materai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) dan stempel dari bank

yang bersangkutan. Jangka waktu deposito dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan

yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Bunga deposito dapat diambil setiap

1 (satu) bulan sekali sedangkan deposito berjangka ini bentuknya atas nama,

sehingga tidak dapat diperjualbelikan karena pengalihannya sulit yaitu harus

dengan cessie.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB III

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HUBUNGAN


BANK DAN NASABAH

A. Pengaturan Perjanjian Deposito Berjangka

Sampai saat ini belum ada undang-undang atau peraturan tertentu yang

mengatur deposito berjangka secara khusus, tegas dan lengkap. Hal ini

mengakibatkan tidak terdapat keseragaman pendapat tentang hukum yang

mengatur tentang perjanjian deposito berjangka itu sendiri. Oleh sebab itu maka

perjanjian deposito berjangka itu perlu ditinjau dari sudut perjanjian yang diatur

dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Tentang istilah perjanjian sampai sekarang belum ada kesamaan istilah

diantara para sarjana. Dalam Bahasa belanda kita dapati istilah “verbintenis” dan

“overeenkomst”. Verbintenis diartikan sebagai perikatan, sedangkan overeenkomst

diartikan dengan persetujuan atau perjanjian. Sebagian sarjana hukum

berpendapat bahwa perjanjian adalah sesuatu peristiwa yang dapat menimbulkan

perikatan. Sebagian lagi berpendapat bahwa perjanjian itu sama dengan perikatan.

Pasal 1313 KUH Perdata memberikan pengertian persetujuan sebagai

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang atau lebih. Menurut Subekti mengatakan bahwa “perjanjian adalah

suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua

orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”. 33

33
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermassa, Jakarta, 1984, h. 1.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Dari definisi perjanjian yang dikemukakan oleh para sarjana dapat kita

ambil suatu kesimpulan bahwa perjanjian terjadi antara dua pihak atau lebih yang

saling mengikatkan dirinya dengan suatu janji-janji untuk melaksanakan atau

tidak melaksanakan sesuatu.

Bila hal ini kita hubungkan dengan deposito berjangka maka jelaslah

bahwa deposito berjangka adalah suatu bentuk perjanjian. Karena deposito

berjangka dibuat oleh dua pihak yaitu bank dan deposan. Pihak Deposan

dibebankan kewajiban untuk menyerahkan sejumlah uang serta tidak menariknya

sebelum jangka waktu tertentu. Sementara itu kepada pihak bank dibebankan

kewajiban untuk membayar kembali deposito beerjangka yang telah jatuh tempo

serta membayar bunga kepada deposan.

Pasal 1319 KUH Perdata menyatakan bahwa :

”Semua perjanjian baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun

yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-

peraturan umum yang termuat dalam bab ini (maksudnya bab 2) dan bab

yang lalu (maksud Bab 1)”. 34

Maksud dari pasal ini adalah bahwa KUH Perdata khususnya Buku III

adalah induk dari hukum perjanjian. Semua jenis perjanjian harus tunduk pada

Bab I dan Bab II KUH Perdata. Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak ada

mengatur secara tegas mengenai perjanjian deposito berjangka. Perjanjian

deposito berjangka muncul dalam praktek perbankan.

Subekti menyatakan “Bahwa pada hakekatnya perjanjian deposito (juga

Deposito berjangka) adalah perjanjian pinjam-meminjam uang bunga (van het ter

34
R. Subekti Dan R. Tjitrosudibio., Kitab Undang-undang Hukum Perdata, terjemahan,
Pradnya, Jakarta, 1986, h. 305.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
leen gegeven op interissen) karena pihak yang menerima deposito (bank)

dibolehkan memakai uang yang dititipkan dan menyanggupi untuk membayar

bunga”. 35

Wiryono Projodikoro mengatakan bahwa “Dalam hal penitipan uang

secara deposito, pihak yang menitipkan uang mendapat bunga dari uang tersebut.

Ini disebabkan karena uang itu dapat dipergunakan oleh bank dalam

perusahaannya. Maka sebetulnya penyimpanan deposito ini bukan penitipan uang

melainkan suatu peminjaman uang (verbrukleen)”. 36

Tujuan bank menyelenggarakan deposito berjangka adalah untuk dapat

menggunakan uang yang berasal dari simpanan dalam bentuk deposito itu untuk

disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit ataupun

usaha bank lain. Jika dilihat dari segi tujuannya maka deposito berjangka lebih

cocok dengan perjanjian pinjam mengganti, yaitu memakai uang (barang) yang

dipinjamnya.

Pendapat tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 1754 KUH Perdata yang

berbunyi :

“Pinjam-meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu


memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang
yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang
belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan
keadaan yang sama pula”. 37

Dalam perjanjian pinjam-meminjam uang (barang) pihak yang menerima

pinjaman bebas untuk menggunakan barang-barang dan uang yang dipinjamnya,

karena dengan diserahkannya objek pinjam-meminjam maka berpindah pula hak

35
R. Subekti, Aneka perjanjian, alumni, Bandung, 1982, h. 119.
36
Wiryono Prodjodikoro, Hukum perdata Tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu,
Alumni, Bandung, 1985, h. 126.
37
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op. Cit, h. 399.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
milik atas objek perjanjian tersebut. Penerimaan pinjaman adalah pemilik dari

barang atau uang yang dipinjamnya (vide pasal 1755 KUH Perdata ). Ketentuan

pasal 1755 KUH Perdata tersebut sangat identik dengan perjanjian deposito

berjangka khususnya, dan deposito pada umumnya. Bank sebagai penerima

deposito adalah pemilik uang yang didepositokan deposan kepadanya, karena itu

bank bebas untuk menggunakannya dalam usaha-usaha yang lazim dilakukan oleh

bank. Hanya saja bila deposito berjangka tersebut telah jatuh tempo bank harus

membayar kembali dalam jumlah nominal yang sama dan mata uang yang sama

pula. Sebagai pemilik uang deposito tentu saja bank bertanggung jawab atas

musnahnya uang deposito yang diterima meskipun tanpa salahnya (keadaan

memaksa/overmacht).

Pada dasarnya deposito berjangka sesuai dengan namanya tidak dapat

dimintakan pembayaran kembali sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini dapat kita

simpulkan dari pengertian deposito dalam pasal 1 sub 7 Undang-undang No. 10

Tahun 1998 yang menyatakan :

“Deposito adalah simpanan yang penarikkannya hanya dapat dilakukan

pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan

bank”.

Dikaitkan dengan ketentuan hukum pinjam-meminjam, maka terlihat

bahwa pengertian deposito berjangka itu sesuai dengan pasal 1759 KUH Perdata

yang berbunyi :

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
”Orang yang meminjamkan tidak dapat meminta kembali apa yang telah

dipinjamkan sebelum lewat waktu yang telah ditentukan dalam

persetujuan”. 38

Jadi, bank yang berkedudukan sebagai peminjam tidak harus membayar

kembali deposito berjangka yang belum jatuh tempo, walaupun deposan

memintanya.

Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa deposito

berjangka adalah suatu bentuk perjanjian pinjam-meminjam uang dan tunduk pada

hukum perjanjian pinjam-meminjam ataupun pinjam mengganti yang diatur dalam

buku III KUH Perdata. Dalam perjanjian tersebut bank berkedudukan sebagai

peminjam (debitur) dan deposan sebagai pemberi pinjaman (kreditur).

Akan tetapi dalam perkembangannya, deposito berjangka dapat dicairkan

oleh deposan walaupun belum jatuh tempo, dengan ketentuan kepada deposan

dikenakan penalty atau denda yang besarnya ditentukan menurut ketentuan bank

yang bersangkutan.

Ketentuan tentang bunga dalam deposito berjangka tunduk pada ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan ketentuan tentang bunga dalam

perjanjian pinjam-meminjam uang dengan bunga (hutang-piutang dengan bunga)

yang diatur dalam Bab 13 bagian ke-4 Buku III KUH Perdata.

Sekarang ini kita menjumpai peraturan yang mengatur tentang tingkat

suku bunga deposito berjangka pada bank-bank pelaksana deposito berjangka,

sehingga bank-bank pelaksana bebas untuk menentukan sendiri tingkat bunga atas

38
Ibid, h. 400.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
deposito yang diselenggarakannya, tergantung kepada kemampuan dan

kebutuhannnya akan dana tersebut.

Menurut pasal 1765 KUH Perdata adalah boleh untuk memperjanjikan

bunga atas pinjaman uang (barang) lain yang habis karena pemakaiannya. Pasal

1765 KUH Perdata ini memberikan kebebasan bagi para pihak untuk

menetapkan/menentukan besarnya bunga dalam perjanjian pinjam-meminjam

uang. Tetapi besar bunga tersebut harus dinyatakan secara tertulis seperti yang

telah ditentukan dalam pasal 1767 ayat 3 KUH Perdata.

Jika dihubungkan dengan bunga atas deposito, dari uraian-uraian diatas

dapat ditarik kesimpulan antara lain:

1. Bunga atas deposito berjangka adalah bunga yang diperjanjikan, yakni antara

bank sebagai peminjam dan deposan sebagai pemberi telah sepakat bahwa

dalam perjanjian mereka ada pembayaran bunga yang dinyatakan secara

tertulis dalam bilyet deposito berjangka.

2. Besarnya uang deposito berjangka tidak menyalahi ketentuan undang-undang,

meskipun jumlahnya melebihi ketentuan besarnya bunga menurut undang-

undang (6% setahun, karena menurut pasal 1767 ayat 2 KUH Perdata adalah

boleh untuk menetapkan bunga dalam persetujuan melampaui bunga menurut

undang-undang).

3. Pembayaran bunga deposito berjangka dapat dilakukan dengan berbagai cara,

misalnya setiap bulan pada tanggal mulainya perjanjian deposito berjangka

atau setelah jatuh tempo. Pasal 1766 KUH Perdata memberikan kebebasan

kepada para pihak dalam perjanjian pinjam-meminjam uang dengan

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
membayar bunga, untuk menetapkan sendiri cara-cara pembayaran bunga

dalam perjanjian mereka.

Lahirnya bentuk perjanjian yang kita kenal dengan nama deposito

berjangka ini adalah konsekuensi dari asas yang dikandung oleh KUH Perdata

itu sendiri, yaitu dalam ketentuan umum tentang perikatan pada umumnya.

Pasal 1319 dan 1338 KUH Perdata adalah pasal-pasal yang menunjukkan bahwa

setiap perjanjian harus tunduk pada ketentuan umum hukum perikatan atau

perjanjian. Pasal 1338 KUH Perdata berbunyi :

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang


bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat
ditarik kembali selain sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-
persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Pasal 1338 KUH Perdata yang menganut “asas kebebasan berkontrak”

(partij otonomi) menjadikan hukum perikatan sebagai hukum induk yang

menganut sistem terbuka. Walaupun kepada pihak-pihak diberi kebebasan untuk

membuat perjanjian tetapi masih ada batasannya, yaitu undang-undang, kesusilaan

dan ketertiban umum (sesuai pasal 1337 KUH Perdata).

Dari uraian-uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

pengaturan deposito berjangka tunduk pada berbagai macam peraturan atau

perundang-undangan yaitu antara lain:

1. Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

2. Buku Ke III KUH Perdata Bab 13 mengenai perjanjian pinjam-meminjam

(uang/barang), khususnya bagaian ke-4 mengenai pinjam-meminjam dengan

bunga.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
3. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank

Sentral yang berhubungan dengan deposito berjangka.

4. Keputusan-keputusan Menteri Keuangan RI yang berkaitan dengan deposito

berjangka. Misalnya Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No.51 Tahun 2001 tentang Pemotongan PPH atas bunga deposito dan

tabungan.

5. Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan deposito berjangka yaitu

PP No.131 Tahun 2000 yang menetapkan tentang pajak penghasilan atas

bunga deposito.

6. Perjanjian yang disetujui oleh kedua belah pihak yaitu peryaratan yang

terdapat dalam bilyet deposito berjangka atau yang terdapat dalam peraturan

pelaksana deposito berjangka di bank yang bersangkutan.

B. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Deposan

Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling

terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan

dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan

uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari

masyarakat untuk ditempatkan pada banknya, dan bank akan memberikan jasa-

jasa perbankan. 39

39
Ronny Sautama Hotma Bako, Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk
Tabungan Dan Deposito, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, h. 32.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Dari segi kacamata hukum, hubungan antara nasabah dengan bank terdiri

dari dua bentuk, yaitu hubungan kontraktual dan hubungan non kontraktual.

Untuk itu akan ditinjau satu per satu.

1. Hubungan Kontraktual

Hubungan yang paling lazim dan utama antara bank dengan nasabah

adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir terhadap semua nasabah,

baik nasabah debitur maupun nasabah deposan.

Terhadap nasabah debitur hubungan kontraktual tersebut berdasarkan

suatu kontrak yang dibuat antara bank sebagai kreditur (pemberi dana) dan pihak

debitur (peminjam dana).

Hukum kontrak yang menjadi dasar terhadap hubungan bank dan nasabah

debitur bersumber dari ketentuan-ketentuan KUH Perdata tentang kontrak (Buku

III). Sebab, menurut Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi

kedua belah pihak.

Namun demikian, selain dari ketentuan umum mengenai kontrak, berlaku

untuk semua jenis kontrak, sebagian sarjana berpendapat bahwa perjanjian kredit

bank diatur oleh ketentuan khusus mengenai “pinjam pakai habis”

(Verbruiklening) vide Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata.

