Anda di halaman 1dari 3

Quotasi Kematian Dari Buku Leahy –

Siapakah Manusia?

1. Jiwa manusia tidak bisa direduksikan kepada badan. Jiwa lebih kepada prinsip penjiwaan
dan strukturasi badan. Sehingganya prinsip tidak bisa direduksikan kepada fungsinya
untuk membentuk materi
2. Jiwa terdiri dari pikiran dan kehendak.
3. Pikiran memiliki tiga fungsi: 1) Daya Unifikasi, 2) Daya Refleksi, 3) Daya Pelampauan.
4. Pikiran sebagai daya unifikasi  Pikiran memiliki daya untuk menyatukan persepsi
sehingga menjadi seragam. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa pikiran mewujudkan
suatu transendensi autentik terhadap materi.
5. Pikiran sebagai daya refleksi  jiwa bukan hanya mampu berpikir namun ia juga tahu
bahwa ia berpikir. Kemampuan ini juga yang kemudian melahirkan adagium Cogito
milik Descartes.
6. Pikiran sebagai daya pelampauan  Pikiran di dalam diri manusia melakukan pelampuan
dari apa yang dilakukan oleh makhluk lain. Lebah melakukan aktifitas yang sama selama
ribuan tahun sedangkan manusia telah menjalani banyak hal yang berbeda. Kemampuan
intelektual manusia maju terus tanpa batas.
7. Kehendak sebagai daya kebebasan  kehendak untuk bebas juga bisa diartikan sebagai
kehendak untuk bisa dominan.
8. Dari yang di atas, bisa dikatakan bahwa tanpa adanya jiwa maka “aku” tidak akan bisa
direduksikan kepada dimensi jasmaniah.
9. Jiwa manusia memiliki dua sifat: Spiritual dan Sederhana.
10. Spiritualitas jiwa  Jiwa bebas dari materi dalam hakikatnya. Jiwa manusia selalu bisa
mengungguli kualitas dan keadaan materi. Namun meski demikian, tetap ada dimensi
materi yang secara ekstrinsik dimiliki oleh jiwa. Kondisi ini sama halnya dengan
mengatakan bahwa tidak ada pikiran tanpa ootak yang cukup kompleks. Sehingga bisa
dikatakan bahwa tubuhku merupakan penjelmaan dari perbuatan-perbuatan spiritualku.
11. Kesederhanaan jiwa  Jiwa memiliki dua kesederhanaan: kesederhaan esensial dan
integral. Jiwa merupakan bentuk sunstansial manusia (esensial), jiwa terdapat dalam
ruang dan bersifat kuantitatif seperti tangan dan kaki (integral).
12. Ada dua pendapat mengenai kekelalan jiwa, tidak kekal dan kekal.
13. Plato mengatakan bahwa jiw abersifat kekal (lihat argumentasinya di hal. 245)
14. Aristoteles, lebih kepada penolakan kekelan pribadi.
15. Epicuros, menolak kekekalan jiwa.
16. Para filsuf skolastik mengakui kekekalan jiwa.
17. Argumen mengenai kematian (kekelan jiwa) yang dipersembahkan oleh dunia filsafat.
18. Satu makhluk berhenti hidup karena alasan intern (esensi) dan ekstern (sumber
eksistensinya).
19. Esensi jiwa tidak bisa terkena pembusukan karena ia tidak memiliki unsure-unsur
material.
20. Perbedaan jiwa manusia dan binatang. Jiwa binatang hanya mempunyai satu fungsi yaitu
menjiwai badan saja dalam fungsi-fungsi material dan perasaanya.
21. Sedangkan jiwa manusia memiliki sifat spiritual, yaitu apa yang disebut transendensi
terhadap tubuh.
22. Penalaran filosofis mengenai kematian erat sekali hubungannya dengan proses kreatif
yang dilakukan oleh Tuhan.
23. Argumen-argumen lainnya yang dipakai untuk membahas masalah kekekalan jiwa
adalah:
24. Argumen hasrat untuk hidup. Hasrat itu diibaratkan dengan kita yang selalu berjalan
dalam hidup namun kita tidak pernah merasa seakan-akan sudah melewati jalan sehingga
sudah tiba saatnya meninggalkan jalan itu. Satu sisi di dalam diri kita, kita abadi.
25. Argumen hasrat kepada kebahagiaan. Jiwa harus diperlengkapi dengan kehidupan setelah
mati karena kehidupan di dunia materi seringkali tidak sempurna.
26. Lalu bagaimana sebetulnya hubungan jiwa dan badan? Jika saja seorang manusia tidak
bisa lagi dianggap sebagia manusia ketika jiwa dan badannya sudah terpisah, lalau
bagaimana menjelaskan kehidupan setelah kematian?
27. Pada diri manusia seperti halnya makhluk-mahluk lainnya, ada dua prinsip ontologism
komplementer: kausa formal dan kausa material.
28. Bedany adalah pada yang selain manusia, kedua prinsip komplementer itu tidak bersifat
merdeka. Sementara pada manusia, yang tidak merdeka hanyalah jasmani.
29. Jiwa pada manusia bersifat substansial namun sekaligus daripada itu, hal yang kita sebut
dengan roh. Jadi ia secara intrinsic tergantung dengan materi namun pada kondisi yang
lain ia memiliki kemampuan-kemampuan yang lain juga.
30. Jadi, manusia adalah materi dan roh.Manusia tidak mengalami penyatuan keduanya,
namun merupakan suatu kesatuan nyata kedua aspek itu.
31. Semua yang terjadi pada manusia merupakan suatu aktifitas dari jiwa dimana materi
selalu mengambil bagian. Seperti: jika aku memutuskan untuk menggerakkan tanganku
maka tangan itu bergerak.
32. Bagaimana sebetulnya kematian itu, jika disetujui bahwa jiwa dan badan telah terpisah?
33. Jiwa tanpa batas akan menemukan jalannya dengan sebuah pengenalan yang dimiliki
oleh jiwa terhadap dirinya sendiri. Dalam kondisi ini semua yang dikenal dan mengenal
itu adalah sama. Bisa jadi, ketika persatuan jiwa dan badan berakhir maka jiwa
mengalami kesadaran intuitif akan dirinya sendiri secara langsung. Pengenalan model ini
melebihi semua pengenalan yang dapat dimiliki oleh manusia dalam dunia ini.
Pengenalan ini disertai dengan aktifitas yang sesuai dari pihak kehendak dan bentuk cinta
kasih yang diperbesar.
34. Solusi kedua yang bersifat kosmis. Keakuan yang asli merupakan suatu realitas yang
dimasukkan ke dalam kosmos material berkat perkembangan badannya. Badan memiliki
manfaat ketika digunakan untuk mengenali objek, namun memilik sisi negative ketika
membatasi hubungan langsung kita pada sejumlah kecil objek itu saja. Pada saat
kematian , badan memutuskan semua hubungan antara jiwa dan materi secara berserak-
serak. Dengan demikian, maka serakan dari jiwa ini akan lebih mendekati kosmos
daripada sebelumnya.
35. Seluruh faham yang berbicara mengenai kematian bisa dilambangkan dengan apa yang
terjadi pada kesempatan kelahiran. Pada sata lahir seorang bayi terpaksa dikeluarkan dari
batas-batas rahim ibunya. Dan dengan demikian ia harus meninggalkan sesuatu yang
baginya bersifat protektif, akrab dan enak. Ia menjadi tidak terlindung lagi dan terancam
hancur. Pada waktu yang sama ia kemudian diperkenalkan dengan sebuah dunia yang
baru dan relasi baru dengan dunia cahaya, persaudaraan dan cinta kasih manusia. Hal ini
juga sama dengan kematian, ketika kehidupan diambil darinya, maka sebuah relasi baru
tercipta dan sudah menantinya.
36. Pendapat terakhir ini sebetulnya tidak terlalu dianggap oleh Leahy, karena ketika
kematian menimpa seorang manusia maka ada pergeseran eksistensi disana. Sebuah
perubahan yang tentu saja akan sangat berbeda dengan apa yang dirasakan oleh yang
selain manusia. Sehingga penyamarataan pengalaman dan sensasi terhadpa manusia
sebagai sebuah entitas yang sangat kompleks bukanlah sebuah hal yang adil terutama
dalam menjelaskan kematian.

Anda mungkin juga menyukai