Anda di halaman 1dari 16

KEBUTUHAN PELAYANAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

Eny Hikmawati dan Chatarina Rusmiyati

ABSTRACT

Basically, physical disable person have had abilities and potencies that can be developed in order
to get self confidence. They need, of course, some actions in terms of social rehabilitation. Needs
assessment is seen as important to do the social rehabilitation. This research takes clients and ex
clients as main informants, then supported by homecare staffs and also from focused group
discussion (FGD).
Research result shows that physical disable person need obeying of their existence, both in term
of as an individual and social, who have similar potencies as normal persons. They also need
acceptance of parent, family members and also surrounding community. More than that, they
need social facilities that accessed to do their daily activity, includes in term of work.
Its recommended to socialize physical disable person existence, their needs, social awareness
campaign, accessibilities, some tools required. Beyond these above direct support, it recommends
to set up a kind of policy and legal support in every areas.
Keywords: Social services, Physical disable person

ABSTRAK
Penyandang cacat tubuh pada dasarnya memiliki kemampuan dan potensi yang dapat
dikembangkan agar dapat mandiri. Untuk dapat mandiri penyandang cacat memerlukan rehabilitasi
sosial dan untuk dapat melaksanakan rehabilitasi sosial dengan baik maka perlu diketahui kebutuhan
penyandang cacat. Informan utama dalam penelitian ini adalah kelayan dan mantan kelayan panti
yang diperkuat informasi dari pelaksana program baik unsur pimpinan, operasional maupun
penunjang yang diperoleh melalui wawancara langsung dan hasil diskusi kelompok terfokus (FGD).
Hasil kajian menunjukkan bahwa penyandang cacat tubuh membutuhkan adanya pengakuan akan
keberadaan mereka sebagai individu dan makluk sosial yang memiliki kemampuan dan potensi
yang tidak jauh berbeda dengan orang normal. Mereka juga membutuhkan adanya pengakuan
dan penerimaan dari orangtua, keluarga dan masyarakat dengan kondisi kecacatannya. Selanjutnya
mereka juga membutuhkan pelayanan umum/aksesibilitas yang dapat mendukung segala
aktivitasnya dan akses pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 17


Oleh karena itu direkomendasikan perlunya peningkatan sosialisasi tentang penyandang cacat,
masalah dan kebutuhannya guna menghilangkan stigma masyarakat dan meningkatkan kepedulian
masyarakat kepada penyandang cacat, perlu penyediaan aksesibilitas disetiap ruang publik dan
tempat kerja, perlu memperbanyak alat bantu mobilitas bagi penyandang cacat sesuai dengan
tingkat kecacatan, pemberian pelayanan sosial hendaknya mengacu pada kebutuhan penyandang
cacat serta perlu dukungan perda sebagai bentuk perlindungan bagi penyandang cacat di setiap
daerah.
Kata Kunci: Kebutuhan Pelayanan Sosial, Penyandang Cacat Tubuh

I. PENDAHULUAN
Penyandang cacat tubuh sebagai salah
Penyandang cacat merupakan bagian satu penyandang masalah kesejahteraan sosial
masyarakat Indonesia yang memiliki perlu mendapat perhatian agar mereka dapat
kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan melaksanakan fungsi sosialnya. Penyandang
serta peran yang sama dalam segala aspek cacat tubuh adalah mereka yang tubuhnya tidak
kehidupan maupun penghidupan seperti halnya normal sehingga menghambat kemampuannya
WNI lain. Pengakuan tersebut dikuatkan secara untuk melaksanakan fungsi sosialnya di
hukum melalui Undang-Undang Nomor 4/1997 masyarakat. Mereka masih bisa berpikir normal,
diikuti terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor dapat melihat, mendengar, beraktivitas dan
43/1998 tentang Upaya Peningkatan berbuat sesuatu. Sementara ada bagian-bagian
Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. tertentu dari tubuhnya yang kurang berfungsi
Data PBB mengungkapkan 10 % dari namun ada juga bagian-bagian tubuh lain yang
total populasi penduduk dunia atau sekitar 650 masih bisa difungsikan. Penyandang cacat
juta adalah penyandang cacat. Laporan yang tubuh didalam mobilitasnya secara tidak
disampaikan Bank Dunia mengungkapkan langsung akan mengalami kesulitan dalam
sekitar 20 % dari penyandang cacat diseluruh melakukan aktivitas. Jika dibandingkan dengan
dunia datang dari kelas ekonomi lemah. Kondisi orang yang normal secara fisik penyandang
sosial penyandang cacat pada umumnya dalam cacat tubuh mengalami kelemahan dalam
keadaan rentan baik dari aspek ekonomi, menggerakkan tubuhnya secara optimal.
pendidikan, keterampilan maupun Penyandang cacat tubuh secara psikis akan
kemasyarakatan. Secara ekstrem bahkan mengalami rasa rendah diri dan kesulitan dalam
masih ada keluarga yang menyembunyikan menyesuaikan diri di masyarakat, karena
anggota keluarga yang cacat terutama di perlakukan masyarakat/lingkungan sekitar
pedesaaan. Disisi lain masih ada masyarakat berupa celaan atau belas kasihan ketika
yang memandang dengan sebelah mata memandang mereka.
terhadap keberadaan dan kemampuan para Permasalahan yang dihadapi
penyandang cacat. penyandang cacat di Indonesia antara lain

18 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


kurangnya akses informasi tentang pentingnya kesejahteraan sosial untuk mengatasi
melakukan rehabilitasi, kurangnya fasilitas permasalahan penyandang cacat tubuh telah
umum yang mempermudah para penyandang ditempuh melalui kegiatan rehabiltasi, baik
cacat melaksanakan kegiatan sehari-hari dan melalui sistem panti maupun non panti. Pusat
kurangnya akses pekerjaan untuk penyandang Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Tubuh
cacat. Para penyandang cacat di Indonesia merupakan wujud perhatian pemerintah, dalam
khususnya yang berada di pelosok masih hal ini Kementerian Sosial terhadap penyandang
banyak yang belum mengetahui bahwa cacat tubuh. Balai Besar Rehabilitasi Sosial
mereka memerlukan rehabilitasi. Akibatnya Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso
banyak para penyandang cacat yang terlantar Surakarta Jawa Tengah merupakan salah satu
dan menghadapi permasalahan kesehatan, pusat rehabilitasi sosial yang memberikan
pendidikan, ekonomi dan sosial yang semakin pelayanan sosial bagi penyandang cacat tubuh
parah. Permasalahan yang dihadapi para dalam bentuk rehabilitasi medis, sosial
penyandang cacat tersebut perlu ditangani psikologis dan keterampilan.
sedini mungkin agar mereka tidak mengalami
Kajian ini dilakukan untuk mengetahui dan
kecemasan berlebihan, putus harapan, takut mendeskripsikan tentang kebutuhan pelayanan
bertemu orang, malu berlebihan, suka sosial bagi penyandang cacat tubuh. Dengan
menyendiri dan memandang rendah dirinya.
diketahuinya kebutuhan pelayanan sosial bagi
Kondisi tersebut apabila dibiarkan akan penyandang cacat tubuh secara jelas maka
menggangu kepercayaan diri penyandang dapat dilakukan rehabilitasi sosial secara
cacat dalam melaksanakan segala
optimal, sehingga para penyandang cacat dapat
aktivitasnya. Hal tersebut didukung pendapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Mangunsong (1998) yang menyebutkan Tujuan kajian ini adalah untuk mendeskripsikan
bahwa orang yang mengalami cacat tubuh jika
tentang kebutuhan pelayanan sosial bagi
tidak mampu mengatasi krisis pada dirinya penyandang cacat tubuh.
akan mengakibatkan lebih tertekan, menyesali
diri terus menerus, marah pada orang yang
sehat, tidak mau berinteraksi dengan II. KAJIAN PUSTAKA
lingkungannya, akan mengurung diri, 1. Pelayanan Sosial
mengisolasi diri, curiga terhadap setiap orang
Pelayanan sosial merupakan suatu bentuk
karena merasa akan diejek, dihina sehingga
aktivitas yang bertujuan untuk membantu
mereka merasa tidak aman.
individu, kelompok, ataupun kesatuan
Guna meningkatkan kualitas hidup para masyarakat agar mereka mampu memenuhi
penyandang cacat maka mereka membutuhkan kebutuhan-kebutuhannya, yang pada akhirnya
upaya pelayanan dan rehabilitasi sosial. mereka diharapkan dapat memecahkan
Pelayanan dan rehabilitasi baik dari segi medis permasalahan yang ada melalui tindakan-
maupun sosial merupakan upaya penting untuk tindakan kerjasama ataupun melalui
membantu mengembalikan fungsi sosial pemanfaatan sumber-sumber yang ada di
penyandang cacat. Upaya peningkatan masyarakat untuk memperbaiki kondisi

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 19


kehidupannya. Pelayanan sosial meliputi mampu mengatasi masalah-masalahnya. Fungsi
kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi pelayanan sosial untuk rehabilitasi dimaksudkan
terhadap kasus yang muncul dan dilaksanaan untuk memulihkan dan mengembangkan
secara individual, langsung dan terorganisasi kemampuan seseorang yang mengalami
serta memiliki tujuan untuk membantu individu, disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi
kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial dapat
mencapai penyesuaian dan keberfungsian yang dilaksanakan secara persuasif, motivatif, kuratif
baik dalam segala bidang kehidupan di baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti
masyarakat, yang terkandung dalam pelayanan sosial. Rehabilitasi sosial diberikan dalam
adalah kegiatan-kegiatan yang memberikan jasa bentuk motivasi dan diagnosis psikososial,
kepada klien dan membantu mewujudkan perawatan dan pengasuhan, pelatihan
tujuan-tujuan mereka. vokasional dan pembinaan kewirausahaan,
Pelayanan sosial diartikan sebagai bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik,
bimbingan sosial dan konseling psikososial,
aktivitas atau kegiatan terorganisir yang
pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi
bertujuan membantu para anggota masyarakat
baik secara individu maupun kelompok untuk sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut
dapat menyesuaikan diri dengan peran dan serta rujukan.
lingkungan sosialnya. Pelayanan sosial dapat Pelayanan sosial selain menjalankan
berbentuk pengembangan, pencegahan, fungsinya, juga melakukan pemulihan suatu
penyembuhan atau rehabilitasi dan bantuan keadaan bermasalah menjadi suatu kondisi yang
sosial (Depertemen Sosial; 1999; 44). baik. Kegiatan dilakukan dengan cara
Pelayanan dalam arti luas mencakup fungsi membantu individu, kelompok dan masyarakat
pengembangan termasuk pelayanan dalam untuk dapat memanfaatkan potensi yang ada
bidang pendidikan, kesehatan, perumahan dan dalam dirinya sehingga memiliki kemampuan
tenaga kerja. Pelayanan sosial dalam arti sempit untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial, Dalam konteks penelitian ini kebutuhan
mencakup program pertolongan dan pelayanan sosial bagi penyandang cacat tubuh
perlindungan kepada golongan yang tidak adalah pelayanan sosial yang bertujuan
beruntung, seperti pelayanan sosial bagi anak memberikan pertolongan bagi penyandang
terlantar, keluarga miskin, tuna susila, dan cacat tubuh berupa penyembuhan dan
penyandang cacat. rehabilitasi agar penyandang cacat tubuh
Menurut Alfred J. Khan (Muhidin 1992, mampu mandiri dan dapat melaksanakan fungsi
43) disebutkan bahwa salah satu fungsi utama sosialnya secara wajar.
pelayanan sosial adalah untuk penyembuhan,
perlindungan dan rehabilitasi, yang bertujuan 2. Pengertian Penyandang Cacat Tubuh
untuk melaksanakan pertolongan kepada Penyandang cacat tubuh adalah
seseorang baik secara individu maupun seseorang yang mempunyai kelainan tubuh pada
kelompok/lembaga dan masyarakat agar alat gerak yang meliputi tulang, otot dan

20 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


persendian baik dalam struktur atau fungsinya b ) Cacat tubuh sedang
yang dapat mengganggu atau merupakan Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh,
rintangan dan hambatan baginya untuk dimana kebutuhan aktivitas hidup sehari-
melakukan kegiatan secara layak. Cacat tubuh hari (ADL)nya harus dilatih terlebih dahulu,
juga disebut cacat orthopedic dan cacat sehingga untuk seterusnya dapat dilakukan
muskuloskeletal yang berarti cacat yang ada tanpa pertolongan. Termasuk golongan ini
hubungannya dengan tulang, sendi dan otot. adalah cerebral palcy sedang, amputee
Cacat ortopedi adalah sakit jenis cacat, dimana dua tangan atas siku, muscle destrophy
salah satu atau lebih anggota tubuh bagian sedang, scoliosis dan seterusnya.
tulang, persendian mengalami kelainan
3) Cacat tubuh berat
(abnormal) sehingga timbul rintangan dalam
melakukan fungsi gerak (motorik). Yaitu mereka yang untuk kebutuhan
aktivitas hidup sehari-hari (ADL)nya selalu
Penyandang cacat tubuh berdasarkan memerlukan pertolongan orang lain, antara
jenis kecacatan dibedakan menjadi: lain amputee dua kaki atas lutut dan dua
a. Putus (amputasi) pada kaki dan atau tangan atas siku, cerebral palcy berat, layuh
tangan, dua kaki dan dua tangan, paraplegia berat
dan sebagainya. (Departemen Sosial, 2008).
b. Cacat tulang persendian, tungkai, tangan
dan sebagainya, Penyandang cacat tubuh sebagai salah
satu dari penyandang masalah kesejahteraan
c. Cacat tulang punggung,
sosial memiliki karakteristik yang berbeda
d. Paraplegia, dengan penyandang masalah sosial lainnya.
e. Cacat akibat sakit folio, Karakteristik tersebut adalah memiliki keinginan
untuk disayang yang berlebihan bahkan
f. TBC tulang dan sendi,
mengarah pada over protective, rasa rendah
g. Cerebral palcy (cacat koordinasi dari diri, kurang percaya diri, cenderung mengisolir
gerak anggota badan yang terganggu). diri, kehidupan emosional yang labil, dorongan
Sedangkan berdasar derajat kecacatannya biologis yang cenderung menguat,
dibedakan: kecenderungan hidup senasib, berperilaku
agresif, ada perasaan tidak aman, cepat
a) Cacat tubuh ringan menyerah, apatis, kekanak-kanakan dan
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh melakukan mekanisme pertahanan diri yang
dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari- kadang-kadang berlebihan. Faktor-faktor yang
hari (ADL)nya tidak memerlukan mempengaruhi karakteristik tersebut bisa
pertolongan orang lain. Termasuk dalam berasal dari traumatik, faktor bawaan, penyakit,
golongan cacat ini adalah amputasi tangan waktu terjadinya kecacatan, perlakuan
atau kaki salah satu, cerebral palcy ringan, lingkungan/masyarakat setempat, perlakuan
layuh salah satu kaki, tangan/kaki bengkok anggota keluarga, iklim dan keadaan alam atau
dan sebagainya. lingkungan alam, ekologi dan trandisi setempat

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 21


serta pandangan hidup dalam diri, keluarga, 4) Masalah ekonomi, tergambar dengan
masyarakat dan pemerintah. adanya kehidupan penyandang cacat
tubuh yang pada umumnya berada di
Pandangan hidup dalam diri, keluarga,
bawah garis kemiskinan. Hal ini
masyarakat dan pemerintah ini sangat terkait
disebabkan oleh karena rendahnya
dengan permasalahan yang dihadapi
pendapatan. Tingkat produktifitas yang
penyandang cacat. Permasalahan terkait
rendah karena kelemahan jasmani dan
kecacatan yang dihadapi penyandang cacat
rohani hingga tidak memiliki
tubuh adalah:
keterampilan kerja (produksi) serta
a. Masalah Internal adanya hambatan di dalam struktur
1) Menyangkut keadaan jasmani, yang kejiwaan, berakibat pada
dapat mengakibatkan gangguan ketidakmampuan didalam
kemampuan physik untuk melakukan melaksanakan fungsi sosialnya.
sesuatu perbuatan atau gerakan 5) Masalah penampilan peranan sosial
tertentu yang berhubungan dengan berupa ketidakmampuan hubungan
kegiatan hidup sehari-hari (activity of antar perorangan, berinteraksi sosial,
daily living). bermasyarakat dan berpartisipasi di
2) Menyangkut kejiwaan/mental lingkungannya.
seseorang, akibat kecacatannya b. Masalah Eksternal
seseorang menjadi rendah diri atau 1) Masalah keluarga yaitu timbul rasa
sebaliknya, menghargai dirinya terlalu malu akibat salah satu anggota
berlebihan, mudah tersinggung, keluarganya penyandang cacat tubuh.
kadang-kadang agresif, pesimistis, labil, Akibatnya anak tidak sekolah, tidak
sulit untuk mengambil keputusan. boleh bergaul bermain dengan teman
Kesemuanya dapat merugikan, sebaya, kurang mendapatkan kasih
khususnya berkenaan dengan sayang sehingga anak tidak dapat
hubungan antara manusia dan berkembang kemampuan dan
canggung dalam melaksanakan fungsi kepribadiannya. Selanjutnya
sosialnya. penyandang cacat tubuh tersebut tetap
3) Masalah pendidikan, kecacatan fisik menjadi beban keluarganya.
sering menimbulkan kesulitan 2) Masalah masyarakat, masyarakat
khususnya pada anak umur sekolah. yang memiliki warga penyandang
Mereka memerlikan perhatian khusus cacat tubuh akan turut terganggu
baik dari orangtua maupun guru di kehidupannya, selama penyandang
sekolah. Sebagian besar kesulitan ini cacat belum dapat berdiri sendiri dan
juga menyangkut transportasi antara selalu menggantungkan pada orang
rumah kediaman ke sekolah, kesulitan lain. Dari segi ekonomi, sejak
mempergunakan alat-alat sekolah seseorang terutama yang telah dewasa
maupun fasilitas umum lainnya. menjadi cacat tubuh, masyarakat

