Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN DAN JARAK PONDASI MENERUS DARI

TEPI LERENG PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR DENGAN


PERKUATAN GEOGRID

MAKALAH JURNAL
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh:
ARIS MUSTHAFA
NIM. 115060100111009

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2015
PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN DAN JARAK PONDASI MENERUS DARI
TEPI LERENG PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR DENGAN
PERKUATAN GEOGRID

Aris Musthafa, As’ad Munawir, Yulvi Zaika


Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, JawaTimur, Indonesia
Email : aris.musth4fh4@gmail.com

ABSTRAK

Kelongsoran yang terjadi pada lereng merupakan salah satu permasalahan utama dalam lingkup
geoteknik. Untuk mencegah terjadinya longsor, maka perlu dilakukan upaya perkuatan tanah. Konsep dari
teknik perkuatan tanah pertama kali memakai lembaran metal sebagai perkuatan tanah. Seiring dengan
perkembangan teknologi, penggunaan lembaran metal sebagai perkuatan tanah diganti material
geosintetik seperti geotextile dan geogrid. Pada penelitian ini dilakukan uji model fisik lereng dengan
perkuatan geogrid. Variasi yang diterapkan pada sampel lereng berupa sudut kemiringan lereng antara
lain 46°, 51°, 56° dan jarak pondasi dari tepi lereng yaitu B, 2B, dan 3B. Berdasarkan penelitian ini
semakin besar jarak pondasi maka rasio peningkatan daya dukung juga semakin besar. Sebaliknya,
semakin besar sudut kemirngan lereng maka rasio peningkatan daya dukung pada lereng semakin kecil.
Dari hasil analisis BCI menunjukkan rasio peningkatan daya dukung terbesar terletak pada sudut
kemiringan terkecil yang diterapkan, yaitu 46° dan jarak pondasi terbesar, yaitu sejauh tiga kali lebar
pondasi.

Kata kunci : daya dukung pondasi, lereng, geogrid, variasi sudut kemiringan lereng, variasi jarak
pondasi.

PENDAHULUAN dengan perkembangan teknologi,


Kelongsoran yang terjadi pada penggunaan lembaran metal sebagai
lereng merupakan salah satu permasalahan perkuatan tanah diganti material
utama dalam lingkup geoteknik. Untuk geosintetik seperti geotextile dan geogrid.
mencegah terjadinya kelongsoran pada Karena biaya yang diperlukan untuk jenis
lereng perlu adanya perbaikan pada lereng perkuatan ini cukup ekonomis, saat ini
tersebut. Salah satu contoh perbaikan pada penggunaan material geosintetik semakin
tanah lereng adalah dengan metode luas. Penggunaan geosintetik sudah
perkuatan tanah. Konsep dari teknik banyak diaplikasikan kedalam berbagai
perkuatan tanah pertama kali dilakukan macam-macam konstruksi seperti dam,
oleh Henri Vidal pada tahun 1968. jalan, dinding penahan, dan khususnya
Material yang dipakai berupa lembaran konstruksi lereng.
metal sebagai perkuatan tanah. Seiring
TUJUAN
Tujuan penelitian ini antara lain untuk adanya variasi jarak pondasi ke tepi lereng
menemukan mekanisme perkuatan lereng terhadap daya dukung pada lereng tanah
dengan membandingkan daya dukung pasir. Terakhir untuk mengetahui
tanah (respon) pada lereng pasir tanpa kemiringan sudut lereng dan jarak pondasi
perkuatan dengan lereng pasir yang diberi ke tepi lereng yang optimum untuk daya
perkuatan geogrid dengan variasi dukung tanah pondasi menerus pada
kemiringan sudut lereng dan jarak pondasi lereng tanah pasir yang diperkuat
ke tepi lereng. Setelah itu, untuk menggunakan geogrid.
mengetahui pengaruh adanya variasi
kemiringan sudut lereng terhadap daya
dukung pada lereng tanah pasir.
Kemudian untuk mengetahui pengaruh
TINJAUAN PUSTAKA
Geogrid Solusi Gemperline
Geogrid merupakan suatu contoh Persamaan Gemperline untuk
dari jenis geosintetik yang berbentuk menghitung nilai N q dan menggunakan
jaring (web) terbuka. Fungsi geogrid yang persamaan daya dukung Meyerhof untuk
utama adalah sebagai perkuatan. memperoleh nilai daya dukungnya.
Penguatan mengacu pada mekanisme Adapun persamaan Gemperline
dimana sifat teknis tanah komposit / adalah sebagai berikut :
agregat dapat ditingkatkan secara Nγq = fΦ x fB x f D/B x f B/Lpx f D/B, B/Lpx
mekanis. Geogrid dibentuk oleh suatu
jaring teratur dengan elemen-elemen tarik Dengan
fα, b/B x f:α, b/D, D/B x fα, b/B, B/Lp
dan mempunyai bukaan berukuran
tertentu sehingga saling mengunci  = sudut geser dalam tanah (o)
(interlock) dengan bahan pengisi di = sudut kemiringan lereng (o)
sekelilingnya. B = lebar pondasi (inchi)
Transfer beban antara geogrid D = kedalaman pondasi (inchi)
dengan tanah dapat dijelaskan dengan L = panjang pondasi (inchi)
mekanisme kegagalan geogrid.Terdapat b = jarak pondasi kepuncak lereng
dua mekanisme kegagalan pada geogrid (inchi)
yaitu meluncurnya masa tanah di atas fΦ =10 (0,1159 - 2,386)
perkuatan dan tercabutnya perkuatan fB = 10 (0,34 – 0,2 log B)
geogrid. Kedua kegagalan tersebut sangat f D/B = 1 + 0,65 (D/B)
bergantung pada besarnya hambatan lekat f B/L = 1 - 0,27 (B/L)
pada geogrid. f D/B, B/L = 1 + 0,39 (D/L)
f , b/B = 1 – 0,8 [ 1 – ( 1 – tan
)2] {2/[2 + (b/B)2 tan
Analisis Daya Dukung Pondasi di Atas ]}
Lereng f , b/D, D/B = 1 + 0,6 (B/L) [ 1 – ( 1 –
Persamaan yang dibuat dikaitkan dengan tan )2] {2/[2 + (b/B)2
sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser tan ]}
yang terjadi saat keruntuhan. Analisisnya f , b/B, B/L = 1 + 0,γγ (D/B) tan
dilakukan dengan menganggap bahwa {2/[2 + (b/B)2 tan ]}
tanah berkelakuan sebagai bahan yang
bersifat plastis. Bearing Capacity Improvement (BCI)
Bearing Capacity Improvement (BCI)
Solusi Meyerhof
adalah rasio yang membandingkan antara
Meyerhof memberikan solusi teoritis
daya dukung tanah saat diberi perkuatan
untuk menentukan besarnya daya dukung
dengan daya dukung tanah tanpa diberi
ultimit pada pondasi dangkal diatas
perkuatan. Besarnya rasio dapat diperoleh
lereng. Solusi daya dukung batas
dari persamaan berikut;
berdasarkan meyerhof untuk tanah
granular ditulis sebagai berikut. �
BCI = ��

dimana; Dimana,
qu = daya dukung (kN/m2)
BCI = Improvement BearingCapacity
B = Lebar pondasi (cm)
q = daya dukung dengan perkuatan
Nq, Ncq = Faktor daya dukung
geogrid menurut kemiringan
= Berat isi tanah (gr/cm3) sudut lereng dan jarak pondasi
c = kohesi (kN/m2)
qo = daya dukung tanpa perkuatan D (4,8,12) 4

geogrid
10

METODE PENELITIAN 10

10

? (4
Pengujian Dasar 10 70

6,5
1,5
10

6)
Beberapa pengujian dasar pada 10

10
tanah antara lain :
a. Pemeriksaan analisis saringan 10 105

menurut ASTM C-136-46


b. Pemeriksaan specific gravity butiran Gambar 1. Perlakuan Sampel
tanah mengikuti ASTM D-854-58
c. Kepadatan standar (Compaction) LOAD CELL

mengikuti ASTM D-698-70 BALOK KAYU DILAPISI BAJA

d. Pemeriksaan kekuatan geser GEOGRID

langsung (Direct Shear) menurut


ASTM D-3080-72 LERENG PASIR

Jumlah dan Perlakuaan Benda Uji


Pada percobaan ini dibuat 9 buah Gambar 2. Detail Uji Pembebanan
benda uji dengan 3 variasi kemiringan
sudut lereng dan 3 variasi jarak pondasi ke
tepi lereng untuk pondasi menerus yang Metode Analisis Data
diletakkan di permukaan lereng dengan
Berdasarkan hasil pengujian
RC 74%.
pembebanan, diperoleh data beban dan
Lereng dibuat dengan sudut
penurunan untuk lereng tanpa perkuatan
kemiringan 46○, 51○, 56○. Pondasi
serta beban dan penurunan untuk lereng
menerus diletakkan sebesar B, 2B, 3B dari
dengan perkuatan geogrid.
ujung lereng. Pengulangan dilakukan
Daya dukung dihitung dengan
dengan perlakuan yang sama apabila hasil
persamaan (3-1) berikut:
dari pengujian benda uji terdapat
penyimpangan. Adapun perlakuan benda ��
uji ditunjukkan pada Gambar 1. �� = �
Pembebanan dilakukan dengan
Dimana,
menggunakan dongkrak hidrolik. Sebagai
pengukur besarnya beban yang terjadi, Pu = beban maksimum yang
dalam pembebanan digunakan load cell. dicatat saat uji pembebanan
Pembebanan dilakukan dengan A = luasan pondasi
menggunakan balok kayu yang dilapisi
baja pada seluruh permukaannya. Detail Setelah analisis daya dukung,
dari uji pembebanan ini dapat dilihat pada dilakukan analisis BCI untuk mengetahui
Gambar 2. rasio peningkatan yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Daya Dukung Lereng Tanpa
Perkuatan
Salah satu tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui daya dukung maksimum yang
terjadi. Dari percobaan pembebanan yang
sudah dilakukan pada lereng tanpa
perkuatan, hasil pengujian daya dukung
yang diperoleh dari eksperimen disajikan
dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Nilai Daya Dukung Berdasarkan
Eksperimen Untuk Lereng Tanpa
Perkuatan

(b)

Analisis Daya Dukung Lereng Dengan


Perkuatan
Pada pengujian yang dilakukan pada
lereng dengan perkuatan geogrid dengan
variasi sudut kemiringan lereng dan jarak
pondasi didapatkan nilai daya dukung
yang disajikan Tabel 2 berikut ini. (c)

Gambar 3. Grafik Hubungan Qu Dan


Tabel 2. Nilai Daya Dukung Berdasarkan
Penurunan Tanah Pada Lereng Dengan
Eksperimen Untuk Lereng
Perkuatan Dengan: (a) Jarak Pondasi
Perkuatan Geogrid
(D/B) = 1; (b) Jarak Pondasi (D/B) = 2;
(c) Jarak Pondasi (D/B) = 3

Pada lereng dengan perkuatan geogrid,


penurunan tanah yang terjadi pada
pondasi cenderung lebih besar. Daya
dukung maksimum terjadi pada jarak
pondasi ke tepi lereng d/B = 3 dan
kemiringan lereng (α = 46°).

Analisis Bearing Capacity Improvement


Berdasarkan Daya Dukung Ultimit
(BCIu)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
nilai peningkatan daya dukung yang
terjadi akibat adanya pemberian perkuatan
geogrid. Untuk melihat pengaruh dari
kemiringan lereng pada BCI, maka dapat
dilihat dari Tabel 3 dan Gambar 4.
(a)
Tabel 3. Nilai (BCIu) Dengan Variasi
Jarak Pondasi dan Sudut
Kemiringan Lereng

Gambar 5. Grafik Perbandingan


Peningkatan (BCIs) Pada s/B = 2%
Dengan Variasi Jarak Pondasi dan Sudut
Kemiringan Lereng

Analisis Bearing Capacity Improvement


Berdasarkan Penurunan Dengan s/B =
4% (BCIs)
Hasil analisis nilai (BCIs) untuk
variasi sudut kemiringan lereng saat
Gambar 4. Grafik Perbandingan penurunan yang sama yaitu mencapai nilai
Peningkatan BCIu Dengan Variasi Jarak s/B=4% disajikan pada Tabel 5 dan
Pondasi dan Sudut Kemiringan Lereng Gambar 6 berikut ini.

Analisis Bearing Capacity Improvement Tabel 5. Nilai (BCIs) Pada s/B = 4%


Berdasarkan Penurunan Dengan s/B = Dengan Variasi Jarak Pondasi
2% (BCIs) dan Sudut Kemiringan Lereng
Hasil analisis nilai (BCIs) untuk
variasi sudut kemiringan lereng saat
penurunan yang sama yaitu mencapai nilai
s/B=2% disajikan pada Tabel 4 dan
Gambar 5 berikut ini.

Tabel 4. Nilai (BCIs) Pada s/B = 2%


Dengan Variasi Jarak Pondasi
dan Sudut Kemiringan Lereng

Gambar 6. Grafik Perbandingan


Peningkatan (BCIs) Pada s/B = 4%
Dengan Variasi Jarak Pondasi dan Sudut
Kemiringan Lereng
Analisis Bearing Capacity Improvement beban runtuh mengalami peningkatan dari
Berdasarkan Penurunan Dengan s/B = D/B=1, D/B=2, dan D/B=3 serta beban
6% (BCIs) runtuh yang terbesar dapat ditahan oleh
Hasil analisis nilai (BCIs) untuk jarak pondasi D/B=3. Peningkatan beban
variasi sudut kemiringan lereng saat runtuh tersebut juga secara langsung
penurunan yang sama yaitu mencapai nilai berdampak pada peningkatan nilai daya
s/B=6% disajikan pada Tabel 6 dan dukung (qu) untuk variasi jarak pondasi.
Gambar 7 berikut ini. Pada penurunan yang sama, maka
besarnya ratio perkuatan daya dukung
dapat diinterpretasikan melalui grafik
Tabel 6. Nilai (BCIs) Pada s/B = 6%
BCIs. Dari kurva BCIs terlihat semakin
Dengan Variasi Jarak Pondasi
kecil sudut kemiringan lereng, maka rasio
dan Sudut Kemiringan Lereng
peningkatan daya dukung semakin besar.
Pola tersebut jelas terlihat pada kurva
BCIs dengan s/B 2%, 4%, dan 6%.
Kemudian, semakin besar jarak pondasi
ke tepi lereng, maka rasio peningkatan
daya dukung juga semakin besar. Pola
peningkatan tersebut memang terlihat
pada kurva BCIs dengan s/B 2% dan 4%.
Akan tetapi kurva BCIs 6% menunjukkan
pola yang berbeda. Daya dukung ultimit
untuk lereng tanpa perkuatan dengan D/B
= 1 ini terjadi jauh dari penurunan 6%.
Oleh karena itu, qus pada s/B = 6% pada
lereng tanpa perkuatan ini menjadi lebih
kecil sehingga rasio perkuatan sebaliknya
menjadi lebih besar.
Jika diamati lebih jauh, pada trend
Gambar 7. Grafik Perbandingan line grafik BCIu menunjukkan rasio
Peningkatan (BCIs) Pada s/B = 6% perkuatan yang signifikan pada sudut 46°.
Dengan Variasi Jarak Pondasi dan Sudut Sedangkan perubahan sudut kemiringan
Kemiringan Lereng lereng antara 51° - 56° terlihat kurva BCIu
yang mulai lurus dan sejajar satu sama
Pengaruh Kemiringan Lereng Dan lain. Hal ini menunjukkan bahwa metode
Jarak Pondasi Terhadap Nilai Daya perkuatan dengan menggunakan geogrid
Dukung menunjukkan rasio perkuatan yang
mendekati konstan saat sudut kemiringan
Dari hasil yang didapatkan, pada lereng (α) antara 51° - 56°.
variasi kemiringan lereng jika ditinjau dari Selain itu, pada kurva BCIu
beban ultimit yang bekerja diketahui terhadap variasi jarak pondasi terlihat
bahwa semakin bertambahnya sudut maka gradien kurva terkecil pada sudut
daya dukung pondasi semakin menurun. kemiringan lereng sebesar 46°. Pada sudut
Pola tersebut terlihat dari nilai daya kemiringan lereng tersebut, nilai BCIu
dukung yang semakin besar seiring terlihat konstan. Besarnya variasi jarak
bertambahnya nilai sudut kemiringan pondasi pada sudut kemiringan ini kurang
lereng. Sudut kemiringan lereng dengan berpengaruh terhadap peningkatan nilai
daya dukung terbesar pada penelitian BCIu pada daya dukung lereng. Oleh
terletak pada sudut 46°. karena itu, bisa disimpulkan titik optimum
Jika pada variasi jarak pondasi, dari metode perkuatan dengan geogrid ini
terletak pada sudut kemiringan α = 46°. 2. Panjang perkuatan yang digunakan
sebaiknya mencapai 3B dari sisi
KESIMPULAN belakang pondasi, supaya untuk
Berdasarkan penelitian yang telah memastikan bahwa variabel
dilakukan dengan variasi berupa sudut panjang lapis perkuatan yang tidak
kemiringan lereng (α) sebesar 46°, 51°, diteliti, tidak menjadi varibel
56° dan jarak pondasi ke tepi lereng pengganggu pada penelitian
sebesar D/B=1, D/B=2, D/B=3 pada tersebut.
pemodelan fisik lereng pasir dengan 3. Untuk memperoleh nilai optimum
perkuatan geogrid, diperoleh kesimpulan dari rasio jarak pondasi ke tepi
sebagai berikut: lereng D/B, dapat menambah
1. Semakin besar sudut kemiringan variabel tersebut hingga mencapai
lereng, maka daya dukung pondasi rasio D/B=5. Pada rasio D/B=5
semakin kecil tersebut, pondasi akan mulai
2. Semakin besar jarak pondasi ke berlaku sesuai dengan mekanisme
tepi lereng, maka daya dukung pondasi di tanah datar.
pondasi semakin besar
3. Penurunan pondasi pada lereng
dengan perkuatan geogrid saat DAFTAR PUSTAKA
mencapai beban ultimit lebih besar
dibandingkan penurunan pondasi Bowles, J. E. 1993. Sifat-Sifat Fisis dan
pada lereng tanpa perkuatan Geoteknis Tanah. Jakarta : Erlangga
4. Nilai BCI maksimum terjadi pada Christady H., Hary. 1990. Mekanikan
lereng dengan sudut kemiringan Tanah. Yogyakarta: Jurusan Teknik
lereng terkecil yaitu 46° dan jarak Sipil Fakultas Teknik Universitas
pondasi terbesar yaitu D/B=3 Gajah Mada
5. Pada lereng tanpa perkuatan,
variasi jarak pondasi lebih Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah Edisi
dominan dari pada variasi sudut Keempat. Jakarta : Erlangga
kemiringan lereng
Das, Braja M. 1984. Mekanika Tanah
6. Pada lereng dengan perkuatan,
(Prinsip-pinsip Rekayasa Geoteknis)
variasi sudut kemiringan lereng
Jilid 2. Jakara : Erlangga
lebih dominan dari pada variasi
jarak pondasi Das, Braja M. 2009. Shallow Foundations
Second Edition. New York : Taylor
and Francis Group
SARAN
Suroso, As’ad Munawir, dan Herlien
Pada penelitian ini membutuhkan Indrawahyuni. Buku Ajar Teknik
ketelitian, waktu yang cukup, dan metode Pondasi. Malang : Jurussan Teknik
pelaksanaan yang baik untuk tercapainya Sipil Fakultas Teknik Universitas
kesempurnaan dalam hasil penelitian. Brawijaya
Oleh karena itu, ada bebrapa saran untuk
DPU. 2009. Pedoman Konstruksi
penelitian selanjutnya yang sejenis antara
Bangunan: Perencanaan dan
lain sebagai berikut.
Pelaksanaan Perkuatan Tanah
1. Diperlukannya tata cara pemadatan
dengan Geosintetik No.
di lapangan yang lebih baik.
003/BM/2009
Pemadatan yang kurang baik
mengakibatkan respon lereng yang S.V. Anil Kumar, K. Ilamaparuthi. 2009.
ditunjukkan oleh kurva qu vs Respon of Footing on Sand Slopes.
penurunan yang kurang sempurna.
Indian Geotechnical Society
Chennai Chapter. India : Anna
University Chennai.
Saeed Alamshahi, Nader Hataf. 2009.
Bearing Capacity of Strip Footings
on Sand Slopes Reinforced with
Geogrid and Grid-Anchor.
ELSEVIER. Iran : Universitas Shiraz
Graham, J., Andrews, M., and Shields, D.
H.,. 1987. Stress Characteristics for
Shallow Footings in Cohesionless
Slopes. Geotech, 25: 238-249.
Canada
Mohd Raihan Taha, Enas B. Altalhe.
2013. Numerical and Experimental
Evaluation of Bearing Capacity
Factor N of Strip Footing on Sand
Slopes. International Journal of
Physcial Sciences. Malaysia :
Universiti Kebangsaan Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai