PENDAHULUAN
1
Universitas Kristen Krida Wacana
Hal ini menyebabkan mereka menjadi malas untuk beraktivitas, serta dapat
berpengaruh buruk bagi kemampuan sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar.
Selain berdampak terhadap perkembangan anak, smartphone juga memiliki dampak
terhadap kesehatan dan gangguan pada mata.1
Dengan ini peran keluarga khususnya orang tua dalam perkembangan era
globalisasi sangat diharapkan kehadirannya. Pipher mengungkapkan bahwa anak-
anak membutuhkan waktu, perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan diskusi. Hal ini
tidak dapat dibeli dengan uang. Anak-anak membutuhkan tempat perlindungan,
dimana mereka dapat merasa aman saat mereka mempelajari apa yang dibutuhkan
dalam kehidupan. Disiplin pada anak perlu dilakukan oleh orangtua, mereka harus
konsisten dan tidak terlalu menekankan pada anak. Untuk itu perlunya pengawasan
orangtua sangat dibutuhkan untuk memberi Batasan-batasan kepada anak dalam
penggunaan smartphone.1
Melihat dari data diatas penulis ingin mengetahui pengetahuan sikap dan
perilaku (PSP) orang tua murid penggunaan smartphone pada anak murid dan factor-
faktor yang mempengaruhi PSP orang tua tersebut. Penelitian ini juga dilakukan
untuk mencari apakah penggunaan smartphone pada anak di sekolah memberikan
dampak yang negatif.
2
Universitas Kristen Krida Wacana
3. Dari 10.191 remaja yang diteliti dilaporkan bahwa 30% dari peserta bisa
mentoleransi penggunaan smartphone, 36% mengalami penarikan diri, 27%
menunjukkan penggunaan yang lebih berat, 18% gagal untuk mengurangi
penggunaan smartphone, dan 10% mengalami gangguan interaksi social
1.3 Hipotesis
Adanya hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua murid dengan usia,
tingkat pendidikan, sosial ekonomi tentang penggunaan smartphone di SMPN 101
Jakarta pada Desember 2018.
3
Universitas Kristen Krida Wacana
d. Diketahuinya hubungan usia responden terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku responden tentang penggunaan smartphone di SMPN 101
Jakarta Kecamatan Palmerah pada Desember 2018.
e. Diketahuinya hubungan Pendidikan responden terhadap pengetahuan,
sikap, dan perilaku responden tentang penggunaan smartphone di SMPN
101 Jakarta Kecamatan Palmerah pada Desember 2018.
4
Universitas Kristen Krida Wacana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Menurut Notoadmodjo, tingkat pengetahahuan sendiri memiliki 6
tingkatan pengetahuan, antara lain:4
1) Tahu
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Tahu merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dalam dilakukan
dalam beberapa hal seperti penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
dan prinsip.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen
yang terdapat dalam suatu masalah. Salah satu tanda seseorang sudah
5
Universitas Kristen Krida Wacana
mencapai tahap ini adalah orang tersebut mampu membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, atau membuat diagram terhadap suatu
obyek.
5) Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Secara lebih sederhana, sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap obyek tertentu. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau yang telah ada sebelumnya.
6
Universitas Kristen Krida Wacana
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Sukanto faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan, antara lain:4
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Umur
Semakin cukup umur, tingkat kemampuan dan kematangan seseorang
akan lebih baik dalam berpikir dan menerima informasi. Namun perlu
diketahui bahwa seseorang yang berumur lebih tua tidak mutlak
memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
seseorang yang lebih muda.
e. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat informal.
f. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat
pengetahuan.
f.Intelegensia
7
Universitas Kristen Krida Wacana
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar.
