Anda di halaman 1dari 15

Denny Wahyu Sendjaja, Gregorius Yorrie Rismanto,

dan Nico Andrianto


BPK RI, Indonesia.
Email: Denny.Sendjaja@bpk.go.id, Yorrie.Adi@bpk.go.id,
dan Nico.andrianto@bpk.go.id

PUBLIC POLICY ANALYSIS ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK


ON PERFORMANCE AUDIT DALAM PEMERIKSAAN KINERJA
ABSTRACT/ABSTRAK

One of issues in performance audit is Salah satu isu dalam pemeriksaan kinerja yang memiliki
what method to be used if auditor wants urgensi tinggi yaitu metode apakah yang dapat digunakan
to gain understanding of policies pemeriksa untuk mendapatkan pemahaman atas kebijakan
underlying entity’s activities. This study yang melatarbelakangi kegiatan utama entitas. Analisis
aims to provide an understanding kebijakan publik dalam pemeriksaan kinerja ini bertujuan
regarding policy cycle and its untuk memberikan pemahaman khususnya mengenai
development; to describe the siklus kebijakan dan pengembangannya; menjelaskan
relationship between governance hubungan sistem tata kelola pemerintahan, pemahaman
system, understanding of public policy kebijakan publik dan pemeriksaan kinerja; serta
and performance audit; and to develop mengembangkan kerangka kerja dan menjelaskan cakupan
framework and scope of public policy analisis kebijakan publik dalam pemeriksaan kinerja.
analysis in the performance audit. The Kajian ini disusun oleh Tim Litbang BPK dengan
study prepared by Tim Litbang BPK menggunakan studi literatur mengenai teori-teori
using literature study, enriched by kebijakan publik, diskusi dengan nara sumber dari Vrije
discussions with speakers from Vrije Universiteit, serta kunjungan lapangan ke Algemene
Universiteit, as well as field trips to ARK Rekenkamer (ARK) dan beberapa entitas pemerintah
and other government entities in lainnya di Belanda. Selanjutnya, Tim mengembangkan in-
Netherlands. Furthermore, the team formasi awal tersebut serta menganalisisnya dengan mem-
developed initial information and pertimbangkan perspektif ISSAI 3000 Performance Audit
a na lysed i t usi ng IS S AI 3000 Guidelines. Dengan menggunakan siklus pengembangan
perspective. Based on policy kebijakan, Tim telah menyusun kerangka kerja analisis
development cycle, team has developed a kebijakan publik dalam pemeriksaan kinerja. Hasil kajian
framework for public policy analysis on menyimpulkan bahwa penilaian kinerja entitas yang ideal
performance audit. The study concluded adalah dengan mengukur suatu kebijakan pada tahap
that ideal entity’s performance sebelum dan sesudah pelaksanaan kebijakan (ex-ante dan
evaluation would be to assess the policy ex-post). Pemeriksaan atas kinerja suatu kebijakan pada
before and after the policy tahap ex-ante dan ex-post (kecuali produk kebijakan itu
implementation (ex-ante and ex-post). sendiri) secara ideal dilakukan oleh entitas pengendali
Ideally, performance audit over policy is yang bukan merupakan subjek kebijakan itu sendiri. BPK
held by entity other than the policy’s sebagai badan pemeriksa eksternal pemerintah memenuhi
subject itself. BPK meets the criteria. syarat tersebut.

KEYWORDS: KATA KUNCI:


policy, performance audit, ex-ante, ex-post kebijakan, pemeriksaan kinerja, ex-ante, ex-post

SEJARAH ARTIKEL:
Diterima pertama: Desember 2014
Dinyatakan dapat dimuat : Juni 2015

67
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

dasi perbaikan bagi entitas.


PENDAHULUAN

P
Saat ini, fokus pemeriksaan kinerja BPK RI
emeriksaan kinerja menurut Undang-
masih berkutat pada aspek 3E dan belum
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
menjangkau pada pengujian atas aspek ke-
Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Ja-
bijakan/regulasi yang berlaku. Bila pemerik-
wab Keuangan Negara adalah pemeriksaan
sa menemukan bahwa akar permasalahan
atas pengelolaan keuangan negara yang
dalam suatu objek pemeriksaan pada tahap
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi,
kebijakan dan bukan pada tahap implemen-
efisiensi, serta efektivitas (3E). Laporan hasil
tasi, maka sesuai dengan konsep “Supreme
pemeriksaan kinerja memberikan rekomen-
Audit Institutions Maturity Level”, rekomen-
dasi konstruktif bagi manajemen entitas agar
dasi pemeriksaan tidak hanya menekankan
mengelola keuangan negara/daerah secara
pada aspek 3E, tetapi juga pada aspek in-
ekonomis dan efisien, serta memenuhi
creasing insight dan facilitating foresight.
sasarannya secara efektif. Kualitas analisis
Rekomendasi pemeriksaan kinerja selama ini
pemeriksa dalam merumuskan temuan
lebih menekankan pada aspek oversight
pemeriksaan kinerja menentukan tingkat
(operasional), sehingga fokus perbaikan han-
ketepatan pemeriksa dalam membuat sim-
ya pada tahap implementasi (how to).
pulan dan memberikan rekomendasi bagi
perbaikan.
Sebagai upaya peningkatan kapasitas
pemeriksaan kinerja, BPK mulai mengem-
Pemahaman yang baik dari tahap perumusan
bangkan metodologi pemeriksaan kinerja
kebijakan sampai tahap implementasi sangat
yang lebih komprehensif, yaitu dengan me-
penting bagi pemeriksa untuk memperoleh
masukkan analisis kebijakan publik sebagai
hasil analisis yang tepat dan tajam mengenai
salah satu tahap dalam metodologi pemerik-
letak permasalahan sesungguhnya. Permasa-
saan kinerja. Oleh karena itu, peningkatan
lahan utama dalam temuan pemeriksaan
kapasitas pemeriksaan kinerja selanjutnya
kinerja dapat terletak pada tahap implemen-
bertujuan mendorong manajemen entitas
tasi, tahap kebijakan, maupun pada tahap
untuk meningkatkan kualitas kebijakan or-
perumusan kebijakan (agenda setting). San-
ganisasi (increasing insight) dan mendorong
gat mungkin bahwa suatu permasalahan pa-
manajemen entitas untuk memiliki visi n
da tahap pelaksanaan adalah merupakan
yang lebih tajam (facilitating foresight), se-
dampak (symptom) dari masalah utama, yai-
hingga rekomendasi pemeriksaan lebih
tu pada tahap perumusan dan/ atau peneta-
menekankan pada perbaikan di tingkat ke-
pan kebijakan yang kurang tepat.
bijakan.

Salah satu isu pemeriksaan kinerja yang


Kajian ini bertujuan untuk: 1) memberikan
memiliki urgensi tinggi adalah metode
pemahaman tentang teori kebijakan khu-
apakah yang dapat digunakan pemeriksa un-
susnya mengenai siklus kebijakan dan
tuk mendapatkan pemahaman atas kebijakan
pengembangannya; 2) menjelaskan hub-
yang melatarbelakangi kegiatan utama enti-
ungan sistem tata kelola pemerintahan, pem-
tas. Pemahaman atas hal tersebut mem-
ahaman kebijakan publik dan pemeriksaan
berikan dampak yang sangat signifikan bagi
kinerja; dan 3) mengembangkan kerangka
tingkat keakuratan analisis permasalahan
kerja serta menjelaskan cakupan analisis ke-
serta ketepatan dalam pemberian rekomen-

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 67-81 68


ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMERIKSAAN KINERJA
Denny Wahyu Sendjaja, Gregorius Yorrie Rismanto, dan Nico Andrianto

Gambar 1. SAI Maturity Level – INTOSAI & GAO

bijakan publik dalam pemeriksaan kinerja. mengikuti pola kontinentalis1 (Nugroho,


2009).

METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
P enyusunan analisis kebijakan publik da-
lam pemeriksaan kinerja ini dilakukan
melalui telaah literatur teori-teori dasar ke-
Siklus dan Elemen Kebijakan Publik

bijakan publik dan ISSAI serta contoh-


contoh singkat mengenai studi kasus di Bel-
anda. Untuk melengkapi analisis, dilakukan
S tranks (2007) menyatakan bahwa pem-
bentukan organisasi adalah untuk men-
capai target tertentu sebagai perwujudan dari
diskusi dengan narasumber dari akademisi fungsi pelayanan publik. Demi mencapai
dan praktisi yaitu dari Vrije Universiteit serta kinerja pelayanan yang baik bagi masyarakat,
ARK (Algemene Rekenkamer) dan praktisi maka organisasi harus menyusun suatu ke-
entitas pemerintah lainnya di Belanda. bijakan organisasi/pemerintah. Kebijakan
memuat pernyataan resmi pemerintah ten-
Dalam penelitian ini digunakan asumsi bah- tang langkah-langkah nyata yang harus ada
wa di Indonesia pembentukan kebijakan dan demi mencapai tujuan organisasi.
peraturan perundang-undangan diatur dalam
Proses perumusan kebijakan dikembangkan
suatu undang-undang yang sama karena ben-
oleh para ahli menjadi siklus kebijakan yang
tuk kebijakan publik di Indonesia masih

1 Paham Kontinentalis menganggap bahwa hukum adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik,
atau kebijakan publik merupakan turunan dari hukum atau bahkan memiliki kedudukan yang sama,
termasuk pula dengan hukum tata negara. Pembuatan hukum tidak mensyaratkan perlibatan publik.
Sebaliknya, kebijakan publik bertujuan memperjuangkan kepentingan rakyat. Indonesia cenderung
menganut paham Kontinentalis, sehingga Undang-Undang (yang disamakan dengan kebijakan)
merupakan produk legislatif dan eksekutif tanpa peran serta publik. Paham Anglo-Saxonis membuat
undang-undang yang lengkap dengan prosedur pelaksanaannya, sehingga tidak memerlukan

69
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

dianggap standar dan berurutan dari tahap memuat pernyataan mengenai tujuan
paling awal sebagai berikut: suatu organisasi menerbitkan sebuah
1. Agenda setting (Identifikasi Permasa- kebijakan dan dampak dari kebijakan
lahan): Penetapan suatu subjek sebagai sesuai harapan organisasi;
permasalahan yang menjadi fokus b. Lingkup dan keterterapan kebijakan
pemerintah; (an applicability and scope
2. Policy formulation: Meliputi pencarian statements): memuat pernyataan
alternatif tindakan yang tersedia untuk mengenai entitas dan unsur-unsur yang
menyelesaikan permasalahan memperoleh dampak dari kebijakan.
(penaksiran, dialog, formulasi dan Tingkat keterterapan kebijakan dan
konsolidasi); lingkup dapat mengungkap pihak-
3. Decision-making: Pemerintah pihak yang menjadi target kebijakan,
memutuskan suatu tindakan, baik un- dan juga pihak-pihak yang tidak
tuk mempertahankan status quo suatu memiliki kewajiban atas suatu ke-
kebijakan yang ada, atau mengganti bijakan dan tidak memeroleh dampak
suatu kebijakan (Keputusan dapat atas suatu kebijakan;
berupa positif, negatif atau keputusan c. Tanggal berlaku suatu kebijakan (an
untuk tidak bertindak); effective date): menunjukkan waktu
4. Implementation: Keputusan paripurna kebijakan mulai berlaku, termasuk pula
yang dibuat dan berupa suatu tindakan bila suatu kebijakan berlaku surut;
nyata; d. Pihak yang bertanggung jawab (a
5. Evaluation: Mengukur efektifitas responsible section): menyatakan
kebijakan publik baik dari sisi harapan tentang pihak-pihak yang bertanggung
pemerintah dan pemangku jawab melaksanakan kebijakan,
kepentingan, ataupun dari hasil nyata termasuk penjelasan secara jelas
di lapangan. mengenai tugas dan fungsi pihak-pihak
tertentu.
Dunn dan Block (2012) dalam Harrington
e. Pernyataan kebijakan ( policy
(2008) menguraikan fase penyusunan
statements): Menjelaskan hubungan/
kebijakan secara lebih detail dengan me-
ikatan hukum suatu kebijakan dengan
masukkan unsur: policy adoption; policy
kebijakan-kebijakan lain dan dengan
assessment; policy adaptation; policy
aspek perilaku organisasi pembuat ke-
succession dan policy termination. Tabel 1
bijakan. Oleh karena itu, bentuk
menjelaskan mengenai logika siklus
penyataan dalam suatu kebijakan san-
pengembangan kebijakan, beserta metode
gat beragam dan spesifik sesuai dengan
analisis dan informasi yang dihasilkan
kondisi, maksud dan sifat organisasi.
sebagai prasyarat agar tiap tahap
penyusunan kebijakan tersusun secara logis
dan argumentatif.

Ruiz (2009) menguraikan bahwa elemen-


elemen minimum yang harus ada dalam
suatu kebijakan secara umum adalah:

a. Tujuan kebijakan (purpose statement):

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 67-81 70


ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMERIKSAAN KINERJA
Denny Wahyu Sendjaja, Gregorius Yorrie Rismanto, dan Nico Andrianto

sistem manajemen yang berorientasi pasar,


dhi. publik (pendekatan manajerial). Namun
Sistem Tata Kelola Pemerintahan dan demikian, Dunleavy, dkk (2006) menyebut-
Hubungannya dengan Pemeriksaan kan bahwa perkembangan NPM telah
Kinerja mengakibatkan kapasitas masyarakat dalam
menyelesaikan masalah sosial menurun
New Public Management atau NPM menurut karena NPM menambah kompleksitas
Hood (1991) merupakan suatu pemikiran kebijakan dan di aspek institusional.
yang bertujuan untuk memperbaiki sistem Dunleavy, dkk (2006) menyimpulkan bahwa
tata negara dari sistem birokrasi terdahulu konsep NPM masih mendapat interpretasi
yang bersifat tradisional menjadi birokrasi yang terlalu beragam di antara negara-negara
yang lebih efisien dengan cara membangun yang mencoba menerapkan seperti di New

Tabel 2. Sistem Tata Kelola Pemerintahan

Tradisional New Public Management (NPM) Public Value (Network)


Dependent Independent Interdependent/ Saling bergantung

Proses perumusan kebijakan memberi


porsi kepada aktor-aktor yang mewakili
Manajemen terpusat Manajemen terdesentralisir ke unit-
kepentingan publik, sehingga terjadi
unit di bawahnya sampai batas
hubungan mutualisme antara pemerintah
tertentu, termasuk manajemen fiskal
sebagai penyedia layanan dengan
stakeholders.

Zealand, Australia, Inggris dan beberapa menyebutkan Public value sebagai “the third
negara Eropa. Interpretasi atas konsep NPM way” antara administrasi publik tradisional
yang berbeda berdampak pada implementasi dan NPM (lihat juga Moore 1995). Moore
yang berbeda-beda pula. Urio (2012) secara (1995) mengilustrasikan pengembangan
garis besar berpendapat bahwa NPM lebih sistem tata kelola pemerintahan yang dapat
berfokus pada aspek administrative value, dilihat pada tabel 2.
sehingga pemerintah tidak terdorong untuk
menilai kinerjanya dari aspek output dan Talbot (2006) menyimpulkan bahwa
outcome, yaitu dampak/ nilai yang dapat kesempurnaan public value tercapai bila
dinikmati oleh masyarakat (society). suatu kebijakan dapat menerjemahkan dan
menselaraskan harapan-harapan yang
Stoker (2003) dalam Goldfinch dan Wallish berbeda dari masyarakat.
(2009) menyebutkan bahwa konsep public
value management merupakan Pemahaman atas sejarah perkembangan
penyempurnaan dari konsep NPM. Public sistem tata kelola pemerintahan sangat
value menekankan pada pentingnya pening- membantu pemeriksa dalam usaha
katan value pada society/publik melalui m e mah am i p er mas a l ah a n e nt it as .
output dan outcome dari aktivitas layanan Pemahaman yang baik atas profil dan fungsi
publik oleh pemerintah. Stoker (2003) utama suatu entitas sangat penting bagi

71
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

Tabel 1. Siklus Pengembangan Kebijakan

Fase Kebijakan Metode Analisis tiap fase


1. Agenda Setting a. Problem Structuring
Fase ini merupakan bagian paling krusial dalam proses pembuatan Analisis kebijakan yang menghasilkan informasi
kebijakan karena pembuat kebijakan harus menetapkan isu tentang kondisi/ faktor-faktor yang
kebijakan setelah membuat skala prioritas atas segala isu yang ada menyebabkan munculnya suatu permasalahan.
di lingkungannya.
Penentuan prioritas adalah dengan mempertimbangkan:
a. Aspek yang memengaruhi munculnya suatu isu/problem;
b. Dukungan politik yang berkembang;
c. Alternatif solusi yang ada dan paling dapat diterima oleh aktor
-aktor pembuat kebijakan.

2. Policy formulation b. Forecasting


Pengembangan kebijakan alternatif yang diperoleh sebagai solusi Penyediaan informasi tentang akibat lebih
permasalahan lanjut yang mungkin terjadi karena
implementasi suatu kebijakan, termasuk
tindakan yang harus (atau yang tidak perlu)
dilakukan.
3. Policy Adoption c. Recommendation for policy adoption
Adopsi alternatif kebijakan dengan dukungan mayoritas dari pihak Penyediaan informasi tentang dampak yang
legislatif, konsensus diantara manajer organisasi (agensi), atau mungkin timbul dari suatu kebijakan serta;
keputusan pengadilan (court).
Penentuan tingkat keberhasilan pembuat
keputusan membuat tindakan (poin b)
terhadap masalah yang ada.
4. Policy Implementation d. Monitoring
Pelaksanaan kebijakan (yang telah dibuat/hasil adopsi) oleh unit Mengukur dan mencatat proses implementasi
administratif dengan cara pemanfaatan sumber daya manusia dan kebijakan yang masih berlangsung.
anggaran dengan mematuhi kebijakan yang ada.

5. Policy Assessment e. Evaluation


Penentuan tingkat keterterapan suatu kebijakan dengan melihat Penyediaan informasi mengenai tingkat
tingkat kepatuhan antara implementasi kebijakan dengan keberhasilan suatu kebijakan dalam
peraturan / undang-undang di atasnya dan melihat capaian tujuan menyelesaikan/ mengurangi masalah.
kebijakan dalam dalam mengatasi permasalahan.
6. Policy modification
Block (2008) dan Dunn menguraikan alternatif bentuk policy
modification menjadi tiga:
a. Policy Adaptation
Adaptasi dilakukan bila implementasi menunjukkan
kesesuaian dengan seluruh fase perumusan kebijakan.
b. Policy Succession
Suksesi merupakan pengembangan kebijakan lebih lanjut
dengan merujuk pada kebijakan lama yang dianggap
berhasil dan diputuskan untuk dilanjutkan/dikembangkan.
c. Policy Termination
Kebijakan dihentikan bila tidak sesuai dengan tujuan dan
harapan organisasi. Penghentian dapat terjadi pada suatu
kebijakan atas program yang sifatnya temporer (program
jangka pendek atau menengah).

Sumber: Disarikan dari Dunn ( 2012) pp.53-55

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 67-81 72


ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMERIKSAAN KINERJA
Denny Wahyu Sendjaja, Gregorius Yorrie Rismanto, dan Nico Andrianto

pemeriksa dalam merumuskan rekomendasi


Risiko konstruktif yang andal bagi entitas dalam
Informasi yang dihasilkan Pemeriksaan pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan kinerja
Masalah yang menjadi sasaran
utama suatu kebijakan berbeda dengan pemeriksaan keuangan
yang berfokus pada pemeriksaan atas
transaksi keuangan, akuntansi dan laporan
keuangan. Objek pemeriksaan keuangan
berfokus pada kebijakan, program,
organisasi, aktifitas dan sistem manajemen
(ISSAI 3100 Appendix).

Dampak/tindak lanjut yang Dalam menilai kinerja entitas pemerintah,


diharapkan (anticipated)
pemeriksa mengidentifikasi kedalaman
entitas dalam membuat kebijakan pengem-
bangan public value demi pencapaian
RELATIF SEMAKIN RENDAH

Kebijakan yang sesuai/ kinerja pelayanan publik dan pemenuhan


diharapkan tuntutan kebutuhan publik.

Dampak yang diperoleh dari Pentingnya Pemahaman Kebijakan


hasil pengamatan: Apakah
Kebijakan dapat mengurangi Publik dalam Pemeriksaan Kinerja
atau menyelesaikan /
mengatasi masalah atau tidak.
Pemeriksaan kinerja merupakan salah satu
Penilaian kinerja atas tingkat
keberhasilan kebijakan metode analisis kebijakan publik yang telah
berkembang pada tiga dekade ini (Lonsdale,
2011). ISSAI 300_e menegaskan bahwa
pemeriksa dalam menilai kinerja entitas,
khususnya pada aspek efektivitas, harus
melakukan komparasi antara kondisi di
lapangan dengan kebijakan yang berlaku.
Pemeriksa kemudian menguji tingkat
kesesuaian antara implementasi dengan
kebijakan. Oleh karena itu, penilaian kinerja
entitas yang ideal adalah dengan mengukur
suatu kebijakan pada tahap sebelum dan
sesudah pelaksanaan kebijakan (ex-ante dan
ex-post). Pemeriksaan atas kinerja suatu
kebijakan pada tahap ex-ante dan ex-post
(kecuali produk kebijakan itu sendiri) secara
ideal dilakukan oleh entitas pengendali yang
bukan merupakan subjek kebijakan itu
sendiri. BPK sebagai badan pemeriksa
eksternal pemerintah memenuhi syarat

73
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

Sistem Tata Pemerintahan


Tradisional New Public Management Public Value (Network)
Dependent Independent Interdependent

Konsekuensi bagi pemeriksa:


 Pemahaman pemeriksa atas birokrasi dalam entitas, antar entitas dan
menghubungkan kondisi birokrasi entitas dengan hubungan antara entitas (kinerja)
dengan para pemangku kepentingan (masyarakat, legislatif, dan lainnya).
 Pemeriksa tidak hanya fokus pada aspek “administrative value” entitas, namun juga
pada kemampuan entitas dalam menciptakan “public value” dalam kegiatan
pelayanan publik.

Filosofi implementasi “public value” dalam pemeriksaan kinerja adalah sebagai berikut:

Public value Kebutuhan masyarakat/


tuntutan masyarakat
(output entitas yang ber-
terhadap layanan
mutu, sehingga ber-
pemerintah

Gambar 2. Sistem Tata Pemerintahan dan Pemeriksaan Kinerja

tersebut. Berikut adalah ilustrasi mendalam akan memungkinkan bagi


pemeriksaan atas kinerja suatu kebijakan pemeriksa untuk menentukan
pada tahap ex-ante dan ex-post: penyebab ketidaksesuaian antara
implementasi dengan kebijakan. Bila
 Tahap ex-ante: Menilai suatu proses tidak sesuai, sikap skeptis pemeriksa
perumusan kebijakan dari agenda akan mendorong pada pemikiran
s ett i ng s amp a i t ah ap a kh ir tentang penyebab ketidaksesuaian
(termination atau evaluation), baik tersebut. Beberapa kemungkinan
dari proses, alasan, tujuan, aktor-aktor ketidaksesuaian antara lain adalah
pembuat kebijakan dan penetapan karena:
aktor-aktor yang bertanggungjawab
a. Manajemen yang kurang
dalam implementasi suatu kebijakan.
memahami maksud dan tujuan
dari kebijakan;
 Tahap ex-post: Menilai output dan
b. Manajemen yang memahami
outcome serta merumuskan simpulan
maksud dan tujuan kebijakan,
atas kinerja entitas dengan menilai
tetapi tidak mampu
relevansinya dengan kebijakan yang
melaksanakan kebijakan secara
digunakan. Pemeriksaan lebih

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 67-81 74


ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMERIKSAAN KINERJA
Denny Wahyu Sendjaja, Gregorius Yorrie Rismanto, dan Nico Andrianto

Proses pembuatan kebijakan (ex-ante):


Kelengkapan unsur: Alasan, tujuan, aktor....
Pemeriksa tidak dapat menanyakan alasan pembuatan kebijakan
(ISSAI 300E...)

Pengamatan
Pemeriksa
Pemeriksaan pendahuluan dan terinci (ex-post dari kebijakan):
Penentuan permasalahan, penentuan area kunci dan penetapan kriteria;
Pemeriksaan terinci: Implementasi kebijakan di lapangan

LHP:
Output dan outcome, simpulan dan rekomendasi yang relevan

Gambar 3. Ilustrasi Pemeriksaan Kinerja pada Tahap Ex-ante dan Ex-post

penuh karena dukungan Mengukur Public Value dan Kerangka


internal yang belum siap; Kerja Analisis Kebijakan Publik dalam
c. Manajemen yang memahami Pemeriksaan Kinerja
maksud dan tujuan kebijakan
serta mampu melaksanakan Mengukur public value bukan sekedar
kebijakan, tetapi terjadi overlap pendekatan hasil apakah suatu kebijakan
antar sektor/agensi/ kementeri- berhasil atau tidak dalam mengukur outcome
an dalam implementasi secara dan impact. Mengukur public value dapat
keseluruhan; dilihat sebagai suatu pendekatan proses,
d. Manajemen yang memahami faktor-faktor apa sajakah yang membuat
maksud dan tujuan kebijakan, suatu kebijakan atau program berhasil atau
tetapi belum dapat tidak. Jadi, pemeriksaan kinerja lebih
melaksanakan karena kondisi berorientasi seperti research, yaitu mencoba
sosial yang belum mendukung; merekonstruksi suatu kerangka kebijakan.
e. Implementasi yang telah me- Jika pemeriksa sudah berhasil menemukan
menuhi target sesuai kebijakan, faktor-faktor apa saja yang membuat suatu
tetapi karena faktor diluar kebijakan atau program berhasil atau tidak,
usaha manajemen entitas; dan selanjutnya pemeriksa perlu menganalisis:
f. Manajemen yang memahami
maksud dan tujuan kebijakan 1) What : Faktor-faktor yang mempenga-
serta mampu melaksanakan ruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
kebijakan, tetapi program/ kebijakan/program.
kegiatan entitas tidak sesuai 2) Whom : Kebijakan atau program
harapan pemangku tersebut berhasil atau gagal pada
kepentingan. kelompok yang mana
3) When : Kebijakan atau program
tersebut berhasil atau gagal pada

75
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

situasi dan kondisi seperti apa apakah suatu kebijakan atau program dapat
direplikasi guna memperoleh dampak yang
Dengan pemahaman poin 1-3, pemeriksa sama pada kondisi atau target yang berbeda.
dapat memahami kebijakan secara utuh. Gambar 4 berikut adalah kerangka kerja
Faktor-faktor kunci apa sajakah yang analisis kebijakan publik dalam pemeriksaan
berperan terhadap keberhasilan atau kinerja sesuai dengan siklus pengembangan
kegagalan suatu kebijakan atau program. kebijakan:
Dengan demikian kita dapat menentukan

Gambar 4. Kerangka Kerja Analisis Kebijakan Publik dalam Pemeriksaan Kinerja


(modifikasi paparan study visit ke ARK Utrecht)

Sebagai contoh, unit pemeriksa memilih isu


Ilustrasi Penerapan Pemeriksaan
LCGC yang selama ini menjadi polemik baik
Kinerja atas Kebijakan Pemerintah
di masyarakat maupun keluhan dari
pada Tahap ex-post dan ex-ante.
pemerintah provinsi DKI yang menilai
bahwa kemacetan meningkat tajam karena
Ilustrasi dalam Pemeriksaan Kinerja atas
program LCGC. Sikap skeptis mengarahkan
Program Low Cost Green Car (LCGC) TA
pemeriksa untuk menggali informasi lebih
2014 pada Gambar 5 menjelaskan
jauh mengenai dampak LCGC di
mengenai metode pemeriksaan kinerja atas
masyarakat (tahap ex-post), seperti ilustrasi
kebijakan pemerintah, dengan menguji
pada “Fase 3”. Skeptisme pemeriksa
kebijakan pada tahap ex-ante dan ex-post.
selanjutnya mendorong pemeriksa untuk
Dalam penentuan Rencana Kerja
mengkaji unsur-unsur yang termuat dalam
Pemeriksaan (RKP), unit pemeriksa
Peraturan Menteri Perindustrian Republik
menggali isu-isu permasalahan di
Indonesia Nomor: 33/M-IND/PER/7/2013
masyarakat maupun di pemerintahan. Unit
tentang P engemb a ngan Pro duks i
pemeriksa selanjutnya menentukan isu-isu
Kendaraan Bermotor Roda Empat Yang
yang akan menjadi program pemeriksaan
Hemat Energi Dan Harga Terjangkau.
tahun berikutnya.

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 67-81 76


ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMERIKSAAN KINERJA
Denny Wahyu Sendjaja, Gregorius Yorrie Rismanto, dan Nico Andrianto

Hasil kajian atas kebijakan menyimpulkan sebagai faktor “akibat”, dan mengungkap
bahwa kebijakan belum mempertimbangkan hasil analisis atas proses perumusan
kepentingan pihak-pihak di masyarakat kebijakan (ex-ante) sebagai faktor “penyebab
maupun pemerintah atas dampak positif utama”.
maupun negatif yang mungkin ditimbulkan
oleh kebijakan ini. Di sisi lain, kebijakan Keterbatasan dan Implikasi Penelitian
tidak menunjukkan bahwa dalam
merumuskan kebijakan, pemerintah belum Penelitian ini masih merupakan
meninjau peraturan-peraturan lain yang analisis awal yang disusun berdasarkan
b erh ub ungan dengan kep entingan telaah literatur dan belum didukung oleh
masyarakat luas, misal: perda, peraturan analisis atas praktik yang dilakukan oleh
menteri perhubungan dan lain-lain. BPK. Penelitian ini menghasilkan beberapa
pertanyaan yang dapat menjadi bahan
Kesimpulan atas kandungan dalam penelitian lebih lanjut yaitu:
Peraturan Menteri Perindustrian
menunjukkan bahwa terdapat permasalahan a. Apakah pemahaman pemeriksa atas
dalam proses perumusan kebijakan sampai entitas yang kurang memperhatikan
kebijakan tersebut ditetapkan oleh aspek kebijakan pada tahap ex-ante
pemerintah. Pada tahap ini, dengan dan ex-post dapat menyebabkan
informasi yang diperoleh dari Fase 3 dan 2, analisis temuan yang kurang tepat,
pemeriksa melakukan evaluasi atas Fase 1 sehingga menghasilkan rekomendasi
dari kebijakan pemerintah (ex-ante). yang kurang tepat?
Keseluruhan kajian di atas menjadi bahan
pertimbangan unit pemeriksa untuk b. Apakah beberapa kasus temuan
menetapkan Pemeriksaan Kinerja atas berulang disebabkan karena
Program LCGC untuk Tahun Anggaran 2014. pemeriksaan lebih menekankan pada
aspek ex-post daripada ex-ante,
Pada saat pelaksanaan pemeriksaan sehingga meskipun entitas dapat
pendahuluan, pemeriksa telah memahami menindaklanjuti rekomendasi BPK,
dengan baik letak permasalahan atas namun di tahun berikutnya temuan
program LCGC dari sejak tahap evaluasi isu tersebut berulang kembali karena
dalam perumusan RKP, yang dipertajam pemeriksa belum menyentuh akar
pada saat pemeriksaan pendahuluan. Oleh penyebab permasalahan?
karena itu, pemeriksa mampu menentukan
area kunci pemeriksaan, tujuan dan lingkup c. Dapatkah suatu pemeriksaan kinerja
pemeriksaan kinerja yang mencakup kinerja memberikan rekomendasi pada entitas
kebijakan LCGC terutama pada tahap ex-ante p emerintah di lu ar lingkup
dan ex-post. Dengan demikian, pemeriksa pemeriksaan, bila memang penyebab
dapat menilai kebijakan pemerintah dan permasalahan pada auditee adalah
mengarahkan pemerintah untuk merevisi entitas di luar lingkup pemeriksaan?
kebijakan, tanpa perlu pemberi kesimpulan Misal:
dan rekomendasi atas kebijakan pemerintah,
tetapi dengan mengungkap permasalahan 1. Lingkup pemeriksaan adalah
pada implementasi kebijakan (ex-post) pemerintah daerah, tetapi

77
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

FASE 1 FASE 2

PERMEN SEBAGAI BENTUK KEBIJAKAN YANG SAH:


PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
Agenda Setting
INDONESIA
Policy Formulation
NOMOR: 33/M-IND/PER/7/2013
Policy Adoption
TENTANG
PENGEMBANGAN PRODUKSI KENDARAAN BERMO-
TOR RODA EMPAT YANG HEMAT ENERGI DAN HAR-
GA TERJANGKAU

Peroleh data sebagai materi dan bukti pemerik- Pahami kebijakan/ permen, sebagai bahan in-
saan: formasi dalam mengevaluasi “FASE 1 dan 2”.
Peroleh dokumen, diantaranya mengenai:
Contoh:
Analisis pemerintah atas aspek yang memen-
garuhi munculnya suatu isu/problem; Pada bagian “Menimbang: apakah sudah me-
masukkan hak-hak dan posisi para
Peran/ dukungan politk dalam proses perumusan pemangku kepentingan pemerintah seperti:
kebijakan: Kementerian, lembaga hukum, Pemda, Kementerian lainnya, dan masyara-
legislative, pemda, masyarakat, akademisi, kat.
kalangan professional dll;
Pada bagian “Mengingat”: Apakah sudah
Alternatif solusi sebagai hasil diskusi/ perumusan menunjukkan bahwa pemerintah dalam
bersama oleh seluruh pihak di atas sebagai menetapkan kebijakan telah melalui proses
solusi yang ada dan paling dapat diterima kajian yang cukup dan memadai?
oleh aktor-aktor pembuat kebijakan. dan
masyarakat.

WILAYAH WEWENANG PEMERIKSAAN BPK

Gambar 5. Ilustrasi Pemeriksaan Kinerja atas Program Low Cost Green Car (LCGC) Tahun Anggaran 2014

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 67-81 78


ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMERIKSAAN KINERJA
Denny Wahyu Sendjaja, Gregorius Yorrie Rismanto, dan Nico Andrianto

FASE 3 penyebab adanya


temuan adalah
pemerintah pusat;

Policy Implementation 2. Lingkup pemeriksaan


Policy Assessment adalah pemerintah
daerah/ kementerian,
tetapi penyebab utama
temuan adalah
kementerian lain di luar
lingkup pemeriksaan.

Peroleh data sebagai materi dan bukti pemerik-


saan:
Peroleh informasi, misal: KESIMPULAN

P
Apakah implementasi telah didukung sumber
daya manusia, anggaran, infrastruktur dan roses perumusan kebijakan
lainnya? merupakan sebuah siklus yang
dimulai dari identifikasi
Lakukan survei dan pengamatan untuk nenge-
permasalahan (agenda setting)
tahui respon para pemangku kepentingan
terutama masyarakat dan pemerintah dae- sampai dengan evaluasi kebijakan itu
rah, pelaku usaha, kementerian, dinas sendiri. Dalam setiap fase siklus
perhubungan, dll. tersebut, dapat dikembangkan
metode analisis dan informasi yang
Keluhan pemerintah daerah, masyarakat, harus dihasilkan sebagai prasyarat
pengguna lalu lintas dan pelaku usaha merupakan
agar tiap fase tersebut berjalan secara
informasi penting bagi pemeriksa untuk menggali
logis dan rasional.

Selanjutnya, dalam sistem tata kelola


pemerintahan terdapat konsep public
value management yang merupakan
penyempurnaan dari konsep New
Public Management (NPM). Public
value menekankan pada pentingnya
peningkatan value pada publik
melalui output dan outcome dari
aktivitas layanan publik oleh
pemerintah. Kesempurnaan public
value dapat tercapai bila suatu ke-
bijakan dapat menerjemahkan dan
menyelaraskan harapan-harapan
yang berbeda dari masyarakat.

Pemeriksaan kinerja merupakan

79
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

salah satu metode analisis kebijakan publik Theory, Politics, and Methods. (p.
yang sedang berkembang. Dalam menilai Xix). CRC Press.
kinerja entitas khususnya pada aspek Dunn, W.N. (2012). Public Policy Analysis:
efektivitas, pemeriksa harus melakukan International Edition. Pearson Edu-
komparasi antara kondisi di lapangan dengan cation, Limited.
kebijakan yang berlaku. Pemeriksa kemudian Goldfinch, S., & Wallis. J. (2009).
menguji tingkat kesesuaian antara International Handbook of Public
implementasi dengan kebijakan. Oleh karena Management Reform. Edward Elgar
itu, penilaian kinerja entitas yang ideal Publishing.
adalah dengan mengukur suatu kebijakan Hood, C. (1991). A Public Management for All
pada tahap sebelum dan sesudah Seasons. Public Administration, 69
pelaksanaan kebijakan (ex-ante dan ex-post). (Spring), 3-19. doi: 10.1111/j.1467-
Pemeriksaan atas kinerja suatu kebijakan 9299.1991.tb00779.x
pada tahap ex-ante dan ex-post (kecuali INTOSAI. ISSAI 300. Fundamental
produk kebijakan itu sendiri) secara ideal Principles of Performance Auditing.
dilakukan oleh entitas pengendali yang INTOSAI. ISSAI 3000-3100. Performance
bukan merupakan subjek kebijakan itu Audit Guidelines.
sendiri. BPK sebagai badan pemeriksa Lonsdale. J. dkk. (2011). Performance Audit-
eksternal pemerintah memenuhi syarat ing: Contributing to Accountability
tersebut. Dengan menggunakan siklus in Democratic Government. Edward
pengembangan kebijakan, Direktorat Litbang Elgar Pub.
BPK telah menyusun kerangka kerja analisis Moore, M. (1995). Creating Public Value -
kebijakan publik dalam pemeriksaan kinerja. Strategic Management in Govern-
ment. Cambridge: Harvard University
Press.
Moore. M.H. (1997). Creating Public Value:
DAFTAR PUSTAKA Strategic Management in Govern-
ment. (Reprint ed.). Harvard Univer-
sity Press;
Nugroho, R. (2009). Public Policy: Teori
Block, L.E. (2008). Health Policy: What it is Kebijakan - Analisis Kebijakan -
and how it works. In C. Harrington Proses Kebijakan, Perumusan,
Health Policy: Crisis and reform in Implementasi, Evaluasi, Revisi Risk
the U.S. health care delivery system Management dalam Kebijakan
5th ed (pp 4-14). Jones and Bartlett Publik sebagai The Fifth Estate -
Publishers. Metode Penelitian Kebijakan. Elex
Dunleavy, P. dkk. (2006). New Public Media Komputindo.
Management Is Dead—Long Live Pemerintah RI. (2004). UU Nomor 15 Tahun
Digital-Era Governance. Journal of 2004 tentang Pemeriksaan
Public Administration Research and Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Theory. July. 16(3), 467-494. doi: Keuangan Negara.
10.1093/jopart/mui057. Pemerintah RI. (2013). Peraturan Menteri
Dunn, W.N.(1981). Public Policy Analysis. In Perindustrian Republik Indonesia
Fischer. F. & Miller. G.J. (2006). Nomor: 33/M-Ind/Per/7/2013 Ten-
Handbook of Public Policy Analysis:

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 67-81 80


ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMERIKSAAN KINERJA
Denny Wahyu Sendjaja, Gregorius Yorrie Rismanto, dan Nico Andrianto

tang Pengembangan Produksi Ken-


daraan Bermotor Roda Empat Yang
Hemat Energi Dan Harga Terjangkau
Ruiz. E. (2009). Discriminate Or Diversify.
PositivePsyche.Biz Corp.
Stranks, J.W. (2007). Human Factors and
Behavioural Safety. Routledge
Stoker. G. (2003). Public Value Management
(PVM): A new resolution of the
democracy/efficiency tradeoff. In
Goldfinch. S., & Wallis. J. (2009).
International Handbook of Public
Management Reform. Edward Elgar
Publishing.
Talbot, C. (2006). Paradoxes and prospects
of 'Public value. Paper presented at
Tenth International research Sympo-
sium on Public Management, Glas-
gow
Urio. P. (2012). China, the West and the
Myth of New Public Management:
Neoliberalism and its Discontents.
Routledge.

81

Anda mungkin juga menyukai