N P M / Kelas : 20417543 / 2 IC 05
Medan magnet muncul karena di daerah tersebut masih terpengaruhi oleh gaya
magnet tsb.
Definisi arah-arah vektornya
F Lorentz
F=B.I.l.α
=l.I×B
= l . I . B sin α
=l B sin α
Ket :
F = Gaya Lorentz
B = Kuat medan magnet (Tesla)
I = Kuat arus yang mengalir pada kawat (Ampere)
l = Panjang kawat (meter)
α = sudut yang dibentuk oleh B dan I
Ket :
B = Besar medan magnet (Tesla)
I = Arus listrik (Ampere)
r = Jarak titik ke kawat (meter)
μ₀ = 4 π . 10ˉ⁷ Wb/A.m (Permeabilitas hampa)
Hukum Ampere
Arah medan magnetik di sekitar kawat penghantar lurus berarus listrik dapat
ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Jika arah ibu jari menunjukkan arah arus
listrik (I), maka arah keempat jari yang lain menunjukkan arah medan magnetik (B).
Kaidah tangan kanan ini juga dapat digunakan untuk menemukan arah medan
magnetik pada penghantar berbentuk lingkaran yang dialiri listrik.
₀
B=
Ket :
B = Besar medan magnet (Tesla)
I = Arus listrik (Ampere)
r = Jarak titik ke kawat (meter)
μ₀ = 4 π . 10ˉ⁷ Wb/A.m (Permeabilitas hampa)
N = Jumlah lilitan
Ket :
B = Besar medan magnet (Tesla)
I = Arus listrik (Ampere)
r = Jari-jari lingkaran (meter)
μ₀ = 4 π . 10ˉ⁷ Wb/A.m (Permeabilitas hampa)
N = Jumlah lilitan
Besar medan magnet disekitar kawat melingkar berarus dipengaruhi oleh besar arus
listrik (I) dan jari-jari lingkaran kawat (m). Semakin besar kuat arus yang diberikan
dan semakin kecil jari-jari lingkaran kawat, maka semakin besar kuat medan
magnetnya.
Solenoida adalah sebuah kumparan dari kawat yang diameternya sangat kecil
dibanding panjangnya, yang apabila dialiri arus listrik kumparan ini akan menjadi
magnet listrik.
B = 𝜇₀ I n
Ket :
B = Besar medan magnet (Tesla)
I = Arus listrik (Ampere)
μ₀ = 4 π . 10ˉ⁷ Wb/A.m (Permeabilitas hampa)
n = Jumlah lilitan
tidak terdapat perbedaan untuk letak titik yang berbeda karena besar medan magnet
bergantung pada jumlah lilitan per satuan panjang (n) dan arus listrik (I). medan
magnet tidak tergantung pada posisi di dalam solenoida, sehingga kuat medan magnet
(B) sama. hal ini hanya berlaku solenoida tak hingga, tetapi merupakan pendekatan
yang baik untuk letak titik yang sebenarnya tidak dekat ke ujung.
Toroida adalah sebuah solenoida panjang yang dilengkungkan sehingga berbentuk
lingkaran.
Induksi magnet tetap berada di dalam toroida dan besarnya dapat diketahui dengan
persamaan :
₀
B=
.
Dengan perbandingan antara jumlah lilitan (N) dan keliling lingkaran (2. π r)
merupakan jumlah lilitan/satuan panjang (n), sehingga diperoleh :
B = 𝜇₀ I n
Induksi Elektromagnet
e=-
Jika penghantar tersebut merupakan sebuah kumparan dengan N lilitan, maka besar
GGL induksi yang terjadi adalah :
e=-N
Ket :
e = Nilai GGL induksi (Volt)
N = Jumlah lilitan kumparan
Hukum Lenz menyatakan bahwa “Arah arus induksi dalam penghantar sedemikian
rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan melawan perubahan garis-garis gaya
maget yang menimbulkannya”. Jadi, arah arus induksi yang terjadi dalam suatu
penghantar menimbulkan medan magnet yang saling bertolak-belakang dengan
penyebab perubahan medan magnet tersebut.
Tanda minus pada persamaan Faraday diatas menunjukkan bahwa GGL (epsilon)
yang terbentuk memiliki arah yang bertolak belakang dengan fluks magnet (Φ).
GGL Induksi diri adalah GGL induksi yang terjadi karena adanya perubahan fluks
magnetik yang ditimbulkan oleh rangkaian itu sendiri.
GGL Induksi diri (Volt)
ɛ=-L
Ket :
ɛ = Nilai GGL Induksi diri (Volt)
L = Induktansi diri (Henry)
= Laju perubahan arus listrik (A/s)
Induktansi diri adalah sifat dari rangkaian elektronika (kumparan) yang menyebabkan
timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut.
Induktansi diri (Henry)
L=N
Ket :
L = Nilai induktansi diri (Henry)
N = Jumah lilitan
𝛷 = Fluks magnetik (Weber)
I = Arus listrik (Ampere)
Rangkaian Arus Bolak Balik
Pada persamaan terakhir di atas kita harus menentukan nilai rata-rata dari persamaan
ini. Untuk mempermudah pemahaman ketika mempelajari kinematika persamaan
untuk menghitung rata-rata kecepatan adalah.
Dan bentuk persamaan di atas bisa dibuat dalam bentuk persamaan ini.
Maka untuk menghitutng besar arus efektif kita harus menghitung besar rata-rata arus
efektif dalam satu perioda.
Besar arus efektif pada arus AC adalah :
Maka kita juga bisa menghitung besar tegangan efektif sebagai berikut :
dimana :
Xc = Reaktansi kapasitif (Ohm)
π = 3.14
f = Frekuensi (Hertz)
C = Kapasitansi (Farad)
Reaktansi induktif adalah resistansi/hambatan yang timbul apabila sebuah induktor
diberikan arus listrik bolak-balik. besarnya reaktansi induktif dinyatakan oleh
persamaan :
dimana :
Xl = Reaktansi Induktif (Ohm)
π = 3.14
f = Frekuensi (Hertz)
C = Kapasitansi (Farad)
Impedansi (disebut juga hambatan dalam, Z) adalah nilai resistansi yang terukur pada
kutub-kutub sinyal jack alat elektronik. Semakin besar hambatan/impedansi, makin
besar tegangan yang dibutuhkan. Impedansi tidak dapat dikatan sebagai hambatan
secara spontan. Karena terdapat perbedaan yang mendasar dari keduanya. Beberapa
sumber mengatakan bahwa impedansi merupakan hasil reaksi hambatan (R) dan
kapasitas elektron (C) secara bersamaan. Daya merupakan tegangan kuadratnya dibagi
impedansnya :
P = V² / Z
dimana :
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
Z = Impedansi (Ohm)
Impedansi listrik atau lebih sering disebut impedansi menjelaskan ukuran penolakan
terhadap arus bolak-balik sinusoidal. Impedansi listrik memperluas konsep resistansi
listrik ke sirkuit AC, menjelaskan tidak hanya amplitudo relatif dari tegangan dan
arus, tetapi juga fase relatif. Bila sebuah beban diberi tegangan, impedansi dari beban
tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fase yang mengalir pada beban
tersebut. Faktor daya merupakan petunjuk yang menyatakan sifat suatu beban.
Impedansi → Jumlah hambatan secara vektor pada rangkaian arus bolak-balik.
1. Impedansi Rangkaian Seri R & L : Z = √ R2 + XL2
2. Impedansi Rangkaian Seri R & C : Z = √ R2 + XC2
3. Impedansi Rangkaian Seri R – L & C : Z = √ R2 + ( XL – XC ) 2