2.2 Sikap
2.2.1 Pengertian
8
Universitas Kristen Krida Wacana
anak-anak di era digital sangat berbeda dari orang tua mereka. Anak-
anak tumbuh di lingkungan digital di mana-mana dengan seperangkat
konvensi sosial dan tantangan perkembangan yang berbeda, yang
membuat anak-anak merasa bahwa orang tua tidak memahami
kenyataan hidup di era digital ketika orang tua membatasi akses
mereka ke perangkat seluler, sedangkan orang tua khawatir akan hal itu
anak-anak tumbuh dengan keterampilan sosial yang buruk, hubungan
yang dangkal, dan tidak sehat obsesi atau kecanduan pada perangkat
seluler.5
9
Universitas Kristen Krida Wacana
4. Bertanggung jawab. Seseorang pada tingkatan ini harus berani
mengambil resiko apabila ada orang lain yang mencemooh ataupun
resiko lainnya.
2.3 Perilaku
2.3.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo, pengertian perilaku dilihat dari segi biologis,
adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, dan
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas
masing-masing. Dapat dikatakan, perilaku manusia pada hakekatnya
adalah tindakan dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, menulis, membaca dan sebagainya. Semua kegiatan atau
aktifitas manusia yang dapat diamati secara langsung ataupun yang
tidak langsung, dapat dikatakan sebagai perilaku.7
10
Universitas Kristen Krida Wacana
perilaku yang positif bagi kesehatan. Perilaku sakit (illness behavior) yang
merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya respon terhadap suatu
penyakit. Perilaku dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit serta upaya
pengobatannya. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yang merupakan
perilaku seseorang ketika sakit. Perilaku ini mencakup upaya untuk
menyembuhkan penyakitnya. Hal yang paling penting dalam perilaku
kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena
perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau promosi kesehatan
sebgai penunjang program kesehatan yang lainnya.
Perilaku Teknologi merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan
dengan masalah, penggunaan, Penerapan yang berhubungan dengan
tekonologi sehingga dapat mempengaruhi Perilaku. Hal yang paling penting
dalam perilaku adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena
perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan untuk meningkatkan
produktifitas dari pada dampak negative seperti Gangguan interaksi sosial,
kecanduan smartphone, Gangguan perilaku Dalam masalah emosional yang
dapat mempengaruhi Gangguan kesehatan.1
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lewrence Green pokok, yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku.
Secara spesifik menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku individu maupun kelompok adalah: 7
1. Faktor Prediposisi
2. Faktor pendukung
11
Universitas Kristen Krida Wacana
Faktor yang memungkinkan keinginan terlaksana meliputi ketersediaan
sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas
masyarakat atau pemerintah dan ketrampilan yang berkaitan dengan
kesehatan.
3. Faktor pendorong
12
Universitas Kristen Krida Wacana
dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh
utama untuk anak- anaknya karena orang tua yang menginterpretasikan
tentang dunia dan masyarakat pada anak-anaknya.1
13
Universitas Kristen Krida Wacana
II. Sebagai mentoring
Orang tua adalah mentor pertama bagi anak yang menjalin
hubungan, memberikan kasih sayang secara mendalam baik secara
positif maupun negatif, memberikan perlindungan sehingga mendorong
anak untuk bersikap terbuka dan mau menerima pengajaran. Selain itu
orang tua menjadi sumber pertama dalam perkembangan perasaan anak
yaitu rasa aman atau tidak aman, dicintai atau dibenci.
a. Sebagai organizing
Orang tua mempunyai peran sebagai organizing yaitu mengatur,
mengontrol, merencanakan, bekerja sama dalam meyelesaikan setiap
permasalahan yang terjadi, meluruskan struktur dan sistem keluarga
dalam rangka membantu menyelesaikan hal-hal yang penting serta
memenuhi semua kebutuhan keluarga. Orang tua harus bersikap adil
dan bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan terutama
menghadapi permasalahan anak-anaknya supaya tidak timbul
kecemburuan.1
b. Sebagai teaching
Orang tua adalah guru yang mempunyai tanggung jawab
mendorong, mengawasi, membimbing, mengajarkan anak-anaknya
tentang nilai-nilai spiritual, moral dan sosial serta mengajarkan prinsip-
prinsip kehidupan sehingga anak memahami dan melaksanakannya.
Peran orang tua sebagai teaching adalah menciptakan “Conscious
competence” pada diri anak yaitu mereka mengalami tentang apa yang
mereka kerjakan dan alasan tentang mengapa mereka mengerjakan itu.
Selain itu orang tua adalah pendidik utama anak, pengamat, pendengar,
pemberi cinta yang selalu mengamati dan mendengarkan ungkapan
anak. Di saat anak mempunyai masalah, bimbingan orang tua
14
Universitas Kristen Krida Wacana
membantu anak dalam memahami apa yang sedang terjadi karena anak
mudah mempunyai sikap pesimis, kurang percaya diri dengan
kemampuan sendiri.1
2.5 Smartphone
2.5.1 Pengertian
Smartphone adalah jenis telepon genggam yang
memiliki berbagai kemampuan yang dapat memenuhi
kebutuhan penggunanya, hal ini lantaran smartphone dapat
bekerja menggunakan perangkat lunak mengenai sistem
operasi yang melebihi standar.8,9
a. Komunikasi
Pengetahauan manusia semakin luas dan maju. Komunikasi
berkembang melalui tulisan yang dikirimkan melalui pos. Sekarang
zaman era globalisasi manusia dapat berkomunikasi dengan mudah,
cepat, praktis dan lebih efisien dengan menggunakan smartphone.8,9
b. Smartphone
Smartphone memiliki banyak fitur dan aplikasi yang tepat untuk
kita dapat berbagi berita, kabar, dan cerita juga dapat untuk jadikan
sebagai sarana hiburan berupa game yang marak belakangan ini. Dapat
mencari permainan edukatif. Pada smartphone juga ada berbagai
macam permainan edukatif yang dapat merangsang otak dan pola
permainan ini dapat disesuaikan dengan usia anak tersebut. Jadi
15
Universitas Kristen Krida Wacana
smartphone dapat menjadi salah satu media belajar yang akan
membuat anak merasa senang.8,9
Anak akan cepat sekali merasa bosan jika harus belajar dengan
melihat buku saja atau duduk di depan meja. Berbeda ketika anak
diberi permainan yang dapat merangsang otaknya untuk berpikir, anak
tidak akan menyadari bahwa dirinya sedang belajar. Pemanfaatan
smartphone tersebut dapat menambah teman dan menjalin hubungan
kerabat yang jauh tanpa harus menggunakan waktu yang lama untuk
berbagi serta sebagai alat untuk menghibur diri.8,9
c. Pendidikan
Seiring berkembangnya zaman, sekarang, belajar tidak hanya
terfokus dengan buku. Namun melalui smartphone kita dapat
mengakses berbagai ilmu pengetahuan yang kita perlukan. Kita dapat
dengan mudah mengakses atau mencari situs tentang pengetahuan
denga menggunakan aplikasi yang berada di dalam smartphone kita.
Tentang pendidikan, politik, ilmu pengetahuan umum, agama, tanpa
harus repot pergi ke perpustakaan yang mungkin jauh untuk
dijangkau.8,9
d. Informasi
Dapat mencari informasi pendidikan yang inovatif. Smartphone
akan menambah pengetahuan bagi sang anak, tanpa anak sadari. Anak
akan mendapatkan informasi dan materi yang memuaskan pengetahuan
dirinya. Seperti contoh, anak akan dapat belajar bermain piano, belajar
membuat origami, dan sebagainya.8,9
16
Universitas Kristen Krida Wacana
anak untuk belajar menggunakan smartphone sangatlah
mengagumkan.8,9
b. Durasi Penggunaan
Pada penggunaan smartphone, perlu dilakukan pengaturan
durasi penggunaan smartphone. Jika anak di biarkan berlama-lama
menggunakan smartphone, akan menyebabkan dampak yaitu dapat
berupa anak akan asyik dengan smartphone sendiri serta akan
menyebabkan pengaruh pada mata. Saat melihat smartphone dalam
waktu lama dan terus menerus dengan frekuensi mengedip yang rendah
dapat menyebabkan mata mengalami penguapan berlebihan sehingga
17
Universitas Kristen Krida Wacana
mata menjadi kering. Dalam hal ini, air mata memiliki fungsi yang
sangat penting.11
Airmata berfungsi untuk memperbaiki tajam penglihatan,
membersihkan kotoran yang masuk kemata dari atmosfer, nutrisi
(glukosa, elektrolit, enzim, protein) serta mengandung antibakteri.
Apabila mata kekurangan air mata maka dapat menyebabkan mata
kekurangan nutrisi dan oksigen. Dalam waktu yang lama kondisi
seperti ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan menetap. Pajanan
akut dengan dosis kira – kira 100 – 400 Gy mulai bergejala dalam
jangka waktu 2 – 6 jam, sedangkan pada dosis 600 – 1000 Gy sudah
timbul dalam 2 jam. Semua sarana ini memang mengasyikkan hingga
anak-anak lupa waktu. Untuk itu orangtua harus menegaskan batas
waktu penggunaan smartphone pada anak-anaknya.11
c. Jarak Mata
Ketika melihat objek dengan jarak yang jauh maupun dengan
jarak yang dekat mata akan berakomodasi. Kegiatan akomodasi yang
dilakukan oleh otot mata ini dapat menyebabkan kelelahan mata.
Kejadian ini dapat terjadi sebagai akibat dari akomodasi yang tidak
efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak stabil.11
Anatomi mata manusia didesain untuk melihat jarak jauh dalam
waktu lama dan melihat objek dekat dalam waktu pendek. Jadi ketika
membaca, menggunakan atau bekerja dengan objek jarak dekat dengan
waktu berjam-jam, berarti kita telah mengunakan mata berlawanan
dengan kehendak alam. Akibatnya, penglihatan akan tertekan dan
akhirnya timbul kerusakan yang disebut titik dekat.11
Makin jauh jarak sumber radiasi, intensitas pancaran radiasi
akan makin kecil. Pandangan mata terhadap objek yang terlalau dekat
dan terus menerus lebih dari 2 jam dapat menyebabkan kelelahan mata.
18
Universitas Kristen Krida Wacana
Jarak pandang yang digunakan yaitu jarak antara mata sejauh 45 cm.12
19
Universitas Kristen Krida Wacana
Akibat dampak negatif dari hasil teknologi itu dapat
menyebabkan mahasiswa menjadi tidak peduli dengan orang lain,
sombong, melakukan perbuatan amoral seperti pemerkosaan, seks
bebas, penipuan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya. Rasa empati
mahasiswa juga semakin berkurang karena ketidak peduliannya dengan
orang lain. Goleman mengartikan empati yaitu merasakan yang
dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan individu lain. Baron & Byrne kemudian menyatakan bahwa
empati merupakan kemampuan untuk merasakan keadaan emosional
orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah,
mengambil perspektif orang lain. Empati merupakan sesuatu yang
jujur, sensitive dan tidak dibuat-buat serta didasarkan atas hal yang
dialami orang lain.
Taufik menyatakan empati merupakan aktivitas untuk
memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta
apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu tersebut terhadap
kondisi yang dialami individu lain, tanpa kehilangan kontrol atas
dirinya sendiri. Aspek-aspek empati menurut Menurut Zoll dan Enz
adalah empati kognitif, empati affektif. Kemudian menurut Kemudian
Davis yaitu perspective tacking (pengambilan perspektif), fantasy
(imajinasi), empathic concern (perhatian empatik), dan personal
distress (distress pribadi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi empati yaitu sosialisasi,
dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami
sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang
lain dan berpikir tentang orang lain, mood and feeling yaitu situasi
perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan
20
Universitas Kristen Krida Wacana
mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap
perasaan dan perilaku orang lain, situasi dan tempat, pada situasi
tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibandingkan dengan
situasi yang lain, proses belajar dan identifikasi, apa yang telah
dipelajari anak dirumah atau pada situasi tertentu diharapkan anak
dapat menerapkannya pada lain waktu yang lebih luas, komunikasi dan
bahasa, pengungkapan empati dipengaruhi oleh komunikasi (bahasa)
yang digunakan seseorang.
Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman tentang komunikasi akan
menjadi hambatan pada proses empati, pengasuhan, lingkungan yang
berempati dari suatu keluarga sangat membantu anak dalam
menumbuhkan empati dalam dirinya Mahasiswa yang gadgetnya mati
atau tertinggal akan merasa cemas dan was-was selain itu juga akan
merasa kesal saat ada masalah yang penting atau darurat kemudian
gadget atau handphonenya mati. Mahasiswa juga tidak peduli dengan
perasaan teman yang sedang mengajak berbicara karena mereka merasa
memiliki kepentingan masing-masing dan biasanya curhat melalui HP
dengan menggunakan emotikon yang ada di HP.
Orang tua mempunyai pengaruh sangat kuat dalam kehidupan
anak karena tingkah laku dan cara berpikir anak dibentuk oleh tingkah
laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun negatif. Peran
orang tua sebagai modelling tentunya dipandang sebagai suatu hal yang
mendasar dalam membentuk perkembangan dan kepribadian anak serta
seorang anak akan belajar tentang sikap peduli dan kasih sayang.12
21
Universitas Kristen Krida Wacana
pada suatu stimulus. DSM-IV menggunakan istilah dependence untuk
kecanduan pada suatu stimulus secara pathological, misalnya
ketergantungan untuk berjudi. Masing-masing ahli psikologi
menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut fenomena ini.
Young (1999) menyebutnya internet addiction, Grohol (1999)
menyebutnya Internet addiction disorder, dan Suller (1996)
menyebutnya Cyberspace addiction. Davis (2001) menyebut
kecanduan internet sebagai Pathological internet use dan Walden
(2002) lebih cenderung menyebutnya sebagai compulsion, karena jika
disebut addiction (kecanduan) harus melibatkan masuknya zat asing ke
dalam tubuh manusia dan mempengaruhi keadaan kimiawi tubuh.13
Setidaknya kedua ahli ini mencatat bahwa simptom-simptom
yang banyak digunakan oleh para ahli psikologi mengenai kecanduan
internet ini masih berpangkal kepada kriteria pathological gambling
yang tercantum di dalam DSM-IV.13
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Beard dan Wolf
(2001) mengusulkanuntuk menggunakan delapan kriteria diagnostik
kecanduan smartphone. Lima kriteria pertama harus ada sebagaidasar
penegakan diagnosis kecanduan smartphone. Sedangkan salah satu dari
tigakriteria lainnya pun harus ada. Lima kriteria yang harus ada
seluruhnya adalah:13
a. Preokupasi terhadap internet (pikiran dikuasi oleh aktivitas internet
yang dilakukan sebelumnya dan mengantisipasi sesi penggunaan
internet berikutnya).
b. Kebutuhan untuk menggunakan internet dengan alokasi waktu yang
terus bertambah demi untuk mengejar kepuasan.
c. Telah mencoba dan gagal untuk mengendalikan, mengurangi, atau
berhenti untuk menggunakan smartphone.
22
Universitas Kristen Krida Wacana
d. Tidak tenang, moody, depresi, atau mudah teriritasi ketika harus
menghentikan aktivitas menggunakan smartphone.
e. Aktivitas online melebihi waktu yang direncanakan.
23
Universitas Kristen Krida Wacana
tua dan anak-anak juga cenderung menjadi introvert. Ini yang akan
membuat mereka lebih bersifat individualis atau menyendiri. Banyak
waktu dari mereka digunakan untuk bermain smartphone dibandingkan
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.14
a. Siswa
24
Universitas Kristen Krida Wacana
mengajar. Selain terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang
didapat peserta didik selama belajar, hal lain yang penting pula adalah
perbedaan individual.
Menurut suharsimi Arikunto seperti yang dikutip oleh Nyayu
Khadijah, ia melihat kepribadian anak itu sendiri mencakup bebrapa
aspek, diantaranya adalah: jasmani, agama, intelektual, sosial, etika dan
estetika yang ke semua aspek itu tidak dimiliki oleh semua peserta
didik. Oleh karena itu peserta didik yang satu dengan yang lain
memiliki keunikannya masing masing. Perbedaan individual anak didik
tersebutlah yang harus disikapi oleh guru dengan bijaksana. Artinya,
guru harus mengupayakan semaksimal mungkin agar setiap peserta
didik mampu mencapai tujuan belajar meski dengan perbedaan yang
ada. Pada dasarnya, pendidikan merupakan pilar utama dalam
membangun Sumber Daya Manusia(SDM) berkualitas. Semakin
terdidik suatu masyarakat semakin besar peluang memiliki SDM yang
berkualitas. Apalagi zaman sekarang yang lebih modern ini, banyak
teknologi-teknologi canggih yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran
orang-orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Contohnya saja,
dengan ditemukannya telephone seseorang yang jauh bisa terasa dekat
dengan berkomunikasi lewat telephone. Lambat laun telephone tak
hanya bisa digunakan sebagai alat berkomunikasi dan mengirimkan
pesan saja. Tetapi dapat pula digunakan untuk mencari informasi dari
internet, yang memudahkan bagi masyarakaat untuk belajar.
Dengan adanya teknologi canggih sangat berpengaruh juga
dalam proses belajar. Guru lebih mudah menerangkan materi yang
akan diajarkan kepada peserta didik. Juga akan menarik perhatian
peserta didik dalam proses belajar. Namun, dibalik dampak positif
yang ada pasti terdapat dampak negatif yang akan timbul ketika
25
Universitas Kristen Krida Wacana
pemakaian smartphone diluar kegiatan seorang pelajar. Sehingga para
guru dan orang tua lah yang seharusnya mengawasi dalam penggunaan
smartphone agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang
merugikan.Seyogyanya sebagai anak yang berpendidikan hendaknya
menggunakan teknologi-teknologi yang ada dengan sesuai. Yang
menjadikan teknologi tersebut bermanfaat bagi dirinya maupun bagi
orang lain.17
26
Universitas Kristen Krida Wacana
KERANGKA TEORI
Pendidikan
Informasi
Budaya Pengetahuan
Umur
Pengalaman
Sosial ekonomi
Intelegensi
Keyakinan Komunikasi
Emosi Sikap Fitur dan aplikasi
Kecenderungan Pendidikan
bertindak Informasi
Melatih fungsi otak
Predisposisi Melancarkan bahasa Inggris
Faktor mendukung Perilaku
Faktor pendorong
Gangguan mata
Gangguan emosional
Kecanduan smarthphone
Prestasi belajar
27
Universitas Kristen Krida Wacana
KERANGKA KONSEP
Tingkat Pendidikan
Sosial ekonomi Pengetahuan
Umur
Sikap
Perilaku Penggunaan
Smarthphone
28
Universitas Kristen Krida Wacana
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Semua orang tua yang anaknya berusia 10 sampai 24 tahun di kelas VII, VIII,
dan IX di SMPN 101 Jakarta Kecamatan Palmerah pada Desember 2018.
1. Orang tua dari murid yang sedang menjalani pendidikan di SMPN 101
Jakarta Kecamatan Palmerah pada bulan Desember 2018.
29
Universitas Kristen Krida Wacana
3. Orang tua murid yang sadar sepenuhnya dan dapat menjawab semua
pertanyaan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Sampel yang diambil
pada penelitian ini adalah murid kelas VII, VIII dan IX di SMPN 101 Jakarta
Kecamatan Palmerah periode tahun ajaran 2018/2019 dan bersedia mengikuti
penelitian pada periode Desember 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Besar
sampel ditentukan melalui rumus seperti di bawah:18
n2 = n1 + 10%
Zα = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5% didapatkan Zα pada
kurva normal = 1,96 (tingkat kepercayaan 95% = 1,96)
d = presisi (kesalahan penelitian yang masih bisa diterima) = 10% atau 0,1
30
Universitas Kristen Krida Wacana
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan angka :
n2 = n1 + 10%
n1 = (Zα)² . P . Q
= 96,04 + 9,604
d²
= 105,644
= (1,96)2 . 0, 5 . 0,5
Dibulatkan = 106 orang
(0,1)2
31
Universitas Kristen Krida Wacana
3.7.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan,
sikap dan perilaku Penggunaan smartphone pada anak.
Data yang diperoleh yaitu data primer, yang didapatkan dengan menggunakan
kuesioner yang dijawab atau di isi oleh responden.
32
Universitas Kristen Krida Wacana
Kelas n1 = ( total kelas n1 / total kelas n1,n2,n3 ) x sampel yang di inginkan.
Kelas VII = (286/860) x 106 = 35 -> diambil kelas VII sebanyak 35 murid.
Kelas VIII = (286/860) x 106 = 35 -> diambil kelas VII sebanyak 35 murid.
Total didapatkan 106 murid. Jadi sampel yang terambil untuk menjadi
sampel penelitian sebanyak 106 murid.
33
Universitas Kristen Krida Wacana
3.9 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional dan skala pengukuran
Skala/
No Variabel Defenisi operasional Alat ukur/Cara ukur
Kategori
Segenap apa yang
diketahui dan
Kuisoner/ Ordinal/
dipahami oleh
cara ukur Baik (Skor > 8)
responden tentang
1 Pengetahuan skor nilai: Cukup (skor 5-7)
hal-hal yang
0 = jika salah Kurang (skor <
berkaitan dengan
1 =jika benar 4)
penggunaan
smarthphone
Kuisoner,
dengan cara ukur
skor nilai untuk
pernyataan
Respon atau reaksi positif: Ordinal/
seseorang terhadap Sangat setuju =5, Baik (Skor > 42)
segala sesuatu yang setuju =4, Cukup (skor
2 Sikap
berhubungan dengan kurang setuju =3, >30-42)
penggunaan tidak setuju=2, Kurang (skor
smarthphone sangat tidak <30)
setuju=1.
34
Universitas Kristen Krida Wacana
setuju =1,
setuju=2, kurang
setuju =3, tidak
setuju=4, sangat
tidak setuju=5
(Skala Likert)
Kegiatan atau Kuisoner,
aktifitas secara dengan cara ukur
Ordinal/
langsung atau skor nilai:
Baik (Skor > 42)
tidak langsung 0=Tidak pernah,
Cukup (skor
3 Perilaku yang telah 1=Jarang,
>30-42)
dilakukan oleh 2= Kadang-
Kurang (skor
responden tentang kadang, 3 =
<30)
penggunaan Sering,
smarthphone 4 =Sangat sering
Satuan waktu untuk
Numerik
mengukur dari KTP,
4 Umur Tahun
lahirnya sampai SIM/Wawancara
waktu penelitian
Ordinal/
Jenjang pendidikan Pendidikan
formal yang pernah SD -SMP:
Tingkat
5 ditempuh sampai saat Kuisoner/Wawancara Pendidikan rendah
pendidikan
penelitian dilakukan. Pendidikan SMA-
PT: Pendidikan
tinggi:
Sosial Sosial ekonomi Pendapatan tinggi
6 Kuesioner/Wawancara
ekonomi didasarkan pada (lebih dari besaran
35
Universitas Kristen Krida Wacana
pendapatan yaitu, nilai UMR = Rp.
segala bentuk 3.600.000
penghasilan yang Pendapatan
diterima oleh sedang (sama
keluarga dalma dengan besaran
bentuk rupiah yang UMR = Rp.
diterima setiap 3.600.000 yang
bulannya berlaku saat ini)
Pendapatan rendah
(kurang dari
besaran UMR =
Rp 3.600.000)
Data-data yang telah terkumpul akan diolah melalui proses editing, verifikasi
dan coding, kemudian data diolah dengan menggunakan program komputer yaitu
program SPSS16.0. Pengolahan data untuk penelitian ini diolah dengan
menggunakan aplikasi SPSS 16.0 yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
36
Universitas Kristen Krida Wacana
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding adalah catatan untuk memberikan kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori.
3. Entri data
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.
2. Analisis Bivariat
37
Universitas Kristen Krida Wacana
Analisis yang digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent) dengan uji statistik yang digunakan
adalah Chi Square menggunakan derajat kepercayaan 95%.
38
Universitas Kristen Krida Wacana
Data diinterpretasikan secara deskriptif analitik antar variabel-variabel yang telah
ditentukan.
3.11.1 Tenaga
3.11.2 Fasilitas
Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar kuesioner,
komputer, printer, program SPSS, internet, dan alat tulis.
39
Universitas Kristen Krida Wacana
3.13 Jadwal Penelitian
Persiapan
alat dan
bahan
2 penelitian
3 Penelitian
4 Penulisan
40
Universitas Kristen Krida Wacana