Berbeda dengan nasabah debitur, maka untuk nasabah deposan, tidak

terdapat ketentuan yang khusus mengatur untuk kontrak jenis ini dalam KUH

Perdata. Dengan demikian kontrak-kontrak untuk nasabah seperti itu hanya

tunduk pada ketentuan-ketentuan umum KUH Perdata mengenai kontrak.

Di samping itu, berbeda dengan kontrak untuk nasabah debitur, in casu kontrak

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
kredit yang sering kali diatur cukup komprehensif, maka untuk kontrak antara

bank dengan nasabah deposan, lazimnya hanya diatur dalam bentuk kontrak yang

sangat sederhana, dan diberlakukan dalam bentuk kontrak standar (kontrak baku),

yang biasanya terdapat ketentuan- ketentuan yang berat sebelah, di mana pihak

bank sering kali lebih diuntungkan.

Akan tetapi, sungguhpun dianut prinsip bahwa hubungan nasabah

penyimpan dana dengan bank adalah hubungan kontraktual, dalam hal ini

hubungan kreditur-debitur, di mana pihak bank berfungsi sebagai debitur,

sedangkan pihak nasabah berfungsi sebagai kreditur, prinsip ini juga tidak dapat

diberlakukan secara mutlak.

Karena itu, sebenarnya ada tiga tingkatan dari pemberlakuan hubungan

kontrak pada hubungan antara nasabah penyimpan dana dan pihak bank, yaitu

sebagai berikut: 40

a. Sebagai hubungan debitur (bank) dan kreditur (nasabah);

b. Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari hanya sekedar

hubungan debitur-kreditur;

c. Sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak yang tersirat.

2. Hubungan Nonkontraktual

Selain dari hubungan kontraktual seperti yang disebut diatas, kita dapat

melihat adanya hubungan hukum yang lain antara pihak bank dengan pihak

nasabah, terutama nasabah deposan.

Hubungan hukum antara bank dan nasabah selain hubungan kontraktual

sebagaimana disebutkan diatas, yaitu:

40
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, h. 101
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
a. Hubungan Fidusia (Fiduciary Relation),

b. Hubungan Confidencial.

Disamping itu, adanya kewajiban bank untuk menyimpan rahasia bank,

yang sebenarnya hal tersebut tidak pernah diperjanjikan sama sekali, juga

mengindikasikan bahwa hubungan antara nasabah dan bank tidak sekedar

hubungan kontraktual semata- mata. Dalam hal ini ada semacam “amanah” yang

diemban oleh pihak perbankan untuk kepentingan nasabahnya.

C. Asas-Asas Dalam Hubungan Hukum Antara Bank Dengan


Nasabah Deposan

Adapun asas-asas yang terdapat dalam hubungan hukum antara bank

dengan nasabah penyimpan dana, yaitu:

1. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle)

Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana selain diliputi

asas-asas umum dari hukum perjanjian tetapi juga asas-asas khusus. Artinya

nasabah penyimpan dana hanya bersedia menyimpan dananya pada suatu bank,

apabila nasabah percaya kepada bank yang bersangkutan dan mampu untuk

membayar kembali dana apabila ditagih. Bank juga mempunyai kedudukan yang

khusus di dalam masyarakat yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang

terpercaya, maka hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana

dilandasi oleh asas kepercayaan.

Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank

dilandasi hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabah. Hubungan antara

bank dengan nasabah penyimpan dana adalah hubungan pinjam-meminjam uang

antara debitur (bank) dan kreditur (nasabah penyimpan dana) yang dilandasi oleh
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
asas kepercayaan. Dengan kata lain, bahwa menurut undang-undang perbankan

hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana bukan hanya hubungan

kontraktual biasa antara debitur dengan kreditur yang diliputi oleh asas umum dari

hukum perjanjian, tetapi juga hubungan kepercayaan yang diliputi asas

kepercayaan. Secara eksplisit undang-undang mengakui hubungan antara bank

dengan nasabah penyimpan dana adalah hubungan kepercayaan, yang membawa

konsekuensi bank tidak boleh hanya memperhatikan kepentingan nasabah

penyimpan dana.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 mengatur hubungan bank dan

nasabah penyimpan dana bukan sekedar hubungan kontraktual antara debitur dan

kreditur tetapi juga hubungan kepercayaan atau fiduciary relation. Ini dapat dilihat

dalam penjelasan Pasal 29 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang Nomor10 Tahun

1998 yang menyebutkan “Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari

masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan maka setiap bank

perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat

padanya. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia diberi wewenang dan kewajiban

untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap bank dengan menempuh

upaya-upaya baik yang bersifat preventif dalam bentuk bimbingan, dan

pengarahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul

dengan tindakan-tindakan perbaikan”.

2. Asas Kerahasiaan ( Confidencial Principle)

Hubungan bank dan nasabah penyimpan dana juga mempunyai suatu sifat

kerahasiaan, adapun hubungan kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
itu sendiri yang memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang menyimpan

uangnya pada bank tersebut.

Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank

merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain- lain

dari nasabah yang merupakan kelaziman dalam dunia perbankan. Kerahasiaan ini

adalah untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan

masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya

mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank

menjamin bahwa tidak akan ada penyalahgunaan pengetahuan bank tentang

simpanannya. Dengan demikian, bank harus memegang teguh rahasia bank.

Asas kerahasiaan diatur dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan. Hal itu dapat dilihat dalam Pasal 40 ayat (1) yang berbunyi :

“Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dana

dan simpananya, kecuali dalam hal sebagaimana dimakusd dalam Pasal

41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44 A”.

Keterikatan bank terhadap ketentuan atau kewajiban merahasiakan

keadaan keuangan nasabahnya menunjukkan bahwa hubungan antara bank dengan

nasabah penyimpan dana dilandasi oleh asas kerahasiaan. Oleh karena itu,

hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana juga merupakan

hubungan kerahasiaan.

3. Asas Kehati-hatian (Prudential Principle)

Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam

menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-

hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Tujuan dari prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam

keadaan sehat, dengan kata lain agar bank selalu dalam keadaan liquid dan

solvent. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan kadar

kepercayaan masyarakat terhadap bank tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia

dan tidak ragu-ragu menyimpan dana di bank.

Asas kehati-hatian diatur dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan Pasal 29 ayat (2) dan (3). Asas kehati-hatian harus dijalankan

oleh bank bukan hanya karena dihubungkan dengan kewajiban bank agar tidak

merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank,

yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua

anggota masyarakat dan bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja.

Upaya perlindungan yang diberikan oleh UU Perbankan terhadap dana

masyarakat merupakan penegasan bahwa sekalipun uang yang disimpan oleh

nasabah penyimpan dana telah menjadi milik bank sejak disetor dan selama dalam

penyimpanan bank, tetapi bank tidak mempunyai kebebasan mutlak untuk

menggunakan uang tersebut. Bank hanya boleh menggunakan uang itu untuk

tujuan dan dengan cara-cara yang dapat menjamin kepastian bahwa bank itu

nantinya akan mampu membayar kembali dana masyarakat yang disimpan

kepadanya apabila ditagih oleh para penyimpannya. Mengingat hal yang demikian

ini, maka hubungan bank dan nasabah penyimpan dana adalah hubungan

kontraktual antara debitur dan kreditur yang dilandasi oleh asas kehati-hatian.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
D. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Deposan

Lembaga perbankan adalah lembaga yang mengandalkan kepercayaan

masyarakat dan untuk mempertahankan kepercayaan tersebut pemerintah

berusaha melindungi masyarakat atau nasabah dari tindakan lembaga atau oknum

pegawai bank yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu, kehadiran hukum

dalam masyarakat diantaranya adalah untuk mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertentangan satu sama

lain. Pengorganisasian kepentingan-kepentingan itu dilakukan untuk membatasi

dan melindungi kepentingan tersebut.

Tetapi menyangkut usaha melindungi konsumen tidak semata-mata

bergantung pada penerapan hukum perdata, tetapi juga pada hukum pidana dan

hukum administrasi negara yang memuat ketentuan aturan yang dapat melindungi

konsumen. Namun tetap diperlukan suatu kehati-hatian dalam menentukan siapa

yang bertanggung jawab atas kelalaian atau kesalahan yang telah terjadi dalam

pengelolaan atau pengurusan bank sehingga terjadi suatu kerugian yang dialami

oleh nasabah penyimpan dana. Dalam rangka melindungi konsumen secara umum

maka pemerintah membentuk Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka pelaku jasa perbankan dituntut

untuk:

1. Beritikad baik dalam melakukan usahanya

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan jasa yang diberikan

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
3. Memperlakukan dan melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif

4. Menjamin kegiatan usaha perbankan berdasarkan ketentuan standard

perbankan yang berlaku.

Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa hukum melindungi kepentingan

seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk

bertindak dalam rangka kepentingan tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini

dilakukan secara luas dan dalam. Kekuasaan yang demikian disebut sebagai hak.

Tetapi dengan demikian, tidak semua kekuasaan yang terdapat dalam masyarakat

disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu diberikan

oleh hukum kepada seseorang. 41

Dasar hukum perlindungan bagi nasabah penyimpan dana menyangkut

dasar hukum dalam arti formal maupun dasar hukum dalam arti material. Dasar

hukum dalam arti material adalah dasar hukum yang menentukan isi hukum itu

sendiri. Yang terdiri dari bermacam-macam jenis sehingga tergantung dari mana

dilakukan peninjauannya. Dasar hukum formal dalam perlindungan bagi nasabah

penyimpan dana tidak hanya terbatas pada dasar hukum tertulisnya saja melainkan

dimungkinkan adanya dasar hukum yang tidak tertulis.

Adapun dasar hukum perlindungan bagi nasabah penyimpan dana yaitu :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan

atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan.

41
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 121.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1973 tentang Jaminan Simpanan Uang

Pada Bank.

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 ahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan.

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang.

6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana,

Hermansyah membagi perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana

menjadi 2 (dua) macam yaitu: 42

1. Perlindungan Tidak Langsung

Perlindungan secara tidak langsung oleh dunia perbankan terhadap

kepentingan nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan hukum yang

diberikan kepada nasabah penyimpan dana terhadap segala resiko kerugian yang

timbul dari suatu usaha yang dilakukan oleh bank. Hal ini adalah suatu upaya dan

tindakan pencegahan yang bersifat internal oleh bank yang bersangkutan dengan

melalui hal-hal yang dikemukakan berikut ini:

a. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)

Menurut ketentuan Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 dikemukakan, bahwa

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi

42
Hermansyah, Op. Cit, h. 124.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dari ketentuan ini, menunjukkan

bahwa prinsip kehati-hatian adalah salah satu asas terpenting yang wajib

diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu

berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu

konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang

perbankan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik.

Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Pasal 2 diatas, kita dapat menemukan pasal lain di dalam Undang-

Undang No. 10 Tahun 1998 yang mempertegas kembali mengenai pentingnya

prinsip kehati-hatian itu diterapkan dalam setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam

Pasal 29 ayat (2) dan (3).

Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (2) di atas, mengandung arti bahwa

segala perbuatan dan kebijaksanaan yang dibuat dalam rangka melakukan

kegiatan usahanya harus senantiasa berdasarkan kepada kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara

hukum. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti perlunya

diterapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka penyaluran kredit atau pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah kepada nasabah debitur.

b. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

Mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK/Legal Lending

Limit) telah diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan

Peraturan Pelaksanaannya. Berdasarkan ketentuan pasal ini, Bank Indonesia

menetapkan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat

berharga atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada

peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok

yang sama dengan bank yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kelompok

adalah kumpulan orang atau badan yang satu sama lain mempunyai kaitan dalam

hal kepemilikan, kepengurusan, dan atau hubungan keuangan.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka batas maksimumnya tidak boleh

melebihi 30 % dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia.

Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah dari

30 % dari modal bank. Pengertian modal bank ditetapkan oleh Bank Indonesia

sesuai dengan pengertian yang dipergunakan dalam penilaian kesehatan bank.

Batas maksimum yang dimaksud adalah untuk masing-masing peminjam atau

sekelompok peminjam termasuk perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang

sama.

Bank Indonesia menetapkan mengenai batas maksimum pemberian kredit

atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan

investasi surat berharga atau hal lain yang serupa, yang dapat dilaksanakan oleh

bank kepada:

1. pemegang saham yang memiliki 10 % (sepuluh perseratus) atau lebih dari

modal disetor bank.

2. anggota Dewan Komisaris.

3. anggota Direksi.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
4. keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan

huruf c

5. pejabat bank lainnya, dan.

6. perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan-kepentingan

dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf

d, dan huruf e.

Batas maksimum dimaksud di atas tidak boleh melebihi 10 % dari modal

bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.”

Menurut SK Bank Indonesia No. 31/177/KEP/DIR, yang dimaksud Batas

Maksimum Pemberian Kredit (BMPK/Legal Lending Limit) adalah persentase

perbandingan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap

modal bank.

Ditetapkannya ketentuan batas maksimum pemberian kredit, baik dalam

UU Nomor 10 Tahun 1998 maupun peraturan pelaksanaannya semata-mata

bertujuan untuk memelihara kesehatan bank dan meningkatkan daya tahan bank

melalui penyebaran resiko dalam bentuk penanaman kredit kepada berbagai

nasabah peminjam. Lebih dari itu, adanya ketentuan batas maksimum pemberian

kredit tersebut untuk mencegah pemberian kredit kepada peminjam atau

kelompok peminjam tertentu saja serta memelihara kesehatan bank dan wujud

perlindungan terhadap kepentingan masyarakat, terutama kepentingan nasabah

penyimpan dana pada bank yang bersangkutan.

c. Kewajiban Mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi.

Kewajiban dari bank untuk mengumumkan neraca dan perhitungan laba

rugi diatur dalam Pasal 35 UU No. 10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa :

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
“Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam

waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.”

Ketentuan tersebut berhubungan erat dengan kewajiban bank untuk

menyampaikan neraca dan perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya

kepada Bank Indonesia sebagaimana diatur oleh Pasal 34 UU No. 10 Tahun 1998.

Bahwa adanya ketentuan yang mewajibkan bank untuk menyampaikan

dan mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi sebagaimana diatur dalam

Pasal 34 dan Pasal 35 di atas, dapat memberikan informasi kepada masyarakat,

terutama nasabah penyimpan mengenai tingkat kesehatan bank dan hal-hal yang

terkait dengan bank tersebut.

d. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank

Banyak alasan dan tujuan dilakukannya merger, akuisisi, dan konsolidasi

oleh pelaku usaha terhadap badan usaha bank yang dimilikinya. Salah satu yang

terpenting adalah untuk meningkatkan efisiensi dan mempertinggi daya saing

perusahaan. Namun demikian, dalam melakukan merger, konsolidasi, dan akuisisi

di bidang perbankan tidaklah dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tetapi

dibatasi oleh peraturan perundang-undangan yang terkait.

Berkaitan dengan itu, menurut ketentuan Pasal 5 Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 1999 tentang merger, konsolidasi, dan akuisisi bahwa

dalam pelaksanaan merger, konsolidasi, dan akuisisi harus memperhatikan

kepentingan dari semua pihak, yaitu kepentingan bank, kepentingan kreditur,

kepentingan pemegang saham minoritas dan karyawan bank, juga kepentingan

rakyat banyak, dan persaingan yang sehat dalam melakukan usaha bank.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Berdasarkan ketentuan tersebut, jelaslah bahwa dalam rangka pelaksanaan

merger, konsolidasi, dan akuisisi bank kepentingan dari nasabah penyimpan

sebagai kreditur telah memperoleh perlindungan hukum.

2. Perlindungan Langsung

Perlindungan secara langsung oleh dunia perbankan terhadap

kepentingan nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan yang diberikan

kepada nasabah penyimpan dana secara langsung terhadap kemungkinan

timbulnya resiko kerugian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank.

Mengenai perlindungan secara langsung ini dapat dikemukakan dalam dua

hal, yaitu:

a. Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana.

Hak preferen adalah suatu hak yang diberikan kepada seorang kreditur

untuk didahulukan dari kreditur-kreditur yang lain. Dalam sistem perbankan

Indonesia, nasabah penyimpan merupakan kreditur yang mempunyai hak

preferen, dalam arti bahwa nasabah penyimpan yang harus didahulukan dalam

menerima pembayaran dari bank yang sedang mengalami kegagalan atau

kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Berkaitan dengan hak preferen dari nasabah penyimpan ini, dalam hal

bank yang menyimpan dana masyarakat tersebut mengalami kegagalan atau

kesulitan, maka berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998, dana

masyarakat yang disimpan di bank tersebut dijamin oleh pemerintah melalui

lembaga penjamin simpanan yang dikenal sebagai Unit Pelaksanaan Penjaminan

Pemerintah sebagai salah satu unit di Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
b. Lembaga Asuransi Deposito

Jaminan perlindungan bagi nasabah penyimpan dana sehubungan dengan

dihentikannya kegiatan usaha sebuah bank adalah mutlak diperlukan. Untuk

memberikan perlindungan di kemudian hari bagi kepentingan nasabah-nasabah

penyimpan dari bank-bank yang mengalami kegagalan, terutama para deposan

yang dananya relatif kecil, maka perlu diciptakan suatu sistem asuransi deposito.

Misi dari lembaga asuransi deposito ini adalah memelihara stabilitas dari

sistem keuangan negara dengan cara mengasuransikan para deposan bank dan

mengurangi gangguan-gangguan terhadap perekonomian nasional yang

disebabkan kegagalan-kegagalan yang dialami oleh perbankan.

Mengenai lembaga jaminan asuransi ini, sesungguhnya telah diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1973 tentang Jaminan Simpanan Uang

Pada Bank yang ditetapkan pada tanggal 22 Agustus 1973.

Berkaitan dengan jaminan terhadap dana masyarakat yang ada pada bank,

dalam ketentuan Pasal 37 B ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

dikemukan bahwa :

“Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank

yang bersangkutan.”

Dari ketentuan tersebut, jelaslah bahwa adanya suatu kewajiban bagi bank

untuk menjamin dana dari nasabah penyimpan. Ketentuan ini juga memberikan

suatu jaminan bagi nasabah penyimpan bahwa apabila bank di mana ia

menyimpan dananya mengalami kegagalan, maka dananya tersebut pasti

diterimanya kembali.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Berkaitan dengan itu, dalam ketentuan Pasal 37 B ayat (2) dikemukakan,

bahwa :

“Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan.”

Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan ini diperlukan dalam rangka

melindungi kepentingan nasabah dan sekaligus meningkatkan kepercayaan

masyarakat kepada bank.

Lembaga ini merupakan suatu badan hukum yang menyelenggarakan

kegiatan penjaminan atas simpanan nasabah penyimpan, melalui skim asuransi,

dana penyangga ataupun skim lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia.

Dengan adanya ketentuan mengenai Lembaga Penjamin Simpanan ini

pada undang-undang perbankan maka pemerintah membentuk Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagai dasar

hukum dari Lembaga Penjamin Simpanan.

Adapun fungsi dan kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan menurut

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004, yaitu:

1 Menjamin simpanan nasabah penyimpan

2 Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan

kewenangannya.

Kewenangan dari Lembaga Penjamin Simpanan yang terdapat pada

Pasal 6 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004, yaitu:

1 menetapkan dan memungut premi penjaminan

2 menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi

peserta

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
3 melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban Lembaga Penjamin

Simpanan

4 mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan

bank, dan laporan hasil pemeriksan bank, sepanjang tidak melanggar

kerahasiaan bank.

5 melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan /atau konfirmasi atas data sebagaimana

dimaksud pada anagkat 4 (empat)

6 menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim

7 menunjukkan, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak

bagi kepentingan dan/atau atas nama Lembaga Penjamin Simpanan guna

melaksanakan sebagian tugas tertentu

8 melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjamin

simpanan, dan

9 menjatuhkan sanksi administratif

Adapun yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan yaitu simpanan

nasabah yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan/atau

bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

Penjamin simpanan nasabah bank yang dilakukan Lembaga Penjamin

Simpanan sifatnya terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya

nasabah. Setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan

menjadi peserta dan membayar premi penjamin. Dalam hal bank tidak

melanjutkan usahanya dan harus dicabut izin usahanya, Lembaga Penjamin

Simpanan akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah

tertentu.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana dalam bentuk

deposito pada Bank Rakyat Indonesia secara tidak langsung telah tercantum

dalam Bilyet Depobri yang menyebutkan bahwa depobri ini dijamin dengan

seluruh harta dan kekayaan Bank Rakyat Indonesia. Untuk melindungi dana

deposito yang telah disetor oleh deposan dari kemungkinan-kemungkinan

terjadinya resiko kerugian maka Bank Rakyat Indonesia sesuai dengan ketentuan

Pasal 8 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan

yang menyatakan bahwa :

“Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik

Indonesia wajib menjadi peserta penjamin.”

Dengan adanya ketentuan yang diberlakukan oleh Lembaga Penjamin

Simpanan dan Bank Indonesia maka Bank Rakyat Indonesia juga memberlakukan

ketentuan yang sesuai dengan Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia

pada rekening deposito, yaitu bahwa nilai dari deposito yang kurang dari

100.000.000,- (seratus juta rupiah) hanya dijamin oleh Bank Rakyat Indonesia,

sedangkan nilai dari deposito yang lebih dari 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

maka yang menjamin adalah Bank Indonesia. Oleh sebab itu, Bank Rakyat

Indonesia harus mendaftarkan rekening deposito yang nilainya lebih dari

100.000.000,- (seratus juta rupiah) kepada Bank Indonesia.

Suku bunga deposito yang nilainya lebih dari Rp.100.000.000,- (seratus

juta rupiah) ditentukan oleh Bank Indonesia, sedangkan suku bunga deposito yang

nilainya kurang dari Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) murni diatur oleh

Bank Rakyat Indonesia.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Untuk menghindari adanya tindak pidana money loundering dan untuk

melindungi nasabah dari tindak pidana tersebut, Bank Rakyat Indonesia

selain memberlakukan ketentuan know your costumer dan juga melaporkan

seluruh transaksi terutama transaksi yang dilakukan oleh walk in costumer

(yaitu nasabah yang bukan nasabah dari Bank Rakyat Indonesia yang hanya

melakukan transaksi pengiriman uang kepada bank lain tanpa harus

menjadi nasabah dari Bank Rakyat Indonesia) yang melakukan transaksi yang

nilainya lebih dari Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) kepada kantor

pusat Bank Rakyat Indonesia. Sehingga apabila terjadi transaksi yang

mencurigakan yang menyebabkan timbulnya asumsi adanya tindak pidana

money loundering maka Bank Rakyat Indonesia dapat langsung melaporkan

nasabah yang melakukan transaksi kepada pihak yang berwajib untuk diperiksa

meskipun nasabah tersebut bukan merupakan nasabah dari Bank Rakyat

Indonesia.

E. Prosedur Pembukaan dan Pembayaran Kembali deposito


Berjangka

Adapun prosedur pembukaan deposito berjangka secara umum pada bank

menganut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Calon deposan menghadap petugas bank dan mengutarakan maksudnya.

2. Petugas bank menjelaskan ketentuan-ketentuan dalam menyimpan di bank,

kemudian menyerahkan formulir untuk diisi seperti:

a. Aplikasi Deposito Berjangka

b. Surat pernyataan untuk ahli waris

c. Surat Tanda Pengenal Diri Deposan/Kartu Pembayaran Bunga Deposito


Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
3. Deposan mengisi formulir permohonan dan yang harus diterangkan dalam

permohonan adalah:

a. Memberi tanda silang pada kotak yang telah disediakan, apakah tunai,

house check atau rect check

b. Jumlah uang

c. Jangka waktu yang dikehendaki

d. Nama dan alamat (sesuai kartu identitas)

e. Membubuhkan tanda tangan dan memberikan contoh tanda tangan pada

tempat yang telah disediakan. Disamping itu mengisi surat pernyataan

diatas materai secukupnya dan berkas-berkas ini dilampiri KTP/copynya

dan diserahkan kepada petugas bank

4. Petugas bank meneliti berkas permohonan apakah tidak ada kejanggalan,

setelah itu calon deposan dipersilahkan menyetor uang tunai atau dengan

house check/rect check kepada teller, teller menerima uang tunai/house

check/rect check, bila tunai uang dihitung kembali dan dicatat pada daftar

penerima kas, dan aplikasi distempel teller selanjutnya applikasi yang telah

distempel tersebut diteruskan kepada seksi deposito.

5. Seksi deposito menerima berkas permohonan kemudian:

a. Mencatat pada buku register

b. Melengkapi Surat Tanda Pengenal Diri Deposan

c. Membuat Surat Deposito bilyet dalam rangkap 5 (lima)

Lembar 1 asli untuk nasabah

Lembar 2 untuk vocher pembukuan.

Lembar 3 untuk file sie deposito

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Lembar 4 untuk vocher pembukuan pada saat pelunasan

Lembar 5 untuk kantor pusat

d. Mencatat pada kartu tanggal jatuh tempo.

6. Seperangkat berkas yang telah diisi diserahkan untuk disahkan kepada

pimpinan/kepala bidang operasi/pejabat yang berwenang.

7. Pimpinan/ kepala bidang operasi/pejabat yang berwenang meneliti berkas

yang telah diisi dan selanjutnya ditandatangani pada tempat yang telah

disediakan. Setelah itu diserahkan kembali kepada seksi deposito.

8. Bilyet/surat deposito asli diserahkan kepada deposan melalui teller.

Setelah kita mengetahui prosedur pembukuan deposito berjangka maka

perlu diketahui prosedur pelunasan deposito berjangka itu sendiri. Untuk

adanya pembayaran kembali deposito berjangka tersebut dapat disebabkan oleh

dua hal yaitu:

1. Karena berakhirnya jangka waktu deposito berjangka.

2. Karena atas permintaan deposan sendiri dan disetujui oleh bank untuk menarik

kembali depositonya meskipun jangka waktunya belum berakhir.

Bila jangka waktu yang disebutkan dalam bilyet deposito berjangkanya

berakhir, deposan berhak menarik kembali depositonya dengan cara

mengembalikan bilyet deposito tersebut kepada bank dan dapat juga berdasarkan

permintaan dari deposan yang ditegaskan dalam surat permintaan, deposito

berjangka ini diperpanjang secara otomatis dengan tanpa menerbitkan bilyet

deposito berjangka baru, dalam jangka waktu yang sama dari suku bunga sesuai

dengan ketentuan yang berlaku pada perpanjangan. Setelah itu petugas bank

memberikan bukti penyerahannya kepada deposan beserta kepadanya akan

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
diminta untuk menandatangani bukti pelunasan deposito berjangka dan kasir akan

membayar kepada deposan sejumlah uang seperti tertera dalam bilyet deposito

berjangka. Pelunasan deposito berjangka ini biasanya adalah uang pokok

ditambah dengan bunga yang masih ada atau yang tersisa.

Sedangkan untuk deposito yang belum jatuh tempo (belum habis jangka

waktunya yang telah diperjanjikan) dengan permintaan deposan kepada bank

depositoris dapat dilakukan dengan persetujuan bank pelaksana.

