Anda di halaman 1dari 18

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM KONTEKS KESEHATAN

MASYARAKAT DAN DASAR-DASAR GIZI MASYARAKAT

OLEH :

KELOMPOK VI
AFRIDAYANTI (19030001P)
ENDANG TRY LESTARI (19030011P)
SUSI MERI LUBIS (19030019P)

UNIVERSITAS AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN


PRODI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM AHLI JENIS
T.A 2019/2020
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i

BAB I PEMBAHASAN ........................................................................ 1


1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Konteks Kesehatan
Masyarakat ........................................................................................ 1
1.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi ....................................... 1
1.1.2 Pengertian Remaja ............................................................... 1
1.1.3 Remaja dan Permasalahannya ............................................. 2
1.1.4 Perilaku Seksual Remaja dan Kesehatan Reproduksi.......... 2
1.1.5 Risiko Perilaku Seksual Remaja Saat Ini ............................. 4
2.2 Dasar-dasar Gizi Masyarakat ........................................................... 6
2.2.1 Defenisi dan Pengertian Ilmu Gizi ........................................ 6
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Penyerapan Gizi ................................ 7
2.2.3 Fungsi Gizi............................................................................. 9
2.2.4 Zat Gizi (Makro dan Mikro) .................................................. 10
2.2.5 Penilaian Status Gizi .............................................................. 12
2.2.6 Masalah Gizi dalam Kesehatan Masyrakat............................ 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Konteks Kesehatan Masyarakat


1.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata “produksi”
yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupya.
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan
alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan
persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa risiko apapun (Well Health Mother
Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal.

1.1.2 Pengertian Remaja


Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa
ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di
sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-
13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Menurut World Health Organization
(WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang
secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa
dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi
dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.
Mohammad (1994) mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25
tahun, di mana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umummnya, yaitu
ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah
usia ketika mereka pada umumnya, secara sosial dan psikologis mampu mandiri.
1.1.3 Remaja dan Permasalahannya
Permasalahan remaja mencakup banyak aspek, diantaranya :
1. Aspek perubahan pada remaja
Dua aspek pokok dalam perubahan pada remaja, yakni :
a. Perubahan fisik
Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan
biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu
terjadilah perubahn fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi
dan berat badan pada remaja atau biasa disebut pertumbuhan dan
kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal.
b. Perubahan Psikologis
Masa remaja merupaka masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang
bersangkutan pada situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih
kanak-kanak dan di lain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang
dewasa.Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering
menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung, dan kalau tidak
di kontrol bisa menimbulkan kenakalan.
2. Determinan Perkembangan Remaja
Keluarga, sekolah dan tetangga merupakan aspek yang secara langsung
mempengaruhi kehidupan remaja. Sedangka struktur sosial, ekonomi,
politik, dan budaya lingkungan merupakan aspek yang memberikan
pengaruh secara tidak langsung terhadap kehidupan remaja. Secara garis
besarnya ada dua tekanan pokok yang berhubungan dengan kehidupan
remaja, internal pressure (tekanan dari dalam diri remaja) yang merupakan
tekanan psikologis dan emosional dan external pressure (tekanan dari luar
diri remaja) seperti teman sebaya, orangtua, guru, dan masyrakat.

1.1.4 Perilaku Seksual Remaja dan Kesehatan Reproduksi


Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang
sangat berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme
atau respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada (Notoatmojdo,1993).
Sedangakan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul
berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya
maupun dari luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara
seksual lebih dini. Dan adanya persepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih
rendah atau tidak beresiko sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual,
semakin mendorong remaja memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum
menikah. Persepsi seperti ini disebut youth vulnerability oleh Quadrel et. al. (1993)
juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakuakan underestimate terhadap
vulnerability dirinya. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada
intercourse (senggama) yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi
HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan
reproduksi, namun dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja.
(ICPD) dan Rai dan Nassim). Batasan kesehatan reproduksi menurut International
Conference on Population and Development (ICPD) hampir berdekatan dengan
batasan ‘sehat’ dari WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat
jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan
semata, yang berhubungan sistem fungsi, dan proses reproduksi (ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi kesehatan
reproduksi mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks
secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan
diinginkan, wanita di mungkinkan menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan
anak yang sehat serta di dalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan (Iskandar,
1995).
Secara umum terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi, yakni :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan,
tingkat pendidikan yang renah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual
dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.
2. Faktor budaya dan lingkungan antara lain praktik tradisional yang berdampak
buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan
informasi yang membingngkan anak danremaja mengenai fungsi dan proses
reproduksi.
3. Faktor psikologis adalah keretakan orangtua akan memberikan dampak pada
kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal,
rasa tidak berharganya wanita di mata pria yang membeli kebebasan dengan
materi.
4. Faktor fisiologis antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi dan
sebagainya.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD
Kairo dicantumkam definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak
reproduksi. Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada
pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara
bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak , penjarangan anak (birth spacing),
dan menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan mempunyai informasi dan
cara untuk memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar tertinggi kesehatan
seksual dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk memperoleh
seks yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang
tentu saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan
reproduksi seseorang, termasuk kesehatan reproduksi remaja.

1.1.5 Risiko Perilaku Seksual Remaja Saat Ini


Banyak penelitian dan berita di media massa yang menggambarkan fenomena
perilaku seksual remaja pranikah di indonesia. Sebenarnya perilaku seksual remaja
pranikah sudah ada sejak manusia ada. Tetapi informasi tentang perilaku tersebut
cenderung tidak terungkap secara luas. Sekarang kondisi masyarakat telah berubah
dengan telah makin terbukanya arus informasi, makin banyak pula penelitian atau studi
yang mengungkapkan permasalahan perilaku seksual remaja, termasuk hubungan
seksual pranikah.
Faktor-faktor yang sangat terkait kondisi saat ini menyebabkan perilaku seksual
remaja semakin menggejala akhir-akhir ini. Namun begitu, banyak remaja tidak
mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari perilaku seksual mereka terhadap
kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat ataupun waktu yang lebih panjang.
Beberapa dampak perilaku seksual remaja pranikah terhadap kesehatan
reproduksi :
1. Hamil yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy)
Unwanted pregnancy (kehamilan yang tidak di kehendaki) merupakan
salah satu akibat dari perilaku seksual remaja. Anggapan-anggapan yang keliru
seperti: melakuakan hubungan seks pertama kali, atau hubungan seks jarang
dilakuakan, atau perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks
dilakukan sebelum atau sesudah menstruasi, atau bila mengunakan teknik coitus
interuptus (sanggama terputus), kehamilan tidak akan terjadi merupakan pencetus
semakin banyaknya kasus unwanted pregnancy. Unwanted pregnancy membawa
remaja pada dunia pilihan, melanjutkan kehamilan atau mengugurkanya. Menurut
Khisbiyah (1995) secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan itu, yakni :
a. Faktor internal meliputi intensitas hubungan dan komit-men pasangan remaja
untuk menjalin hubungan jangka panjang dalam perkawinan, sikap dan
persepsi terhadap janin yang di kandung, seperti persepsi subjektif mengenai
kesiapan psikologis dan ekonomi untuk memasuki kehidupan perkawinan.
b. Faktor eksternal meliputi sikap dan penerimaan orng tua kedua belah pihak,
penilaian masyarakat, nilai-nilai normatif dan etis dari lembaga keagamaan,
dan kemingkinan-kemungkinan perubahan hidup di masa depan yang
mengikuti pelaksanaan keputusa yang akan dipilih.
Terlepas dari alasan diatas, yang pasti melahirkan dalam usia remaja (early
chilbearing) dan melakuakan aborsi merupakan pilihan yang harus mereka jalani.
Banyak remaja putri yang mengalami unwanted pregnancy terus melanjutkan
kehamilanya. Kosenkuensi dari keputusan yang mereka ambil itu adalah
melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda.
2. Penyakit menular seksual (PMS) –HIV/AIDS
Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi
adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan
seks yang tidak aman. Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakuakan
anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV, seperti
sifilis, gonore, herpes, klamidia dan AIDS. Dari data yang ada menukjukan bahwa
diantara penderita atau kasus HIV/AIDS, 53,0% berusia antara 15-29 tahun. Tidak
terbatasnya cara melakukan hubungan kelamin pada genital-genital saja (bisa juga
orogenital) menyebabkan penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah genital,
tetapi dapat juga pada daerah-daerah ektra genital.
3. Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan
kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi,
pihak perempuan atau tepatnya korban utama dalam masalah ini. Kodrat untuk
hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok yang
sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil
merupakan aib keluarga, yang secara telak mencoreng nama baik keluarga dan ia
adalah si pendosa yang melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman
sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri
tersebut. Perasaan binggung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja
setelah mengetahui kehamilanya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis
terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan marah baik kepada diri
sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara
fisik, sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi remaja tidak terpenuhi.

1.2 Dasar-dasar Gizi Masyarakat


1.2.1 Defenisi dan Pengertin Ilmu Gizi
Kata “Gizi” berasal dari bahasa Arab ghidzi yang berarti “makanan”. Ilmu Gizi
berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia. Dalam Bahasa Inggris, food
menyatakan makanan, pangan, dan makanan. Secara Umum Ilmu Gizi difenisikan
sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan
dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Gizi adalah elemen yang terkandung di dalam makanan dan dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air.
1.2.2 Anatomi dan Fisiologi Penyerapan Zat Gizi
1. Anatomi Penyerapan Gizi
a. Mulut
Proses pencernaan dimulai dengan menggigit yang dilanjutkan
dengan mengunyah. Mengunyah tidak hanya akan menghancurkan
makanan menjadi molekul yang lebih kecil, tapi juga mulai mencairkan
dan mencampurnya dengan ludah (saliva). Air ludah mengandung enzim
amilase ludah (amilase salivary), yang memulai penguraian kimiawi dari
zat tepung.
b. Kerongkongan (Esophagus)
Terdapat otot-otot kuat yang disebut diaphragma, yang terletak
tepat di bawah paru-paru. Kerongkongan adalah pipa yang membantu
makanan yang telah ditelan untuk sampai ke bawah diaphragm dan ke
dalam perut. Tidak terdapat proses pencernaan yang khusus dalam
esophagus.
c. Lambung
Walaupun banyak orang berpikir bahwa perut merupakan organ
utama dalam pencernaan, tetapi fungsinya hanya sebatas pada proses fisik
saja. Sebagian besar pencernaan kimiawi terjadi di bawah dan pada usus
kecil. Perut mencampur dan mengaduk makanan (secara teknis disebut
sebagai “bolus” jika pada saat ditelan berbentuk padat, dan “chyme”
setelah perut mengaduknya menjadi cairan). Apa yang terjadi secara
kimiawi dalam perut pada pokoknya melibatkan protein dengan enzim
pepsin yang mulai menguraikan beberapa rantai panjang dari protein.
Perut juga mengandung asam hydrochloric pada tingkat pH 2 atau
kurang.
d. Usus Kecil
Panjangnya sekitar 20 kaki gulungan pipa yang berfungsi sebagai
tempat penting bagi pencernaan dan penyerapan. Dalam istilah anatomi,
bagian pertama disebut duodenum, bagian tengah disebut jejunum dan
bagian akhir disebut ileum. Keseluruhan permukaan dari dinding dalam
usus kecil pada kenyataannya sangat besar (hampir separuh dari ukuran
lapangan sepak bola) karena permukaan dalamnya yang tidak rata.
Panjang keseluruhannya dilapisi oleh proyeksi yang disebut villi (bentuk
tunggal: villus), dan setiap villus terlapisi oleh proyeksi yang lebih kecil
disebut microvilli. Karena bentuknya yang menyerupai bulu sikat, maka
permukaan dalam usus kecil biasanya disebut sebagai brush
border (batas sikat). Pada batas sikat inilah terjadi sebagian besar dari
penyerapan nutrisi, karena microvillus memiliki pembuluh rambut kecil
yang menerima nutrisi ke dalam darah dari saluran pencernaan.
e. Usus Besar (Colon)
Secara diameter, colon bentuknya lebih besar daripada usus kecil,
tapi jauh lebih pendek ukurannya dibandingkan dengan usus kecil. Fungsi
utamanya adalah penyerapan kembali terhadap air (bersama dengan
mineral-mineral lain yang terlarut di dalamnya) ke dalam aliran darah,
dan meninggalkan sisa yang berbentuk agak padat yang kemudian akan
dibuang dalam bentuk tinja (feces) melalui anus pada akhir usus besar.
Ingatlah bahwa perut mengambil sebanyak dua galon air dari aliran darah
untuk mencairkan makanan-makanan. Jika usus besar gagal melakukan
tugasnya untuk penyerapan ulang air, maka akan berakibat pada kematian
yang disebabkan oleh dehidrasi. Pada penyakit diare yang parah, ini
berarti usus besar tidak melakukan tugas dengan semestinya, ini
alasannya mengapa dehidrasi merupakan penyebab umum dari kematian
bayi yang disebabkan oleh diare. Penyebab umum dari ini adalah karena
air minum yang tercemar, khususnya di negara-negara miskin.

2. Fisiologi Penyerapan Zat Gizi


a. Penyerapan (Absorsi) Karbohidrat
Monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) diabsorpsi melalui
sel epitel usus halus. Bila konsentrasi monosakarida cukup tinggi,
absorpsi terjadi secara pasif. Bila konsentrasi turun absorpsi terjadi secara
aktif. Glukosa dan galaktosa lebih cepat diabsorpsi daripada fruktosa.
Mono sakarida melalui pembuluh vena aorta dibawa ke hati dimana
fruktosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa. Jadi semua disakarida
diubah menjadi glukosa pada akhirnya.
b. Penyerapan (Absorsi) Lemak
Hasil pencernaan lipida diabsorpsi ke dalam membrane mukosa
usus halus melalui cara difusi pasif.
c. Penyerapan (Absorsi) Protein
Asam amino segera di absorpsi 15 menit setelah kita makan. Absorpsi ini
menggunakan transport natrium seperti halnya pada absorpsi glukosa.
Asam amino memasuki system sirkulasi darah melalui vena porta lalu
dibawa ke hati sebagian digunakan oleh hati dan sebagian lagi melalui
sirkulasi darah yang dibawa ke sel-sel jaringan tubuh.
d. Penyerapan (Absorsi) Vitamin dan Mineral
Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam
folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan
kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara
dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan

1.2.3 Fungsi Zat Gizi


Fungsi dari zat gizi adalah :
1.Memberi energi (zat pembakar), karbohidrat, lemak dan protein merupakan
ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.
2.Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) –protein,
mineral, dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan
mengganti sel jaringan yang rusak.
3.Mengatur proses tubuh (zat pengatur)- Protein, mineral, air, dan vitamin.
Protein bertujuan mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai
buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi
sebagai penangkal organisme yang bersifat infektil dan bahan-bahan asing
yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin sebagai pengatur
dalam proses-proses oksidasi, fungsi, normal saraf dan otot serta banyak proses
lain yang terjadi dalam tubuh, seperti dalam darah cairan pencernaan jaringan,
mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa/ eksresi dan lain-
lain proses tubuh.
Zat gizi digolongkan ke dalam 6 (enam) kelompok utama, yaitu Karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
Fungsi umum zat gizi di dalam tubuh adalah :
b. Untuk sumber energi
c. Untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan-jaringan tubuh
d. Untuk mengatur proses-proses di dalam tubuh

1.2.4 Zat Gizi (Makro dan Mikro)


1. Zat gizi makro terdiri dari :
a. Karbohidrat
Karbohidrat, berdasarkan gugusan penyusun gulanya dapat dibedakan
menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat
adalah salah satu pembentuk energi yang paling murah karena pada
umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras,
jagung, singkong, dan sebagainya) yang merupakan makanan pokok.
b. Lemak
Lemak berasal dari minyak goring , daging, margarin, dan sebagainya.
Fungsi pokok lemak bagi tubuh adalah :
- Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram lemak
mengahsilkan sekitar 9,3 kalori)
- Sebagai pelarut vitamin : A, D, E, dan K
- Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan
pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.
c. Protein
Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(protein nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein
bagi tubuh adalah :
- Membangun sel-sel yang rusak
- Membentuk zat-zat pengatur, seperti enzim dan horman
- Membentuk zat inti energi (1 gram energi kira-kira akan menghasilkan
4,1 kalori)
2. Zat gizi mikro terdiri dari :
a. Vitamin
Vitamin dibedakan menjadi dua yakni, vitamin yang larut dalam air
(vitamin A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E,
dan K)
Fungsi masing-masing vitamin antara lain :
1. Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai
pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata.
2. Vitamin B1 berfungsi untuk metabolism karbohidrat, keseimbangan
air dalam tubuh, dan mebantu penyerapan zat lemak oleh usus.
3. Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata
dan enzim berfungsi dalam proses oksidasi dalam se-sel.
4. Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam
proses pertumbuhan serta pekerja urat saraf.
5. Vitamin C berfungsi sebagai aktivator macam-macam fermen
perombak protein dan lemak dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel,
penting dalam pembentukan trombosit.
6. Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam bersama-
sama kelenjar gondok, memperbesar penyerapan kapur dan fosfor dari
usus dan mempengaruhi kerja kelenjar endoktrin.
7. Vitamin E berfungsi mencegah pendarahan bagi wanita hamil serta
mencegah keguguran dan diperlukan pada sel-sel sedang membelah.
8. Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protrombin yang berarti
penting dalam proses pembekuan darah.
b. Mineral
Mineral terdiri dari zat kapur (Ca) zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium
(Na) dan chlor (Cl), kalium (K), dan iodium (I). Secara umum fungsi
mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau
sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan.
1.2.5 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :
1.Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi menajdi empat
penilaian yaitu:
a. Antropometri
Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupaka alat atau
cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan
IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus :

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi badan (m) x Tinnggi badan (m)

Ambang Batas IMT


Kondisi BB Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat > 27, 0
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang
ber badannya, yaitu :
- BBLR, jika ≤ 2500 gram
- Normal, jika 2500 – 39000 gram
- Gizi lebih, jika ≥ 4000 gram
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk melihat
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungakn dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitei (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh, seperti kelenjar tiroid.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuju secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubh. Jaringan tubuh yang digunakan adalah darah, urin, tinja, dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan strukstur dari jaringan.

2.Penilaian gizi secara tidak langsung


Penialian gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b. Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan.
c. Faktor Ekologi
Faktor ekologi adalah faktor yang mempengaruhi ketersediaan bahan
makanan baik sebagai hasil interaksi antara faktor fisik, biologis, dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

1.2.6 Masalah Gizi dalam Kesehatan Masyarakat


Masalah gizi merupakan hal yang sangat kompleks dan penting untuk
segera diatasi. Konsumsi gizi makan pada seseorang dapat menentukan
tercapainya tingkat kesehatan atau sering disebut status gizi. Apabila tubuh berada
dalam tingkat kesehatan gizi optimum , dimana jaringan jenuh oleh semua zat gizi,
maka di sebut status gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubh terbebas dari
penyakit dan mempunyai daya tahan setinggi-tingginya. Apabila konsumsi gizi
makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan maka akan terjadi
kesalahan akibat gizi atapun masalah gizi. Beberapa masalah gizi dalam kesehatan
masyarakat :
1.Gizi Kurang
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas fisik dan
semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Beberapa penyakit yang terjadi
akibat gizi kurang, yaitu :
a. Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya koonsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari atau ganguan penyakit tertentu.
b.Anemia
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak
seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh.
c. Gangguan akibat kurang iodium
Beberapa akibat kurang iodium, antara lain :
- Pembesaran kelenjar tiroid (gondok)
- Kreatin yaitu kekurangan iodium berlanjut yang ditandai ukuran tubuh
pendek, kulit kasar berwarna kekuningan, raut muka bodoh, mulutterbuka
dan hidung besar.
- Myxdema ditandai pertumbuhan tulang yang terhambat sehingga pendek,
perut buncit, kulit kering dan rambut rontok dan banyak lemak yang
tertimbun pada kulit.
- Abortus (kematian ibu dan anak). Pada ibu hamil memiliki gangguan
retardasi, aborsi, gangguan perkembangan, kelainan kongenital yang dapat
mematikan fetus yang ada di kandungan
d.Kurang vitamin A
Penyakit ini disebabkan kekurangan konsumsi vitamin A didalam
tubuh.Gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel biji mata dan kornea
glandula lakrimalis menurun.
2. Gizi Lebih
Gizi lebih terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan
kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebihan dibandingkan dengan
kebtuhan atau pemakaian energi.
3.Penyekit Denegeneratif
Penyakit degeratif termasuk penyakit tidak menular (PTM) seperti
hipertensi, diabetes melitus (DM), Stoke, Jantung koroner dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta

Triwibowo dan Pusphandani. 2017. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyrakat.


Yogyakarta : Nuha Medika

Hasdianah, dkk. 2014. Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta : Nuha
Medika

Almatsier, Sunita. 2015. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Safitri, Adelia Marista. 2018. 6 Masalah Gizi yang Paling Sering Terjadi di Indonesi, dari
Balita Hingga Dewasa. Melalui https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/masalah-
gizi-di-indonesia/ diakses tanggal [12 September 2019]

Widagdo, Gesit. 2015. Proses Pencernaan dan Absorpsi Zat Gizi Kaitannya dengan
Kesehatan Tubuh. Melalui
http://gesitwidagdofajarputra.blogspot.com/2015/02/proses-pencernaan-dan-
absorpsi-zat-gizi.html diakses tanggal [12 september 2019]

Anda mungkin juga menyukai