One of issues in performance audit is Salah satu isu dalam pemeriksaan kinerja yang memiliki
what method to be used if auditor wants urgensi tinggi yaitu metode apakah yang dapat digunakan
to gain understanding of policies pemeriksa untuk mendapatkan pemahaman atas kebijakan
underlying entity’s activities. This study yang melatarbelakangi kegiatan utama entitas. Analisis
aims to provide an understanding kebijakan publik dalam pemeriksaan kinerja ini bertujuan
regarding policy cycle and its untuk memberikan pemahaman khususnya mengenai
development; to describe the siklus kebijakan dan pengembangannya; menjelaskan
relationship between governance hubungan sistem tata kelola pemerintahan, pemahaman
system, understanding of public policy kebijakan publik dan pemeriksaan kinerja; serta
and performance audit; and to develop mengembangkan kerangka kerja dan menjelaskan cakupan
framework and scope of public policy analisis kebijakan publik dalam pemeriksaan kinerja.
analysis in the performance audit. The Kajian ini disusun oleh Tim Litbang BPK dengan
study prepared by Tim Litbang BPK menggunakan studi literatur mengenai teori-teori
using literature study, enriched by kebijakan publik, diskusi dengan nara sumber dari Vrije
discussions with speakers from Vrije Universiteit, serta kunjungan lapangan ke Algemene
Universiteit, as well as field trips to ARK Rekenkamer (ARK) dan beberapa entitas pemerintah
and other government entities in lainnya di Belanda. Selanjutnya, Tim mengembangkan in-
Netherlands. Furthermore, the team formasi awal tersebut serta menganalisisnya dengan mem-
developed initial information and pertimbangkan perspektif ISSAI 3000 Performance Audit
a na lysed i t usi ng IS S AI 3000 Guidelines. Dengan menggunakan siklus pengembangan
perspective. Based on policy kebijakan, Tim telah menyusun kerangka kerja analisis
development cycle, team has developed a kebijakan publik dalam pemeriksaan kinerja. Hasil kajian
framework for public policy analysis on menyimpulkan bahwa penilaian kinerja entitas yang ideal
performance audit. The study concluded adalah dengan mengukur suatu kebijakan pada tahap
that ideal entity’s performance sebelum dan sesudah pelaksanaan kebijakan (ex-ante dan
evaluation would be to assess the policy ex-post). Pemeriksaan atas kinerja suatu kebijakan pada
before and after the policy tahap ex-ante dan ex-post (kecuali produk kebijakan itu
implementation (ex-ante and ex-post). sendiri) secara ideal dilakukan oleh entitas pengendali
Ideally, performance audit over policy is yang bukan merupakan subjek kebijakan itu sendiri. BPK
held by entity other than the policy’s sebagai badan pemeriksa eksternal pemerintah memenuhi
subject itself. BPK meets the criteria. syarat tersebut.
SEJARAH ARTIKEL:
Diterima pertama: Desember 2014
Dinyatakan dapat dimuat : Juni 2015
67
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
P
Saat ini, fokus pemeriksaan kinerja BPK RI
emeriksaan kinerja menurut Undang-
masih berkutat pada aspek 3E dan belum
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
menjangkau pada pengujian atas aspek ke-
Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Ja-
bijakan/regulasi yang berlaku. Bila pemerik-
wab Keuangan Negara adalah pemeriksaan
sa menemukan bahwa akar permasalahan
atas pengelolaan keuangan negara yang
dalam suatu objek pemeriksaan pada tahap
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi,
kebijakan dan bukan pada tahap implemen-
efisiensi, serta efektivitas (3E). Laporan hasil
tasi, maka sesuai dengan konsep “Supreme
pemeriksaan kinerja memberikan rekomen-
Audit Institutions Maturity Level”, rekomen-
dasi konstruktif bagi manajemen entitas agar
dasi pemeriksaan tidak hanya menekankan
mengelola keuangan negara/daerah secara
pada aspek 3E, tetapi juga pada aspek in-
ekonomis dan efisien, serta memenuhi
creasing insight dan facilitating foresight.
sasarannya secara efektif. Kualitas analisis
Rekomendasi pemeriksaan kinerja selama ini
pemeriksa dalam merumuskan temuan
lebih menekankan pada aspek oversight
pemeriksaan kinerja menentukan tingkat
(operasional), sehingga fokus perbaikan han-
ketepatan pemeriksa dalam membuat sim-
ya pada tahap implementasi (how to).
pulan dan memberikan rekomendasi bagi
perbaikan.
Sebagai upaya peningkatan kapasitas
pemeriksaan kinerja, BPK mulai mengem-
Pemahaman yang baik dari tahap perumusan
bangkan metodologi pemeriksaan kinerja
kebijakan sampai tahap implementasi sangat
yang lebih komprehensif, yaitu dengan me-
penting bagi pemeriksa untuk memperoleh
masukkan analisis kebijakan publik sebagai
hasil analisis yang tepat dan tajam mengenai
salah satu tahap dalam metodologi pemerik-
letak permasalahan sesungguhnya. Permasa-
saan kinerja. Oleh karena itu, peningkatan
lahan utama dalam temuan pemeriksaan
kapasitas pemeriksaan kinerja selanjutnya
kinerja dapat terletak pada tahap implemen-
bertujuan mendorong manajemen entitas
tasi, tahap kebijakan, maupun pada tahap
untuk meningkatkan kualitas kebijakan or-
perumusan kebijakan (agenda setting). San-
ganisasi (increasing insight) dan mendorong
gat mungkin bahwa suatu permasalahan pa-
manajemen entitas untuk memiliki visi n
da tahap pelaksanaan adalah merupakan
yang lebih tajam (facilitating foresight), se-
dampak (symptom) dari masalah utama, yai-
hingga rekomendasi pemeriksaan lebih
tu pada tahap perumusan dan/ atau peneta-
menekankan pada perbaikan di tingkat ke-
pan kebijakan yang kurang tepat.
bijakan.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
P enyusunan analisis kebijakan publik da-
lam pemeriksaan kinerja ini dilakukan
melalui telaah literatur teori-teori dasar ke-
Siklus dan Elemen Kebijakan Publik
1 Paham Kontinentalis menganggap bahwa hukum adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik,
atau kebijakan publik merupakan turunan dari hukum atau bahkan memiliki kedudukan yang sama,
termasuk pula dengan hukum tata negara. Pembuatan hukum tidak mensyaratkan perlibatan publik.
Sebaliknya, kebijakan publik bertujuan memperjuangkan kepentingan rakyat. Indonesia cenderung
menganut paham Kontinentalis, sehingga Undang-Undang (yang disamakan dengan kebijakan)
merupakan produk legislatif dan eksekutif tanpa peran serta publik. Paham Anglo-Saxonis membuat
undang-undang yang lengkap dengan prosedur pelaksanaannya, sehingga tidak memerlukan
69
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
dianggap standar dan berurutan dari tahap memuat pernyataan mengenai tujuan
paling awal sebagai berikut: suatu organisasi menerbitkan sebuah
1. Agenda setting (Identifikasi Permasa- kebijakan dan dampak dari kebijakan
lahan): Penetapan suatu subjek sebagai sesuai harapan organisasi;
permasalahan yang menjadi fokus b. Lingkup dan keterterapan kebijakan
pemerintah; (an applicability and scope
2. Policy formulation: Meliputi pencarian statements): memuat pernyataan
alternatif tindakan yang tersedia untuk mengenai entitas dan unsur-unsur yang
menyelesaikan permasalahan memperoleh dampak dari kebijakan.
(penaksiran, dialog, formulasi dan Tingkat keterterapan kebijakan dan
konsolidasi); lingkup dapat mengungkap pihak-
3. Decision-making: Pemerintah pihak yang menjadi target kebijakan,
memutuskan suatu tindakan, baik un- dan juga pihak-pihak yang tidak
tuk mempertahankan status quo suatu memiliki kewajiban atas suatu ke-
kebijakan yang ada, atau mengganti bijakan dan tidak memeroleh dampak
suatu kebijakan (Keputusan dapat atas suatu kebijakan;
berupa positif, negatif atau keputusan c. Tanggal berlaku suatu kebijakan (an
untuk tidak bertindak); effective date): menunjukkan waktu
4. Implementation: Keputusan paripurna kebijakan mulai berlaku, termasuk pula
yang dibuat dan berupa suatu tindakan bila suatu kebijakan berlaku surut;
nyata; d. Pihak yang bertanggung jawab (a
5. Evaluation: Mengukur efektifitas responsible section): menyatakan
kebijakan publik baik dari sisi harapan tentang pihak-pihak yang bertanggung
pemerintah dan pemangku jawab melaksanakan kebijakan,
kepentingan, ataupun dari hasil nyata termasuk penjelasan secara jelas
di lapangan. mengenai tugas dan fungsi pihak-pihak
tertentu.
Dunn dan Block (2012) dalam Harrington
e. Pernyataan kebijakan ( policy
(2008) menguraikan fase penyusunan
statements): Menjelaskan hubungan/
kebijakan secara lebih detail dengan me-
ikatan hukum suatu kebijakan dengan
masukkan unsur: policy adoption; policy
kebijakan-kebijakan lain dan dengan
assessment; policy adaptation; policy
aspek perilaku organisasi pembuat ke-
succession dan policy termination. Tabel 1
bijakan. Oleh karena itu, bentuk
menjelaskan mengenai logika siklus
penyataan dalam suatu kebijakan san-
pengembangan kebijakan, beserta metode
gat beragam dan spesifik sesuai dengan
analisis dan informasi yang dihasilkan
kondisi, maksud dan sifat organisasi.
sebagai prasyarat agar tiap tahap
penyusunan kebijakan tersusun secara logis
dan argumentatif.
Zealand, Australia, Inggris dan beberapa menyebutkan Public value sebagai “the third
negara Eropa. Interpretasi atas konsep NPM way” antara administrasi publik tradisional
yang berbeda berdampak pada implementasi dan NPM (lihat juga Moore 1995). Moore
yang berbeda-beda pula. Urio (2012) secara (1995) mengilustrasikan pengembangan
garis besar berpendapat bahwa NPM lebih sistem tata kelola pemerintahan yang dapat
berfokus pada aspek administrative value, dilihat pada tabel 2.
sehingga pemerintah tidak terdorong untuk
menilai kinerjanya dari aspek output dan Talbot (2006) menyimpulkan bahwa
outcome, yaitu dampak/ nilai yang dapat kesempurnaan public value tercapai bila
dinikmati oleh masyarakat (society). suatu kebijakan dapat menerjemahkan dan
menselaraskan harapan-harapan yang
Stoker (2003) dalam Goldfinch dan Wallish berbeda dari masyarakat.
(2009) menyebutkan bahwa konsep public
value management merupakan Pemahaman atas sejarah perkembangan
penyempurnaan dari konsep NPM. Public sistem tata kelola pemerintahan sangat
value menekankan pada pentingnya pening- membantu pemeriksa dalam usaha
katan value pada society/publik melalui m e mah am i p er mas a l ah a n e nt it as .
output dan outcome dari aktivitas layanan Pemahaman yang baik atas profil dan fungsi
publik oleh pemerintah. Stoker (2003) utama suatu entitas sangat penting bagi
71
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
73
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Filosofi implementasi “public value” dalam pemeriksaan kinerja adalah sebagai berikut:
Pengamatan
Pemeriksa
Pemeriksaan pendahuluan dan terinci (ex-post dari kebijakan):
Penentuan permasalahan, penentuan area kunci dan penetapan kriteria;
Pemeriksaan terinci: Implementasi kebijakan di lapangan
LHP:
Output dan outcome, simpulan dan rekomendasi yang relevan
75
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
situasi dan kondisi seperti apa apakah suatu kebijakan atau program dapat
direplikasi guna memperoleh dampak yang
Dengan pemahaman poin 1-3, pemeriksa sama pada kondisi atau target yang berbeda.
dapat memahami kebijakan secara utuh. Gambar 4 berikut adalah kerangka kerja
Faktor-faktor kunci apa sajakah yang analisis kebijakan publik dalam pemeriksaan
berperan terhadap keberhasilan atau kinerja sesuai dengan siklus pengembangan
kegagalan suatu kebijakan atau program. kebijakan:
Dengan demikian kita dapat menentukan
Hasil kajian atas kebijakan menyimpulkan sebagai faktor “akibat”, dan mengungkap
bahwa kebijakan belum mempertimbangkan hasil analisis atas proses perumusan
kepentingan pihak-pihak di masyarakat kebijakan (ex-ante) sebagai faktor “penyebab
maupun pemerintah atas dampak positif utama”.
maupun negatif yang mungkin ditimbulkan
oleh kebijakan ini. Di sisi lain, kebijakan Keterbatasan dan Implikasi Penelitian
tidak menunjukkan bahwa dalam
merumuskan kebijakan, pemerintah belum Penelitian ini masih merupakan
meninjau peraturan-peraturan lain yang analisis awal yang disusun berdasarkan
b erh ub ungan dengan kep entingan telaah literatur dan belum didukung oleh
masyarakat luas, misal: perda, peraturan analisis atas praktik yang dilakukan oleh
menteri perhubungan dan lain-lain. BPK. Penelitian ini menghasilkan beberapa
pertanyaan yang dapat menjadi bahan
Kesimpulan atas kandungan dalam penelitian lebih lanjut yaitu:
Peraturan Menteri Perindustrian
menunjukkan bahwa terdapat permasalahan a. Apakah pemahaman pemeriksa atas
dalam proses perumusan kebijakan sampai entitas yang kurang memperhatikan
kebijakan tersebut ditetapkan oleh aspek kebijakan pada tahap ex-ante
pemerintah. Pada tahap ini, dengan dan ex-post dapat menyebabkan
informasi yang diperoleh dari Fase 3 dan 2, analisis temuan yang kurang tepat,
pemeriksa melakukan evaluasi atas Fase 1 sehingga menghasilkan rekomendasi
dari kebijakan pemerintah (ex-ante). yang kurang tepat?
Keseluruhan kajian di atas menjadi bahan
pertimbangan unit pemeriksa untuk b. Apakah beberapa kasus temuan
menetapkan Pemeriksaan Kinerja atas berulang disebabkan karena
Program LCGC untuk Tahun Anggaran 2014. pemeriksaan lebih menekankan pada
aspek ex-post daripada ex-ante,
Pada saat pelaksanaan pemeriksaan sehingga meskipun entitas dapat
pendahuluan, pemeriksa telah memahami menindaklanjuti rekomendasi BPK,
dengan baik letak permasalahan atas namun di tahun berikutnya temuan
program LCGC dari sejak tahap evaluasi isu tersebut berulang kembali karena
dalam perumusan RKP, yang dipertajam pemeriksa belum menyentuh akar
pada saat pemeriksaan pendahuluan. Oleh penyebab permasalahan?
karena itu, pemeriksa mampu menentukan
area kunci pemeriksaan, tujuan dan lingkup c. Dapatkah suatu pemeriksaan kinerja
pemeriksaan kinerja yang mencakup kinerja memberikan rekomendasi pada entitas
kebijakan LCGC terutama pada tahap ex-ante p emerintah di lu ar lingkup
dan ex-post. Dengan demikian, pemeriksa pemeriksaan, bila memang penyebab
dapat menilai kebijakan pemerintah dan permasalahan pada auditee adalah
mengarahkan pemerintah untuk merevisi entitas di luar lingkup pemeriksaan?
kebijakan, tanpa perlu pemberi kesimpulan Misal:
dan rekomendasi atas kebijakan pemerintah,
tetapi dengan mengungkap permasalahan 1. Lingkup pemeriksaan adalah
pada implementasi kebijakan (ex-post) pemerintah daerah, tetapi
77
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
FASE 1 FASE 2
Peroleh data sebagai materi dan bukti pemerik- Pahami kebijakan/ permen, sebagai bahan in-
saan: formasi dalam mengevaluasi “FASE 1 dan 2”.
Peroleh dokumen, diantaranya mengenai:
Contoh:
Analisis pemerintah atas aspek yang memen-
garuhi munculnya suatu isu/problem; Pada bagian “Menimbang: apakah sudah me-
masukkan hak-hak dan posisi para
Peran/ dukungan politk dalam proses perumusan pemangku kepentingan pemerintah seperti:
kebijakan: Kementerian, lembaga hukum, Pemda, Kementerian lainnya, dan masyara-
legislative, pemda, masyarakat, akademisi, kat.
kalangan professional dll;
Pada bagian “Mengingat”: Apakah sudah
Alternatif solusi sebagai hasil diskusi/ perumusan menunjukkan bahwa pemerintah dalam
bersama oleh seluruh pihak di atas sebagai menetapkan kebijakan telah melalui proses
solusi yang ada dan paling dapat diterima kajian yang cukup dan memadai?
oleh aktor-aktor pembuat kebijakan. dan
masyarakat.
Gambar 5. Ilustrasi Pemeriksaan Kinerja atas Program Low Cost Green Car (LCGC) Tahun Anggaran 2014
P
Apakah implementasi telah didukung sumber
daya manusia, anggaran, infrastruktur dan roses perumusan kebijakan
lainnya? merupakan sebuah siklus yang
dimulai dari identifikasi
Lakukan survei dan pengamatan untuk nenge-
permasalahan (agenda setting)
tahui respon para pemangku kepentingan
terutama masyarakat dan pemerintah dae- sampai dengan evaluasi kebijakan itu
rah, pelaku usaha, kementerian, dinas sendiri. Dalam setiap fase siklus
perhubungan, dll. tersebut, dapat dikembangkan
metode analisis dan informasi yang
Keluhan pemerintah daerah, masyarakat, harus dihasilkan sebagai prasyarat
pengguna lalu lintas dan pelaku usaha merupakan
agar tiap fase tersebut berjalan secara
informasi penting bagi pemeriksa untuk menggali
logis dan rasional.
79
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
salah satu metode analisis kebijakan publik Theory, Politics, and Methods. (p.
yang sedang berkembang. Dalam menilai Xix). CRC Press.
kinerja entitas khususnya pada aspek Dunn, W.N. (2012). Public Policy Analysis:
efektivitas, pemeriksa harus melakukan International Edition. Pearson Edu-
komparasi antara kondisi di lapangan dengan cation, Limited.
kebijakan yang berlaku. Pemeriksa kemudian Goldfinch, S., & Wallis. J. (2009).
menguji tingkat kesesuaian antara International Handbook of Public
implementasi dengan kebijakan. Oleh karena Management Reform. Edward Elgar
itu, penilaian kinerja entitas yang ideal Publishing.
adalah dengan mengukur suatu kebijakan Hood, C. (1991). A Public Management for All
pada tahap sebelum dan sesudah Seasons. Public Administration, 69
pelaksanaan kebijakan (ex-ante dan ex-post). (Spring), 3-19. doi: 10.1111/j.1467-
Pemeriksaan atas kinerja suatu kebijakan 9299.1991.tb00779.x
pada tahap ex-ante dan ex-post (kecuali INTOSAI. ISSAI 300. Fundamental
produk kebijakan itu sendiri) secara ideal Principles of Performance Auditing.
dilakukan oleh entitas pengendali yang INTOSAI. ISSAI 3000-3100. Performance
bukan merupakan subjek kebijakan itu Audit Guidelines.
sendiri. BPK sebagai badan pemeriksa Lonsdale. J. dkk. (2011). Performance Audit-
eksternal pemerintah memenuhi syarat ing: Contributing to Accountability
tersebut. Dengan menggunakan siklus in Democratic Government. Edward
pengembangan kebijakan, Direktorat Litbang Elgar Pub.
BPK telah menyusun kerangka kerja analisis Moore, M. (1995). Creating Public Value -
kebijakan publik dalam pemeriksaan kinerja. Strategic Management in Govern-
ment. Cambridge: Harvard University
Press.
Moore. M.H. (1997). Creating Public Value:
DAFTAR PUSTAKA Strategic Management in Govern-
ment. (Reprint ed.). Harvard Univer-
sity Press;
Nugroho, R. (2009). Public Policy: Teori
Block, L.E. (2008). Health Policy: What it is Kebijakan - Analisis Kebijakan -
and how it works. In C. Harrington Proses Kebijakan, Perumusan,
Health Policy: Crisis and reform in Implementasi, Evaluasi, Revisi Risk
the U.S. health care delivery system Management dalam Kebijakan
5th ed (pp 4-14). Jones and Bartlett Publik sebagai The Fifth Estate -
Publishers. Metode Penelitian Kebijakan. Elex
Dunleavy, P. dkk. (2006). New Public Media Komputindo.
Management Is Dead—Long Live Pemerintah RI. (2004). UU Nomor 15 Tahun
Digital-Era Governance. Journal of 2004 tentang Pemeriksaan
Public Administration Research and Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Theory. July. 16(3), 467-494. doi: Keuangan Negara.
10.1093/jopart/mui057. Pemerintah RI. (2013). Peraturan Menteri
Dunn, W.N.(1981). Public Policy Analysis. In Perindustrian Republik Indonesia
Fischer. F. & Miller. G.J. (2006). Nomor: 33/M-Ind/Per/7/2013 Ten-
Handbook of Public Policy Analysis:
81