Menurut Pasal 1381 KUH Perdata mengatakan bahwa perikatan-perikatan

dapat hapus karena pembayaran, penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan

penyimpanan atau penitipan, pembaharuan hutang, perjumpaaan utang atau

kompensasi, pencampuran hutang, pembebasan hutang, musnahnya barang yang

berhutang, pembatalan perjanjian, berlakunya syarat batal, lewat waktu.

Subekti menyatakan bahwa: “Perincian dalam pasal 1381 KUHPerdata itu

tidak lengkap, karena telah dilupakan hapusnya suatu perikatan karena

lewatnya waktu suatu ketetapan waktu yang dicantumkan dalam suatu perjanjian.

Selanjutnya dapat diperingatkan pada beberapa cara yang khusus ditetapkan

terhadap perikatan, misalnya ketentuan bahwa suatu perjanjian “maatschap” atau

perjanjian “lastgeving” hapus dengan meninggalnya seorang anggota maatshap itu

atau meninggalnya orang yang memberikan perintah dan karena curatele atau

pernyataan pailit mengakibatkan juga hapusnya perjanjian maatschap itu. 43

Sebagaimana perjanjian pada umumnya maka perjanjian deposito

berjangka pun dapat berakhir dengan salah satu atau beberapa cara yang

disebutkan dalam Pasal 1381 KUH Perdata, ataupun dengan cara-cara yang tidak

43
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermassa, Jakarta, 2003, h. 152.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
disebutkan dalam pasal tersebut, misalnya: dengan persetujuan para pihak.

Dengan melihat kepada ketentuan yang ada dan kebiasaan yang lazim

dalam praktek penyelenggara deposito berjangka oleh bank-bank pelaksana, maka

deposito berjangka itu dapat berakhir dengan beberapa cara antara lain:

a. Perjanjian deposito berjangka berakhir dengan dicairkannya nominal deposito

berjangka oleh deposan.

Pencairan deposito berjangka dengan cara ini dapat dicairkan sebelum dan

saat atau sesudah jatuh tempo. Jadi kapan saja deposito berjangka tersebut

dicairkan maka saat itulah perjanjian deposito berjangka hapus.

b. Lewatnya jangka waktu deposito berjangka.

Dalam hal telah lewatnya waktu deposito, tetapi deposan belum juga

mencairkan depositonya dan juga tidak memperpanjang deposito tersebut,

maka perjanjian deposito itu telah berakhir. Namun perikatan diantara deposan

dengan bank masih tetap berlaku , yaitu dalam hal pengembalian nominal

deposito dan pembayaran bunga pada bulan jatuh tempo.

c. Perjanjian deposito berjangka dapat juga hapus dengan cara pembaharuan

hutang (novasi).

Pembaharuan hutang terjadi dengan jalan mengganti hutang lama dengan

hutang baru, debitur lama dengan debitur baru, dan kreditur lama menjadi

kreditur baru. Dalam hal hutang lama diganti dengan hutang baru terjadilah

penggantian objek perjanjian, yang disebut “novasi obyektif”. Di sini hutang

lama menjadi lenyap.44

44
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1982, h. 64.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Novasi dalam perjanjian deposito berjangka terjadi dengan cara yanng

disebutkan dalam Pasal 1413 ayat (1) KUH Perdata, yaitu dengan

perpanjangan deposito berjangka yang telah jatuh tempo dapat dimintakan

perpanjangannya oleh deposan kepada bank. Perpanjangan jangka waktu

ini merupakan perjanjian hutang piutang yang baru, oleh karenanya

menghapuskan perikatan deposito yang lama.

d. Perjanjian deposito berjangka dapat juga hapus dengan berlakunya lembaga

daluwarsa. Pada pasal 1967 KUH Perdata menyatakan :

“Segala tuntutan hukum, baik yang bersifat kebendaan maupun yang


bersifat perseorangan, hapus karena daluwarsa dengan lewat waktu tiga
puluh tahun, sedangkan siapa yang menunjukkan akan adanya daluwarsa
itu tidak usah mempertunjukkan suatu alas hak, lagi pula tak dapatlah
dimajukan terhadapnya sesuatu tangkisan yang didasarkan kepada itikad
yang buruk”. 45

Berdasarkan Pasal 1967 KUH Perdata, maka hutang bank atas pokok

pinjaman dalam perjanjian deposito berjangka hapus setelah lewat waktu 30

tahun dari saat jatuh tempo. Setelah lewat waktu tersebut deposan sebagai

kreditur tidak lagi dapat menuntut pembayaran kembali hutang bank padanya.

Demikian juga halnya dengan bunga deposito berjangka, telah daluwarsa

setelah lewatnya waktu 5 tahun terhitung sejak bunga tersebut seharusnya

dibayarkan oleh bank. Ketentuan ini sesuai dengan pasal 1975 ayat (3) KUH

Perdata.

e. Meninggalnya Deposan.

Meninggalnya deposan sebenarnya tidak menghapuskan perikatan hutang

piutang yang dibentuk oleh perjanjian deposito berjangka, perikatan itu tetap

45
R. Subekti, Op. Cit, h. 434.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
ada, hanya saja deposannya telah digantikan tempatnya oleh ahli warisnya

kepada siapa bank harus membayar kembali uang deposito berjangka itu.

F. Peran Bank Indonesia Dalam Melaksanakan Perlindungan


Nasabah Deposan
Secara umum, peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral sangatlah

penting dalam menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efisien. Karena

dunia perbankan merupakan tonggak dalam pembangunan ekonomi suatu negara,

sedangkan secara khusus bank bentral mempunyai peranan yang penting dalam

mencegah timbulnya resiko-resiko kerugian yang diderita oleh bank itu sendiri,

masyrakat, penyimpan dana, dan kerugian serta membahayakan kehidupan

perekonomian suatu negara.

Untuk memberikan perlindungan kepada nasabah dengan menjamin hak-

hak nasabah dalam bertransaksi dengan bank, Bank Indonesia mengeluarkan

produk hukum yang diterbitkan pada tanggal 24 Januari 2005 yaitu Peraturan

Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi

Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah dan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.

Transparansi Informasi mengenai produk bank sangat diperlukan untuk

memberikan kejelasan kepada nasabah mengenai manfaat dan resiko yang

melekat pada produk tersebut, sedangkan menyelesaikan dengan segera

pengaduan nasabah diharapkan dapat meningkat kepercayaan masyarakat

terhadap bank.

Ketentuan dalam Peratura Bank Indonesia mewajibkan agar informasi

mengenai produk yang ditawarkan bank kepada nasabah harus memuat sekurang-
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
kurangnya nama produk, jenis produk, manfaat dan risiko yang melekat pada

produk, persyaratan dan tata cara penggunaan produk, biaya-biaya yang melekat

pada produk, perhitungan bunga, jangka waktu berlakunya produk dan penerbit

produk. Di samping itu, bank juga dilarang mencantumkan informasi dan atau

keterangan mengenai karakteristik produk yang letak dan atau bentuknya sulit

terlihat dan atau tidak dapat dibaca secara jelas dan atau yang pengungkapannya

sulit dimengerti.

Peraturan Bank Indonesia hanya mengatur persyaratan minimal yang harus

diterapkan bank. Persyaratan lebih rinci diserahkan kepada masing-masing bank.

Ketentuan rinci tentang produk yang ditawarkan dapat membantu nasabah menilai

apakah mereka telah dirugikan pada waktu mengkonsumsi produk tersebut.

Apabila nasabah menilai dirinya telah dirugikan maka nasabah dapat

menggunakan haknya untuk meminta ganti rugi. Untuk itu, bank diwajibkan

menyelesaikan setiap adanya ungkapan ketidakpuasan yang disebabkan adanya

potensi kerugian finansial pada nasabah yang diduga karena kesalahan atau

kelalaian bank. Setiap bank harus menetapkan kebijakan dan memiliki prosedur

tertulis yang meliputi penerimaan pengaduan, penanganan dan penyelesaian

pengaduan serta pemantauan penanganan dan penyelesaian pengaduan.

Sebenarnya ada dua pilihan, apabila penyelesaian yang dilakukan bank

belum memenuhi harapan nasabah. Pertama, penyelasaiannya dilakukan oleh

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Kedua, dibentuk badan khusus

yang berfungsi menyelesaikan sengketa nasabah bank. 46

46
Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Books Terrace dan Library, Bandung,
2005, h. 185.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Kewenangan bank sentral dalam melakukan pengaturan dan pengawasan

adalah sebagai alat atau sarana untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat,

yang menjamin dan memastikan dilaksanakannya segala peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan penyelenggaraan usaha bank oleh bank yang

bersangkutan.

Dalam hal pengawasan dan pengaturan bank, Bank Indonesia selain

berpedoman pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

juga mengacu kepada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan

dan undang-undang perubahannya yaitu Undang-undang Nomor10 Tahun 1998.

Pengawasan yang dilaksanakan Bank Indonesia terhadap bank dapat

berupa pengawasan langsung yaitu berbentuk pemeriksaan yang disusul dengan

tindakan-tindakan perbaikan, juga dapat berupa pengawasan tidak langsung yaitu

pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank. Dalam

rangka pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dapat menjalankan

pemeriksan secara berkala sekurang-kurangnya satu tahun sekali untuk setiap

bank. Di samping itu pemeriksaan dapat dilakukan secara insidentil setiap waktu

apabila diperlukan untuk menyakinkan hasil pengawasan tidak langsung dan

apabila terdapat indikasi adanya penyimpangan.

Berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan Bank Indonesia, maka

otoritas pengawasan bank dapat diuraikan menjadi empat, yaitu: 47

1. Kewenangan memberikan izin (power to licence)

Melalui kewenangan ini memungkinkan ditetapkan ketentuan dan

persyaratan pendirian sebuah bank oleh otoritas pengawasan. Kewenangan ini

47
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, h. 121.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
merupakan seleksi paling awal dalam tata cara perizinan dan pendirian suatu

bank.

Kewenangan dalam memberikan izin ini memungkinkan otoritas

pengawas bank mencegah pendirian bank yang tidak didukung dengan modal

yang cukup, kurang dipersiapkan dengan baik atau yang dapat dipergunakan

untuk kepentingan pribadi pemilik atau pengurus tanpa mengindahkan

kepentingan masyarakat.

2. Kewenangan untuk mengatur (power to regulate)

Kewenangan untuk mengatur ini memungkinkan otoritas pengawas bank

untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek kegiatan usaha perbankan

yang sehat dan mampu memenuhi jasa perbankan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Ketentuan yang ditetapkan antara lain mencakup pengaturan,

likuiditas, dan solvabilitas bank, jenis usaha yang dapat dilakukan dan resiko.

3. Kewenangan untuk mengawasi (power to control)

Kewenangan ini merupakan kewenangan yang paling dasar yang

diperlukan oleh otoritas pengawasan bank. Pengawasan bank dilaksanakan

melalui pengawasan langsung (onside examination) yang berupa pemeriksaan

umum dan pemeriksaan khusus. Tujuan dari pengawasan ini adalah untuk

memperoleh gambaran tentang ketaatan terhadap peraturan yang berlaku serta

untuk mengetahui adakah terdapat tindakan-tindakan yang tidak sehat yang

membahayakan kelangsungan usaha bank, dan pengawasan tidak langsung (off

side supervision), yaitu pengawasan yang dilakukan melalui alat pantau seperti

laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan, dan informasi

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
lainnya. Dari data yang disampaikan maka otoritas pengawasan bank dapat

menentukan keadaan usaha dan kesehatan bank.

4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (power to impose sanction)

Merupakan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi apabila suatu bank

kurang atau tidak memenuhi hal-hal yang diatur atau dipersyaratkan kewenangan-

kewenangan tersebut diatas. Pengenaan sanksi tersebut agar pihak bank sungguh-

sungguh taat dalam menerapkan peraturan perundang-undangan dan prinsip

perbankan yang sehat.

Pada Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 dapat

diketahui bahwa bank haruslah memberikan informasi yang berkenaan dengan

kemungkinan adanya resiko yang dapat timbul dari transaksi yang dilakukan oleh

nasabah pada bank yang bersangkutan.

Apabila bank telah menyediakan informasi yang dibutuhkan nasabah

penyimpan dana maka bank dianggap telah melaksanakan ketentuan dari Bank

Indonesia. Informasi tersebut harus diberikan oleh bank sebab dalam hal ini bank

bertindak sebagai perantara penempatan dana dari nasabah.

Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral

dapat dilihat dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

yang menyatakan bahwa :

“Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan,

dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh

Bank Indoensia”.

Berdasarkan ketentuan diatas dapat dijelaskan bahwa kewajiban

penyampaian keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan usaha

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
suatu bank kepada bank Indonesia diperlukan mengingat keterangan tersebut

dibutuhkan untuk memantau kegiatan suatu bank. Pemantauan kegiatan suatu

bank diperlukan dalam rangka melindungi dana masyarakat dan menjaga

keberadaan lembaga perbankan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap perlindungan

rekening dapat dilihat pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 6 Tahun 2003

tentang Suku Bunga Pinjaman Simpanan Pihak Ketiga dan Pasar Uang Antar

Bank dan Undang-undang Nomor 24 Nomor 2004 tentang Lembaga Penjamin

Simpanan.

Pada peraturan tersebut dapat dilihat bahwa Bank Indonesia menjamin

seluruh simpanan nasabah tanpa terkecuali. Dengan adanya penjamin terhadap

simpanan nasabah maka secara tidak langsung Bank Indonesia melindungi dana

yang telah disimpan oleh masyarakat pada suatu bank.

