Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMI

PETA KERJA

Kelompok 3 :

1. Maria Margaretha O. (0517040031)


2. Misbakhul Zaman (0517040033)
3. Zulfadila Karunia A. (0517040049)
4. Ananda Tri Wijaya (0517040052)

PROGRAM STUDI
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Tahun 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dunia industri manufaktur dan jasa semakin meningkat
pesat dari waktu ke waktu sehingga setiap pelaku industri harus siap
berkompetisi dan selalu meningkatkan kinerja yang dapat meningkatkan
produktivitas. Masalah peningkatan produktifitas tidak dapat lepas dari faktor
manusia yang dapat diamati, diteliti, dianalisa dan diperbaiki. Hal ini dilakukan
sebagai usaha untuk mendapatkan alternatif cara kerja yang baik, efektif, dan
efisien.
Pengertian efektif berkaitan dengan cara kerja yang tepat serta waktu
penyelesaian pekerjaan yang singkat sedangkan pengertian efisiensi berkaitan
dengan meminimalkan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Efektifitas
dan efisiensi kerja tidak boleh mengabaikan kualitas dari produk yang
dihasilkan. Dalam usaha mendapatkan metode kerja yang baik perlu dilakukan
analisis terhadap metode kerja yang digunakan seperti perbaikan metode kerja
yang selama ini digunakan yang mungkin belum menghasilkan produktifitas
yang optimal.
Peta-peta untuk menganalisa kerja keseluruhan merupakan peta yang bisa
mengungkapkan keadaan nyata suatu proses secara keseluruhan yang
kemudian bisa digunakan sebagai alat untuk menganalisa proses kerja yang
berlangsung. Peta kerja ini digunakan untuk menganalisa dan memperbaiki
proses kerja yang ada dalam suatu stasiun kerja, sehingga tercapai suatu
keadaan ideal untuk kegiatan tersebut. Jenis peta kerja untuk menganalisis
suatu kerja ada tiga yaitu, peta pekerja dan mesin (man and machine process
chart), peta kelompok kerja (gang process chart), peta tangan kanan dan
tangan kiri (right and left process chart).
Teknik tata cara kerja menurut Sutalaksana dkk, 2004 dalam Rohman,
2008 adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip untuk mendapatkan
rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Wignjosoebroto (2003) dan Alifia
(2004) juga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dan teknik kerja ini digunakan
untuk mengatur komponen-komponen yang ada dalam sistem kerja yang terdiri
dari manusia dengan sifat dan kemampuankemampuannya, bahan baku, mesin
dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada sedemikian
rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi yang
diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat
psikologis atau sosiologis yang ditimbulkannya.
Pada praktikum kali ini akan mempraktikkan salah satu dari peta kerja
tersebut yaitu peta tangan kanan dan kiri. Peta tangan kanan kiri ini berguna
untuk menganalisa pekerjaan tangan manusia yang bersifat manual. Pada
praktikum ini diharapkan mampu membuat peta tangan kanan kiri, dapat
menghitung waktu standar, waktu line, dan output standar, dapat merancang
metode yang sistematis dan efisien, juga dapat melakukan perhitungan
keseimbangan lintasan terhadap metode kerja baru untuk memperbaiki waktu
produksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengetahui tentang Peta Kerja Thergbligs mengenai
konsep, ruang lingkup, dan terminologi yang terkait sebagai
pondasi dasar?
2. Bagaimana cara membuat Peta Kerja sesuai proses kerja yang
diamati?
3. Bagaimana cara menggunakan peta kerja sebagai alat untuk
mengalisa proses kerja?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Peta Kerja Thergbligs mengenai konsep,
ruang lingkup, dan terminologi yang terkait sebagai pondasi dasar.
2. Untuk mengetahui cara membuat Peta Kerja sesuai proses kerja
yang diamati.
3. Untuk mengetahui cara menggunakan peta kerja sebagai alat untuk
mengalisa proses kerja.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Peta Kerja


2.1.1 Pengertian
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau
kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik
(berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semua langkah yang
dialaminya, seperti: transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan,
sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan
bagian dari suatu produk lengkap (Hadiguna, 2008).
Apabila kita melakukan studi yang saksama terhadap suatu pekerja, maka
pekerjaan kita dalam usaha untuk memperbaiki metode kerja dari suatu proses
produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan,
antara lain, kita bisa menghilangkan operasioperasi yang tidak perlu,
menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu
urutan-urutan kerja, menentukan mesin yang lebih ekonomis, dan
menghilangkan waktu menunggu antaroperasi. Pada dasarnya semua perbaikan
tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan.
Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu
pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaanperbaikan kerja
(Purnomo, 2004).
Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja,
maka pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metoda kerja dari suatu proses
produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Pada dasarnya semua perbaikan
tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan,
dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisis suatu
pekerjaan sehingga mempermudah perencanaan perbaikan kerja (Dameyanti,
2009).

2.1.2 Macam-macam Peta Kerja


Pada dasarnya peta-peta bisa dibagi kedalam dua kelompok besar
berdasarkan kegiatannya, (Iswanto, 2011; Sitanggang, 2009) yaitu :
1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja
keseluruhan.
2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja
setempat.
Hubungan antara kedua macam kegiatan diatas akan terlihat bila untuk
menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu
sama lainnya saling berhubungan, misalnya suatu perusahaan perakitan
memiliki beberapa mesin produksi atau stasiun kerja. Dalam hal ini kelancaran
proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran
setiap stasiun kerja. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara
keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran setiap sistem kerja. Suatu
hal yang bijaksana apabila dalam prakteknya nanti, pelaksana pertama-tama
berusaha untuk memperbaiki atau menyempurnakan setiap sistem kerja yang
ada sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu urutan kerja yang paling baik
untuk saat itu. Barulah kemudian menyempurnakan proses secara keseluruhan
(Wignjosoebroto, 2000; Wignjosoebroto 2009).
Secara garis besarnya, penggambaran kedua kegiatan tersebut dalam
bentuk peta-peta kerja untuk memperbaiki kegiatan produksi, biasanya dimulai
dengan membuat peta-peta kerja yang menggambarkan kegiatan secara
keseluruhan berdasarkan apa yang telah ada atau cara sekarang. Setiap kegiatan
yang berlangsung, yang terjadi di stasiun-stasiun kerja yang telah digambarkan
pada peta kegiatan keseluruhan diamati seterperinci mungkin. Berdasarkan
perbaikan dari setiap stasiun kerja inilah analisis keseluruhan dilakukan. Hasil
akhir dinyatakan dalam peta-peta kerja keseluruhan untuk cara yang diusulkan
(Djunaidi, 2006).
Masing-masing peta kerja yang akan dibahas dalam buku ini semuanya
termasuk dalam kedua kelompok diatas, yaitu (Hendri, 2010):
1. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan:
a. Peta Proses Operasi (OPC)
b. Peta Aliran Proses (FPC)
c. Peta Proses Kelompok Kerja (GPC)
d. Diagram Alir (FD)
e. Assembly Chart (AC)
2. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat:
a. Peta Pekerja, dan Mesin
b. Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri

2.2 Ekonomi Gerakan


Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan perancangan sistem
kerja yang baik, hal ini penting karena sistem kerja harus dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan ekonomis.
Maka diperlukan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (Sutalaksana dalam
Simanjuntak, 2008).
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan
gerakan-gerakannya
 Kedua tangan sebaiknya memulai dengan mengakhiri gerakan pada
saaat yang sama.
 Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saaat yang sama
kecuali pada waktu istirahat.
 Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap yang
lainnya simetris dan berlawanan arah.
 Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu dengan
menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk
melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
 Sebaiknya pekerja dapat memanfaatkan momentum sehingga dapat
membantu pekerjaannya.
 Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan
memperlambat gerakan tersebut.
 Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan, dan lebih teliti
daripada gerakan yang dkendalikan.
 Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya, dan jika
memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi
si pekerja.
 Usahakan sedikit menggunakan mata.
2. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata
letak tempat kerja
 Sebaiknya diusahakan agar bahan dan peralatan mempunyai tempat
yang tetap. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan di tempat yang
mudah, cepat, enak untuk dicapai.
 Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya
memanfaaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai
selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.
 Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang
dirancang mekanismenya yang baik.
 Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan
terbaik.
 Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga
alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan
hal yang menyenangkan.
 Tipe tinggi kursi sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya
bersikap baik.
 Tata letak dan perancangan sebaiknya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
3. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan
peralatan
 Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila
penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan
dengan kaki dapat ditingkatkan.
 Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa mempunyai lebih dari
satu kegunaan.
 Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemegangan .
 Bila setiap jari tangan melakukan gerakan gerakan sendiri-sendiri,
beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan
masing-masing jari.
 Roda tenaga, palang, dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya
diatur sedemikian rupa sehingga beban dapat melayaninya dengan
posisi yang baik dan dengan tenaga yang minimum.

2.3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan


Peta Tangan Kiri Tangan Kanan (Left and Right Hand), dalam hal ini lebih
dikenal sebagai peta operator (operator process chart), adalah peta kerja
setempat yang bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia dalam
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan
menggambarkan semua gerakan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan
oleh tangan kanan maupun tangan kiri secara mendetail sesuai dengan elemen-
elemen Therblig yang membentuk gerakan tersebut. Dengan menganalisa
detail gerakan yang terjadi maka langkah-langkah perbaikan bisa diusulkan.
Pembuatan peta tangan kiri tangan kanan akan terasa bermanfaat apabila
gerakan yang dianalisa tersebut terjadi berulang-ulang (repetitive) dan
dilakukan secara manual (Wignjosoebroto dalam Batubara, 2016).
2.4 Gerakan Fundamental (Therblig)
Mempermudah penganalisaan terhadap gerakan-gerakan yang akan
dipelajari terlebih dahulu gerakan-gerakan dasar yang membentuk kerja
tersebut. Guna melaksanakan maksud ini, maka Frank dan Lilian Gilberth telah
berhasil menciptakan simbol/kode dari gerakan-gerakan dasar kerja yang
dikenal dengan nama Therbligh. Disini menguraikan gerakan-gerakan dasar
kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligh (Wignjosoebroto dalam
Simanjuntak, 2008).
Secara garis besar masing-masing Therblighs tersebut dapat didefinisikan
sebagai berikut :
 Mencari (search)
 Memilih (select)
 Memegang (Grasp)
 Menjangkau / Membawa Tanpa Beban (Transport Empty)
 Membawa Dengan Beban (Transport Loaded)
 Memegang Untuk Memakai (Hold)
 Melepas (release load)
 Mengarahkan (Position)
 Mengarahkan Awal (Pre-Position)
 Memeriksa (Inspection)
 Merakit (assemble)
 Mengurai Rakit (Dissembly)
 Memakai (use)
 Kelambatan Yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay)
 Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)
 Merencanakan (plan)
 Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome fatique)

2.5 Pengukuran Waktu Kerja Tak Langsung


A. Method-Time Measurement (MTM)
Dalam menganalisa gerakan kerja sering kali dijumpai kesulitan-
kesulitan dalam menentukan batas-batas suatu elemen gerakan dengan
elemen gerakan yang lainnya, karena waktu kerja yang terlalu singkat.
Menurut Sutalaksana (dalam Andriani, 2017), untuk memudahkannya
dilakukan perekaman atas gerakan-gerakan kerja dengan menggunakan
kamera film (video recorder). Hasil perekaman dapat diputar ulang atau jika
diperlukan bahkan diputar dengan kecepatan lambat (slow motion),
sehingga analisa gerakan kerja dapat dilakukan dengan lebih teliti.
Methods Time Measurement (MTM) adalah suatu sistem penerapan
awal waktu baku (predetermined time) yang dikembangkan berdasarkan
studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang
direkam dalam film. MTM didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk
menganalisa setiap operasi atau metode kerja (manual operation) ke dalam
gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut
dan kemudian menetapkan pebakuan waktu dari masing-masing gerakan
berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi kerja yang ada (Laring,
dkk. dalam Andriani, 2017).
MTM membagi gerakan-gerakan kerj atas elemen-elemen gerakan
menjangkau (reach), mengangkut (move), memutar (turn), memegang
(grasp), mengarahkan (position), melepas (release), lepas rakit
(disassemble), gerakan mata (eye monement), dan beberapa gerakan anggota
badan lain yang besaran waktunya telah disediakan dalam tabel, yaitu Tabel
THERBLIGS. Waktu untuk setiap elemen gera ini ditentukan menurut
beberapa kondisi yang disebut dengan “kelas-kelas”(Maynard, dkk. dalam
Andriani, 2017). Kelas-kelas ini dapat menyangkut keadaan-keadaan
perhentian, keadaan obyek yang ditempuh atau dibawa, sulit mudahnya
menangani obyek atau kondisi-kondisi lainnya. Unit waktu yang digunakan
adalah Time Measurement Unit (TMU). Dalam hal ini 1 TMU adalah sama
dengan 0.00001 jam atau 0.0006 menit atau sama dengan 0.036 detik.

B. Teori dan Konsep MOST


MOST (Maynard Operation Sequence Technique) adalah salah satu
teknik pengukuran kerja yang disusun berdasarkan urutan sub-sub aktivitas
atau gerakan. Sub-sub aktivitas ini pada dasarnya diperoleh dari gerakan-
gerakan yang memiliki pola-pola berulang seperti menjangkau, memegang,
bergerak, dan memposisikan objek serta pola-pola tersebut diidentifikasikan
dan diatur sebagai suatu urutan kejadian yang diikuti dengan perpindahan
objek.
Konsep MOST berdasarkan pada perpindahan objek karena pada
dasarnya pekerjaan itu ialah memindahkan objek. Misalnya mengangkat
peti, menggeser panel kendali dan lain-lain kecuali berpikir. Suatu hal yang
perlu diperhatikan dalam menganalisa perpindahan objek ialah bahwa
gerakan-gerakan itu sebenarnya terdiri dari sub-sub kegiatan yang bervariasi
dan saling bebas satu sama lainnya (Perwira, 2014).

2.6 Perhitungan Waktu Standart, Waktu Standart Line dan Output Standart
A. Waktu Standart dan Output Standart
Berbeda dengan pengukuran waktu secara langsung dimana waktu
pengamatan merupakan waktu siklus, dalam pengukuran waktu tidak
langsung, waktu yang ada pada Tabel therbligs merupakan waktu normal.
Waktu normal merupakan waktu yang dibutuhkan oleh operator dengan
performansi rata-rata dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.(Kurkin &
Bures dalam Andriani, 2017).
Dari nilai waktu normal yang didapatkan, berikutnya dilakukan
perhitungan untuk waktu baku dengan memperhatikan faktor kelonggaran
yang ada. Faktor kelonggaran dapat dikelompokkan menjadi kelonggaran
untuk kebutuhan pribadi, kelelahan, dan hambatan yang tidak dapat
dihindari. Dengan adanya pertimbangan terhadap faktor kelonggaran ini,
maka waktu baku yang merupakan waktu yang dibutuhkan oleh operator
berkemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam sistem
kerja yang baik dapat diperoleh (Andriani, 2017). Untuk perhitungan
waktu baku digunakan Pers. (1), sedangkan untuk perhitungan output baku
digunakan Pers. (2), dimana Ws adalah waktu baku, Wn adalah waktu
normal, dan OS adalah output baku.

𝟏𝟎𝟎%
𝑾𝒔 = 𝑾𝒏 𝒙 (1)
𝟏𝟎𝟎%−%𝑲𝒆𝒍𝒐𝒏𝒈𝒈𝒂𝒓𝒂𝒏
𝟏
𝑶𝒔 = 𝑾𝒔
(2)

Ada juga waktu siklus, yaitu interval waktu antara masuknya material
dengan material kedua ke dalam line produksi.

Max ( waktu.depart (1,2)  waktu.depart (3))


𝑻c =
2

Setelah itu hitung balance delay untuk mengindikasikan jumlah


waktu yang hilang dikarenakan proses balancing yang tidak sempurna.

( wT max   Tek )
d= x 100%
wT max

Keterangan :
w = jumlah pekerja, karena dalam 1 depart hanya ada
1 pekerja, maka jumlah pekerja
sama dengan jumlah depart nya
Tmax = Maksimum waktu depart(waktu departemen yang
terbesar)
Tek = jumlah proses semua operasi kerja
B. Waktu Standart Line
WS Line adalah jumlah waktu departemen yng bersifat paralel
(terlama) dan departemen yang bersifat seri.

𝑾𝒔 = Waktu terlama departemen yang bersifat


paralel (departemen 1 dan 2) + waktu departemen
yang bersifat seri (departemen 2)
(3)

Jika WS lama < WS baru, cek metode baru, berarti perlu diperbaiki
Menghitung Output standart :

𝟏
𝑶𝒔 = 𝑾𝒔 𝑳𝒊𝒏𝒆
(4)

Bandingkan juga OS lama dan OS baru, ideal : OS baru > OS lama.

BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Video perakitan tamiya
2. Observation sheet
3. Tabel gerakan terbligs

3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum

Mulai

Menyiapkan Tamiya dan alat perekam video

Mengasistensikan video perakitan kepada dosen

Mengamati detik untuk setiap pergerakan tangan kanan dan kiri

Membuat peta tangan kanan dan kiri

Membuat laporan resmi tangan kanan dan kiri

Selesai

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Debrina Puspita. 2017. Penentuan Waktu dan Output Baku pada Proses
Produksi Tube Lamp dengan Methods Time Measurement. Malang:
Sinergi
Batubara, Sumiharni. 2016. Penerapan Lean Manufacturing untuk Meningkatkan
Kapasitas Produksi dengan Cara Mngurangi Manufacturing Lead Time
Studi Kasus: PT Oriental Manufacturing Indonesia. Jakarta: Jurnal
Penelitian dan Karya Ilmiah Lemit USAKTI

Maryana dan Sri Meutia. 2015. Perbaikan Metode Kerja Pada Bagian Produksi
Dengan Menggunakan Man and Machine Chart. Nanggroe Aceh
Darussalam : Jurnal Teknovasi.

Perwira, Cholyan. 2014. Perencanaan Proses Tungku Pengering Kotoran Hewan


Ternak. Lampung: Jurnal FEMA

Simanjuntak, Risma A.. 2008. Usulan Perbaikan Metode Kerja berdasarkan


Micromotion Study dan Penerapan Metode 5S untuk Meningkatkan
Produktifitas. Yogyakarta: Jurnal Teknologi

Sukania, I Wayan. 2012. Perbaikan Metode Perakitan Steker melalui Peta Tangan
Kiri dan Tangan Kanan. Jakarta: Master Index

Tanpa nama. Tanpa tahun. Modul 6_Peta Kerja THERBLIGS. Diakses secara
online dari google classroom pada 29 September 2019. Surabaya :
PPNS

Anda mungkin juga menyukai