Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Disusun Oleh:
2018
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1
Jurusan Teknik Industri – Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Disusun Oleh :
WILDAN NUZULA
Menyetujui,
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, teriring rasa syukur yang sangat dalam atas kehadiran Allah SWT, yang
telah memberikan hidayah, nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek di PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dengan
judul penelitian “PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DI CV.
SOGAN BATIK REJODANI.”. Adapun maksud dari penulisan laporan ini
adalah sebagai laporan pertanggungjawaban berada di lokasi Kerja Praktek dari tanggal
1 September sampai 30 September 2016.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkalah kami untuk menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa
memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan laporan ini. Untuk ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Dr. Tauiq Immawan, S.T., M.M. selaku Kepala Prodi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia.
3. Bapak Agus Mansur, S.T., M.Eng.Sc. selaku dosen pembimbing kerja praktek
yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing saya dalam membuat
laporan kerja praktek ini.
4. Bapak Taufiq Aburrahman sebagai CEO dari CV. Sogan Batik Rejodani.
5. Bapak Faizuddin Firdaus, S.T., M.M. sebagai Pembimbing Lapangan di CV.
Sogan Batik Rejodani.
6. Bapak Budi Santoso sebagai Pembimbing Lapangan dan manager produksi dari
Production Departement di CV. Sogan Batik Rejodani.
7. Segenap karyawan CV. Sogan Batik Rejodani yang telah membantu peneliti
dalam melakukan penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait, yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga kebaikan yang diberikan
v
oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat
balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Subhana wa Ta’ala. Amin.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mohon kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.Akhir kata semoga Laporan
Kerja Praktek ini dapat digunakan sebagai mana mestinya serta berguna bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.
Wildan Nuzula
NIM 13 522 447
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek………………………………………………………….. 2
1.3 Batasan Kerja Praktek…………………………………………………………. 2
1.4 Manfaat Kerja Praktek………………………………………………………… 2
1.5 Sistematika Penulisan Laporan ……….…………………………………….. 2
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 47
viii
5.2 Saran…………………………………………………………………………… 47
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2. Album Koelanoewoen
BAB III
DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI
INPUT: OUTPUT:
Sistem produksi pada CV. SBR ini merupakan suatu keterkaitan antara unsur-
unsur yang berbeda yang secara terpadu, menyatu dan menyeluruh untuk dapat
menginformasikan input menjadi output. Adapun unsur-unsur sistem produksi
diperusahaan ini berupa input yang terdiri dari bahan baku yang sesuai dengan
spesifikasi produk. Prosesnya berupa mesin-mesin, utilitas pendukung dan tenaga
kerja yang menjalankan proses produksi secara terus menerus yang menghasilkan
output.
1. Input
Input dalam proses produksi pada CV. SBR meliputi:
a. Material/ Bahan Baku
CV. SBR menggunakan bahan baku pokok kain katun yang berkualitas.
Banyaknya jenis produk yang di produksi sehingga bahan baku yang
digunakan tidak hanya kain katun melainkan banyak bahan baku lain seperti
kain santung, oxford, velvet, ima, ceruti, dan juga bahan pendukung seperti
benang serta aksesoris sebagai pelengkap untuk memperindah produk jadi.
b. Modal
Modal digunakan pada awal untuk dapat memproduksi produk yang
nantinya akan dijual. Sistem produksi dari CV. SBR ini yaitu make to order
sehingga modal yang diperlukan tidak terlalu besar. Model sistem produksi
ini sebenarnya tidak memiliki inventori. Jikapun memang ada, pada sistem
produksi ini perusahaan hanya mempunyai sedikit inventori raw material.
Sistem produksi ini memproduksi produk berdasarkan permintaan yang
diterima.
c. Manusia
Manusia atau tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan CV. SBR untuk
memenuhi permintaan pelanggan pada saat ini sebanyak kurang lebih 50
karyawan. Jumlah karyawan tersebut sudah termasuk keseluruhan.
d. Mesin
Mesin yang digunakan untuk menjahit di CV. SBR menggunakan mesin
jahit listrik. Kemudian untuk pewarnaan serta pemotongan kain CV. SBR
masih menggunakan manual yaitu dengan mengandalkan tenaga manusia.
2. Proses Transformasi Produksi
11
Proses produksi untuk membuat satu produk di CV. SBR dimulai dari
pembatikan kain, yaitu proses menutup gambar pola pada kain dengan malam
atau lilin. Kemudian setelah kain selesai di batik maka kain di beri warna. Proses
pewarnaan sendiri ini masih menggunakan proses tradisional. Setelah proses
pewarnaan selesai kain batikan diluruhkan lilinnya dari kain menggunakan air
mendidh yang dicampur dengan tepung kanji. Setelah diluruhkan kain dijemur
sampai kering. Lembaran kain batik yang sudah jadi kemudian di potong sesuai
pola baju yang akan dibuat. Dengan banyaknya jenis produk yang dihasilkan
oleh CV. SBR tidak menjadikan membedakan proses jahit dikarenakan proses
untuk membuat keseluruhan produk di CV. SBR pada dasarnya sama yaitu
dijahit, yang membedakan hanyalah model jahitan dan bentuk bajunya saja yang
berbeda. Setelah baju selesai dijahit kemudian baju masuk ke bagian
pemasangan aksesoris dan setelah itu baju akan masuk quality control. Setelah
lolos quality control barulah produk jadi di packing dan siap untuk dikirim ke
pelanggan menggunakan jasa kurir.
3. Output
Output yang dihasilkan oleh CV. SBR pakaian batik muslim. CV. SBR setiap 3
bulan mengeluarkan album produk baru.
Secara umum proses produksi produk di CV. SBR dapat dilihat pada gambar
berikut.
12
Penjemuran
U
WIP 41 sq. m.
Kain Batik Warna
Keterangan
Aliran Material Umum (Batik dan Cap)
Bahan Baku Pembantu
Supplier Kain
Kanban Persiapan
Ruang
WIP
Kain
Kain Batikan Warna Pemotongan
Kain
Area Gudang
Serbaguna
Kanban Potong
Pewarnaan WIP
Kain Putih Batikan
Kain WIP
Kain Kain
Potongan
Rumah
Utama
Kapasitas: 23 unit
Uptime: 90%
F/G
Pakaian
Pemasangan Manager
Finishing
F/G Aksesoris Operasional
Pakaian
Kapasitas: 20 unit
Uptime: 90% Kapasitas: 92 unit
Uptime: 90%
Customer
Service
Gallery
Packaging
F/G
& Pakaian
WIP
Shipment Kain Putih BatikanRM
Kain Putih
Drafting WIP
Admin
F/G
Pakaian (Packed)
Draft Kain Putih keuangan dan Marketing
Rak Dispatch Produksi
Agen Pengirim
Pembatik Cap
Kapasitas: 89 unit
Uptime: 91% RAK KANBAN RAK KANBAN
(PERSIAPAN) (FINISHED)
WIP
WIP
Kain Batik Tulis
Pakaian
3. Pewarna Tekstil
Pewarna digunakan untuk memberi warna pada kain katun yang telah di beri
pola dengan menggunakan malam.
CV. SBR juga memiliki peralatan untuk proses produksi. Peralatan tersebut dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Peralatan pewarnaan
Dalam pewarnaan kain katun yang sudah diberi corak tadi ada 2 alat yang
digunakan, yaitu:
a. Wadah pewarnaan
Wadah ini digunakan untuk memberi warna pada kain menggunakan pewarna
tekstil.
b. Wadah peluruhan
Wadah ini berisi air yang dipasakan dan air tersebut dicampur dengan
deterjen yang digunakan untuk meluruhkan malam.
2. Peralatan jahit
Penjahitan merupakan salah satu proses produksi yang paling mengambil prosi
sumber daya paling besar dari CV. SBR baik dalam sumber daya manusia
maupun sumber daya mesin. Mesin jahit yang ada di CV. SBR keseluruhannya
menggunakan mesin elektrik. Sehingga konsumsi energi listrik yang dibutuhkan
cukup besar.
3.1.3 Perencanaan Produksi
Sistem produksi di CV. SBR merupakan make to order, maka dari itu perushaan
terlebih dahulu mendapatkan pemesanan produk dari pelanggan baru perusahaan
akan memproses pesanan tersebut. dan menentukan proses yang akan dijalankan
untuk pemenuhan pesanan.
Produksi produk diawali dengan proses perencanaan produksi. Biro
Perencanaan dan Pengendalian Produksi dan Energi menyusun Rencana Produksi
berdasarkan Rencana Pemasaran dan rencana downtime pabrik. Data rencana
produksi diupload ke sistem ERP dan dikonfirmasikan ke unit terkait. Setelah
disepakati , rencana produksi akan dilaporkan oleh Biro Perencanaan dan
Pengendalian Produksi dan Energi kepada Direktur Produksi untuk mendapatkan
persetujuan dan pengesahan.
14
Perusahaan mengemas produk dalam berbagai jenis dan ukuran kantong sesuai
dengan ukuran dan jenis produk, persyaratan pelanggan dan proses transportasi
yang dilakukan .Pengantongan produk ditujukan untuk :
1. Melindungi produk selama handling , penyimpanan dan penyerahan .
2. Mengidentifikasi dan memberi tanda untuk mampu telusur produk .
3. Memelihara dan meningkatkan citra perusahaan .
4. Mengidentifikasi stardar produk dan lisensi yang digunakan oleh
perusahaan .
Perusahaan memproduksi sendiri sebagian besar kantong yang dibutuhkan
untuk kemasan produk. Biro Pabrik Kantong bertanggung jawab memproduksi
kantong sesuai dengan rencana dan skedul pemasaran produk produk.
3.1.4 Pengadaan
Kebutuhan pengadaan barang dan jasa bersumber dari data bagian produksi. Di
bawah manager produksi ada supervisor produksi yang mengontrol termasuk dalma
hal pengadaan barang dan jasa. Maka dari itu dalam hal jobdesc supervisor
produksi disini cakupannya terlalu luas dikarenakan belum adanya divisi
purchasing tersendiri.
Untuk seleksi pemasok perusahaan menetapkan daftar vendor untuk masing-
masing kelompok barang atau jasa dengan didukung ERP perusahaan . Daftar
vendor direview , diupdate dan didokumentasikan secara periodik sesuai
kebutuhan.
General Manager
Sogan Batik
Manajer Keuangan
Manager Pemasaran
Manajer Operasional dan HRD
dan R & D
Sogan Batik
Fungsi Administrasi
Kepala Bagian dan Bendahara
Produksi dan QC
gallery di workshop pusat serta membuat Butik FAIQA di Jl. Kaliurang Km. 9.
Bagian ini dikepalai oleh Ibu Iffah M Dewi dengan kewenangan dan tanggung
jawab:
1. Bertanggungjawab langsung kepada Manajer Operasional Sogan Batik.
2. Tugas utama adalah untuk menjalankan strategi penjualan yang ditetapkan
bersama oleh Manajer Pemasaran dan Manajer Umum Sogan Batik.
e. Kepala Bagian Produksi dan QC
Bagian produksi memiliki dua aktifitas utama yaitu mengatur produksi sesuai
pesanan dan mengendalikan kualitas sebagai fungsi quality control. Untuk
menjalankan fungsi ini bagian produksi terdiri dari beberapa sub bagian datau
unit, yaitu drafting, batik, pewarnaan, cutting, jahit dan finishing. Bagian ini
dikepalai oleh Ibu Fenty dengan tanggung jawab dan kewenangan:
1. Bertanggungjawab langsung kepada Manajer Operasional Sogan Batik.
2. Tugas utama adalah mengatur rencana produksi dari order yang diberikan
oleh bagian penjualan.
f. Unit Drafting
Dikepalai oleh Mas Adi dengan tanggung jawab dan kewenangan:
1. Bertanggungjawab langsung kepada Kepala Bagian Produksi dengan tugas
utama untuk menghasilkan kain yang sudah didrafting sesuai dengan
Production Order
2. Kewenangan yang menyertai dalam tanggugjawab dan tugasnya adalah
untuk mengajukan kebutuhan bahan baku berupa kain dan alat kerja
lainnya
3. Cakupan kerjanya adalah pembuatan mal batik untuk selanjutnya diproses
oleh unit batikan.
g. Unit Batikan
Dikepalai oleh Ibu Endang dengan tanggung jawab dan kewenangan
bertanggungjawab langsung kepada kepala bagian produksi dan tugas utama
adalah membatik kain sesuai dengan penyelesaian kain oleh bagian drafting.
h. Unit Pewarnaan
Dikepalai oleh Bapak Sariyanto dengan tanggung jawab dan kewenangan
bertanggung jawab langsung kepada kepala bagian produksi dan tugas
utamanya adalah mewarna kain sesuai dengan Production Order.
18
i. Unit Cutting
Dikepalai oleh Bapak Wartini dengan tanggung jawab dan kewenangan
bertanggung jawab langsung kepada kepala bagian produksi adapun tugas
utama adalah menjahit sesuai dengan Production Order.
j. Fungsi Finishing dan Packaging
Dikoordinasikan oleh Bapak Wartini dengan tugas utama untuk melakukan
finishing sesuai model produk.
k. Fungsi Delivery dan Komplain
Fungsi ini Bertanggung jawab langsung kepada kepala bagian produksi dan
tugas utamanya adalah memastikan barang terkirim sesuai dengan Production
Order.
3.2.2 Recruitment
Perusahaan memastikan ketersediaan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
hak kualitas dan kuantitas, meliputi :
1. Kompetensi karyawan berdasarkan pendidikan, kecakapan, pelatihan dan
pengalaman.
2. Penetapan deskripsi, spesifikasi dan persyaratan jabatan serta kompetensi
yang dibutuhkan untuk seluruh pekerjaan dan jabatan.
3. Memastikan perencanaan, penerimaan, penempatan, promosi dan
pengembangan karyawan sesuai dengan deskripsi, spesifikasi dan
persyaratan jabatan.
(17-25 tahun) dan dewasa (26-60 tahun). Untuk fokusnya, karena produk dari CV.
SBR merupakan pakaian muslim sehingga focus penjualan terhadap masyarakat
muslim.
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1Pendahuluan
4.1.1 Deskripsi Permasalahan
Kemajuan dan perkembangan industri di era globalisai ini begitu cepat dalam
mengalami perkembangan dan perbaikan terhadap kinerja perusahaan. Atas dasar
itu perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dengan perusahaan lain yang
memiliki kompetensi kinerja yang semakin baik. Kualititas dari suatu produk
adalah salah satu faktor yang dapat membantu perusahaan untuk dapat
meningkatakan daya saingnya. Kualitas dari produk yang baik akan berdampak
pada kepuasan pelanggan.
Kualitas merupakan suatu keistimewaan atau keunggulan-keunggulan
(features) suatu produk yang memenuhi kebutuhan konsumen dan bebas dari
cacat. Berdasarkan pernyataan diatas, kualitas berfokus kepada kepuasan
pelanggan berdasarkan tingkat kecacatan dari suatu produk. Agar kualitas produk
dapat sesuai standar yang telah ditetapkan maka perusahaan harus mampu
mengelolanya dengan baik yaitu dengan melakukan pengendalian kualitas.
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas harus dilihat beberapa aspek
yang bisa menghasilkan produk berkualitas, mulai dari bahan baku yang
digunakan,bahan bakar yang di gunakan, bantuan alat yang canggih dan memadai,
operator yang paham di bidang. Apabila sudah memenuhi beberapa aspek tersebut
dan beberapa aspek lainnya yang memadai maka akan menghasilkan produk yang
berkualitas dan sesuai dengan harapan masyarakat.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang
aktivitas itu diukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi
atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada
perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan standar (Montogomery,
alih bahasa Zanzawi, 1990).
CV. SBR merupakan salah satu produsen pakaian batik muslim yang
sedang berkembang. Untuk itu perlu diadakan pengendalian kualitas untuk
menjaga standar produk yang dihasilkan perusahaan sehingga dapat mengurangi
21
cacat produk. Maka perlu adanya bagian Quality Control (QC) di tiap bagian
perusahaan manufaktur. Di CV. SBR pengendalian kualitas dilakukan tidak dalam
tiap proses produksi. Terdapat 2 QC atau inspeksi produk yang ada di CV. SBR
yaitu QC penjahitan dan final QC.
Untuk kapasitas di CV. SBR kapasitas produksi perbulan 700 pcs/bulan.
Dengan cukup besarnya kapasitas produksi sangat dimungkinkan terjadinya
produk cacat. Kesalahan- kesalahan yang mungkin dapat terjadi dapat
diminimalisir dengan sistem pengendalian kualitas. Karena kualitas suatu produk
dapat diartikan sebagai derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut
mampu memuaskan keinginan dari costumer (fitness for use) (Purnomo,2004).
Kualitas juga dapat diartikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara
terus menerus pada level operasi atau proses, dari setiap area fungsional dari suatu
organisasi, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan modal yang ada
(Gasperz, 2001 : 5).
Untuk mengetahui apakah produksi telah memenuhi kualitas dan untuk
mengantisipasi banyaknya produk cacat yang terjadi maka dilakukan dengan
mengeliminasi, menganalisis dan mengevaluasinya dengan menerapkan metode
seven tools untuk pengendalian kualitas. Diantara 7 alat yang dapat diaplikasikan
untuk pengendalian produksi di perusahaan terdapat 4 alat yang dapat digunakan
lebih efektif dan efisien yaitu, control chart, histogram, pareto chart, dan
fishbone chart. Dengan menerapkan beberapa metode tersebut, dapat diupayakan
untuk mengevaluasi,menganalisis dan meminimalisir terjadinya defect pada hasil
produksi produk di CV. SBR.
2. Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dalam penelitian ini didapat dari referensi-referensi yang
mendukung penelitian dan berkaitan dengan tema penelitian yang akan
diteliti. Referensi yang digunakan antara lain berasal dari jurnal dan artikel-
artikel. Serta bersumber dari artikel yang ada di CV. SBR itu sendiri.
24
4.2.4 Flowchart
Berikut ini adalah Flow Chart penelitian yang dilakukan di CV. Batik
Sogan RejodaniIndonesia pada bagian QC Final :
MULAI
Pengumpulan Data
Pengolahan Data :
1. Menghitung Jumlah Defect
2. Membuat Peta Kendali
3. Membuat Pareto Diagram
4. Membuat Fishbone Diagram
Analisis Data
SELESAI
Keterangan :
1. Mulai. Merupakan tahapan pertama berupa persiapan langkah apa
saja yang akan dilakukan terkait dengan penelitian.
2. Studi literature dan observasi lapangan dilakukan bersamaan. Pada
saat menjalani kerja prakterm peneliti melakukan observasi lapangan
di setiap departemen di perusahaan dan melakukan studi literatur
untuk membandingkan kondisi nyata dengan teori di buku, modul,
jurnal dan sumber-sumber lainnya.
3. Identifikasi masalah dan perumusan masalah, pada tahap ini peneliti
di tempatkan pada bagian Quality Cotrol utuk mengidentifikasi
masalah pada kualitas dan merumuskan masalah tersebut.
4. Tujuan penelitian dan batasan masalah, pada tahap ini peneliti
menentukan tujuan penelitian dan batasan masalah agar pembahasan
tidak melebar.
5. Pengumpulan Data.Setelah ditetapkan permasalahan apa yang akan
diteliti kemudian dilakukan pengumpulan data terkait penelitian yang
akan dilakukan. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa
data primer dan data sekunder.
6. Pengolahan data ini yang pertama mengidentifikasi variabel cacat
dari data yang telah didapat sebelumnya, kemudian dari data yang
diburuhkan diolah menggunakan pete control X-chart dan R-chart,
dan mengidentifikasi penyebab cacat pada tiga variabel.
7. Hasil dan pembahasan, dilakukan analisa dan pemaparan hasil dari
metode pengolahan data diatas.
8. Kesimpulan dan saran, pada tahap ini peneliti menjawab
permasalahan yang muncul dan memberikan saran untuk perusahaan.
9. Selesai.
26
4. Luntur
5. Ukuran tidak sesuai
Berikut ini data jumlah defect yang tercatat pada QC Final pada bulan Septmber
2016 :
Tabel 4.2 Data Defect
Warna Ukuran
Jahitan Total
September Quantity Ok Kotor Tidak tidak
Tidak Rapi Repair
Sesuai sesuai
1/9/2016 27 26 0 0 1 0 1
2/9/2016 31 30 0 1 0 0 1
3/9/2016 29 29 0 0 0 0 0
Dayoff - - - - - - -
5/9/2016 32 31 0 0 1 0 1
6/9/2016 28 27 1 0 0 0 1
7/9/2016 27 25 0 2 0 0 2
8/9/2016 34 33 1 0 0 0 1
9/9/2016 29 28 0 0 1 0 1
10/9/2016 30 29 0 1 0 0 1
Dayoff - - - - - - -
12/9/2016 35 34 0 0 0 1 1
13/9/2016 29 28 0 1 0 0 1
14/9/2016 26 26 0 0 0 0 0
15/9/2016 29 28 0 0 1 0 1
16/9/2016 28 27 1 0 0 1
17/9/2016 32 31 0 1 0 0 1
Dayoff - - - - - - -
19/9/2016 28 26 0 1 1 0 2
20/9/2016 34 34 0 0 0 0 0
21/9/2018 32 32 0 0 0 0 0
22/9/2016 33 33 0 0 0 0 0
23/9/2016 28 28 0 0 0 0 0
24/9/2016 29 29 0 0 0 0 0
Dayoff - - - - - - -
26/9/2016 33 33 0 0 0 0 0
27/9/2016 34 33 0 1 0 0 0
28/9/2016 28 28 0 0 0 0 0
29/9/2016 29 29 0 0 0 0 0
30/9/2016 28 28 0 0 0 0 0
Jumlah 795 778 2 9 5 1 17
Tabel 4.2 diatas adalah tabel jumlah defect yang terjadi pada proses
pengerjaan produk pada bulan September 2016
35
Untuk memudahkan dalan melihat lebih jelas data defect yang terjadi
pada proses pengerjaan produkmaka langkah selanjutnya adalah membuat
histogram dari data defect tersebut. Berikut ini adalah gambar histogram dari
data defect tersebut:
Histogram
9
2
1
Gambar 4.4 diatas merupakan gambar histogram dari jumlah data defect yang
terjadi pada proses pengerjaan produk pada bulan September. Dari histogram
tersebut jenis defect yang terbesar adalah jahitan tidak rapi dengan frekuensi
terjadinya sebesar 9. Dan jenis defect yang paling kecil pada bulan September
adalah ukuran tidak sesuai dengan frekuensi terjadinya 1.
Pegolahan data pada penelitian ini fokus pada hasil produk departemen produksi.
Metode yang digunakan yaitu statistical process control menggunakan pendekatan Peta
Kendali, Diagram Pareto, dan fishbone diagram.
p=
Total
Quantity
September Repair (NP)/(N)
(N)
(NP)
1 27 1 0.03704
2 31 1 0.03226
3 29 0 0
5 32 1 0.03125
6 28 1 0.03571
7 27 2 0.07407
8 34 1 0.02941
9 29 1 0.03448
10 30 1 0.03333
12 35 1 0.02857
13 29 1 0.03448
14 26 0 0
15 29 1 0.03448
16 28 1 0.03571
17 32 1 0.03125
19 28 2 0.07143
20 34 0 0
21 32 0 0
22 33 0 0
23 28 0 0
24 29 0 0
26 33 0 0
27 34 1 0.02941
28 28 0 0
29 29 0 0
30 28 0 0
37
CL = p’ =
Keterangan :
∑np : jumlah total yang rusak
∑n : jumlah total yang diperiksa
Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan center line data defect pada
proses pengerjaan produk :
UCL = p’ + 3
Keterangan :
p’ : rata-rata ketidak sesuaian produk
n : jumlah produksi
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, diperoleh
nilai UCL untuk data defect bulan September 2016. Berikut ini adalah nilai
UCL dari data tersebut:
LCL = p’ - 3
Keterangan :
p’ : rata-rata ketidak sesuaian produk
n : jumlah produksi
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai LCL sebagai berikut:
Untuk memudahkan melihat hasil perhitungan dari peta kendali P tersebut, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Total Repair
Tanggal Quatity (N) P CL UCL LCL
(NP)
9 29 1 0.03448 0.02138 0.101961 -0.0592
10 30 1 0.03333 0.02138 0.100607 -0.05785
12 35 1 0.02857 0.02138 0.09473 -0.05197
13 29 1 0.03448 0.02138 0.101961 -0.0592
14 26 0 0 0.02138 0.106483 -0.06372
15 29 1 0.03448 0.02138 0.101961 -0.0592
16 28 1 0.03571 0.02138 0.103387 -0.06063
17 32 1 0.03125 0.02138 0.098091 -0.05533
19 28 2 0.07143 0.02138 0.103387 -0.06063
20 34 0 0 0.02138 0.095801 -0.05304
21 32 0 0 0.02138 0.098091 -0.05533
22 33 0 0 0.02138 0.09692 -0.05416
23 28 0 0 0.02138 0.103387 -0.06063
24 29 0 0 0.02138 0.101961 -0.0592
26 33 0 0 0.02138 0.09692 -0.05416
27 34 1 0.02941 0.02138 0.095801 -0.05304
28 28 0 0 0.02138 0.103387 -0.06063
29 29 0 0 0.02138 0.101961 -0.0592
30 28 0 0 0.02138 0.103387 -0.06063
N’ =
Kriteria yang digunakan adalah apabila data yang sudah digunakan (N) lebih
besar atau sama dengan jumlah sampel yang seharusnya (N’), maka data yang
digunakan dapat dikatakan sudah mencukupi. Namun, apabila jumlah data
yang digunakan (N) lebih kecil daripada jumlah data yang seharusnya (N’),
maka data yang telah diambil dapat dikatakan tidak mencukupi, sehingga
perlu dialakukan pengambilan data lagi. Berdasarkan data yang ada maka
perhitungannya adalah :
41
N’ =
N’ = 1,883
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan bahwa nilai N’ lebih kecil dari nilai N
yaitu 1,883<795 artinya data yang digunakan telah mencukupi.
Dari perhitungan peta kendali , selanjutnya dilakukan pembuatan grafik dari peta
kendali tersebut. Berikut ini adalah gambar grafik peta kendali dari data defect bulan
September 2016 :
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04 UCL
P
0.02
CL
0 LCL
1 2 3 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 19 20 21 22 23 24 26 27 28 29 30
-0.02
-0.04
-0.06
-0.08
Dari grafik peta kendali diatas dapat dilihat bahwa data P masih berada dalam
batas kendali secara keseluruhan. Dengan data P masih berada dalam batas kendali
secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa dalam proses produksi di CV. SBR
terkendali meskipun masih ada produk yang yang cacat.
42
Dapat dilihat pada tabel diatas merupakan tabel data jumlah cacat pada proses
pengerjaan produk berdasarkan jenis kecacatannya. Dari tabel tersebut dapat diketahui
total defect sebesar 30653 setelah mengetahui data yang akan digunakan, maka
dilakukan pembuatan diagram pareto untuk mengetahui penyebab cacat terbesar.
Berikut ini adalah tabel perhitungan diagram pareto:
Dari tabel tersebut maka dapat dibuat sebuah diagram pareto untuk memudahkan
melihat jenis cacat yang terbesar. Berikut ini adalah gambar diagram pareto dari data
tersebut:
43
10 120
9
100
8
7
80
6
5 60 Quantity
4 Presentase
40
3
2
20
1
0 0
Jahitan tidak rapi Warna tidak Ukuran tidak Kotor
sesuai sesuai
4.5.3Diagram Fishbone
Pada penelitian ini Fishbone diagram digunakan untuk mengetahui penyebab
cacat pada produk. Pembuatan diagram ini dilakukan untuk menganalisis sebab
akibat pada cacat proses pengerjaan produk. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan ada beberapa akibat seperti dari segi operator, mesin, metode maupun
material yang digunakan. Berikut adalah data yang didapat berdasarkan hasil
observasi:
Dari tabel faktor diatas, maka dibuatlah diagram fishbone supaya dapat terlihat
jelas faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya defect “jahitan tidak rapi.” Berikut
ini adalah diagram fishbone dari faktor penyebab “jahitan tidak rapi.”
Metode Mesin
3. Metode
Metode dalam proses produksi juga menjadi faktor penyebab terjadinya
jahitan tidak rapi. Dari segi metode, yang perlu diperbaiki adalah presisi
pemotongan pola produk dan waktu proses penjahitan dibuat se-optimal
mungkin dan sesuai dengan SOP agar tidak terjadi jahitan tidak rapi.
4. Material
Faktor material yang menjadi penyebab jahitan tidak rapi adalah kualitas
benang yang kurang baik, ada kalanya peenjahit mendapat benang yang
yang umurnya sudah lama sehingga benang mudah jebol saat
penggabungan. Karena jebol saat penggabungan tidak dapat ditolelir dan
harus di-repair pada proses yang mengalami jahitan kurang rapi.
5. Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kinerja produktivitas pekerja,
maka untuk mengurangi defect sebaiknya ditambahnya pencahayaan
ruangan yang dirasa karyawan masih kurang terang dan juga menambah
kipas angin ataupun ac untuk mengurangi hawa panas yang ada
diruangan produksi.
46
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis terhadap pengendalian kualitas dan
terjadinya defect pada produk, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan peta kendali,
ditemukan beberapa jenis defect dan masih dalam batas kendali.
2. Berdasarkan hasil perhitungan dari diagram pareto, jenis defect terbesar pada
proses pengerjaan produksi produk adalah jahitan tidak rapi.
3. Faktor-faktor penyebab terjadinya jahitan tidak rapi antara lain faktor
manusia, mesin, metode, material, lingkungan. Menurut fishone diagram,
beberapa faktor tersebut mempunyai penyebab yaitu :
a. Manusia : kurangnya pelatihan dan kurang fokusnya karyawan menjadi
penyebabnya
b. Metode : pemotongan pola baju kurang baik dan proses penjahitan
terlalu cepat.
c. Mesin : perawatan mesin kurang diperhatikan dan setelan mesin kurang
pas.
d. Material : kualitas benang tidak bagus.
e. Lingkungan : pencahayaan rungan yang kurang dan suhuruangan cukup
panas.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan dilakukannya kerja praktek di CV. Sogan Batik
Rejodani saran yang dapat penulis berikan untuk perusahaan antara lain:
1. Diadakannya pelatihan bagi karyawan khususnya yang bekerja pada bagian
produksi agar karyawan lebih tanggap dan mahir melakukan pekerjaanya.
2. Dilakukan pengecekan mesin secara teratur untuk mengurangi permasalahan
dari faktor mesin.
48
3. Menjaga lingkungan kerja yang kondusif, bersih, teratur sehingga pada saat
bekerja merasa nyaman dan motivasi kerja tinggi. Untuk ruangan
ditambahkan pencahayaan dan pendingin ruangan.
4. Menegakkan aturan perusahaan dan menerapkan SOP yang sudah ada
sehingga semua aspek perusahaan dapat meminimalisir resiko kelalaian.
5. Melakukan pengecekan secara berkala terhadap material primer produk dan
material penddukung lainnya.
49
DAFTAR PUSTAKA
D.A. Garvin, 1994, Kualitas Produk : Alat Strategi Yang Penting, Free Press
Mitra, A., 1998. Fundamentals Of Quality Control and Improvement, 2md edition.
Prentice Hall: New Jersey
Russel, Thomas dan W. Ronald Lane, 1996, Kleppners Advertising Procedure, Pearson
Custom Publishing