Sebagai lembaga pengawas perbankan di Indonesia, maka Bank Indonesia

mempunyai peranan yang besar dalam usaha menjamin dan melindungi agar

nasabah tidak mengalami kerugian akibat tindakan bank yang salah. Bank

Indonesia yang diharapkan lebih aktif dalam melakukan tugas dan

kewenangannya untuk mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan

oleh seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. Pengawasan efektif dan baik

merupakan langkah yang preventif dalam melindungi atau setidak-tidaknya

mengurangi kasus kerugian nasabah karena tindakan bank atau lembaga keuangan

bank lainnya yang melawan hukum.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB IV

TINDAKAN BANK TERHADAP PENCAIRAN


DEPOSITO BERJANGKA SEBELUM JATUH TEMPO
KHUSUS PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA
CABANG MEDAN

A. Hak Dan Kewajiban Para Pihak

Sebelum dibahas lebih lanjut tentang hak dan kewajiban diatas, perlu

kiranya penulis memberikan gambaran umum tentang PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Medan.

Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu Bank Umum di Indonesia

merupakan bank yang telah berdiri sebelum kemerdekaan Republik Indonesia,

oleh sebab itu Bank Rakyat Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam dunia

perbankan Indonesia.

PT. Bank Rakyat Indonesia didirikan pada tanggal 16 Desember 1895

dengan nama Hulp en Spaarbank der Indlandsche Bestuurs Ambtenaren (Bank

Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi)

atau lebih dikenal dengan nama Bank Priyayi yang merupakan cikal bakal dari

Bank Perkreditan Rakyat pertama di Indonesia. Pada tahun 1934, kegagalan

Centrale Kas dalam pengawasan serta campur tangan manajemen VolksBank

membuat Bank Rakyat Indonesia memiliki masalah yang berkepanjangan. Untuk

mengatasi masalah tersebut dibentuklah Allgemeene Volkscrediet Bank (AVB)

yang akan merupakan Badan Usaha Milik Negara. Tujuan didirikan AVB adalah

mempersatukan bank-bank rakyat tersebut agar terhindar dari kesulitan dan

kebangkrutan.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Pada masa Kolonial Jepang Tahun 1942, setelah dibekukan AVB di buka

kembali oleh Pemerintah Jepang dengan nama Syomin Ginko, yang mempunyai

arti Bank Rakyat. Lembaga keuangan ini menerapkan sistem cabang yang

kemudian dimanfaatkan Pemerintah Jepang untuk kepentingan perang.

Tahun 1945, pada Pasca-Proklamasi kemudian atas persetujuan Mr. Abdul

Gafar Pringgodigdo, Syomin Ginko diganti nama dengan nama Bank Rakyat

Indonesia (BRI). Melalui PP No.1 Tahun 1946 pada tanggal 22 Februari 1946,

Syomin Ginko resmi berganti nama menjadi Bank Rakyat Indonesia. Pada tahun

1951, Pemerintah RI mengeluarkan PP No.25 Tahun 1951 yang menetapkan BRI

menjadi “Bank Menengah”. Usaha pokoknya yaitu menjalankan bisnis bank

umumnya, membina dan mengawasi BPR, serta memberi kredit kepada golongan

menengah. Tahun 1956 berdasarkan Surat Dewan Monoter No.SEKR/BRI/328/25

Desember 1956, BRI ditetapkan sebagai Bank Devisa, sehingga BRI dapat turut

memajukan perdagangan luar negeri dan perbaikan distribusi barang impor.

Pada tahun 1959, pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang sanering

uang melalui PP tertanggal 24 Agustus 1959 yang mengakibatkan kerugian kas

Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp. 203,3 juta. Berdasarkan Undang- undang

No.42 PRP Tahun 1960 yang tercatat dalam Lembaran Negara No. 29/1960, maka

Bank Rakyat Indonesia dilebur dalam Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN).

Pada masa orde baru tahun 1969, Bank Rakyat Indonesia ditunjuk

pemerintah sebagai satu-satunya bank yang bertugas menyalurkan kredit Program

Bimbingan Masal (Bimas) dalam bantuan Kredit Likuiditas BI yang mendorong

Bank Rakyat Indonesia untuk membentuk Unit Desa BRI. Tahun 1983-1984,

keberadaan Bank Rakyat Indonesia di desa mempelopori monetasi daerah

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
pedesaan yang artinya Bank Rakyat Indonesia turut memasyarakatkan perbankan

pedesaan dan membantu pengelolaan sumber dana masyarakat menjadi lebih

produktif. Tahun 1991 akibat tingginya suku bunga simpanan dan pinjaman ,

Bank Rakyat Indonesia melakukan tindakan antisipatif dengan melakukan

penyerahan portofolio, penataan organisasi dan efesiensi, bahkan melakukan

streamlining (perampingan) atau rasionalsisai pegawai Bank Rakyat Indonesia,

sedangkan pada tahun 1992 melalui PP No.21 Tahun 1992, status badan hukum

Bank Rakyat Indonesia berubah bentuk menjadi perusahaan persero dengan nama

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).

Tahun 2003 (bulan Oktober 2003) Bank Rakyat Indonesia kemudian go

public menjadi perusahaan terbuka. Anggaran Dasar Perseroan PT Bank Rakyat

Indonesia (Persero) yang dibuat oleh Muhawi Salini,SH, seorang notaris di

Jakarta berikut perubahan- perubahannya terakhir diubah dengan Akte No.7

tanggal 3 Oktober 2003 yang dibuat dihadapan I Mas Fatmial ,SH, notaris di

Jakarta dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C-23726 HT. 01. 04 Tahun 2003

tanggal 6 Oktober 2003. Pada tahun 2004, BRI mengukir prestasi dengan meraih

penghargaan The Best BUMN of The Year 2004 dan pada tahun ini juga dilakukan

peresmian pengembangan proyek Small Medium Enterprise (SME) center dengan

bantuan Pemerintah Korea Selatan. Sepanjang tahun 2005 dengan semakin

kokohnya bisnis UKM-nya, BRI berhasil mengantongi beberapa prestasi yang

cukup membanggakan seluruh jajaran, misalnya, Investor Award sebagai emiten

terbit sektor perbankan, info bank award sebagai bank dengan kinerja terbaik

untuk kelompok bank breast 10 triliun-50 triliun rupiah.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Setelah dilakukannya merger termasuk Bank Milik Pemerintah maka Bank

Rakyat Indonesia adalah salah satu Bank BUMN yang terdiri dari:

1. PT Bank Mandiri (Tbk)

2. PT Bank Rakyat Indonesia (Tbk)

3. PT Bank Negara Indonesia (Tbk)

4. PT Bank Tabungan Negara (Tbk)

Menurut ketentuan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

maupun undang-undang perubahannya yaitu Undang-Undang No.10 Tahun 1998

menyatakan bahwa penghimpunan dana dan pemberian kredit merupakan

pelayanan jasa perbankan yang utama dari semua kegiatan lembaga perbankan.

Oleh karena Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan selain menyalurkan kredit

kepada masyarakat juga sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat. Dalam

hal menghimpun dana dari masyarakat Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan

mengeluarkan berbagai macam produk perbankan yang memberikan keuntungan

kepada pihak bank maupun kepada pihak nasabah. Produk perbankan tersebut

antara lain tabungan, giro dan deposito.

Macam-macam tabungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia antara lain:

1. Tabungan Haji

2. Tabungan Britama

3. Simpedes

4. Simaskot

Jenis-jenis giro pada PT. Bank Rakyat Indonesia antara lain:

1. Giro Valas adalah simpanan dalam valuta asing pihak ketiga pada Bank

Rakyat Indonesia yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
2. Giro BRI adalah jenis simpanan Bank Rakyat Indonesia yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek dan bilyet giro.

Jenis-jenis deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia yaitu:

1. Depobri rupiah adalah simpanan berjangka dalam mata uang rupiah yang

dikeluarkan oleh Bank Rakyat Indonesia, dimana penarikannya hanya dapat

dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang telah diperjanjikan.

2. Deposito on call adalah simpanan deposito yang mana simpanan itu tetap

berada pada bank selama yang mendepositokan belum membutuhkannya

dengan jangka waktu kurang dari 1 bulan sehingga dalam deposit on call ini

jatuh temponya dihitung berdasarkan hari yang kurang dari 1 bulan.

3. Depobri valas adalah simpanan pihak ketiga berupa deposito dalam mata uang

asing yang hanya dapat diambil setelah jangka waktu sebagaimana telah

diperjanjikan antara deposan dengan PT Bank Rakyat Indonesia.

Bagi para pengusaha, mereka mempunyai kecenderungan memanfaatkan

simpanan giro yang pada umumnya berjumlah besar dan uang dapat ditarik

sewaktu-waktu.

Bila menyimpan sejumlah uang tertentu dan menariknya pada saat jatuh

tempo setelah jangka waktu yang telah ditentukan, mereka ini biasanya

menyimpan uangnya dalam bentuk deposito atau deposito berjangka. Bila

menyimpan uang untuk setiap saat yang diperlukan dan penarikannya hanya dapat

dilakukan menurut syarat-syarat tertentu maka mereka ini akan memilih tabungan.

Biasanya PT Bank Rakyat Indonesia lebih menyukai masyarakat

menyimpan uangnya dalam bentuk simpanan berjangka seperti deposito

berjangka, karena pihak bank dapat memperkirakan cadangan kas yang tersedia

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
yang dapat memproyeksikan berapa jumlah kredit yang akan diberikan kepada

masyarakat.

Dalam kaitannya dengan kegiatan yang dilakukan oleh bank, maka akan

terlihat adanya dua sisi tangung jawab, yakni kewajiban yang terletak pada bank

itu sendiri dan kewajiban yang menjadi beban nasabah penyimpan dana sebagai

akibat hubungan hukum dengan bank. Hak dan kewajiban nasabah diwujudkan

dalam suatu bentuk prestasi. Prestasi yang harus dipenuhi oleh bank dan nasabah

adalah prestasi yang telah ditentukan dalam perjanjian antara bank dengan

nasabah terhadap produk perbankan tabungan dan deposito.

Adapun kewajiban PT. Bank Rakyat Indonesia terhadap deposan dalam

deposito berjangka antara lain:

1. kewajiban bank untuk tetap menjaga rahasia keuangan deposan

2. kewajiban bank untuk mengamankan dana nasabah

3. kewajiban untuk menerima sejumlah uang dari nasabah

4. bank wajib menolak aplikasi pembukaan rekening dari calon nasabah yang

tidak memenuhi persyaratan kelengkapan informasi dan atau apabila

dokumen-dokumen calon nasabah diragukan kebenarannya

5. kewajiban bank untuk memperpanjang deposito berjangka atas permintaan

deposan yang telah jatuh tempo.

6. Berkewajiban mencairkan deposito berjangka baik yang telah jatuh tempo

maupun yang belum jatuh tempo atas permintaan deposan.

7. berkewajiban menerbitkan bilyet pengganti deposito berjangka atas hilangnya

bilyet asli deposito berjangka milik deposan.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sedangkan PT. Bank Rakyat Indonesia berhak untuk mempergunakan

dana deposito berjangka untuk membiaya kegiatan usaha perbankan (misalnya

pemberian kredit) serta mengenakan denda atau penalty dan biaya administrasi

apabila deposan mencairkan deposito berjangkanya sebelum jatuh tempo

Kewajiban deposan dalam deposito berjangka dapat kita lihat pada

pembukaan rekening deposito berjangka. Dalam pembukaan rekening deposito

berjangka pada Bank Rakyat Indonesia harus mengacu kepada Kebijakan dan

Prosedur Prinsip Mengenal Nasabah (know your customer) antara lain

1. Nasabah perorangan

Pembukaan rekening untuk nasabah perorangan wajib memenuhi

persyaratan sekurang-kurangnya :

a. Pengisian formulir aplikasi pembukaan rekening

b. Permintaan bukti-bukti identitas dan dokumen-dokumen pendukung

informasi dari calon nasabah (KTP/SIM/Pasport)

c. Penelitian atas kebenaran dan keabsahan bukti-bukti identitas dan

dokumen pendukung informasi dari calon nasabah

d. Petugas wajib bertemu dengan calon nasabah, minimal pada saat

pembukaan rekening

e. Keterangan mengenai sumber dan tujuan penggunaan dana

f. Mengisi dan menandatangani specimen tanda tangan.

Khusus pembukan rekening anak dibawah pengampuan:

a. Rekening atas nama anak di bawah pengampuan yang diwakilkan oleh

orangtuanya wajib ditulis sebagai berikut: “ nama orang tua qq nama

anak”.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
b. Data yang di pergunakan adalah data si anak dan orang tua, tetapi

dokumen identitas yang diserahkan kepada unit kerja Bank Rakyat

Indonesia adalah identitas milik si orang tua mengingat si anak belum

memiliki kartu identitas

c. Nama gadis ibu kandung yang wajib dicantumkan dalam formulir aplikasi

pembukaan rekening adalah nama orang tua si anak.

2. Nasabah non perorangan

Pembukaan rekening non perorangan wajib memenuhi persyaratan

sekurang-kurangnya :

a. Pengisian formulir aplikasi pembukaan rekening

b. Permintaan informasi tentang status hukum dari badan yang dimaksud

dibuktikan dengan akta pendirian/anggaran dasar

c. Izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang berwenang

d. NPWP bagi calon nasabah yang diwajibkan untuk memeliki NPWP sesuai

dengan ketentuan yang berlaku

e. Dokumen identitas pengurus yang berwenang mewakili badan yang

dimaksud

f. Surat kuasa/penunjukkan dari calon nasabah (non perorangan) dengan

persetujuan semua pengurus yang berwenang sesuai dengan anggaran

dasar, untuk mewakili badan tersebut dalam melakukan transaksi

keuangan di Bank Rakyat Indonsia. Dengan demikian, tanda tangan

pengurus yang mewakili harus dicantumkan pada specimen tanda tangan

g. Penelitian atas kebenaran dan keabsahan bukti-bukti identitas dan

dokumen-dokumen pendukung informasi dari calon nasabah

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
h. Petugas wajib bertemu dengan calon nasabah, minimal pada saat

pembukaan rekening

i. Calon nasabah wajib mengisi data tentang keterangan mengenai sumber

dan penggunaan dana

j. Calon nasabah wajib mengisi dan menandatangani specimen tanda tangan.

Hak dari deposan adalah sebagai berikut:

1. Deposan berhak untuk mendapat bunga atas deposito berjangka yang telah

diperjanjikan terlebih dahulu

2. Deposan dapat mencairkan deposito berjangka baik secara tunai, overbooking

maupun dikliringkan ke bank lain

3. Deposan dapat merubah cara pembayaran bunga yang diperjanjikan dengan

mengajukan surat permohonan tertulis kepada unit kerja tempat pembukaan

rekening

4. Deposan berhak memberikan kuasa kepada orang lain untuk pencairan

deposito berjangka

5. Deposan berhak untuk mencairkan atau memperpanjang deposito berjangka

yang sudah jatuh tempo.

Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari hubungan antara

nasabah penyimpan dana merupakan suatu hal yang timbul akibat adanya

kerjasama antara bank dengan nasabah akan tetapi hak-hak dan kewajiban-

kewajiban nasabah kadangkala tidak diikuti dengan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban bank itu sendiri. Dalam pelaksanaan kegiatan usaha perbankan, sering

kali hak-hak nasabah tidak terlaksana dengan baik sehingga menimbulkan

perselisihan antara nasabah dan bank yang ditunjukkan dengan munculnya

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
pengaduan nasabah. Dalam perkembangan dunia perbankan di Indonesia,

terutama sejak deregulasi perbankan tahun 1988, terjadi persaingan yang tajam

antara perbankan. Hal positif yang timbul dapat dilihat dari segi nasabah bank

adalah meningkatnya upaya bank untuk memberikan pelayanan yang baik kepada

para nasabahnya termasuk dalam bentuk jaminan atau perlindungan atas apa yang

merupakan hak nasabah. Upaya penyelesaian pengaduan nasabah merupakan

bentuk peningkatan perlindungan nasabah dalam rangka menjamin hak-hak

nasabah berhubungan dengan bank.

B. Perikatan Antara Bank Dengan Nasabah Deposan

Perikatan adalah suatu istilah atau pernyataan yang bersifat abstrak, yang

menunjukkan hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua atau

lebih orang atau pihak, dimana hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban

kepada salah satu pihak yang terlibat dalam hubungan hukum tersebut.

Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih orang

(pihak) dalam bidang/ lapangan harta kekayaan, yang melahirkan kewajiban pada

salah satu pihak dalam hubungan hukum tersebut. 48

Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa suatu perikatan, sekurangnya

membawa serta di dalamnya empat unsur, yaitu : 49

1. Bahwa perikatan itu adalah suatu hubungan hukum

2. Hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau lebih orang (pihak)

48
Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, h. 17.
49
Ibid.
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
3. Hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan hukum

harta kekayaan

4. Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban pada salah satu pihak dalam

perikatan

Ekstensi perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan dapat ditemui pada

ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap perikatan

dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”.

Dari rumusan diatas dapat diketahui bahwa diluar perjanjian dan hal-hal

yang ditetapkan oleh undang-undang tidak ada perikatan. Perikatan melahirkan

hak dan kewajiban dalam lapangan hukum harta kekayaan. Demikian juga dengan

perjanjian, perjanjian melahirkan hak dan kewajiban dalam lapangan hukum harta

kekayaan bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian. Pihak yang mengadakan

perjanjian secara sukarela mengikatkan diri untuk menyerahkan sesuatu, berbuat

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu guna kepentingan dan keuntungan dari pihak

siapa ia telah membuat perjanjian atau mengikatkan diri, dengan jaminan atau

tanggungan berupa harta kekayaannya yang dimiliki oleh pihak yang membuat

perjanjian atau yang telah mengikatkan dirinya tersebut.

Adapun unsur-unsur perikatan yaitu:

1. Hubungan hukum

Hubungan hukum adalah hubungan yang terhadapnya hukum melekat

“hak” pada satu pihak dan melekat kewajiban pada pihak lainnya. Apabila salah

satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka hukum dapat memaksakan

pihak tersebut agar memenuhi kewajibannya.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
2. Kekayaan

Yang dimaksud dengan kriteria perikatan itu adalah ukuran-ukuran yang

dipergunakan terhadap suatu hubungan hukum sehingga hubungan hukum

tersebut dapat disebut suatu perikatan. Adapun ukuran atau kriteria yang

dipergunakan dapat dinilai dengan uang atau tidak. Apabila hubungan hukum

tersebut dinilai dengan uang maka hubungan hukum tersebut merupakan suatu

perikatan. Tetapi kriteria tersebut tidak lagi dipertahankan untuk mencapai

keadilan. Maka ditentukan, bahwa sekalipun hubungan hukum tidak ditentukan

atau dinilai dengan uang, tetapi kalau masyarakat menghendaki adanya suatu

hubungan yang diberi akibat hukum, maka hukum pun akan melekatkan akibat

hukum pada hubungan tersebut sebagai suatu perikatan.

3. Pihak-pihak

Perikatan haruslah terjadi antara dua orang atau lebih. Pihak yang berhak

atas prestasi adalah kreditur, sedangkan pihak yang wajib memenuhi prestasinya

adalah debitur.

4. Prestasi atau objek hukum

Adapun dalam perikatan antara PT. Bank Rakyat Indonesia dengan

nasabah penyimpan dana dalam bentuk deposito berjangka, yang menjadi debitur

adalah PT. Bank Rakyat Indonesia dan kreditur adalah nasabah penyimpan dana.

Hal ini tidak sesuai dengan unsur perikatan yang menyatakan bahwa kreditur

adalah bank sedangkan debitur adalah nasabah. Hal ini disebabkan karena pada

deposito berjangka, bank diwajibkan membayar sejumlah uang yang sesuai

dengan suku bunga deposito berjangka yang tertera pada bilyet depobri,

sedangkan dalam hal ini pihak nasabah penyimpan dana menyetorkan sejumlah

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
uang yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada PT. Bank Rakyat

Indonesia.

Para pihak yang telah secara sukarela melakukan perjanjian atau

mengikatkan diri terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak nasabah penyimpan

dana melakukan perikatan terhadap PT. Bank Rakyat Indonesia, pihak nasabah

menyerahkan sejumlah uang kepada pihak PT. Bank Rakyat Indonesia untuk

disimpan dalam produk dari PT. Bank Rakyat Indonesia yaitu depobri yang

kemudian pihak nasabah menerima keuntungan dari rekening deposito tersebut

berupa bunga deposito yang dibayar oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia setiap

bulannya. Guna kepentingan dan keuntungan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia

dalam mempertahankan kepercayaan nasabahnya dan masyarakat, maka PT. Bank

Rakyat Indonesia yang telah mengikatkan diri pada nasabahnya menjamin uang

masyarakat dengan harta kekayaan yang dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia.

Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun

2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, yang menyatakan bahwa :

“Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik

Indonesia wajib menjadi peserta penjamin”.

Dengan menjadi peserta dalam lembaga penjamin simpanan maka PT.

Bank Rakyat Indonesia dapat mengurangi kemungkinan resiko-resiko kerugian

yang dapat terjadi baik pada nasabah penyimpan dana maupun pada bank itu

sendiri apabila terjadi keadaan bank tidak sehat.

Nasabah yang mengikatkan diri pada PT. Bank Rakyat Indonesia

melahirkan perjanjian yang dapat dilihat dalam formulir permohonan pembukaan

rekening tabungan dan rekening deposito. Dengan adanya perjanjian yang telah

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
ditandatangani oleh nasabah penyimpan dana tersebut maka secara langsung pihak

nasabah penyimpan dana telah mengikatkan dirinya pada PT. Bank Rakyat

Indonesia untuk mematuhi dan melaksanakan seluruh hak dan kewajiban dari

perikatan tersebut.

C. Resiko Yang Timbul Dalam Transaksi Deposito Berjangka

Adapun resiko-resiko yang timbul dalam transaksi deposito berjangka

antara lain:

1. Hilangnya bilyet deposito berjangka oleh deposan

2. Hilangnya (tidak ditemukannya) arsip deposito berjangka dikantor cabang

bank pelaksana

3. Pemblokiran deposito berjangka.

4. Deposan sakit ingatan (gila).

Apabila dalam transakasi deposito berjangka timbul resiko seperti yang

disebutkan diatas, maka resiko-resiko tersebut dapat diselesaikan dengan cara

sebagai berikut:

1. Hilangnya bilyet deposito oleh deposan

Apabila seorang deposan yang dinyatakan sebagai pemegang deposito

pada PT. BRI Cabang Medan, pada suatu saat kehilangan bilyet deposito

berjangkanya, baik karena dicuri atau tercecer atau sebab lain misalnya terjadi

kebakaran dan sebab-sebab lainnya, maka sebagaimana kita ketahui apabila

seorang ingin mencairkan deposito berjangkanya, maka orang itu harus

menunjukkan bilyet depositonya sebagai bukti kepemilikannya atas deposito itu,

karena tanpa tanda bukti ini deposan tidak akan bisa mencairkan deposito

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
berjangkanya. Maka untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan (misalnya

pencairan deposito berjangka oleh orang yang tidak berhak), maka deposan harus

melakukan tindakan-tindakan lain sebagai berikut:

a. Orang yang kehilangan bilyet deposito tersebut harus melaporkan

kehilangan tersebut kepada kepolisian setempat. Oleh pihak kepolisian

akan mengelurakan surat keterangan tentang kehilangan bilyet deposito

tersebut.

b. Setelah melaporkan tentang kehilangan tersebut kepada kepolisian, maka

deposan melaporkannya kepada pihak bank yang bersangkutan.

Keterangan kepolisian tentang kehilangan tersebut adalah memperkuat

laporan kehilangan deposan kepada pihak bank bahwa bilyet deposito tersebut

benar-benar hilang. Pelaksanaan pelaporan kepada bank dapat dilakukan dengan

cara membuat surat pernyataan yang dibubuhi dengan materai cukup (Rp.6000,-)

atas beban deposan, dimana surat pernyataan ini berisi tentang kehilangan bilyet

depositonya.

Dengan berdasarkan kepada surat keterangan yang dikeluarkan oleh

kepolisian dan pelaporan deposan kepada pihak bank yang diikuti dengan surat

pernyataan kehilangan bilyet deposito oleh deposan kepada bank, maka bank akan

memberikan surat keterangan kepada yang bersangkutan. Surat keterangan ini

diberikan kepada deposan sebagai bukti bahwa deposan yang besangkutanlah

yang berhak atas nominal deposito yang tertulis dalam bilyet deposito yang

hilang itu. Surat keterangan ini juga menunjukkan bahwa bank benar-benar

memperhatikan kepentingan nasabahnya. Surat keterangan ini adalah bersifat

sementara waktu menunggu proses pengecekkan oleh bank dan menunggu

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
pencairan bilyet deposito yang hilang itu, karena mungkin saja setelah pelaporan

dan pembuatan surat pernyataan kehilangan tersebut ternyata bilyet deposito

ditemukan kembali. Tetapi apabila dalam satu minggu ternyata bilyet deposito

yang hilang tersebut tidak dapat ditemukan maka bank akan memberikan bilyet

deposito yang baru sebagai pengganti bilyet deposito yang hilang. Dalam

penggantian ini deposan dibebani biaya sebesar percetakan bilyet deposito.

Dengan diberikannya oleh bank bilyet deposito yang baru, maka bilyet deposito

yang lama dinyatakan tidak berlaku lagi. Isi atau bunyi dan kata-kata dalam bilyet

deposito yang baru tersebut dikutip dari lembaran foto copy deposito berjangka

yang tersimpan dikantor cabang tersebut. Bersamaan dengan diterimanya bilyet

deposito yang baru oleh bank sebagai pengganti bilyet deposito yang hilang, maka

surat keterangan sementara yang diberikan bank kepada deposan ditarik kembali.

Surat pemberitahuan atau surat pernyatan kehilangan tersebut disimpan

oleh bank sebagai arsip bersama-sama dengan surat keterangan dari kepolisian.

Dengan adanya bilyet deposito yang baru ini maka nominal deposito dari deposan

yang bersangkutan dapat dicairkan setelah jatuh tempo. Apabila memang telah

jatuh tempo pada saat pemberitahuan, maka biaya pencetakan formulir tidak lagi

dibebankan kepada deposan karena memang dalam hal ini kepada deposan tidak

lagi diberikan bilyet deposito yang baru.

2. Hilangnya arsip deposito di kantor cabang bank pelaksana

Sebenarnya hal ini sangat jarang terjadi atau boleh dikatakan hampir tidak

pernah terjadi. Karena dalam kenyataannya setiap bank itu mempunyai staf

pengamanan yang bekerja siang dan malam hari (24 jam setiap hari), dan

pengamanan setiap bank dilakukan dengan ekstra ketat. Jadi hilangnya arsip-arsip

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
bank karena dicuri pihak lain sangatlah tidak mungkin, karena dengan mencuri

arsip tersebut tidak ada artinya bagi si pencuri.

Hilangnya arsip bank mengenai deposito berjangka hanya mungkin terjadi

karena disebabkan terjadi kebakaran, banjir besar, dan gempa bumi yang

mengakibatkan hancurnya kantor bank tersebut. Dengan kehancuran kantor

tersebut maka kemungkinan besar arsip-arsip yang ada di kantor tersebut akan

ikut hancur atau hilang tidak dapat ditemukan lagi. Dengan kejadian tersebut di

atas tentunya timbul pertanyaan bagi deposan, kemana dan bagaimana pencairan

deposito berjangka yang telah jatuh tempo dan menyangkut pengambilan bunga

deposito.

Apabila gedung bank pelaksana deposito hancur yang mengakibatkan

hilangnya arsip-arsip bank, maka dengan segera pihak kantor pusat atau pimpinan

bank cabang setelah mengadakan konsultasi dengan kantor pusat akan menunjuk

kantor sementara tempat bank cabang melaksanakan kegiatannya. Oleh bank akan

mengumumkan kantor baru tersebut di dalam surat kabar (media cetak) yang

beredar di Indonesia (khususnya yang beredar di daerah setempat), agar para

pihak yang berkepentingan mengetahuinya.

Setelah masyarakat mengetahui hal tersebut, maka deposan melaporkan

tentang deposito berjangkanya kepada bank pelaksana. Kantor cabang juga akan

meminta copy arsip-arsipnya dari kantor pusat untuk membuat arsip baru sebagai

pengganti arsip yang hilang. Dengan adanya pelaporan dari pihak nasabah maka

arsip yang berhubungan dengan deposito berjangkanya dapat diselesaikan lebih

cepat dan lebih tepat sehingga deposan bisa lebih tenang.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Bagi deposan yang depositonya jatuh tempo pada saat kejadian atau

beberapa hari setelah kejadian, maka untuk mencairkan depositonya deposan

membawa bilyet asli deposito berjangkanya dan surat bukti mengenai identitasnya

sendiri sebagaimana biasanya pencairan deposito yang jatuh tempo. Dengan

datangnya deposan yang akan mencairkan depositonya, maka bank akan

mencocokkan bilyet tersebut dengan arsip yang ada di kantor pusat. Proses

pencocokan ini tentunya akan memakan waktu, untuk itu kepada deposan diminta

pengertiannya akan peristiwa tersebut, karena kejadian ini diluar kehendak pihak

bank. Demikian juga halnya dengan pengambilan bunga deposito oleh deposan

harus ada saling pengertian diantara kedua belah pihak tentang waktunya.

Apabila bilyet deposito juga hilang oleh deposan bersamaan dengan

kejadian yang menimpa kantor bank tersebut, maka dalam hal ini sangat dituntut

itikad baik pihak bank. Karena dalam hal ini sekalipun deposan tidak ada

membawa bilyet depositonya karena hilang, bank dapat mencek kebenarannya

pada arsip yang ada di kantor pusat. Apabila memang benar-benar ada, maka bank

yang mempunyai itikat baik dan melindungi kepentingan nasabahnya harus

mencairkan deposito tersebut pada waktu jatuh tempo sesuai permintaan nasabah.

3. Pemblokiran deposito berjangka

Resiko lain yang mungkin dihadapi deposan yang mendepositokan

uangnya di bank adalah pemblokiran deposito yang tersangkut dalam status

perkara oleh pejabat yang berwenang untuk itu.

Permintaan pemblokiran tersebut dapat dilakukan antara lain oleh:

a. Atas permintaan pihak kepolisian

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Pihak kepolisian dalam permintaan pemblokiran deposito tersebut dalam

pengajuannya harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Permintaan pembekuan atas rekening deposito milik deposan yang

datangnya dari pihak kepolisian harus diajukan (ditanda tangani) oleh:

- Komandan resort setempat

- Komandan tim penyelidikan bidang ekonomi

2) Dalam hal diperlukannya pemeriksaan atau pengusutan lebih lanjut,

misalnya untuk mengetahui jumlah atau besarnya rekening deposito yang

akan diblokir tersebut maka pelaksanaannya harus tetap ada izin dari

Menteri Keuangan RI.

b. Atas permintaan pihak pengadilan

Dalam hal ini suatu perkara yang sedang diproses di pengadilan negeri,

apabila dalam perkara tersebut ternyata pihak-pihak yang terperkara adalah

seorang nasabah/deposan suatu bank, dan perkara yang diproses tersebut

sehubungan dengan deposito yang dimilikinya, atau karena hal lain diperlukan

pemblokiran terhadap deposito milik deposan yang bersangkutan, maka

pengadilan negeri dapat meminta pemblokiran terhadap suatu deposito yang

diajukan oleh hakim sehubungan dengan suatu perkara, dengan tujuan untuk

mendapatkan hal-hal (data) yang diinginkan dalam pemeriksaan perkara.

c. Atas permintaan kejaksaan.

Permintaan pemblokiran terhadap deposito berjangka yang diajukan oleh

kejaksaan, maka pelaksanaannya agar diperhatikan dengan cermat. Adapun hal-

hal yang harus diperhatikan tersebut adalah:

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
1) Permintaan pembekuan atas rekening deposan dilakukan di dalam

penyitaan rekening milik deposan atas perintah kejaksaan

2) Permintaan pembekuan tersebut dilakukan dengan izin dari Menteri

Keuangan dan pelaksanaannya melalui surat perintah dari pihak kejaksaan

setempat.

3) Jaksa yang melakukan pemblokiran harus menunjukkan surat-surat bukti

atau surat perintah dari kejaksaan dan menyerahkan copynya kepada bank

dimana rekening deposan itu berada.

4) Setelah tidak terdapat keraguan, bank dapat melaksanakan pemblokiran

atau pembekuan rekening deposito tersebut, yakni dengan membuat surat

pernyataan untuk diserahkan kepada pihak kejaksaan.

5) Pembatalan kembali atau pencabutan atas pembekuan atau pemblokiran

rekening deposito milik deposan yang telah dilaksanakan hanya dapat

dilakukan atas permintaan pihak kejaksaan yang bersangkutan.

6) Oleh jaksa yang menyita dibuat proses verbal penyitaan rekening deposito

deposan tersebut dan satu copynya diserahkan kepada bank yang

bersangkutan.

Permintaan pemblokiran dilakukan atas permintan tertulis dari pejabat

yang berwenang yaitu Kepala Kepolisian RI, Jaksa agung, Ketua Mahkamah

Agung dan Menteri Keuangan. Permintaan pemblokiran sebagaimana dimaksud di

atas harus menyebutkan nama, pangkat, NIP dan jabatan Polisi, Jaksa atau Hakim,

nama tersangka/terdakwa atau deposan, sebab-sebab pemblokiran dan hubungan

perkara yang bersangkutan dengan pemblokiran.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Maka dengan adanya pemblokiran ataupun pembekuan terhadap rekening

deposito deposan tersebut, maka pihak deposan tidak dapat melakukan suatu

perbuatan yang berkaitan dengan deposito miliknya, selama pemblokiran

pembekuan itu belum dinyatakan dicabut oleh pihak-pihak yang meminta

pemblokiran tersebut. Apabila pemblokiran itu telah dicabut, maka pihak deposan

dapat melakukan suatu perbuatan tertentu terhadap deposito miliknya

sebagaimana sediakala.

Oleh karena itu pemblokiran deposito berjangka milik seorang deposan

oleh pihak kepolisian, Pengadilan Negeri, Kejaksaan mempunyai akibat-akibat

sebagai berikut:

1. Dengan dilaksanakannya pemblokiran atas rekening deposito, maka

kedudukan deposito tersebut menjadi/merupakan titipan dari pihak bank yang

memerintahkan pemblokiran tersebut. Oleh kaena itu deposito berjangka

tersebut tidak dapat dicairkan dan atau kecuali atas perintah Kepolisian,

Pengadilan Negeri, serta Kejaksaan yang semula memerintahkan pemblokiran

tersebut.

2. Atas deposito yang diblokir atau permintaan Kepolisian, Pengadilan Negeri,

Kejaksaan bunganya tetap diperhitungkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

3. Dalam hal deposito yang diblokir akan dicairkan sebelum jatuh tempo yakni

atas dasar penyitaan, maka bank akan memperhitungkan penalty rate sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Jadi dari uraian di atas tampak bagi kita bahwa bank sangat hati-hati dan

cermat terhadap permintaan pemblokiran atas rekening deposito nasabahnya,

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
karena bank sedapat mungkin akan melindungi nasabahnya dari segala bentuk

kerugian.

4. Deposan sakit ingatan (gila)

Hidup manusia tidak bisa selalu hidup sehat untuk selamanya, kadang kala

ada yang sehat hari ini, besok sudah meninggal atau gila dan sebagainya. Begitu

pula dengan halnya juga seorang nasabah deposan yang pada saat mendepositokan

uangnya ia dalam keadaan sehat namun ada kemungkinan setelah nasabah

deposan tersebut mendepositokannya uangnya, nasabah deposan tersebut jatuh

sakit atau sakit ingatan (gila)

Tentu dalam keadaan seperti ini timbul masalah bagaimana penyelesaian

deposito berjangka milik nasabah deposan yang sakit ingatan tersebut.

Menurut Hukum Perdata, bahwa orang yang sudah dewasa, yang

menderita sakit ingatan harus ditaruh dibawah pengampuan atau “curatele”(vide

Pasal 433 ayat (1) KUH Perdata). Pihak-pihak yang berhak meminta curatele

(pengampuan) atas seseorang yaitu:

1. Setiap anggota keluarga

Dalam hal ini anggota keluarga yang paling berhak adalah yang terdekat

hubungannya dengan orang yang dimohonkan curatele tersebut, misalnya bagi

seseorang yang sudah kawin yang paling dekat tentunya adalah suami atau

istrinya, sedangkan bagi orang dewasa yang belum kawin yang paling berhak

tentunya adalah orang tuanya.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
2. Orang itu sendiri

Seorang yang merasa dirinya kurang cerdas pikirannya sehingga tidak

mampu untuk mengurus sendiri kepentingan-kepentingannya, dapat juga

mengajukan permohonan supaya ia ditaruh di bawah curatele.

3. Jaksa

Dalam hal seorang menderita sakit ingatan, sehingga membahayakan

kepentingan umum, maka jaksa diwajibkan memintakan curatele untuk orang

tersebut, jika ternyata belum ada permintaan dari suatu pihak.

Permintaan curatele untuk seseorang diajukan kepada pengadilan negeri

setempat. Dalam permintaan ke pengadilan negeri ini, maka peristiwa-peristiwa

yang memperlihatkan adanya kedunguan sakit ingatan, itu harus disebutkan

dengan jelas disertai dengan bukti-bukti yang menguatkan bahwa orang tersebut

wajar ditaruh bawah curatele.

Apabila putusan hakim menetapkan seseorang itu ditaruh di bawah

pengampuan (curatele) dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka

Pengadilan Negeri mengangkat seorang “curator” (pengawas) untuk orang

tersebut. Terhadap orang yang sudah kawin maka sebagai kuratornya haruslah

diangkat istri atau suami dari orang yang ditaruh di bawah curatele itu, kecuali ada

hal-hal penting yang tidak mengijinkan pengangkatnnya.

Apabila orang yang ditaruh di bawah pengampuan itu belum kawin maka

sebagai kuratornya diangkatlah orang tuanya kecuali ada hal-hal penting yang

tidak mengijinkan pengangkatannya.

Sebagai akibat hukum dari pada curatele tersebut adalah bahwa kedudukan

seseorang yang telah ditaruh di bawah curatele sama seperti orang yang belum

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
dewasa, ia tidak dapat lagi melakukan perbuatan hukum secara sah. Segala

kepentingan-kepentingan orang tersebut dalam hal perbuatan hukum dilakukan

oleh curatornya. Pengampuan ini mulai berjalan terhitung semenjak putusan atas

penetapan itu diucapkan oleh Hakim (vide Pasal 446 ayat (1) KUH Perdata).

Dari uraian-uraian di atas dapatlah dilihat bahwa untuk mengurus segala

kepentingan hukum orang yang ditaruh di bawah curatele itu dilakukan oleh

curatornya. Dalam hal untuk melakukan pencairan deposito berjangka milik si

curatele maka yang harus dibawa curator kepada bank adalah:

1. Asli bilyet deposito milik deposan.

2. Surat pengangkatan curator dari Pengadilan Negeri.

3. Identitas curator sendiri.

Demikian juga dalam hal pengambilan bunga atas deposito milik deposan,

harus dilakukan oleh curatornya dengan membawa seperti apa yang dibawa dalam

pencairan deposito tersebut diatas.

Apabila sampai pada saat jatuh tempo belum juga ada orang yang meminta

pencairan dan pengambilan bunga deposito berjangka tersebut, maka bank sesuai

peraturan yang berlaku di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan akan

memperpanjang deposito tersebut secara otomatis, sedangkan bunga atas deposito

dimaksud yang seharusnya diambil oleh deposan akan disimpan di bank dengan

status “bunga dibayar” atas nama si deposan.

Dalam hal adanya keterlambatan oleh deposan mengurusi depositonya,

misalnya sampai satu minggu setelah jatuh tempo atau minggu setelah saat

pengambilan bunga yang seharusnya, deposan belum juga datang untuk

mengambil bunga deposito serta bilyet depositonya yang baru, maka dalam hal

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
ini bank mengambil suatu kebijaksanaan yang merupakan salah satu bentuk

pelayanan bank kepada nasabahnya yaitu bank akan mengirim surat

pemberitahuan kepada deposan agar dia datang mengambil bunga serta bilyet

depositonya yang baru ke bank. Surat ini dikirimkan ke alamat deposan yang

terdapat dalam surat permohonan transaksi deposito oleh deposan yang ada pada

di bank.

D. TINDAKAN PIHAK BANK ATAS PENCAIRAN DEPOSITO


BERJANGKA SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO,
KHUSUS PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA
CABANG MEDAN

Penghimpunan dana merupakan pelayanan jasa perbankan yang utama dari

semua kegiatan lembaga keuangan bank disamping pemberian kredit. Salah satu

pelayanan jasa berupa penghimpunan dana dari masyarakat dapat berupa deposito

berjangka. Deposito berjangka ini mempunyai tanggal jatuh tempo yang telah

ditetapkan, dibuktikan dengan instrumen tertulis, dan menghasilkan bunga yang

tetap bagi nasabah selama usia kontrak. Dengan demikian apabila waktu yang

ditentukan telah habis, deposan dapat menarik depositonya atau memperpanjang

dengan suatu periode yang dibutuhkan. Mengingat keterikatanya dengan waktu

kontrak tersebut maka deposito berjangka ini dari segi nasabah kurang likuid

karena tidak dapat diperdagangkan, sedangkan pandangan dari sudut bank,

deposito berjangka ini mempunyai beberapa manfaat yang menonjol karena dana

deposito tersebut cenderung mengendap sampai waktu jatuh tempo meskipun

biayanya tinggi.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Berkaitan dengan pencairan deposito berjangka pada PT. Bank Rakyat

Indonesia, maka dapat dilakukan pada saat jatuh tempo dan sebelum jatuh tempo

dengan berbagai alternatif, yaitu:

1. Diambil secara tunai, baik secara penuh maupun sebahagian di unit kerja

tempat pembukaan rekening

2. Overbooking ke rekening tabungan dan Girobri di unit kerja pembukaan atau

unit kerja lain dalam mata uang yang sama atau berbeda baik secara penuh

maupun sebahagian di unit kerja pembukaan rekening ataupun unit kerja lain

3. Dikliringkan ke bank lain.

Apabila deposan menginginkan deposito berjangkanya yang sudah jatuh

tempo dikliringkan ke rekeningnya di bank lain, maka atas biaya kliring tersebut

menjadi beban nasabah dan dipotong dari deposito berjangka yang bersangkutan.

Pencairan deposito berjangka baik secara tunai, overbooking rekening atau

kliring harus didahului dengan penyerahan asli bilyet deposito berjangka. Pada

saat deposito berjangka petugas bank harus memastikan kebenaran dan keaslian

bilyet deposito berjangka dengan mencocokkan data yang tercantum pada bilyet

asli, berkas dan data pada sistem.

Apabila deposan yang besangkutan tidak dapat datang sendiri untuk

mencairkan deposito berjangka karena sesuatu hal (misalnya sakit keras atau

terkena musibah), maka deposan dapat memberikan surat kuasa bermaterai cukup

kepada penerima kuasa untuk mencairkan deposito berjangka tersebut. Pencairan

deposito berjangka dengan menggunakan surat kuasa hanya dapat dilakukan di

unit kerja tempat pembukaan rekening.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Penerima kuasa wajib menunjukkan bukti identitas diri, bukti identitas diri

deposan dan copynya serta menyerahkan bilyet asli yang telah ditandatangani oleh

deposan yang bersangkutan. Kemudian dihadapan petugas bank, si penerima

kuasa membubuhkan tandatangan dan nama dibagian belakang bilyet asli deposito

berjangka tersebut (di tempat kosong). Deposito berjangka yang sudah dicairkan,

harus dimatikan dan dibubuhi stempel “TELAH DIBAYAR” pada bilyet deposito

berjangka tersebut.

Dalam hal pemilik deposito berjangka mencairkan depositonya sebelum

jatuh tempo, maka akan dikenakan denda atau penalty oleh bank yang

bersangkutan.

Adapun fasilitas penalty yang disedikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia,

yaitu

1. Penalty penuh (charge all)

a. Untuk deposito berjangka dengan jangka waku 1 (satu) bulan dibebankan

biaya administrasi dan bunga berjalan (bunga yang telah dicadangkan dari

tanggal jatuh tempo bunga sampai dengan dengan tanggal pencairan.)

b. Untuk deposito berjangka dengan jangka waktu di atas 1 (satu) bulan

dibebankan penalty bunga sebesar 25 % dari bunga yang sudah menjadi

hak deposan ditambah dengan bunga berjalan (bunga yang telah

dicadangkan dari tanggal jatuh tempo bunga sampai tanggal pencairan).

2. Bebas penalty (waive all)

Terhadap deposito berjangka tidak dikenakan penalty baik terhadap bunga

yang sudah diterima maupun bunga berjalan (bunga yang dicadangkan):

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
a. Untuk deposito berjangka dengan jangka waktu 1 (satu) bulan dibebaskan

biaya administrasi dan bunga berjalan (bunga yang telah dicadangkan dari

tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pencairan) menjadi hak

deposan.

b. Untuk deposito berjangka dengan jangka waktu diatas 1 (satu) bulan

dibebaskan dari penalty bunga sebesar 25 % dari bunga yang sudah

menjadi hak deposan ditambah dengan bunga berjalan ( bunga yang telah

dicadangkan dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pencairan)

menjadi hak deposan.

3. Penalty atas bunga berjalan (waive penalty on TTD interest)

Terhadap deposito berjangka hanya dikenakan penalty terhadap bunga

berjalan (bunga yang dicadangkan):

a. Untuk deposito berjangka dengan jangka waktu 1 (satu) bulan dibebankan

biaya administrasi dan bunga berjalan (bunga yang telah dicadangkan dari

tanggal jatuh tempo bunga sampai dengan tanggal pencairan

b. Untuk deposito berjangka dengan jangka waktu di atas 1 (satu) bulan:

1) Dibebaskan dari penalty bunga sebesar 25 % dari bunga yang sudah

menjadi hak deposan

2) Dibebankan penalty bunga berjalan (bunga yang telah dicadangkan

dari tanggal jatuh tempo bunga sampai tanggal pencairan).

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa untuk deposito

berjangka dengan jangka waktu 1 (satu) bulan dan dicairkan sebelum 1 (satu)

bulan maka kepada deposan dikenakan biaya administrasi pencairan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku (terlampir) dan bunga berjalan tidak dibayarkan,

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
sedangkan untuk deposito berjangka dengan jangka waktu di atas 1 (bulan), yang

dicairkan sebelum jatuh tempo, maka kepada deposan dikenakan penalty penuh:

1. Denda atau penalty bunga sebesar 25 % dari bunga yang sudah menjadi hak

deposan

2. Bunga yang telah dicadangkan dari tanggal jatuh tempo bunga sampai dengan

tanggal pencairan tidak dibayarkan.

Untuk pencairan deposito berjangka yang dicairkan sebelum jatuh tempo

dikenakan biaya administrasi pencairan. Dimana besarnya biaya administrasi

tersebut disesuaikan dengan jumlah nominal dari deposito berjangka.

Untuk deposito berjangka dengan jangka waktu di 1 bulan dikenakan

biaya administrasi pencairan sebesar :

1. untuk nominal 1 juta s/d 5 juta dikenakan biaya administrasi sebesar

Rp.5.000,-

2. untuk nominal > 5 juta s/d 25 juta dikenakan biaya administrasi sebesar

Rp.10.000.-

3. untuk nominal > 25 juta s/d 100 juta dikenakan biaya administrasi sebesar

Rp.50.000.-

4. untuk nominal > 100 juta dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.100.000.-.

Dalam hal pencairan deposito berjangka sebelum jatuh tempo PT Bank

Rakyat Indonesia berwenang untuk memberikan pembebasan deposito berjangka

(Bebas penalty atau penalty bunga berjalan) apabila pencairan deposito berjangka

sebelum jatuh tempo tersebut dipergunakan untuk pembayaran dalam rangka

penyelesaian pinjaman bermasalah atau pelunasan pinjaman di Bank Rakyat

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Indonesia, Pembukaan rekening Tabungan Haji, pelunasan setoran haji,

sedangkan bunga yang dicadangkan tetap tidak dibayar.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam perikatan antara PT. Bank Rakyat Indonesia dengan nasabah

penyimpan dana dalam bentuk deposito berjangka, yang menjadi debitur

adalah PT. Bank Rakyat Indonesia dan kreditur adalah nasabah penyimpan

dana. Hal ini disebabkan karena pada deposito berjangka, bank diwajibkan

membayar sejumlah uang yang sesuai dengan suku bunga deposito berjangka

yang tertera pada bilyet depobri, sedangkan dalam hal ini pihak nasabah

penyimpan dana menyetorkan sejumlah uang yang sesuai dengan ketentuan

yang berlaku pada PT. Bank Rakyat Indonesia.

2. Adapun resiko-resiko yang timbul dalam transaksi deposito berjangka pada

PT. Bank Rakyat Indonesia antara lain:

a. Hilangnya bilyet deposito berjangka oleh deposan.

b. Hilangnya (tidak ditemukannya) arsip deposito berjangka dikantor cabang

bank pelaksana.

c. Pemblokiran deposito berjangka.

d. Deposan sakit ingatan (gila).

3. Dalam hal pencairan deposito berjangka sebelum jatuh tempo pada PT. Bank

Rakyat Indonesia maka untuk deposito berjangka dengan jangka waktu 1

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
(satu) bulan dan dicairkan sebelum 1 (satu) bulan maka kepada deposan

dikenakan biaya administrasi pencairan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

(terlampir) dan bunga berjalan tidak dibayarkan, sedangkan untuk deposito

berjangka dengan jangka waktu di atas 1 (bulan), yang dicairkan sebelum

jatuh tempo, maka kepada deposan dikenakan :

a. Denda atau penalty bunga sebesar 25 % dari bunga yang sudah menjadi

hak deposan.

b Bunga yang telah dicadangkan dari tanggal jatuh tempo bunga sampai

dengan tanggal pencairan tidak dibayarkan.

B. SARAN

Setelah melakukan penulisan ini, ada beberapa hal yang akan

dikemukakan sebagai saran, semoga saran-saran ini menjadi suatu masukan yang

berarti. Adapun saran-saran tersebut antara lain adalah :

1. PT. Bank Rakyat Indonesia sebagai pihak debitur dalam transaksi deposito

berjangka harus melaksanakan kewajibannya serta memberikan pelayanan

yang baik kepada deposan. Hal ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat

untuk menyimpan dananya pada PT. Bank Rakyat Indonesia, khususnya

dalam bentuk deposito berjangka.

2. Hendaknya PT. Bank Rakyat Indonesia lebih memberikan perhatian serta

perlindungan kepada deposan terhadap segala resiko yang timbul dalam

transaksi deposito berjangka, sehingga deposan tetap dapat menuntut hak

untuk mencairkan deposito berjangkanya.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
3. Hendaknya pihak bank seminimal mungkin memberikan penalty atau denda

kepada deposan yang akan mencairkan deposito berjangkanya yang belum

jatuh tempo. Hal ini disebabkan dana yang disimpan kepada pihak bank oleh

deposan tentunya telah membantu pihak bank itu sendiri dalam menjalankan

kegiatan usahanya.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
American Institute Of Banking, 1987, Bank Management, Bina Aksara, Jakarta.

Bako, Ronny Sautama Hotma, 1995, Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap

Produk Tabungan Dan Deposito (Suatu Tinjauan Hukum Terhadap

Perlindungan Deposan Di Indonesia Dewasa Ini), Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Djumhana, Muhamad, 2003, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Fuady, Munir, 2003, Hukum Perbankan Modern, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hadisoewito, Slamet, 1987, Organisasi, Sumber Dan Penanaman Dana Bank,

Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, Jakarta.

Hermansyah, 2007, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media

Group, Jakarta.

Latumoerissa, Julius R, 1999, Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum, Bumi

Aksara, Jakarta.

Malik, Rizal, Ali, A.A.D. Bagindak, 1986, Dasar-Dasar Praktek Dan Kegiatan

Usaha Bank, Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung.

Muljadi, Kartini & Widjaja, Gunawan, 2004, Perikatan Pada Umumnya,.

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

N. Compton, Eric, 1991, Dasar-Dasar Perbankan, Akademik Pressindo, Jakarta.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Nuansa Aulia, Tim Redaksi, 2005, Himpunan Perundang-Undangan Republik

Indonesia Tentang Perbankan Dan Lembaga Penjamin Simpanan,.

Nuansa Aulia, Bandung.

Poerwadarminta, W.J.S., 1993, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta.

Sastrawidjaja, Man Suparman, 2004, Hukum Asuransi (Perlindungan

Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian), Alumni,

Bandung.

S.E., Kasmir, 2006, Manajemen Bank, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Siamat, Dahlan, 1993, Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta.

Simorangkir, J.C.T., T. Erwin, Rudy, Prasetyo, J.T., 2005, Kamus Hukum, Sinar

Grafika, Jakarta.

Sinungan, Muchdarsyah, 1992, Manajemen Dana Bank, Rineka Cipta, Jakarta.

Sitompul, Zulkarnain, 2005, Problematika Perbankan, Books Terrace & Library,

Bandung.

Suyatno, Thomas dkk, 1997, Kelembagaan Perbankan, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Suyono, Aryono, 1987, Kamus Praktis Istilah Perbankan, Pedoman Ilmu Jaya,

Jakarta.

Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermassa, Jakarta.

Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1986, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Pradnya, Jakarta.

Subekti, 1984, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta.


-----------------,
1982, Aneka perjanjian, alumni, Bandung.

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Usman, Rachmadi, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widiyono, Try, 2006, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di

Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor.

Widjanarto, 2003, Hukum Dan Ketentuan Perbankan Di Indonesia, Pustaka

Utama Grafiti, Jakarta.

B. Peraturan-Peraturan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

C. Internet

www. Yahoo. com

Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008
Rachmad Hidayat : Tindakan Bank Terhadap Pencairan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo Studi Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, 2008
USU Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai