Anda di halaman 1dari 13

Macam shalat sunah adalah :

1. Shalat Wudhu, Yaitu shalat sunnah dua rakaat yang bisa dikerjakan setiap selesai wudhu,
niatnya :

Ushalli sunnatal wudlu-I rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

artinya : ‘aku niat shalat sunnah wudhu dua rakaat karena Allah’

Doa Sesudah Mengerjakan Shalat Wudhu

Setelah melaksanakan sholat sunnah wudhu, kita dianjurkan untuk membaca doa sebagai
berikut:

ALLAAHUMMAJ ‘ALNII MINAT TAWWAABIINA WAJ ‘ALNII MINAL MUTATHOHHIRIINA WAJ


‘ALNII MIN ‘IBAA-DIKASH SHOOLIHIINA. ROBBANAA AATINAA FIID DUN-YAA HASANATAN
WA FIIL AAKHIROTI HASANATAN WA QINAA ‘ADZAABAN NAARI. WA SHOLLALLAAHU ‘ALAA
SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHI WA SHOHBIHI AJMA’IINA. WAL HAMDU
LILLAAHI ROBBIL ‘AALAMIINA.

Artinya : “Wahai Allah, jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bertaubat,
jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bersuci dan jadikanlah saya dari
golongan orang-orang yang sholeh-sholeh. Wahai Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka. Dan semoga
Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan Nabi Muhammad teriring sahabat beliau
semuanya. Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam”.

2. Shalat Tahiyatul Masjid, yaitu shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan ketika memasuki
masjid, sebelum duduk untuk menghormati masjid. Rasulullah bersabda

‘Apabila seseorang diantara kamu masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum
shalat dua rakaat lebih dahulu’ (H.R. Bukhari dan Muslim). Niatnya :

‘Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah
tahiyatul masjid dua rakaat karena Allah’

3. Shalat Dhuha. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika matahari baru naik. Jumlah
rakaatnya minimal 2 maksimal 12. Dari Anas berkata Rasulullah ‘Barang siapa shalat Dhuha
12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga’ (H.R. Tarmiji dan Abu Majah).
Niatnya:

‘Ushalli sunnatal Dhuha rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

Artinya : ‘aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah’
Disunnahkan membaca surah Surah Ad-Dhuha

Disunnahkan membaca Surah As-Syams

4. Shalat Rawatib. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Niatnya

a. Qabliyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Waktunya
: 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum
shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’. Niatnya:

‘Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’

Artinya: ‘aku niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua rakaat karena Allah’

* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.

b. Ba’diyyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu.
Waktunya : 2 atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib dan 2
rakaat sesudah shalat Isya. Niatnya :
‘Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Ba’diyyatan lillahi Ta’aalaa’

Artinya : ‘aku niat shalat sunnah sesudah dzuhur dua rakaat karena Allah’

* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.

Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Qobliyah Subuh

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pada sholat sunnah sebelum subuh membaca surat Al Kaafirun (‫ )الكافرون أيها يا قل‬dan surat Al
Ikhlas (‫)أحد هللا هو قل‬.” (HR. Muslim no. 726)

Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya:
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh
dirakaat pertamanya membaca: (‫( )إلينا أنزل وما باهلل آمنا قولوا‬QS. Al-Baqarah: 136), dan dirakaat
keduanya membaca: (‫( )مسلمون بأنا واشهد باهلل آمنا‬QS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim no. 727)
Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Ba’diyah Maghrib

Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah
shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surat pada sholat sunnah sesudah
maghrib:” surat Al Kafirun (‫ )الكافرون أيها يا قل‬dan surat Al Ikhlas (‫)أحد هللا هو قل‬. (HR. At-
Tarmidzi no. 431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no. 1166)

Apakah Sholat Rawatib 4 Rakaat Qobiyah Dzuhur Dikerjakan dengan Sekali Salam atau Dua
Kali Salam?

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sunnah Rawatib terdapat di


dalamnya salam, seseorang yang sholat rawatib empat rakaat maka dengan dua salam
bukan satu salam, karena sesungguhnya nabi bersabda: “Sholat (sunnah) di waktu malam
dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-
Utsaimin 14/288)

Apakah Pada Sholat Ashar Terdapat Rawatib?

As-Syaikh Muammad bin Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak ada sunnah rawatib
sebelum dan sesudah sholat ashar, namun disunnahkan sholat mutlak sebelum sholat
ashar”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/343)

Sholat Rawatib Qobliyah Jum’at

As-Syaikh Abdul ‘Azis bin Baz rahimahullah berkata: “Tidak ada sunnah rawatib sebelum
sholat jum’at berdasarkan pendapat yang terkuat di antara dua pendapat ulama’. Akan
tetapi disyari’atkan bagi kaum muslimin yang masuk masjid agar mengerjakan sholat
beberapa rakaat semampunya” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Bin Baz 12/386&387)
Sholat Rawatib Ba’diyah Jum’at

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan sholat jum’at, maka sholatlah
sesudahnya empat rakaat“. (HR. Muslim no. 881)

As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata, “Adapun sesudah sholat jum’at, maka terdapat
sunnah rawatib sekurang-kurangnya dua rakaat dan maksimum empat rakaat” (Majmu’
Fatawa As-Syaikh Bin Baz 13/387)

5. Shalat Tahajud, adalah shalat sunnah pada waktu malam. Sebaiknya lewat tengah
malam. Dan setelah tidur. Minimal 2 rakaat maksimal sebatas kemampuan kita. Keutamaan
shalat ini, diterangkan dalam Al-Qur’an. ‘Dan pada sebagian malam hari bershalat
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkatmu ketempat yang terpuji’(Q.S. Al Isra : 79 ). Niatnya :

‘Ushalli sunnatal tahajjudi rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

Artinya : ‘aku niat shalat sunnah tahajjud dua rakaat karena Allah’
ALLAAHUMMA LAKAL HAMDU ANTA QAYYIMUS SAMAA WAATI WAL ARDHI WA MAN
FIIHINNA. WA LAKAL HAMDU ANTA MALIKUS SAMAA WAATI WAL ARDHI WA MAN
FIIHINNA. WA LAKAL HAMDU ANTA NUURUS SAMAAWAATI WAL ARDHI WA MAN FIIHINNA.
WA LAKAL HAMDU ANTAL HAQQU, WA WA’DUKAL HAQQU, WA LIQAA’UKA HAQQUN, WA
QAULUKA HAQQUN, WAL JANNATU HAQQUN, WANNAARU HAQQUN, WANNABIYYUUNA
HAQQUN, WA MUHAMMADUN SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAMA HAQQUN
WASSAA’ATU HAQQUN. ALLAAHUMMA LAKA ASLAMTU, WA BIKA AAMANTU, WA ‘ALAIKA
TAWAKKALTU, WA ILAIKA ANABTU, WA BIKA KHAASHAMTU, WA ILAIKA HAAKAMTU,
FAGHFIRLII MAA QADDAMTU, WA MAA AKH-KHARTU, WA MAA ASRARTU, WA MAA
A’LANTU, WA MAA ANTA A’LAMU BIHIMINNII. ANTAL MUQADDIMU, WA ANTAL
MU’AKHKHIRU, LAA ILAAHA ILLAA ANTA, WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA
BILLAAH

“Wahai Allah! Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah penegak dan pengurus langit dan bumi
serta makhluk yang ada di dalamnya. Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah penguasa (raja)
langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah
cahaya langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. Milik-Mu lah segala puji.
Engkaulah Yang Hak (benar),janji-Mu lah yang benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar,
perkataan-Mu benar, surga itu benar (ada), neraka itu benar (ada), para nabi itu benar, Nabi
Muhammad saw itu benar, dan hari kiamat itu benar(ada). Wahai Allah! Hanya kepada-Mu
lah aku berserah diri, hanya kepada-Mu lah aku beriman, hanya kepada-Mu lah aku
bertawakkal hanya kepada-Mu lah aku kembali, hanya dehgan-Mu lah kuhadapi musuhku,
dan hanya kepada-Mu lah aku berhukum. Oleh karena itu ampunilah segala dosaku, yang
telah kulakukan dan yang (mungkin) akan kulakukan, yang kurahasiakan dan yang kulakukan
secara terang-terangan, dan dosa-dosa lainnya yang Engkau lebih mengetahuinya daripada
aku. Engkaulah Yang Maha Terdahulu dan Engkaulah Yang Maha Terakhir. tak ada Tuhan
selain Engkau, dan tak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.”

6. Shalat Istikharah, adalah shalat sunnah dua rakaat untuk meminta petunjuk yang baik,
apabila kita menghadapi dua pilihan, atau ragu dalam mengambil keputusan. Sebaiknya
dikerjakan pada 2/3 malam terakhir. Niatnya :

‘Ushalli sunnatal Istikharah rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah
Istikharah dua rakaat karena Allah’

Membaca surat dari Alquran, diutamakan Surat Al Kafirun dan Al Ikhlas

Adapun doa yang bisa dibaca setelah pelaksanaan sholat istikharah adalah sebagai berikut.

"Allaahumma innii astajhiruka bi'imika wa astaqdiruka biqudratika, wa as'aluka


mingfadhlikal azhiimi, fainnakataqdiru walaa aqdiru, wata'lamu walaa a'lamu, wan angta
al laamulghuyuubi allaahumma ingkungta talamu annahaadzalamra *( Disini dari titik titik
bacaan di atas silahkan sebutkan perkara masing-masing )* khairullii fiidiinii wama'aasyii
wa'aaqibati amrii, faqdirhulii wayassirhu liitsumma baariklii fiihi, wa'ingkungta ta lamu
anna haadazal amra syarrulli fii fidiinii wa ma'aasyii wa'aaqibati amrii, fashrifhu'annii
washrifnii anhu waqdir liyal khaira haitsu kaana tsumma radhdhinii bihi".
Artinya :
"Wahai allah, sesungguhnya aku memohon kepada engkau memilih yang baik untukku
dengan ilmu engkau, aku memohon kepada engkau untuk menentukannya dengan
kekuasaan engkau, dan aku memohon kepada engkau anugerah engkau yang agung, karena
sesungguhnya engkau mampu memberi ketentuan sedangkan aku tidak, engkau dapat
mengetahuinya, sedangkan aku tidak, dan engkaulah yang maha mengetahui hal-hal yang
ghaib, wahai allah jika engkau tahu bahwa perkara ini *(SILAHKAN SEBUTKAN PERKARA
MASING-MASING)* baik bagiku, didalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya, maka
tetapkanlah perkara itu untukku dan mudahkanlah itu bagiku kemudian berilah aku
keberkahan didalamnya, dan jika engkau tau bahwa perkara ini jelek bagiku, didalam
agamaku, kehidupanku, dan akibatnya, maka jauhkanlah pekara itu dariku dan jauhkanlah
aku darinya dan tetapkanlah untukku kebaikan dimanapun adanya, kemudian jadikanlah
aku rela kepadanya".

7. Shalat Hajat, adalah shalat sunnah dua rakaat untuk memohon agar hajat kita dikabulkan
atau diperkenankan oleh Allah SWT. Minimal 2 rakaat maksimal 12 rakaat dengan salam
setiap 2 rakaat. Niatnya :

‘Ushalli sunnatal Haajati rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

Artinya : ‘aku niat shalat sunnah hajat dua rakaat karena Allah’
8. Shalat Mutlaq, adalah shalat sunnah tanpa sebab dan tidak ditentukan waktunya, juga
tidak dibatasi jumlah rakaatnya. ‘Shalat itu suatu perkara yang baik, banyak atau sedikit’ (Al
Hadis). Niatnya :

‘Ushalli sunnatal rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

Artinya : ‘aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah’

9. Shalat Taubat, adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa
kepada Allah SWT, agar mendapat ampunan-Nya. Niatnya:

‘Ushalli sunnatal Taubati rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

Artinya : ‘aku niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah’
10. Shalat Tasbih, adalah shalat sunnah yang dianjurkan dikerjakan setiap malam, jika tidak
bisa seminggu sekali, atau paling tidak seumur hidup sekali. Shalat ini sebanyak empat
rakaat, dengan ketentuan jika dikerjakan pada siang hari cukup dengan satu salam, Jika
dikerjakan pada malam hari dengan dua salam. Cara mengerjakannya
Niat :

‘Ushalli sunnatan tasbihi raka’ataini lilllahi ta’aalaa’ artinya ‘aku niat shalat sunnah tasbih
dua rakaat karena Allah’

a. Usai membaca surat Al Fatehah membaca tasbih 15 kali.

b. Saat ruku’, usai membaca do’a ruku membaca tasbih 10 kali

c. Saat ‘itidal, usai membaca do’a ‘itidal membaca tasbih 10 kali

d. Saat sujud, usai membaca doa sujud membaca tasbih 10 kali

e. Usai membaa do’a duduk diantara dua sujud membaca tasbih 10 kali.

f. Usai membaca doa sujud kedua membaca tasbih 10 kali.

Jumlah keseluruhan tasbih yang dibaca pada setiap rakaatnya sebanyak 75 kali. Lafadz
bacaan tasbih yang dimaksud adalah sebagai berikut :

‘Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar’

artinya : ‘Maha suci Allah yang Maha Esa. Segala puji bagi Akkah, Dzat yang Maha Agung’.

11. Shalat Tarawih, adalah shalat sunnah sesudah shalat Isya’pada bulan Ramadhan.
Menegenai bilangan rakaatnya disebutkan dalam hadis. ‘Yang dikerjakan oleh Rasulullah
saw, baik pada bulan ramadhan atau lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat’ (H.R. Bukhari).
Dari Jabir ‘Sesungguhnya Nabi saw telah shallat bersama-sama mereka delapan rakaat,
kemudian beliau shalat witir.’ (H.R. Ibnu Hiban)

Pada masa khalifah Umar bin Khathtab, shalat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat dan
hal ini tidak dibantah oleh para sahabat terkenal dan terkemuka. Kemudian pada zaman
Umar bin Abdul Aziz bilangannya dijadikan 36 rakaat. Dengan demikian bilangan rakaatnya
tidak ditetapkan secara pasti dalam syara’, jadi tergantung pada kemampuan kita masing-
masing, asal tidak kurang dari 8 rakaat. Niat shalat tarawih :

‘Ushalli sunnatan Taraawiihi rak’ataini (Imamam/makmuman) lillahi ta’aallaa’

artinya : ‘Aku niat shalat sunat tarawih dua rakaat (imamam/makmum) karena Allah’

12. Shalat Witir, adalah shalat sunnat mu’akad (dianjurkan) yang biasanya dirangkaikan
dengan shalat tarawih, Bilangan shalat witir 1, 3, 5, 7 sampai 11 rakaat. Dari Abu Aiyub,
berkata Rasulullah ‘Witir itu hak, maka siapa yang suka mengerjakan lima, kerjakanlah. Siapa
yang suka mengerjakan tiga, kerjakanlah. Dan siapa yang suka satu maka kerjakanlah’(H.R.
Abu Daud dan Nasai). Dari Aisyah : ‘Adalah nabi saw. Shalat sebelas rakaat diantara shalat
isya’ dan terbit fajar. Beliau memberi salam setiap dua rakaatdan yang penghabisan satu
rakaat’ (H.R. Bukhari dan Muslim)

‘Ushalli sunnatal witri rak’atan lillahi ta’aalaa’

artinya : ‘Aku niat shalat sunnat witir dua rakaat karena Allah’
13. Shalat Hari Raya, adalah shalat Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah.
Hukumnya sunat Mu’akad (dianjurkan).’Sesungguhnya kami telah memberi engkau (yaa
Muhammad) akan kebajikan yang banyak, sebab itu shalatlah engkau dan berqurbanlah
karena Tuhanmu ‘ pada Idul Adha – ‘(Q.S. Al Kautsar.1-2)Dari Ibnu Umar ‘Rasulullah, Abu
Bakar, Umar pernah melakukan shalat pada dua hari raya sebelum berkhutbah.’(H.R.
Jama’ah).

Niat Shalat Idul Fitri :

‘Ushalli sunnatal li’iidil fitri rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’

artinya : ‘Aku niat shalat idul fitri dua rakaat (imam/makmum) karena Allah’

Niat Shalat Idul Adha :

‘Ushalli sunnatal li’iidil Adha rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’

artinya : ‘Aku niat shalat idul adha dua rakaat (imam/makmum) karena Allah

Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat,
rukun dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya.

Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut:

a. Berjamaah

b. Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua

c. Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.

d. Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.

e. Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua.

Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.

f. Imam menyaringkan bacaannya.

g. Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum’at

h. Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha tentang
hukum-hukum Qurban.

i. Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.

j. Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha sebaliknya.

14. Shalat Khusuf, adalah shalat sunat sewaktu terjadi gerhana bulan atau matahari.
Minimal dua rakaat. Caranya mengerjakannya :

a. Shalat dua rakaat dengan 4 kali ruku’ yaitu pada rakaat pertama, setelah ruku’ dan I’tidal
membaca fatihah lagi kemudian ruku’ dan I’tidal kembali setelah itu sujud sebagaimana
biasa. Begitu pula pada rakaat kedua.
b. Disunatkan membaca surat yang panjang, sedang membacanya pada waktu gerhana
bulan harus nyaring sedangkan pada gerhana matahari sebaliknya.

Niat shalat gerhana bulan :

‘Ushalli sunnatal khusuufi rak’ataini lillahita’aalaa’

artinya : ‘Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat karena Allah’

15. Shalat Istiqa’,adalah shalat sunat yang dikerjakan untuk memohon hujan kepada Allah
SWT. Niatnya ‘‘Ushalli sunnatal Istisqaa-I rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’

artinya : ‘Aku niat shalat istisqaa dua rakaat (imam/makmum) karena Allah’

Tatacara Pelaksanaan Shalat Kusuf

Salah satu tatacara pelaksanaan shalat Kusuf yang masyhur dan berdasarkan hadits-hadits
shahih di Shahihain, dilaksanakan sebanyak 2 rakaat. Setiap rakaatnya dua kali berdiri, dua
kali bacaan, dua kali ruku’, dan dua kali sujud. Ini adalah pendapat Imam Malik, Imam al-
Syafi’i, dan Imam Ahmad rahimahumullah.

Ringkasan rincinya sebagai berikut:

Bertakbir, membaca Istiftah, Isti’adzah, Al-Fatihah, kemudian membaca surat yang panjang,
setara surat Al-Baqarah (ini disesuaikan dengan lama atau sebentarnya peristiwa gerhana).

Ruku’ dengan ruku’ yang panjang (lama).

Bangkit dari ruku’ dengan mengucapkan Sami’Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal
Hamd (atau bacaan-bacaan masyru’ lainnya).

Tidak langsung sujud, tetapi membaca kembali surat Al-Fatihah dan surat dari Al-Qur’an
namun tidak sepanjang pada bacaan sebelumnya.

Ruku’ kembali dengan ruku’ yang panjang tapi tidak sepanjang yang pertama.

Bangkit dari ruku’ dengan mengucapkan, Sami’Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal
Hamd (atau bacaan-bacaan masyru’ lainnya).

Sujud, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali.

Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan caranya seperti pada rakaat pertama.

Tasyahhad dan salam.

Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa :

a. Tiga hari sebelumnya agar ulama memerintahkan umatnya bertaobat dengan berpusa
dan meninggalkan segala kedzaliman serta menganjurkan beramal shaleh. Sebab
menumpuknya dosa itu mengakibatkan hilangnya rejeki dan datangnya murka Allah.
‘Apabila kami hendak membinasakan suatu negeri, maka lebih dulu kami perbanyak orang-
orang yang fasik, sebab kefasikannyalah mereka disiksa, lalu kami robohkan (hancurkan)
negeri mereka sehancur-hancurnya’(Q.S. Al Isra’ : 16).
b. Pada hari keempat semua penduduk termasuk yang lemah dianjurkan pergi kelapangan
dengan pakaian sederana dan tanpa wangi-wangian untuk shalat Istisqa’

c. Usai shalat diadakan khutbah dua kali. Pada khutbah pertama hendaknya membaca
istigfar 9 X dan pada khutbah kedua 7 X.

Pelaksanaan khutbah istisqa berbeda dengan khutbah lainnya, yaitu :

a. Khatib disunatkan memakai selendang.

b. Isi khutbah menganjurkan banyak beristigfar, dan berkeyakinan bahwa Allah SWT akan
mengabulkan permintaan mereka.

c. Saat berdo’a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya. Saat berdo’a pada


khutbah kedua, khatib hendaknya menghadap kiblat membelakangi makmumnya.

Anda mungkin juga menyukai