22 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


mengalami kerugian ganda, yaitu kemandirian dalam bekerja, seperti
kehilangan anggota yang produktif dan penyediaan perumahan, transportasi
bertambah anggota masyarakat yang dan jenis pekerjaan tertentu yang sesuai
konsumtif, yang berarti menambah dengan jenis kecacatan serta fasilitas
beban berat bagi masyarakat. Oleh umum lainnya.
karena itu perlu usaha-usaha 3) Pelayanan umum, ketersediaan sarana
rehabilitasi yang dapat merubah umum seperti sekolah, rumah sakit,
penyandang tubuh dari kondisi perkantoran, tempat rekreasi,
konsumtif menjadi produktif. perhotelan, kantor pos, terminal, telepon
Disamping itu masih ada sikap dan umum, bank dan tempat lain belum
anggapan sebagian masyarakat yang memiliki aksesibilitas bagi penyandang
kurang begitu menguntungkan bagi cacat. (Departemen Sosial, 2008)
penyandang cacat tubuh, antara lain
Dari uraian tersebut di atas dapat
masih adanya sikap ragu-ragu terhadap
disimpulkan bahwa penyandang cacat
kemampuan (potensi) penyandang
tubuh adalah setiap orang yang
cacat tubuh, sikap masa bodoh
mempunyai kelainan fisik yang dapat
disementara lapisan masyarakat
terhadap permasalahan penyandang mengganggu atau merupakan
cacat tubuh, belum meluasnya rintangan dan hambatan bagi dirinya
partisipasi masyarakat dalam untuk melakukan kegiatan secara
menangani permasalahan penyandang layak. Oleh karena itu penyandang
cacat tubuh, masih lemahnya cacat membutuhkan pelayanan dan
organisasi sosial yang bergerak di rehabilitasi sosial yang sesuai dengan
bidang kecacatan dalam kebutuhan, agar penyandang cacat
melaksanakan operasinya, masih mampu melaksanakan fungsi secara
adanya anggapan masyarakat bahwa wajar atau mandiri.
tenaga kerja penyandang cacat tubuh
kurang potensial dibanding tenaga kerja 3. Kebutuhan Pelayanan Sosial
tidak cacat, pengguna jasa tenaga kerja Penyandang Cacat Tubuh
penyandang cacat tubuh umumnya Undang-Undang Nomor. 4 tahun 1997
belum menyediakan kemudahan/ menegaskan bahwa penyandang cacat
sarana bantu yang diperlukan bagi merupakan bagian masyarakat Indonesia yang
tenaga kerja penyandang cacat tubuh, memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran
program pelayanan rehabilitasi medis, yang sama. Mereka mempunyai hak dan
rehabilitasi sosial dan rehabilitasi kesempatan yang sama dalam segala aspek
vokasional yang dilaksanakan oleh kehidupan dan penghidupan. Pasal 6 dijelaskan,
pemerintah dan masyarakat belum bahwa setiap penyandang cacat berhak
menjangkau seluruh populasi memperoleh : a) pendidikan pada semua satuan,
penyandang cacat tubuh serta masih jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; b) pekerjaan
sangat terbatasnya aksesibilitas bagi dan penghidupan yang layak sesuai jenis dan

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 23


derajat kecacatan, pendidikan, dan keterbatasan fisik mempunyai kebutuhan yang
kemampuannya; c) perlakuan yang sama untuk bersifat khusus yaitu kebutuhan aksesibilitas dan
berperan dalam pembangunan dan menikmati mobilitas seperti jalan khusus untuk kursi roda,
hasil-hasilnya; d) aksesibilitas dalam rangka toilet khusus pengguna kursi roda, ramp
kemandiriannya; e) rehabilitasi, bantuan sosial, (pegangan), alat bantu orthese dan prothese.
dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; Menurut Maslow pada dasarnya manusia
dan f) hak yang sama untuk mempunyai lima kebutuhan dasar yang
menumbuhkembangkan bakat, kemampuan,
membentuk tingkatan-tingkatan atau hirarki
dan kehidupan sosialnya, terutama bagi yang disusun berdasarkan kebutuhan yang
penyandang cacat anak dalam lingkungan paling penting hingga yang tidak penting dan
keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu,
dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai
penyandang cacat termasuk cacat tubuh atau didapat. Kebutuhan tersebut adalah: a)
memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran Kebutuhan fisiologis yaitu sandang, pangan,
yang sama seperti warga masyarakat lainnya.
papan dan kebutuhan biologis; b) Kebutuhan
Sementara itu dalam Pasal 16 Undang-Undang
keamanan dan keselamatan yaitu bebas dari
Nomor 4/1997 disebutkan bahwa pemerintah penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari
dan masyarakat berkewajiban memenuhi hak- rasa sakit, dan bebas dari teror; c) Kebutuhan
hak penyandang cacat seperti pendidikan dan
sosial yaitu memiliki teman, memiliki keluarga,
pekerjaan yang layak, rehabilitasi, bantuan sosial dan kebutuhan cinta dari lawan jenis; d)
dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Kebutuhan penghargaan, berupa pujian,
Berkaitan dengan pemenuhan hak-hak piagam, tanda jasa, dan hadiah; dan e)
penyandang cacat maka diperlukan pelayanan Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan dan
sosial. Pelayanan sosial bertujuan membantu keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai
upaya resosialisasi penyandang cacat baik di dengan bakat dan minatnya.
lingkungan keluarga maupun masyarakat di
Selanjutnya kebutuhan pelayanan sosial
sekitar tempat tinggal mereka. Pemberian bagi penyandang cacat tubuh sebagai individu
pelayanan sosial bermuara pada pemenuhan yang hidup dalam keluarga dan masyarakat
kebutuhan fisik yaitu makan, pakaian, tempat meliputi:
tinggal, kesehatan, pendidikan dan akses
pekerjaan. Pemenuhan kebutuhan psikis berupa a. Kebutuhan penyandang cacat tubuh
perhatian dan kasih sayang baik dari lingkungan sebagai individu
keluarga maupun masyarakat. Pemenuhan Penyandang cacat tubuh hidup dalam
kebutuhan sosial berupa penerimaan dan masyarakat yang kompleks, memerlukan
penghargaan dari keluarga dan masyarakat. suatu lingkungan aman, yang memberikan
Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang kasih sayang, pengakuan dan penerimaan.
bersifat umum artinya setiap orang mempunyai Meskipun mengalami hambatan, mereka
kebutuhan yang sama. Penyandang cacat masih mempunyai kemampuan-
sebagai orang yang mempunyai keterbatasan- kemampuan yang dapat dikembangkan

24 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


terutama dalam perkembangan emosional, sosialisasi sangat penting guna peningkatan
dimana emosi merupakan kebutuhan yang persepsi yang benar sehingga dapat
sama dengan orang yang tidak cacat. dilakukan penanganan penyandang cacat
b. Kebutuhan penyandang cacat tubuh secara optimal agar penyandang cacat
sebagai makhluk sosial dapat mandiri.
Penyandang cacat sejak lahir adalah d. Kebutuhan penyandang cacat tubuh dalam
makhluk sosial, kelangsungan hidup masyarakat
tergantung pada orang disekelilingnya, Perlu dijelaskan kepada masyarakat bahwa
kebutuhan rasa aman dan kasih sayang penyandang cacat tubuh mempunyai
merupakan hal utama. Hal ini dialami oleh kesamaan kesempatan dengan melibatkan
penyandang cacat tubuh dan kebutuhan ini penyandang cacat tubuh dalam organisasi
makin lama makin bertambah seiring kemasyarakatan. Masyarakat perlu
dengan perkembangan usia anak-anak dan diberikan bimbingan agar muncul
membutuhkan teman bermain. kepedulian, partisipasi dan tanggung jawab
Penyandang cacat membutuhkan dalam penanganan penyandang cacat.
pengakuan, dihargai dan diterima oleh e. Kebutuhan Pelayanan umum
teman-temannya dan timbul keinginan akan
status sosial yang layak dalam kelompok/ Fasilitas untuk penyandang cacat di tempat
masyarakat. Apabila perkembangan ini umum hampir tidak ada, seperti jalur
mengalami hambatan akibat kecacatannya khusus, toilet dan boks telepon bagi
maka akan berpengaruh kepada pengguna kursi roda. (Departemen Sosial,
perkembangan kejiwaan anak. 2008)

c. Kebutuhan penyandang cacat tubuh dalam Penelitian ini akan mengkaji kebutuhan
keluarga pelayanan sosial penyandang cacat tubuh
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan seperti
Salah satu fungsi keluarga adalah sebagai tersebut di atas.
tempat berlindung yang aman bagi
anggotanya. Perlakuan keluarga yang
III. METODE PENELITIAN
wajar kepada anggota keluarga yang cacat
akan membuat mereka merasa aman dan Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
nyaman. Akan tetapi banyak keluarga yang pendekatan kualitatif. Penelitian di laksanakan
tidak dapat menerima anggota keluarga di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
yang cacat karena ketidaktahuan dan sebagai lembaga yang melaksanakan pelayanan
persepsi yang salah. Oleh karena itu dan rehabilitasi sosial penyandang cacat.
diperlukan sosialisasi guna penyadaran bagi Pengumpulan data dilakukan dengan
keluarga agar dapat menerima penyandang wawancara langsung kepada informan.
cacat dan memperlakukan secara wajar. Informan utama dalam penelitian ini adalah
Hadirnya persatuan orangtua keluarga kelayan panti dan mantan kelayan yang
penyandang cacat sebagai wadah berjumlah 8 orang, diperkuat pelaksana program

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 25


baik unsur pimpinan, operasional maupun sehingga mereka merasa aman ketika
penunjang serta didukung hasil diskusi kelompok tinggal di panti sosial. Dengan demikian
terfokus Focus Group Discussion. Focus mereka juga merasa diakui dan diterima
Group Discussion dimaksudkan dalam rangka keberadaannya. Salah seorang informan
pemantapan data yaitu menyatukan pendapat kelayan berinisial Wgn mengatakan dengan
tentang permasalahan yang diteliti dari tegas bahwa,
beberapa informan yang berbeda peran, status “Kami ini tidak cacat, memang ada
dan jabatannya. Data yang terkumpul kekurangan secara fisik tetapi tidak
selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif, jadi masalah. Justru kekurangan fisik
dengan langkah sebagai berikut: 1. kami harus menjadi motivasi agar kami
Pengumpulan data, dilakukan dengan dapat berbuat lebih baik dan
wawancara, observasi, dokumentasi dan FGD; bertanggung jawab”.
2. Reduksi data, data yang diperoleh difokuskan
Hal senada juga diungkapkan oleh
pada permasalahan yang diteliti; 3. Display
informan pengusaha tempat praktek
data, yaitu menunjukkan data yang telah bimbingan kerja bagi kelayan panti berinisial
diklasifikasikan atau bagian tertentu dari Jnt yang mengatakan bahwa,
penelitian; 4. Verifikasi yaitu memberikan
makna atau interpretasi terhadap hasil temuan “Mereka yang cacat fisiknya
penelitian, bila kesimpulan masih meragukan sedangkan pikirannya tidak, sehingga
perlu penambahan data. (Moleong, 2002). hasil kerjanya juga tidak berbeda
dengan yang dihasilkan oleh pekerja
lain yang tidak cacat”.
IV. KEBUTUHAN PELAYANAN
Ungkapan informan ini membuktikan
SOSIAL PENYANDANG CACAT bahwa meskipun penyandang cacat
TUBUH mempunyai keterbatasan fisik ternyata
Hasil wawancara kepada informan baik hasil kerjanya tetap baik tidak jauh berbeda
kelayan, mantan kelayan panti maupun dengan hasil kerja mereka yang tidak cacat.
pelaksana program, pelayanan sosial yang Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa
dibutuhkan penyandang cacat tubuh adalah: penyandang cacat diterima dan diakui
keberadaannya.
1. Kebutuhan Penyandang Cacat sebagai
Sebagai seorang penyandang cacat tubuh
Individu
yang hidup dalam masyarakat yang
Bagi penyandang cacat yang tinggal di kompleks, penyandang cacat memerlukan
panti pada umumnya memiliki perasaan suatu lingkungan aman, yang memberi
senasib, meskipun tinggal di panti mereka kasih sayang, pengakuan dan penerimaan.
mendapatkan perhatian dan kasih sayang Penyandang cacat sebagai individu yang
setidaknya oleh lingkungan panti, seperti mengalami hambatan masih mempunyai
teman-teman, para petugas panti yang kemampuan yang dapat dikembangkan
memperlakukan mereka dengan wajar terutama dalam perkembangan emosional,

26 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


dimana emosi merupakan kebutuhan bagi lingkungannya untuk berperan aktif
setiap orang yaitu untuk dihargai dan diakui menyadarkan masyarakat sekelilingnya
keberadaannya. bahwa penyandang cacat memang
Salah satu prinsip dalam pekerjaan sosial memiliki keterbatasan karena
adalah prinsip “penerimaan”, merupakan kecacatannya, namun mereka memiliki
prinsip dalam memberikan bimbingan sosial potensi dan kemampuan yang dapat
kepada kelayan sebagai individu. Prinsip dikembangkan. Hal tersebut didukung
penerimaan (the principle of acceptance) pendapat informan dari pelaksana program
dimaksudkan agar pekerja sosial dalam berinisial Rtn lain yang mengatakan bahwa,
melakukan pendampingan dapat menerima “Perlu peningkatan kesadaran masyarakat
kelayan secara wajar sesuai dengan melalui penyuluhan dan informasi yang
keadaannya. Kelayan dihargai dan benar berkaitan dengan kondisi
dihormati sebagai manusia dengan penyandang cacat dan masalahnya, agar
karakteristik, kekurangan dan masyarakat dan lingkungannya dapat
kelebihannya. Dengan penerimaan apa menerima secara wajar dan berpartisipasi
adanya ini, kelayan akan merasa senang dalam setiap kegiatan masyarakat”.
dan aman sehingga ia dapat beradaptasi Adanya pemahaman yang benar dan sikap
dengan lingkungan sosialnya. penerimaan yang wajar oleh keluarga,
2. Kebutuhan Penyandang Cacat sebagai kelompok dan masyarakat terhadap
Makhluk Sosial kelemahan dan potensi penyandang cacat
Penyandang cacat tubuh selain akan menumbuhkan kepedulian, toleransi
membutuhkan rasa aman, dihargai dan dan partisipasi sosial keluarga, kelompok
diakui keberadaannya sebagai individu, juga dan masyarakat dalam upaya peningkatan
membutuhkan pengakuan sebagai makhluk kesejahteraan sosial penyandang cacat.
sosial yang bisa diterima dan dapat Kesadaran masyarakat dalam menerima
berfungsi sosial di masyarakat. Hasil penyandang cacat dapat mendorong
wawancara dengan beberapa informan tumbuhnya harga diri dan kepercayaan diri
kelayan dan mantan kelayan panti dapat penyandang cacat. Hal ini sangat
disimpulkan bahwa perlu adanya diperlukan dalam rangka mengoptimalkan
penghapusan persepsi masyarakat yang keberfungsian sosial penyandang cacat.
menganggap penyandang cacat adalah Pelibatan penyandang cacat dalam
beban keluarga dan masyarakat yang tidak kegiatan kemasyarakat secara wajar akan
bisa ditangani. Masyarakat mempunyai memberi peluang yang baik bagi
andil besar dalam menghilangkan stigma penyandang cacat untuk mengembangkan
yang selama ini berkembang dalam fungsi sosialnya sehingga tidak merasa
masyarakat bahwa penyandang cacat canggung atau minder dalam kegiatan
menjadi beban keluarga dan masyarakat kemasyarakat dan dapat melaksanakan
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu tugas kehidupan selanjutnya.
keterlibatan tokoh masyarakat di

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 27


3. Kebutuhan Penyandang Cacat dalam memperlakukan penyandang cacat tubuh
Keluarga menuju kemandirian dan keberfungsian
Informasi yang diperoleh dari kelayan panti sosial. Peran serta orang tua dalam
bahwa dengan adanya dorongan dan menumbuhkembangkan keberfungsian
dukungan dari keluarga maka mereka sosial juga dapat diwujudkan dalam
memiliki semangat untuk mengikuti organisasi Persatuan Orang tua
pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti. Penyandang Cacat Tubuh. Tujuan
Salah satu informan menyatakan bahwa dibentuknya organisasi tersebut adalah
ketika mereka datang ke panti diantara oleh untuk memobilisir potensi orang tua dan
keluarganya, orangtua selalu menghubungi keluarga dalam mendukung keberhasilan
lewat telepon sekedar menanyakan pelayanan kesejahteraan sosial penyandang
keadaannya dan memotivasi untuk selalu cacat. Untuk itu keberadaan organisasi
semangat, bahkan ada orangtua yang sudah tersebut sangat diperlukan.
menyiapkan usaha kalau anaknya selesai 4. Kebutuhan Penyandang Cacat dalam
mengikuti rehabilitasi. Hal tersebut Masyarakat
menunjukkan bahwa penerimaan keluarga Mengenai kebutuhan penyandang cacat
menjadi kebutuhan penting bagi dalam masyarakat diungkapkan oleh
penyandang cacat tubuh. Diharapkan mantan kelayan yang telah berhasil
orangtua dan keluarga memiliki pandangan membuka usaha penjahitan sendiri.
dan kesadaran bahwa kecacatan bukan Diungkapkan bahwa adanya keterbukaan
merupakan aib bagi si penyandang dan juga dan pengakuan masyarakat terhadap
bukan aib bagi keluarga serta tidak menjadi keberadaan penyandang cacat dapat
beban keluarga. Adanya pandangan yang menjadi motivasi hidup mereka. Mereka
benar tentang penyandang cacat ini akan menjadi lebih bersemangat dalam menjalani
menghapus stigma bahwa penyandang kehidupan tanpa takut untuk dicemooh,
cacat merupakan beban keluarga dan terbukti bahwa informan tersebut dengan
selamanya akan menjadi beban keluarga. usaha penjahitan yang telah ditekuni selama
ini sudah dipercaya untuk membuatkan
Pada dasarnya setiap orang memiliki seragam di beberapa sekolah dan
kemampuan dan potensi termasuk perusahaan yang ada di daerah tersebut.
penyandang cacat sekalipun masih Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
memiliki potensi dan kemampuan yang penyandang cacat membutuhkan
perlu digali dan dikembangkan secara dukungan, pengakuan dan penerimaan dari
maksimal untuk dapat memenuhi kebutuhan orang tua, keluarga serta masyarakat. Hal
hidupnya. Pemahaman yang benar ini perlu tersebut juga dilandasai oleh pandangan
dimiliki oleh setiap orangtua dan keluarga bahwa manusia tak terkecuali orang cacat
penyandang cacat agar mereka dapat sama dihadapan Tuhan, perlu diakui
berperan penuh untuk membantu keberadaaannya, memiliki hak dan
menumbuhkembangkan potensi yang kewajiban serta memiliki kemampuan dan
dimiliki penyandang cacat dan bagaimana potensi yang dapat dikembangkan.

28 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


Sementara kelayan lain juga menyatakan maupun mantan kelayanan PSBD
bahwa masyarakat mau menerima dirinya terungkap bahwa aksesibilitas fisik yang
apa adanya terbukti ketika dia pulang para mestinya disediakan adalah:
tetangga meminta jasanya untuk memotong a. Rambu-rambu jalan baik di lingkungan
rambut dan creambath. Keterampilan ini panti maupun di masyarakat.
diperoleh dari BBRSBD karena dia
mengambil jurusan salon dan dia ingin b. Ramp (pegangan) untuk keluar masuk
mengembangkan usaha salon sebagai bekal bangunan.
hidupnya agar bisa mandiri. c. Lift untuk bangunan berlantai 2 atau
Hal tersebut didukung pernyataan informan lebih.
dari pelaksana program bahwa selama d. Pegangan dalam kamar mandi/toilet
mengikuti pelayanan dan rehabilitasi sosial dan tanda bahaya/darurat.
selain mendapatkan bimbingan e. Tidak menggunakan lantai yang licin.
keterampilan mereka juga mendapatkan
f. Mobil dan ambulance di rancang
bimbingan mental sosial yang bertujuan
khusus untuk penyandang cacat.
untuk mengembalikan kondisi mental
psikologis mereka agar mampu g. Ukuran dasar ruang, letak peralatan
melaksanakan fungsi sosialnya dalam dan sarana aksesibilitas yang sesuai
tatanan kehidupan dan penghidupan dengan ketentuan teknis (KepMen PU
masyarakat. Selain itu perlu adanya Nomor 468/KPTS/1988).
kesiapan dari masyarakat untuk bisa h. Jalur khusus bagi pengguna kursi roda,
menerima dan mengakui keberadaan boks telpon khusus, tempat wudhu bagi
mereka. pengguna kruk dan toilet khusus.
5. Kebutuhan Pelayanan Umum/Aksesibilitas Informan lain mengungkapkan bahwa
Penyediaan sarana aksesibilitas lingkungan disamping mereka membutuhkan
merupakan kebutuhan bagi penyandang lingkungan yang akses, penyandang cacat
cacat. Lingkungan yang akses bagi juga memerlukan alat bantu mobilitas, yakni
penyandang cacat akan memberikan alat yang digunakan oleh penyandang cacat
dukungan yang besar terhadap proses dan untuk meminimalkan gangguan, hambatan
keberhasilan pengembangan potensi dan atau rintangan sebagai akibat
keberfungsian sosial penyandang cacat. kecacatannya agar dapat meningkatkan
Hal ini karena lingkungan yang akses akan mobilitas, komunikasi dan interaksi dalam
memperlancar dan memberi kemudahan kehidupan secara wajar. Kebutuhan alat
mobilitas penyandang cacat karena bantu bagi penyandang cacat seperti
keterbatasan fisik dalam segala aspek orthese yakni penyangga kaki, kruk, kursi
kehidupannya. roda, tongkat, penyangga tulang belakang
(backsphiktc), freeport (tongkat kaki tiga)
Dari hasil wawancara dengan penyandang
dan prothese yakni kaki palsu atau tangan
cacat baik yang masih menjadi kelayan
palsu. Ini semua diperlukan guna

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 29


meminimalisir keterbatasan atau hambatan diharapkan lebih percaya diri, optimis, dan
dalam mobilitas. memiliki keterampilan kerja sehingga
6. Kebutuhan Akses Pekerjaan mampu berfungsi sosial di lingkungannya,
mandiri dan bertanggung jawab terhadap
Terkait kebutuhan akses pekerjaan, diri, keluarga dan masyarakat.
terungkap dari salah seorang informan
mantan kelayan yang menghendaki
adanya fasilitas dalam akses pekerjaan
V. PENUTUP
karena dia merasakan sulitnya 1. Kesimpulan
mendapatkan pekerjaan karena Penyandang cacat sebagai manusia
kecacatannya. Disisi lain, informasi dari membutuhkan kebutuhan yang sama dengan
salah seorang peserta FGD, eks kelayan manusia pada umumnya yaitu kebutuhan fisik,
BBRSBD tahun 1986 Prof. Dr. Soeharso psikis dan sosial. Kebutuhan fisik meliputi
Surakarta yang sekarang sudah berhasil makan, sandang, tempat tinggal, kesehatan,
mengatakan bahwa, pendidikan dan akses pekerjaan. Untuk
“Penyandang cacat kalau mau maju kebutuhan sosial yaitu penerimaan dan
atau berhasil jangan menggantungkan penghargaan, sedangkan kebutuhan psikis yaitu
pada orang lain. Ada tiga prinsip yang perhatian, kasih sayang sehingga merasa aman.
harus dijadikan pegangan untuk bisa Kebutuhan yang khusus adalah aksesibilitas
berhasil yaitu, jangan takut gagal, yakni lingkungan yang akses untuk
hidup adalah harapan dan mengubah memperlancar dan memudahkan mobilitas
hidup dengan kemauan”. karena keterbatasan fisiknya. Selain lingkungan
Hal tersebut juga didukung pendapat dari yang akses penyandang cacat juga memerlukan
mantan kelayan yang juga sudah berhasil, alat bantu mobilitas sesuai dengan
berinisial Mdt yang menyatakan agar kecacatannya guna meminimalisir keterbatasan
penyandang cacat setelah selesai dalam mobilitas. Diketahuinya kebutuhan
mengikuti pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat secara jelas maka dapat
di panti lebih mengembangkan pada usaha dijadikan acuan dalam pelayanan dan
mandiri atau wirausaha. Oleh karena itu rehabilitasi sehingga tujuan rehabilitasi sosial
penyandang cacat harus bisa membangun dapat tercapai yaitu penyandang cacat dapat
image (pandangan) yang baik agar melaksanakan fungsi sosial secara wajar dan
masyarakat percaya kepada mereka mandiri sesuai dengan kondisinya.
bahwa mereka tidak menjadi beban
masyarakat dan bukan orang yang perlu 2. Rekomendasi
dikasihani. a. Perlu peningkatan sosialisasi tentang
Selanjutnya menurut informasi dari penyandang cacat, masalah dan
pelaksana program terungkap bahwa kebutuhannya guna menghilangkan stigma
penyandang cacat setelah mengikuti masyarakat dan meningkatkan kepedulian
pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti masyarakat kepada penyandang cacat.

30 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


Sosialisasi dilaksanakan oleh Dinas Sosial DAFTAR PUSTAKA
dan lembaga atau LSM pemerhati
Departemen Sosial, RI. 1999, Profil
penyandang cacat.
Pembangunan Kesejahteraan
b. Perlu penyediaan aksesibilitas disetiap
Sosial, Jakarta; Pusdatin
ruang publik dan tempat kerja sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun ———, 2006, BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
1979 Tentang Penyandang Cacat, Kepmen Surakarta. Surakarta; BBRSBD
PU Nomor 468/KPTS/1988 tentang ———,2008, Panduan Khusus Pelaksanaan
Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada
Bimbingan Sosial Penyandang
Bangunan Umum dan Lingkungan serta
Cacat Tubuh Dalam Panti. Jakarta:
Kepmen PU Nomor 71/1999 tentang
Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat dan Dit. PRSPC
Orang Sakit pada Sarana dan Prasarana ———, 2008, Standarisasi Pelayanan Dan
Perhubungan. Rehabilitasi Sosial Penyandang
c. Perlu memperbanyak alat bantu mobilitas Cacat Tubuh Dalam Panti, Jakarta:
agar lebih banyak menjangkau penyandang Dit. PRSPC
cacat sesuai dengan tingkat kecacatan Eva Rahmi Kasim, 2008. Tinjauan Terhadap
guna meningkatkan mobilitasnya. Kebijakan Integrasi Sosial
Dilaksanakan oleh Kementerian Sosial, RI,
Penyandang Cacat Kedalam
Dinas Sosial, pengusaha, dan lembaga/LSM
pemerhati penyandang cacat. Mainstream Masyarakat, Jakarta:
PRSPC
d. Pemberian pelayanan sosial hendaknya
mengacu pada kebutuhan penyandang Justika S. Baharsjah, 1999. Menuju
cacat agar hasilnya lebih optimal. Masyarakat yang Berketahanan
Dilaksanakan oleh panti sosial penyandang Sosial, Pelajaran dari Krisis.
cacat, lembaga yang memberikan Jakarta: Departemen Sosial RI
rehabilitasi, keluarga dan masyarakat.
Lexy Moleong, 2002, Metodologi Penelitian
e. Perlu dukungan perda sebagai bentuk Kualitatif. Bandung: Remaja
perlindungan bagi penyandang cacat di Rusdakarya.
setiap daerah.
Muhidin, 1992. Pengantar Kesejahteraan
***
Sosial. Bandung: STKS.
Salim Choiri, 1996, Ortopedagogik D, Untuk
Anak Tuna Daksa, Surakarta: UNS
Sam Isbani, 1990. Bina Diri dan Pelayanan
Teraputik D untuk Anak Tuna
Daksa. Surakarta: UNS

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 31


Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 11
Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang
Penyandang Cacat.
www. Rustam Romli, Melongok Panti
Rehabilitasi Cacat Tubuh, Solo, 13
Januari jam 17:18 wib

BIODATA PENULIS :
Eny Hikmawati dan Chatarina Rusmiyati
adalah Peneliti pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan dan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta

32 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai