PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Nikel merupakan salah satu elemen utama dari inti bumi yang diperkirakan
sebagian besar terbuat dari campuran nikel dan besi. Nikel logam yang sangat
keras dan putih mengkilap ditemukan dalam kerak bumi di mana merupakan unsur
ke dua puluh dua yang paling berlimpah. Kebanyakan nikel yang ditambang untuk
keperluan industri ditemukan dalam bijih seperti pentlandit (Ni,Fe)S, garnierite (n
NiSO3 mHgSiO3.H2O), dan limonit. Sekitar 70 % -80 % nikel berada dalam batuan
laterit yang tersebar di daerahdaerah tropis dan subtropis, seperti Indonesia, New
Caledonia, Australia, Cuba, dan Filipina. Nikel adalah logam penting yang
digunakan dalam produksi stainless steel dan campuran logam. Nikel terbentuk
bersama dengan belerang dalam millerite (NiS), dengan arsenik dalam galian
nikolit (NiAs), dan dengan arsenik dan belerang dalam (nikel glance).Endapan
nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120
km x 60 km.
Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu
mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan
ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara
pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi
pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit). Bijih nikel dari mineral oksida
(Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan
berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan
Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah
dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya.
Proses pengolahan nikel ini menggunakan metode pirometalurgi, karena
metode ini sangat cocok untuk material berkadar tinggi, dalam hal ini nikel
termasuk salah satu mineral berkadang tinggi. Selain itu, proses pengolahan
dengan metode pirometalurgi ini tidak menghabiskan banyak waktu dibanding
dengan metode hidrometalurgi. Akan tetapi ada beberapa kelemahan ataupun
kerugian yang didapat apabila menggunakan metode pirometalurgi ini yaitu
diantaranya, percemaran udara yang dihasilkan dari pembakaran, gas buangan dari
hasil pembakaran beracun dan konsumsi energi yang lebih besar. Kerugian pada
metode pirometalurgi ini sebanding dengan hasil yang didapat, jadi pengolahan
nikel menggunakan metode pirometalurgi tidak sia-sia dalam aspek waktu, tenaga
dan bahan bakar. Dalam proses pengolahan bijih nikel meliputi beberapa tahapan
proses utama. Tahap pertama yaitu crushing, yang artinya penghancuran
bongkahan mineral menjadi lebih kecil sehingga bisa dilanjutkan ke proses
selanjutnya. Selanjutnya, tahap kedua yaitu tahap kominusi dimana pada tahap ini
masih dilakukan pengurangan ukuran mineral menjadi kurang lebih 100 mikron.
Setelah itu, pada tahap ketiga dilakukan proses Drying yang bertujuan untuk
mengambil sejumlah cairan yang terkandung dalam suatu bahan galian (padatan)
dengan medium gas atau udara sehingga kandungan air pada bahan galian tersebut
berkurang karena menguap. Kemudian, tahap selanjutnya yaitu dilakukan proses
kalsinasi yang bertujuan untuk mendekomposisikan kalsium karbonat yang
terkandung dalam mineral tersebut. Lalu proses selanjutnya yaitu proses smelting
dimana proses ini bertujuan untuk mereduksi bijih sehingga menjadi logam unsur.
2.1 Nikel
Nikel adalah salah satu unsur kimia yang tergolong dalam logam transisi,
berwarna putih keperakan dengan sedikit keemasan bersifat kuat dan mudah
dibentuk. Nikel bersifat lembek dalam keadaan murni, namun akan menjadi baja
keras yang tahan karat jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya.
Sekitar 70 % -80 % nikel berada dalam batuan laterit yang tersebar di daerahdaerah
tropis dan subtropis, seperti Indonesia, New Caledonia, Australia, Cuba, dan
Filipina (Kyle, 2010). Nikel adalah logam penting yang digunakan dalam produksi
stainless steel dan campuran logam (Zhu.D.Q et al., 2012).
1. Karekteristik Nikel
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat
lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat
membentuk baja tahan karat yang keras. Adapun karakteristik Nikel antara
lain:
b. Nikel Laterit
Laterit dihasilkan dari pelapukan batuan secara kimiawi yang berlangsung
dalam waktu yang panjang dibawah suhu yang cukup tinggi pada kondisi iklim
basah atau lembab. Nikel laterit adalah hasil laterisasi batuan ultramafik yang
memiliki kandungan besi dan magnesium yang tinggi, dapat ditemukan pada
permukaan tanah yang relatif dangkal yaitu sekitar 6- 15, tetapi bisa juga
mencapai 60 meter di bawah permukaan tanah. Pembentukan bijih nikel laterit
dapat berlangsung lebih dari satu juta tahun (Kose, 2011).
Adapun mineral-mineral utama pada logam bijih nikel yaitu antara lain:
a. Millerit, NiS
b. Smaltit (Fe,Co,Ni)As
c. Nikolit (Ni)As
d. Pentlandite (Ni, Cu, Fe)S
e. Garnierite (Ni, Mg)SiO3.xH2O
Nikel terbentuk bersama dengan belerang dalam millerite (NiS), dengan
arsenik dalam galian nikolit (NiAs), dan dengan arsenik dan belerang dalam
(nikel glance). Nikel juga terbentuk bersama-sama dengan chrom dan platina
dalam batuan ultrabasa, seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak.
Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu:
1. Sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan
beku ultrabasa.
2. Sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan
pirit, pirotit, dan kalkopirit.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel
ditemukan dalam mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan
butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam
tanah yang terletak di atas batuan basa. Nikel adalah bahan galian golongan A,
yang dimana bahan galian yang tergolong strategis. Minyak bumi dan batubara
juga sama dalam bahan galian golongan A. Pada umumnya bahan galian
golongan A sangat dicari oleh investor – investor yang bergerak dibidang
pertambangan dan usaha lainnya.
1) Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral
berharga bisa terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam
tahap ini untuk nikel ore ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm
sehingga hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder. Adapun
gambar dari crushing dapat dilihat sebagai berikut :
a. Hand sieve
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept),
yaitu :
a. Partition concept
b. Tapping concept
c. Rein concept
Refining
Penampungan Nikel
Mete
De-Sulfurization Shaking / LD Converter
Fe-Ni Ingot
Fe-Ni Shot
Pada prinsipnya proses ini adalah mencetak, ferronikel yang telah dimurnikan
berdasarkan standard produk menjadi bentuk ingot atau shot.
BAB III
METODE PENELITIAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah biji nikel dari mineral
oksida yang didapat di alam, serta untuk pengolahannya menggunakan Electric
Furnace.
Ore
Kominusi
Drying
Calcining
Smelting
Crude FeNi
4.1.1 Kominusi
Pada proses kominusi tahapan pengecilan ore hanya sampai pada
proses crisher dengan ukuran maksimal 30mm. Penentuan ukuran ini,
dikarenakan pada ukuran tersebut kadar LOI (Lost of Igantion) yang
terdapat pada material lebih mudah tereduksi.
4.1.2 Drying
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar moisture dalam bijih.
Biasanya kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35% dan diturunkan
dalam proses ini dengan rotory dryer menjadi sekitar ± 23% (tergantung
desain yang dibuat). Dikarenakan dalam kondisi tersebut yang paling baik
dalam produksi nikel, dan rata-rata kadar yang digunakan pada penilitan
berkisar ± 23%.
4.1.3 Calcining
Pada proses ini air kristal yang terdapat pada bijih dihilangkan, air
kristal yang biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO2. 2H2O) dan
Geotithe (Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi ini dilakukan dalam rotary
kiln dengan temperatur sampai dengan 850oC karena apabila suhu terlalu
tinggi, akan menggangu kestabilan dalam tanur yang dapat
mengakibatkan getaran yang kuat dalam tanur.
a. Serpentine
Reaksi dekomposisi dari serpentine adalah sebagai berikut:
b. Goethite
Reaksi dekomposisi dari goethite adalah sebagai berikut:
4.1.4 Smelting
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalam
rangkaian proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara langsung dan
20% secara tidak langsung pada temperature sampai 1650 oC. Reaksi
reduksi langsung yang terjadi adalah sebagai berikut:
Oksida stabil seperti SiO2, Cr2O3 dan P2O5 tidak tereduksi melalui
reaksi tidak langsung. Sampai di sini Crude Fe-Ni sudah terbentuk dan
proses sudah bisa dikatakan selesai. Yield (recovery) dari nikel pada
EAF dapat didekati seperti pada gambar berikut:
Yield (recovery) dari nikel pada EAF dapat didekati seperti pada
gambar berikut:
4.1.5 Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah
menghilangkan/memperkecil kandungan sulfur dalam crude Fe-Ni dan
sering disebut Desulfurisasi. Dilakukannya proses ini berkaitan dengan
kebutuhan proses lanjutan yaitu digunakannya Fe-Ni sebagai umpan
untuk pembuatan Baja dimana baja yang bagus harus mengandung Sulfur
maksimal 20 ppm sedangkan kandungan Sulfur pada Crude Fe-Ni masih
sekitar 0,3% sehingga jika kandungan sulfur tidak diturunkan maka pada
proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras untuk menurunkan
kandungan sulfur ini.
Proses ini dilakukan pada ladle furnace dengan agent sebagai berikut:
Tabel 2. Agent Untuk desulfurisasi
Ni Co C Si P S Cr Fe