Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi dinilai dapat meningkatkan kinerja dan
memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat,
sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas masyarakat. Salah satunya
pengunaan smartphone itu sendiri sudah banyak digunakan dan dari penelitian yang
dilakukan oleh WHO mengatakan, saat ini diperkirakan 27-31% dari penduduk dunia
yang berusia antara 10-24 tahun dan 83% dari mereka yang berada di Negara-negara
yang sedang berkembang menggunakan smartphone. Di Indonesia presentase
pengguna smartphone sekitar 266 juta pengguna. Dari sebuah penelitian di Eropa, 1%
anak usia 3-4 thaun, 5% anak usia 5-7 tahun, 39% anak usia 8-11 tahun dan 83%
anak usia 12-15 tahun sudah menggunakan smartphone. Data dari Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2014 di Jawa Timur menyatakan
pengguna smartphone jenis kelamin perempuan lebih besar dari pada laki-laki,
dengan presentase laki-laki 49% sedangkan perempuan 51%. Pada penelitian tahun
2010, anak dan remaja menggunakan smartphone rata-rata lebih dari 7 jam.1-3
Walaupun pengunaan smartphone sangat mempermudah dan memberi aspek
positif, smartphone juga bisa memberi dampak negative. Penelitian yang dilakukan
oleh Yen pada tahun 2009, menemukan bahwa dari 10.191 remaja yang diteliti
dilaporkan bahwa 30% dari peserta bisa mentoleransi penggunaan smartphone, 36%
mengalami penarikan diri, 27% menunjukkan penggunaan yang lebih berat, 18%
gagal untuk mengurangi penggunaan smartphone, dan 10% mengalami gangguan
interaksi sosial. Penggunaan teknologi pada anak dan remaja dapat merugikan
perkembangan anak. Membiarkan anak menggunakan smartphone dalam jangka
waktu yang lama bisa menjadi salah satu factor penyebab dalam depresi pada anak,
kecemasan, kecanduan, sering badmood dan tidak mendengarkan nasihat orang tua.

1
Universitas Kristen Krida Wacana
Hal ini menyebabkan mereka menjadi malas untuk beraktivitas, serta dapat
berpengaruh buruk bagi kemampuan sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar.
Selain berdampak terhadap perkembangan anak, smartphone juga memiliki dampak
terhadap kesehatan dan gangguan pada mata.1
Dengan ini peran keluarga khususnya orang tua dalam perkembangan era
globalisasi sangat diharapkan kehadirannya. Pipher mengungkapkan bahwa anak-
anak membutuhkan waktu, perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan diskusi. Hal ini
tidak dapat dibeli dengan uang. Anak-anak membutuhkan tempat perlindungan,
dimana mereka dapat merasa aman saat mereka mempelajari apa yang dibutuhkan
dalam kehidupan. Disiplin pada anak perlu dilakukan oleh orangtua, mereka harus
konsisten dan tidak terlalu menekankan pada anak. Untuk itu perlunya pengawasan
orangtua sangat dibutuhkan untuk memberi Batasan-batasan kepada anak dalam
penggunaan smartphone.1
Melihat dari data diatas penulis ingin mengetahui pengetahuan sikap dan
perilaku (PSP) orang tua murid penggunaan smartphone pada anak murid dan factor-
faktor yang mempengaruhi PSP orang tua tersebut. Penelitian ini juga dilakukan
untuk mencari apakah penggunaan smartphone pada anak di sekolah memberikan
dampak yang negatif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Dari penelitian yang dilakukan oleh WHO, diperkirakan 27-31% dari


penduduk dunia yang berusia antara 10-24 tahun menggunakan smartphone
dan 83% dari mereka yang berada di negara-negara yang sedang berkembang.
2. Dari sebuah penelitian di Eropa, 1% anak usia 3-4 thaun, 5% anak usia 5-7
tahun, 39% anak usia 8-11 tahun dan 83% anak usia 12-15 tahun sudah
menggunakan smartphone.

2
Universitas Kristen Krida Wacana
3. Dari 10.191 remaja yang diteliti dilaporkan bahwa 30% dari peserta bisa
mentoleransi penggunaan smartphone, 36% mengalami penarikan diri, 27%
menunjukkan penggunaan yang lebih berat, 18% gagal untuk mengurangi
penggunaan smartphone, dan 10% mengalami gangguan interaksi social

1.3 Hipotesis

Adanya hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua murid dengan usia,
tingkat pendidikan, sosial ekonomi tentang penggunaan smartphone di SMPN 101
Jakarta pada Desember 2018.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4 .1 Tujuan Umum:

Mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua murid tentang


penggunaan smartphone di SMPN 101 Jakarta pada Desember 2018.

1.4 .1 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya sebaran usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan


keluarga, tingkat pendidikan responden tentang
penggunaan smartphone di SMPN 101 Jakarta Kecamatan Palmerah pada
Desember 2018.
b. Diketahuinya sebaran tingkat pengetahuan, Sikap, dan perilaku
responden tentang penggunaan smartphone di SMPN 101 Jakarta
Kecamatan Palmerah pada Desember 2018.
c. Diketahuinya hubungan sosial ekonomi responden terhadap pengetahuan,
sikap, dan perilaku responden tentang penggunaan smartphone di SMPN
101 Jakarta Kecamatan Palmerah pada Desember 2018.

3
Universitas Kristen Krida Wacana
d. Diketahuinya hubungan usia responden terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku responden tentang penggunaan smartphone di SMPN 101
Jakarta Kecamatan Palmerah pada Desember 2018.
e. Diketahuinya hubungan Pendidikan responden terhadap pengetahuan,
sikap, dan perilaku responden tentang penggunaan smartphone di SMPN
101 Jakarta Kecamatan Palmerah pada Desember 2018.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti


Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya dalam
bidang penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua murid
tentang penggunaan smartphone di sekolah serta dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan.
1.5.2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai referensi, bacaan dan pengarahan bagi penelitian lebih lanjut.
1.5.3. Bagi Instansi Pemerintahan
Memberikan kontribusi mengenai informasi tentang tingkat pengetahuan,
sikap, dan perilaku orang tua murid tentang penggunaan smartphone di
sekolah sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan kesehatan selanjutnya.
1.5.4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang pentingnya pengetahuan, sikap, dan perilaku
orang tua murid tentang penggunaan smartphone di sekolah.

4
Universitas Kristen Krida Wacana
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Menurut Notoadmodjo, tingkat pengetahahuan sendiri memiliki 6
tingkatan pengetahuan, antara lain:4
1) Tahu
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Tahu merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dalam dilakukan
dalam beberapa hal seperti penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
dan prinsip.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen
yang terdapat dalam suatu masalah. Salah satu tanda seseorang sudah

5
Universitas Kristen Krida Wacana
mencapai tahap ini adalah orang tersebut mampu membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, atau membuat diagram terhadap suatu
obyek.
5) Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Secara lebih sederhana, sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap obyek tertentu. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau yang telah ada sebelumnya.

Pengetahuan tekonologi merupakan hasil investasi dari pendidikan


pengetahuan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil investasi
jangka menengah dan selanjutnya perilaku akan berpengaruh terhadap
peningkatan indikator produktifitas masyarakat sebagai keluaran dari
pendidikan mengenai teknologi. Publikasi tentang peran orang tua dalam
pengembangan kepribadian anak di era globalisasi ini masih kurang. Untuk
mengurangi angka peningkatan penggunaan handphone pada anak,
pengenalan permainan tradisional bisa menjadi salah satu contoh permainan
edukatif. Permainan tradisional dapat menstimulasi anak dalam
mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling
berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri,
mengembangkan sikap empati terhadap teman. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa permainan tradisional jauh memberikan dampak positif bagi
keterampilan emosi dan sosial anak.1

6
Universitas Kristen Krida Wacana
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Sukanto faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan, antara lain:4
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Umur
Semakin cukup umur, tingkat kemampuan dan kematangan seseorang
akan lebih baik dalam berpikir dan menerima informasi. Namun perlu
diketahui bahwa seseorang yang berumur lebih tua tidak mutlak
memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
seseorang yang lebih muda.
e. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat informal.
f. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat
pengetahuan.

f.Intelegensia

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang


memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.

7
Universitas Kristen Krida Wacana
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar.

2.2 Sikap
2.2.1 Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari


seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan menurut
Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sehingga
berdasarkan pengertian diatas, sikap bersifat tertutup dan merupakan
predisposisi perilaku seseorang terhadap suatu stimulus.5

Sikap teknologi selain terbentuk dari pengetahuan yang dimiliki,


juga dipengaruhi oleh teknologi, kebudayaan, pergaulan, Sikap anak
sudah terbentuk dan menjadi konsep mendasar berasal dari Pengunaan
teknologi dalam penyelesaian masalah. Sosial ekonomi dan pendidikan
orang tua kebanyakan masih kurang sehingga budaya yang diterapkan
juga masih kurang. Orang tua mengakui pentingnya mengadopsi
teknologi seluler untuk berfungsi di abad 21, tetapi banyak yang
bingung dengan informasi yang saling bertentangan tersedia di media
tentang manfaat dan bahaya perangkat seluler. Orang tua mengenang
saat-saat ketika perangkat seluler tidak ada dan membandingkan
pengalaman masa kanak-kanak mereka dan realitas anak-anak di era
digital. Hal ini menyebabkan kesenjangan generasi antara orang tua
dan anak-anak.5

Menurut Booth, meskipun perkembangannya menuju kedewasaan


tetap sama, lingkungan di mana proses sosialisasi yang terjadi untuk

8
Universitas Kristen Krida Wacana
anak-anak di era digital sangat berbeda dari orang tua mereka. Anak-
anak tumbuh di lingkungan digital di mana-mana dengan seperangkat
konvensi sosial dan tantangan perkembangan yang berbeda, yang
membuat anak-anak merasa bahwa orang tua tidak memahami
kenyataan hidup di era digital ketika orang tua membatasi akses
mereka ke perangkat seluler, sedangkan orang tua khawatir akan hal itu
anak-anak tumbuh dengan keterampilan sosial yang buruk, hubungan
yang dangkal, dan tidak sehat obsesi atau kecanduan pada perangkat
seluler.5

2.2.2 Komponen Sikap


Menurut Allport dalam sikap memiliki 3 komponen pokok Dalam
bagian lain menjelaskan bahwa sikap itu: 6

1. Keyakinan ide dan konsep terhadap suatu objek.


2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

2.2.3 Terdapat beberapa tingkatan sikap yakni: 6

1. Menerima. Menerima diartikan bahwa seorang mau dan


memperhatikan stimulus yang diberikan.
2. Menanggapi. Menanggapi diartikan apabila seseorang memberikan
jawaban atau tanggapan terhadap obyek yang dihadapkan.
3. Menghargai. Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap suatu objek seperti mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah.

9
Universitas Kristen Krida Wacana
4. Bertanggung jawab. Seseorang pada tingkatan ini harus berani
mengambil resiko apabila ada orang lain yang mencemooh ataupun
resiko lainnya.

2.3 Perilaku

2.3.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo, pengertian perilaku dilihat dari segi biologis,
adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, dan
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas
masing-masing. Dapat dikatakan, perilaku manusia pada hakekatnya
adalah tindakan dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, menulis, membaca dan sebagainya. Semua kegiatan atau
aktifitas manusia yang dapat diamati secara langsung ataupun yang
tidak langsung, dapat dikatakan sebagai perilaku.7

Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert


behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan
respon seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk
tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan mudah.12
Sedangkan perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang
berkaitan dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola
hidup, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhinya. Perilaku
kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu perilaku hidup sehat (healthy life style)
yang merupakan perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk
meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi makan menu
seimbang, olahraga yang teratur, tidak merokok, istirahat cukup, menjaga

10
Universitas Kristen Krida Wacana
perilaku yang positif bagi kesehatan. Perilaku sakit (illness behavior) yang
merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya respon terhadap suatu
penyakit. Perilaku dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit serta upaya
pengobatannya. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yang merupakan
perilaku seseorang ketika sakit. Perilaku ini mencakup upaya untuk
menyembuhkan penyakitnya. Hal yang paling penting dalam perilaku
kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena
perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau promosi kesehatan
sebgai penunjang program kesehatan yang lainnya.
Perilaku Teknologi merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan
dengan masalah, penggunaan, Penerapan yang berhubungan dengan
tekonologi sehingga dapat mempengaruhi Perilaku. Hal yang paling penting
dalam perilaku adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena
perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan untuk meningkatkan
produktifitas dari pada dampak negative seperti Gangguan interaksi sosial,
kecanduan smartphone, Gangguan perilaku Dalam masalah emosional yang
dapat mempengaruhi Gangguan kesehatan.1
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lewrence Green pokok, yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku.
Secara spesifik menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku individu maupun kelompok adalah: 7
1. Faktor Prediposisi

Faktor pertama yang mempengaruhi untuk berperilaku yang mencakup


karakteristik individu, pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai, persepsi dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu
maupun masyarakat.

2. Faktor pendukung

11
Universitas Kristen Krida Wacana
Faktor yang memungkinkan keinginan terlaksana meliputi ketersediaan
sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas
masyarakat atau pemerintah dan ketrampilan yang berkaitan dengan
kesehatan.

3. Faktor pendorong

Factor yang memperkuat/mendorong perubahan tingkah laku, kaitannya


dengan kesehatan, meliputi dukungan keluarga (suami, orang tua, famili),
majikan, tokoh masyarakat dan lainnya.

Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar


belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor yakni: faktor-faktor predisposisi
seperti pengetahuan, sikap, dan sebagainya, faktor-faktor yang mendukung
seperti ketersediaan sumber/fasilitas dan faktor-faktor yang memperkuat atau
mendorong seperti sikap dan perilaku petugas Suatu sikap belum tentu
otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktik atau tindakan memiliki
beberapa tindakan.7

2.4 Orang tua

2.4.1 Pengertian Orang tua


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Orang tua
adalah ayah ibu kandung. Orang tua adalah ibu bapak yang dikenal
mula pertama oleh putra putrinya. Orang tua menjadi kepala keluarga.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
keluarga. Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang

12
Universitas Kristen Krida Wacana
dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh
utama untuk anak- anaknya karena orang tua yang menginterpretasikan
tentang dunia dan masyarakat pada anak-anaknya.1

2.4.2 Peran Orang Tua


Orang tua selalu menginginkan remajanya agar tumbuh menjadi
seorang individu yang matang secara sosial. Dalam sebuah keluarga
idealnya ada dua individu yang berperan yaitu pertama, peran seorang
ibu yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-
anaknya. Kedua, peran seorang ayah yang bertanggung jawab
memberikan bimbingan nilai-nilai moral sesuai ajaran agama,
mendisiplinkan, mengendalikan, turut dalam mengasuh anak-anaknya
dan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Peran ayah dan ibu merupakan satu kesatuan peran yang sangat penting
dalam sebuah keluarga. Menurut Covey terdapat 4 prinsip peran
keluarga atau orang tua, antara lain:1
I. Sebagai modelling
Orang tua adalah contoh atau teladan bagi seorang anak baik dalam
menjalankan nilai-nilai spiritual atau agama dan normal yang berlaku
di masyarakat. Orang tua mempunyai pengaruh sangat kuat dalam
kehidupan anak karena tingkah laku dan cara berpikir anak dibentuk
oleh tingkah laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun
negatif. Peran orang tua sebagai modelling tentunya dipandang sebagai
suatu hal yang mendasar dalam membentuk perkembangan dan
kepribadian anak serta seorang anak akan belajar tentang sikap peduli
dan kasih sayang.

13
Universitas Kristen Krida Wacana
II. Sebagai mentoring
Orang tua adalah mentor pertama bagi anak yang menjalin
hubungan, memberikan kasih sayang secara mendalam baik secara
positif maupun negatif, memberikan perlindungan sehingga mendorong
anak untuk bersikap terbuka dan mau menerima pengajaran. Selain itu
orang tua menjadi sumber pertama dalam perkembangan perasaan anak
yaitu rasa aman atau tidak aman, dicintai atau dibenci.
a. Sebagai organizing
Orang tua mempunyai peran sebagai organizing yaitu mengatur,
mengontrol, merencanakan, bekerja sama dalam meyelesaikan setiap
permasalahan yang terjadi, meluruskan struktur dan sistem keluarga
dalam rangka membantu menyelesaikan hal-hal yang penting serta
memenuhi semua kebutuhan keluarga. Orang tua harus bersikap adil
dan bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan terutama
menghadapi permasalahan anak-anaknya supaya tidak timbul
kecemburuan.1

b. Sebagai teaching
Orang tua adalah guru yang mempunyai tanggung jawab
mendorong, mengawasi, membimbing, mengajarkan anak-anaknya
tentang nilai-nilai spiritual, moral dan sosial serta mengajarkan prinsip-
prinsip kehidupan sehingga anak memahami dan melaksanakannya.
Peran orang tua sebagai teaching adalah menciptakan “Conscious
competence” pada diri anak yaitu mereka mengalami tentang apa yang
mereka kerjakan dan alasan tentang mengapa mereka mengerjakan itu.
Selain itu orang tua adalah pendidik utama anak, pengamat, pendengar,
pemberi cinta yang selalu mengamati dan mendengarkan ungkapan
anak. Di saat anak mempunyai masalah, bimbingan orang tua

14
Universitas Kristen Krida Wacana
membantu anak dalam memahami apa yang sedang terjadi karena anak
mudah mempunyai sikap pesimis, kurang percaya diri dengan
kemampuan sendiri.1

2.5 Smartphone
2.5.1 Pengertian
Smartphone adalah jenis telepon genggam yang
memiliki berbagai kemampuan yang dapat memenuhi
kebutuhan penggunanya, hal ini lantaran smartphone dapat
bekerja menggunakan perangkat lunak mengenai sistem
operasi yang melebihi standar.8,9

2.5.2 Fungsi dan Manfaat Penggunaan Smartphone

Smartphone memiliki fungsi dan manfaat yang sesuai dengan


penggunanya. Fungsi dan manfaat smartphone secara umum
diantaranya:8,9

a. Komunikasi
Pengetahauan manusia semakin luas dan maju. Komunikasi
berkembang melalui tulisan yang dikirimkan melalui pos. Sekarang
zaman era globalisasi manusia dapat berkomunikasi dengan mudah,
cepat, praktis dan lebih efisien dengan menggunakan smartphone.8,9
b. Smartphone
Smartphone memiliki banyak fitur dan aplikasi yang tepat untuk
kita dapat berbagi berita, kabar, dan cerita juga dapat untuk jadikan
sebagai sarana hiburan berupa game yang marak belakangan ini. Dapat
mencari permainan edukatif. Pada smartphone juga ada berbagai
macam permainan edukatif yang dapat merangsang otak dan pola
permainan ini dapat disesuaikan dengan usia anak tersebut. Jadi

15
Universitas Kristen Krida Wacana
smartphone dapat menjadi salah satu media belajar yang akan
membuat anak merasa senang.8,9
Anak akan cepat sekali merasa bosan jika harus belajar dengan
melihat buku saja atau duduk di depan meja. Berbeda ketika anak
diberi permainan yang dapat merangsang otaknya untuk berpikir, anak
tidak akan menyadari bahwa dirinya sedang belajar. Pemanfaatan
smartphone tersebut dapat menambah teman dan menjalin hubungan
kerabat yang jauh tanpa harus menggunakan waktu yang lama untuk
berbagi serta sebagai alat untuk menghibur diri.8,9
c. Pendidikan
Seiring berkembangnya zaman, sekarang, belajar tidak hanya
terfokus dengan buku. Namun melalui smartphone kita dapat
mengakses berbagai ilmu pengetahuan yang kita perlukan. Kita dapat
dengan mudah mengakses atau mencari situs tentang pengetahuan
denga menggunakan aplikasi yang berada di dalam smartphone kita.
Tentang pendidikan, politik, ilmu pengetahuan umum, agama, tanpa
harus repot pergi ke perpustakaan yang mungkin jauh untuk
dijangkau.8,9

d. Informasi
Dapat mencari informasi pendidikan yang inovatif. Smartphone
akan menambah pengetahuan bagi sang anak, tanpa anak sadari. Anak
akan mendapatkan informasi dan materi yang memuaskan pengetahuan
dirinya. Seperti contoh, anak akan dapat belajar bermain piano, belajar
membuat origami, dan sebagainya.8,9

e. Melatih fungsi otak


Smartphone bermanfaat untuk anak karena memiliki banyak
aplikasi untuk melatih koordinasi mata dan tangan mereka. Kecepatan

16
Universitas Kristen Krida Wacana
anak untuk belajar menggunakan smartphone sangatlah
mengagumkan.8,9

f. Melancarkan bahasa Inggris


Oleh karena pada umumnya di Indonesia instruksi smartphone
masih didominasi bahasa Inggris, secara tidak langsung penggunaan
smartphone akan melancarkan penggunaan bahasa Inggris anak baik
secara visual maupun auditif.8,9

2.5.3 Gangguan Mata pada Penggunaan Smartphone


a. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan jumlah cahaya yang jatuh pada
permukaan kerja. Desain penerangan yang tidak baik akan
menyebabkan gangguan atau kelelahan penglihatan. Intensitas
penerangan atau cahaya menentukan jangkauan akomodasi.
Penerangan yang baik adalah penerangan yang cukup dan memadai
sehingga dapat mencegah terjadinya ketegangan mata. Efek dari
penerangan yang kurang akan mempengaruhi terjadinya kelelahan
mata dengan gejala terjadinya iritasi pada mata (mata perih, merah,
berair), penglihatan terlihat ganda, sakit sekitar mata, kemampuan daya
akomodasi berkurang dan menurunkan ketajaman penglihatan.10

b. Durasi Penggunaan
Pada penggunaan smartphone, perlu dilakukan pengaturan
durasi penggunaan smartphone. Jika anak di biarkan berlama-lama
menggunakan smartphone, akan menyebabkan dampak yaitu dapat
berupa anak akan asyik dengan smartphone sendiri serta akan
menyebabkan pengaruh pada mata. Saat melihat smartphone dalam
waktu lama dan terus menerus dengan frekuensi mengedip yang rendah
dapat menyebabkan mata mengalami penguapan berlebihan sehingga

17
Universitas Kristen Krida Wacana
mata menjadi kering. Dalam hal ini, air mata memiliki fungsi yang
sangat penting.11
Airmata berfungsi untuk memperbaiki tajam penglihatan,
membersihkan kotoran yang masuk kemata dari atmosfer, nutrisi
(glukosa, elektrolit, enzim, protein) serta mengandung antibakteri.
Apabila mata kekurangan air mata maka dapat menyebabkan mata
kekurangan nutrisi dan oksigen. Dalam waktu yang lama kondisi
seperti ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan menetap. Pajanan
akut dengan dosis kira – kira 100 – 400 Gy mulai bergejala dalam
jangka waktu 2 – 6 jam, sedangkan pada dosis 600 – 1000 Gy sudah
timbul dalam 2 jam. Semua sarana ini memang mengasyikkan hingga
anak-anak lupa waktu. Untuk itu orangtua harus menegaskan batas
waktu penggunaan smartphone pada anak-anaknya.11

c. Jarak Mata
Ketika melihat objek dengan jarak yang jauh maupun dengan
jarak yang dekat mata akan berakomodasi. Kegiatan akomodasi yang
dilakukan oleh otot mata ini dapat menyebabkan kelelahan mata.
Kejadian ini dapat terjadi sebagai akibat dari akomodasi yang tidak
efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak stabil.11
Anatomi mata manusia didesain untuk melihat jarak jauh dalam
waktu lama dan melihat objek dekat dalam waktu pendek. Jadi ketika
membaca, menggunakan atau bekerja dengan objek jarak dekat dengan
waktu berjam-jam, berarti kita telah mengunakan mata berlawanan
dengan kehendak alam. Akibatnya, penglihatan akan tertekan dan
akhirnya timbul kerusakan yang disebut titik dekat.11
Makin jauh jarak sumber radiasi, intensitas pancaran radiasi
akan makin kecil. Pandangan mata terhadap objek yang terlalau dekat
dan terus menerus lebih dari 2 jam dapat menyebabkan kelelahan mata.

18
Universitas Kristen Krida Wacana
Jarak pandang yang digunakan yaitu jarak antara mata sejauh 45 cm.12

d. Posisi saat Menggunakan Smartphone


Posisi melihat suatu objek ditangan yang baik adalah dengan
posisi duduk, dikarenakan saat duduk menyebabkan lampu yang
menerangi biasanya dari atas sehingga posisi membaca demikian
dinilai paling baik. Sedangkan membaca atau melihat objek dengan
posisi tiduran menyebabkan kurangnya pencahayaan yang diterima
oleh mata. Posisi melihat suatu objek dengan tiduran cukup berisiko,
posisi ini akan menyebabkan mata mudah lelah. Saat berbaring, tubuh
tidak relaks karena otot mata akan menarik bola mata kearah bawah
mengikuti posisi letak smartphone. Mata yang sering terakomodasi
dalam waktu lama akan cepat menurunkan kemampuan melihat jauh.12

2.5.4 Gangguan Emosional Dampak Penggunaan Smartphone

Kecenderung asik dengan gadgetnya dan tidak memperhatikan


teman yang sedang berbicara. Mereka kurang memiliki kondisi dan
perasaan teman yang sedang berbicara. Saat duduk di kantin mereka
lebih sibuk dengan gadgetnya dan tidak memperhatikan lingkungan
sekitar. Teman yang sedang mengajak berbicara diberi respon namun
tetap memandangi gadgetnya. Sedangkan dari hasil studi pendahuluan
yang peneliti lakukan di Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada bulan April 2016 dengan melakukan
wawancara terbuka pada 10 mahasiswa dan 10 mahasiswi didapatkan
beberapa penuturan mahasiswa dengan menanyakan bagaimana
tanggapan ketika handphone, tab, atau gadgetnya ketinggalan, lowbatt
atau mati.

19
Universitas Kristen Krida Wacana
Akibat dampak negatif dari hasil teknologi itu dapat
menyebabkan mahasiswa menjadi tidak peduli dengan orang lain,
sombong, melakukan perbuatan amoral seperti pemerkosaan, seks
bebas, penipuan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya. Rasa empati
mahasiswa juga semakin berkurang karena ketidak peduliannya dengan
orang lain. Goleman mengartikan empati yaitu merasakan yang
dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan individu lain. Baron & Byrne kemudian menyatakan bahwa
empati merupakan kemampuan untuk merasakan keadaan emosional
orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah,
mengambil perspektif orang lain. Empati merupakan sesuatu yang
jujur, sensitive dan tidak dibuat-buat serta didasarkan atas hal yang
dialami orang lain.
Taufik menyatakan empati merupakan aktivitas untuk
memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta
apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu tersebut terhadap
kondisi yang dialami individu lain, tanpa kehilangan kontrol atas
dirinya sendiri. Aspek-aspek empati menurut Menurut Zoll dan Enz
adalah empati kognitif, empati affektif. Kemudian menurut Kemudian
Davis yaitu perspective tacking (pengambilan perspektif), fantasy
(imajinasi), empathic concern (perhatian empatik), dan personal
distress (distress pribadi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi empati yaitu sosialisasi,
dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami
sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang
lain dan berpikir tentang orang lain, mood and feeling yaitu situasi
perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan

20
Universitas Kristen Krida Wacana
mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap
perasaan dan perilaku orang lain, situasi dan tempat, pada situasi
tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibandingkan dengan
situasi yang lain, proses belajar dan identifikasi, apa yang telah
dipelajari anak dirumah atau pada situasi tertentu diharapkan anak
dapat menerapkannya pada lain waktu yang lebih luas, komunikasi dan
bahasa, pengungkapan empati dipengaruhi oleh komunikasi (bahasa)
yang digunakan seseorang.
Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman tentang komunikasi akan
menjadi hambatan pada proses empati, pengasuhan, lingkungan yang
berempati dari suatu keluarga sangat membantu anak dalam
menumbuhkan empati dalam dirinya Mahasiswa yang gadgetnya mati
atau tertinggal akan merasa cemas dan was-was selain itu juga akan
merasa kesal saat ada masalah yang penting atau darurat kemudian
gadget atau handphonenya mati. Mahasiswa juga tidak peduli dengan
perasaan teman yang sedang mengajak berbicara karena mereka merasa
memiliki kepentingan masing-masing dan biasanya curhat melalui HP
dengan menggunakan emotikon yang ada di HP.
Orang tua mempunyai pengaruh sangat kuat dalam kehidupan
anak karena tingkah laku dan cara berpikir anak dibentuk oleh tingkah
laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun negatif. Peran
orang tua sebagai modelling tentunya dipandang sebagai suatu hal yang
mendasar dalam membentuk perkembangan dan kepribadian anak serta
seorang anak akan belajar tentang sikap peduli dan kasih sayang.12

2.5.5 Perilaku Kecanduan Smartphone


Di dalam DSM-IV tidak digunakan kata atau istilah addiction
untuk menggambarkan penggunaan secara patologis atau berlebihan

21
Universitas Kristen Krida Wacana
pada suatu stimulus. DSM-IV menggunakan istilah dependence untuk
kecanduan pada suatu stimulus secara pathological, misalnya
ketergantungan untuk berjudi. Masing-masing ahli psikologi
menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut fenomena ini.
Young (1999) menyebutnya internet addiction, Grohol (1999)
menyebutnya Internet addiction disorder, dan Suller (1996)
menyebutnya Cyberspace addiction. Davis (2001) menyebut
kecanduan internet sebagai Pathological internet use dan Walden
(2002) lebih cenderung menyebutnya sebagai compulsion, karena jika
disebut addiction (kecanduan) harus melibatkan masuknya zat asing ke
dalam tubuh manusia dan mempengaruhi keadaan kimiawi tubuh.13
Setidaknya kedua ahli ini mencatat bahwa simptom-simptom
yang banyak digunakan oleh para ahli psikologi mengenai kecanduan
internet ini masih berpangkal kepada kriteria pathological gambling
yang tercantum di dalam DSM-IV.13
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Beard dan Wolf
(2001) mengusulkanuntuk menggunakan delapan kriteria diagnostik
kecanduan smartphone. Lima kriteria pertama harus ada sebagaidasar
penegakan diagnosis kecanduan smartphone. Sedangkan salah satu dari
tigakriteria lainnya pun harus ada. Lima kriteria yang harus ada
seluruhnya adalah:13
a. Preokupasi terhadap internet (pikiran dikuasi oleh aktivitas internet
yang dilakukan sebelumnya dan mengantisipasi sesi penggunaan
internet berikutnya).
b. Kebutuhan untuk menggunakan internet dengan alokasi waktu yang
terus bertambah demi untuk mengejar kepuasan.
c. Telah mencoba dan gagal untuk mengendalikan, mengurangi, atau
berhenti untuk menggunakan smartphone.

22
Universitas Kristen Krida Wacana
d. Tidak tenang, moody, depresi, atau mudah teriritasi ketika harus
menghentikan aktivitas menggunakan smartphone.
e. Aktivitas online melebihi waktu yang direncanakan.

Salah satu dari kriteria tambahan yang harus dapat dideteksi


adalah:13
1. Mengalami masalah atau mempunyai risiko kehilangan hubungan
pribadi, kehilangan pekerjaan, kehilangan kesempatan pendidikan, atau
kehilangan karir.
2. Berbohong kepada anggota keluarganya, terapis, atau pihak lain dalam
rangka menutupi aktivitasnya.
3. Menggunakan gadget sebagai jalankeluar mengatasi masalah atau
menghilangkan perasaan sepertikeadaan tidak berdaya, rasa bersalah,
kegelisahan, atau depresi.
Ada pula beberapa dampak yang dapat terjadi pada pengguna
smartphone terhadap perubahan perilaku sosial. Diantaranya adalah:14
a. Perasaan Marah
Perilaku marah merupakan salah satu jenis perilaku dasar dan
bersifat survival. Kemarahan merupakan puncak kegagalan seseorang
dalam mengawal emosi, berbagai peristiwa hidup akan menciptakan
berbagai emosi dalam diri seseorang yang kadang-kadang membuat
perilaku marah tidak menentu dan bisa menimbulkan musibah pada
kehidupan seseorang baik secara psikis maupun fisik.14
b. Introvert
Ketergantungan terhadap smartphone pada anak-anak membuat
mereka menganggap bahwa smartphone itu adalah segala-galanya bagi
mereka. Mereka akan galau dan gelisah jika dipisahkan dengan
smartphone. Akibatnya tidak hanya kurangnya kedekatan antara orang

23
Universitas Kristen Krida Wacana
tua dan anak-anak juga cenderung menjadi introvert. Ini yang akan
membuat mereka lebih bersifat individualis atau menyendiri. Banyak
waktu dari mereka digunakan untuk bermain smartphone dibandingkan
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.14

Hasil penelitian di Padang (2018) didapatkan bahwa sebagian


besar remaja (52,6%) mengalami kecanduan smartphone yang tinggi di
kelas X dan XI di SMA PGRI I Padang.15
Penelitian di Malang (2013), mayoritas tingkat kecanduan game online
pada remaja di Malang berada dalam kategori tinggi dengan prosentase
40%.16
2.5.6 Pengaruh Smartphone Terhadap Prestasi Belajar

a. Siswa

Belajar merupakan usaha memperbaiki diri dan menambah


wawasan pengetahuan. Tidak hanya di sekolahan,seseorang dapat
belajar dari keluarganya, seperti yang dijelaskan dalam agama Islam,
bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan yang
utama, serta belajar dari lingkungan tempat tinggalnya. Jika belajar
yang dimaksudkan adalah upaya mencari ilmu di sekolah. Maka
patokan yang menjadikan seseorang tersebut berhasil atau tidaknya
adalah hasil belajarnya selama bersekolah. Pada umumnya hasil belajar
yang diperoleh tersebut ditentukan dengan cara mengevaluasi
pembelajaran yang berlangsung dengan memberikan soal-soal tes
kepada peserta didik. Hasil belajar tersebutlah yang dijadikan peserta
didik sebagai tolak ukur pencapaiannya selama belajar. Dan juga
menjadi tolak ukur bagi guru, seberapa besar perannya dalam mengajar
peserta didik. Tentunya guru dan peserta didik menginginkan hasil
yang memuaskan akan kinerja masing masing selama kegiatan belajar

24
Universitas Kristen Krida Wacana
mengajar. Selain terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang
didapat peserta didik selama belajar, hal lain yang penting pula adalah
perbedaan individual.
Menurut suharsimi Arikunto seperti yang dikutip oleh Nyayu
Khadijah, ia melihat kepribadian anak itu sendiri mencakup bebrapa
aspek, diantaranya adalah: jasmani, agama, intelektual, sosial, etika dan
estetika yang ke semua aspek itu tidak dimiliki oleh semua peserta
didik. Oleh karena itu peserta didik yang satu dengan yang lain
memiliki keunikannya masing masing. Perbedaan individual anak didik
tersebutlah yang harus disikapi oleh guru dengan bijaksana. Artinya,
guru harus mengupayakan semaksimal mungkin agar setiap peserta
didik mampu mencapai tujuan belajar meski dengan perbedaan yang
ada. Pada dasarnya, pendidikan merupakan pilar utama dalam
membangun Sumber Daya Manusia(SDM) berkualitas. Semakin
terdidik suatu masyarakat semakin besar peluang memiliki SDM yang
berkualitas. Apalagi zaman sekarang yang lebih modern ini, banyak
teknologi-teknologi canggih yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran
orang-orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Contohnya saja,
dengan ditemukannya telephone seseorang yang jauh bisa terasa dekat
dengan berkomunikasi lewat telephone. Lambat laun telephone tak
hanya bisa digunakan sebagai alat berkomunikasi dan mengirimkan
pesan saja. Tetapi dapat pula digunakan untuk mencari informasi dari
internet, yang memudahkan bagi masyarakaat untuk belajar.
Dengan adanya teknologi canggih sangat berpengaruh juga
dalam proses belajar. Guru lebih mudah menerangkan materi yang
akan diajarkan kepada peserta didik. Juga akan menarik perhatian
peserta didik dalam proses belajar. Namun, dibalik dampak positif
yang ada pasti terdapat dampak negatif yang akan timbul ketika

25
Universitas Kristen Krida Wacana
pemakaian smartphone diluar kegiatan seorang pelajar. Sehingga para
guru dan orang tua lah yang seharusnya mengawasi dalam penggunaan
smartphone agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang
merugikan.Seyogyanya sebagai anak yang berpendidikan hendaknya
menggunakan teknologi-teknologi yang ada dengan sesuai. Yang
menjadikan teknologi tersebut bermanfaat bagi dirinya maupun bagi
orang lain.17

26
Universitas Kristen Krida Wacana
KERANGKA TEORI

 Pendidikan
 Informasi
 Budaya Pengetahuan
 Umur
 Pengalaman
 Sosial ekonomi
 Intelegensi

 Keyakinan  Komunikasi
 Emosi Sikap  Fitur dan aplikasi
 Kecenderungan  Pendidikan
bertindak  Informasi
 Melatih fungsi otak
 Predisposisi  Melancarkan bahasa Inggris
 Faktor mendukung Perilaku
 Faktor pendorong

Fungsi dan Manfaat

Orang Tua Smarthphone

 Gangguan mata
 Gangguan emosional
 Kecanduan smarthphone
 Prestasi belajar

27
Universitas Kristen Krida Wacana
KERANGKA KONSEP

 Tingkat Pendidikan
 Sosial ekonomi Pengetahuan
 Umur

Sikap

Perilaku Penggunaan
Smarthphone

28
Universitas Kristen Krida Wacana
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan
menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional
digunakan untuk meneliti variabel bebas dan terikat secara bersamaan.18

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 di SMPN 101 Jakarta
Kecamatan Palmerah.

3.3 Populasi Penelitian


3.3.1 Populasi Target

Semua orang tua yang anaknya berusia 10 sampai 24 tahun.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Semua orang tua yang anaknya berusia 10 sampai 24 tahun di kelas VII, VIII,
dan IX di SMPN 101 Jakarta Kecamatan Palmerah pada Desember 2018.

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Orang tua dari murid yang sedang menjalani pendidikan di SMPN 101
Jakarta Kecamatan Palmerah pada bulan Desember 2018.

2. Orang tua murid yang bersedia menjadi reponden.

29
Universitas Kristen Krida Wacana
3. Orang tua murid yang sadar sepenuhnya dan dapat menjawab semua
pertanyaan.

3.4.2 Kriteria Ekslusi


1. Orang tua murid yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

3.5 Sampel Penelitian

3.5.1 Perhitungan Besar Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Sampel yang diambil
pada penelitian ini adalah murid kelas VII, VIII dan IX di SMPN 101 Jakarta
Kecamatan Palmerah periode tahun ajaran 2018/2019 dan bersedia mengikuti
penelitian pada periode Desember 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Besar
sampel ditentukan melalui rumus seperti di bawah:18

n2 = n1 + 10%

n1 = jumlah sampel minimal

n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen subjek


penelitian yang mungkin keluar atau drop out)

Zα = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5% didapatkan Zα pada
kurva normal = 1,96 (tingkat kepercayaan 95% = 1,96)

P = presentase responden = 50 % (sesuai teori karena tidak ada kepustakaan)

Q= 1-P = 1-0,5 = 0,5

d = presisi (kesalahan penelitian yang masih bisa diterima) = 10% atau 0,1

30
Universitas Kristen Krida Wacana
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan angka :
n2 = n1 + 10%
n1 = (Zα)² . P . Q
= 96,04 + 9,604

= 105,644
= (1,96)2 . 0, 5 . 0,5
Dibulatkan = 106 orang
(0,1)2

= 3,8416 . 0,5 . 0,5 = 96,04


Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan
(0,1)2
adalah 106 orang.

3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode Probability


Sampling dengan cara Stratified Sampling di SMPN 101 Jakarta Kecamatan Palmerah
dengan total sampel yang diinginkan yaitu 106 orang.

3.6 Variabel Penelitian


Pada penelitian ini, variable yang digunakan adalah:

 Variabel bebas: pengetahuan, sikap, perilaku


 Variabel terikat: penggunaan smartphone

3.7 Bahan, Alat, Jenis Data dan Cara Pengambilan Data


3.7.1 Bahan Penelitian
Bahan yang di perlukan dalam penelitian adalah kuesioner, alat tulis, dan
kamera.

31
Universitas Kristen Krida Wacana
3.7.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan,
sikap dan perilaku Penggunaan smartphone pada anak.

3.7.3 Jenis Data

Data yang diperoleh yaitu data primer, yang didapatkan dengan menggunakan
kuesioner yang dijawab atau di isi oleh responden.

3.7.4 Cara Penelitian

1. Menentukan sampel minimal yang dibutuhkan yaitu 106 sampel.


2. Melalukan uji coba kuesioner di lapangan kepada 20 orang responden yang
datang menjemput anaknya sekolah.
3. Mengumpulkan bahan ilmiah, studi literatur dan jurnal untuk memperoleh
teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan diteliti.
4. Merencanakan desain penelitian dan menentukan populasi serta jumlah
sampel yang mau diteliti.
5. Menentukan jumlah sampel minimal, didapatkan hasil sampel sejumlah 106
orang tua murid SMPN 101 Jakarta pada bulan Desember 2018.
6. Menghubungi Kepala Puskesmas Palmerah I dan Kepala Sekolah SMPN
101 Jakarta Kecamatan Palmerah untuk meminta izin dilakukannya
penelitian di SMP 101 Jakarta Kecamatan Palmerah Periode Desember
2018.
7. Menentukan data jumlah murid kelas VII, VIII dan IX di SMP 101 Jakarta
Kecamatan Palmerah periode tahun ajaran 2018/2019.
8. Menentukan responden yang akan menjadi sampel dengan cara Stratified
Sampling. Pembagian dilakukan dengan membagi banyaknya sampel yang
akan diambil. Setiap kelas mendapatkan proporsi sampelnya masing-masing
hingga jumlah sampel minimal tercapai yang dijabarkan sebagai berikut;

32
Universitas Kristen Krida Wacana
Kelas n1 = ( total kelas n1 / total kelas n1,n2,n3 ) x sampel yang di inginkan.

Kelas VII = (286/860) x 106 = 35 -> diambil kelas VII sebanyak 35 murid.

Kelas VIII = (286/860) x 106 = 35 -> diambil kelas VII sebanyak 35 murid.

Kelas IX = (288/860) x 106 = 36 -> diambil kelas IX sebanyak 36 murid

Total didapatkan 106 murid. Jadi sampel yang terambil untuk menjadi
sampel penelitian sebanyak 106 murid.

9. Melakukan pengumpulan data primer yang didapatkan melalui pengisian


kuesioner oleh responden.
10. Melakukan perhitungan kuesioner.
11. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data dengan
menggunakan program komputer Statistical Package for Social Science
(SPSS) versi 16.0.
12. Penulisan laporan penelitian.
13. Pelaporan penelitian.

3.8 Parameter yang Diperiksa


Parameter yang diperiksa adalah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
murid tentang penggunaan smartphone pada anak.

33
Universitas Kristen Krida Wacana
3.9 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional dan skala pengukuran

Skala/
No Variabel Defenisi operasional Alat ukur/Cara ukur
Kategori
Segenap apa yang
diketahui dan
Kuisoner/ Ordinal/
dipahami oleh
cara ukur  Baik (Skor > 8)
responden tentang
1 Pengetahuan skor nilai:  Cukup (skor 5-7)
hal-hal yang
0 = jika salah  Kurang (skor <
berkaitan dengan
1 =jika benar 4)
penggunaan
smarthphone
Kuisoner,
dengan cara ukur
skor nilai untuk
pernyataan
Respon atau reaksi positif: Ordinal/
seseorang terhadap Sangat setuju =5,  Baik (Skor > 42)
segala sesuatu yang setuju =4,  Cukup (skor
2 Sikap
berhubungan dengan kurang setuju =3, >30-42)
penggunaan tidak setuju=2,  Kurang (skor
smarthphone sangat tidak <30)
setuju=1.

Dan untuk pernyataan


negatif : sangat

34
Universitas Kristen Krida Wacana
setuju =1,
setuju=2, kurang
setuju =3, tidak
setuju=4, sangat
tidak setuju=5
(Skala Likert)
Kegiatan atau Kuisoner,
aktifitas secara dengan cara ukur
Ordinal/
langsung atau skor nilai:
 Baik (Skor > 42)
tidak langsung 0=Tidak pernah,
 Cukup (skor
3 Perilaku yang telah 1=Jarang,
>30-42)
dilakukan oleh 2= Kadang-
 Kurang (skor
responden tentang kadang, 3 =
<30)
penggunaan Sering,
smarthphone 4 =Sangat sering
Satuan waktu untuk
Numerik
mengukur dari KTP,
4 Umur  Tahun
lahirnya sampai SIM/Wawancara
waktu penelitian
Ordinal/
Jenjang pendidikan  Pendidikan
formal yang pernah SD -SMP:
Tingkat
5 ditempuh sampai saat Kuisoner/Wawancara Pendidikan rendah
pendidikan
penelitian dilakukan.  Pendidikan SMA-
PT: Pendidikan
tinggi:
Sosial Sosial ekonomi  Pendapatan tinggi
6 Kuesioner/Wawancara
ekonomi didasarkan pada (lebih dari besaran

35
Universitas Kristen Krida Wacana
pendapatan yaitu, nilai UMR = Rp.
segala bentuk 3.600.000
penghasilan yang  Pendapatan
diterima oleh sedang (sama
keluarga dalma dengan besaran
bentuk rupiah yang UMR = Rp.
diterima setiap 3.600.000 yang
bulannya berlaku saat ini)
 Pendapatan rendah
(kurang dari
besaran UMR =
Rp 3.600.000)

3.10 Teknik Pengelolaan Data, Analisis dan Penyajian Data


3.10.1 Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data primer dengan menggunakan kuisioner


yang sudah dilakukan uji validitas dengan teknik Pearson dan analisis reliabilitas
menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach dengan hasil bahwa reliabilitas
instrumen berstatus kuat pada orang tua murid kelas VII,VIII, IX di SMPN 101
Jakarta Kecamatan Palmerah Periode Desember 2018.

3.10.2 Pengelolaan Data

Data-data yang telah terkumpul akan diolah melalui proses editing, verifikasi
dan coding, kemudian data diolah dengan menggunakan program komputer yaitu
program SPSS16.0. Pengolahan data untuk penelitian ini diolah dengan
menggunakan aplikasi SPSS 16.0 yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

36
Universitas Kristen Krida Wacana
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding adalah catatan untuk memberikan kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori.
3. Entri data
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.

3.10.3 Pengelompokan Data

Setelah dilakukan pengolahan data, hasil tersebut dikelompokkan berdasarkan


kelompok-kelompok data.

3.10.4 Penyajian Data

Data disajikan secara tekstular dan tabular.

3.10.5 Analisis Data


1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dan masing-masing variabel


dengan tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

2. Analisis Bivariat

37
Universitas Kristen Krida Wacana
Analisis yang digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent) dengan uji statistik yang digunakan
adalah Chi Square menggunakan derajat kepercayaan 95%.

3.10.6 Uji Validitas dan Uji Tabu Silang


3.10.6.1 Uji Validitas Kuesioner
Validitas memiliki nama lain seperti tepat, benar. Menguji validitas
berarti menguji sejauh mana ketepatan atau kebenaran suatu instrumen
sebagai alat ukur variabel penelitian. Jika instrumen valid/benar maka hasil
pengukuran pun kemungkinan akan benar. Apabila instrumen sudah di
susun, instrumen disebarkan kepada kelompok responden. Setelah instrumen
disebarkan, maka dapat dilakukan pengujian validitas secara statistik. Teknik
statistik yang dapat digunakan adalah korelasi.

3.10.6.2 Uji Tabulasi Silang (Crosstab)


Analisis tabulasi silang merupakan salah satu analisis korelasional
yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel, sehingga nantinya
dilakukan uji statistik Chi square Sehingga analisa tabulasi silang ini dapat
digunakan untuk mengalisa lebih dari dua variabel.

3.10.6.3 Uji Banding ( Compare Means)

Analisis tabulasi silang merupakan salah satu analisis korelasional yang


digunakan untuk melihat hubungan antar variable kategorik dan numerik,
sehingga nantinya dilakukan uji statistik Anova Sehingga analisa Compare
menans ini dapat digunakan untuk mengalisa lebih dari dua variabel.

3.10.7 Interpretasi Data

38
Universitas Kristen Krida Wacana
Data diinterpretasikan secara deskriptif analitik antar variabel-variabel yang telah
ditentukan.

3.10.7 Pelaporan Data

Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan


dipresentasikan di hadapan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana pada bulan Januari 2019.

3.11 Sarana Penelitian

3.11.1 Tenaga

Penelitian dilakukan oleh 4 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kedokteran


Masyarakat (IKM) dengan dibantu oleh satu orang pembimbing yaitu dosen IKM.

3.11.2 Fasilitas

Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar kuesioner,
komputer, printer, program SPSS, internet, dan alat tulis.

3.12 Biaya Penelitian


Tabel 3.2 Tafsiran dana penelitian

No. Jenis Kegiatan Jumlah Pengeluaran


1. Penggandaan Kuesioner Rp. 400.000,00
2. Alat tulis Rp. 50.000,00
Total Rp. 450.000,00

39
Universitas Kristen Krida Wacana
3.13 Jadwal Penelitian

DESEMBER 2018 JANUARI 2019


No Kegiatan
Studi
1 pustaka

Persiapan
alat dan
bahan
2 penelitian

3 Penelitian

4 Penulisan

40
Universitas Kristen Krida Wacana

Anda mungkin juga menyukai