Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang senam lansia


1. Definisi senam lansia

B. Tinjauan umum tentang hipertensi


1. Definisi hipertensi
Hipertensi merupakan naiknya tekanan darah sistolik maupun diastolic
secara intermitten atau terus-menerus yang muncul dalam dua tipe utama
yaitu hipertensi esensial yang disebut juga sebagai hipertensi primer atau
idiopatik dan hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat diidentifikasi
seperti disebabkan oleh penyakit ginjal (williams & wilkins, 2011). Hipertensi
juga dapat diartikan sebagai tekanan darah persiten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg
(smeltzer & bare, 2002).
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis yang dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Akibatnya hipertensi dapat memicu berbagai komplikasi terhadap
beberapa penyakit lain, seperti penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke
dan ginjal. Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering juga disebut the silent
killer (pembunuh diam-diam), sebab seseorang dapat mengidap hipertensi
selama bertahun-tahun tanpa menyadari kerusakan organ vital yang cukup
berat bahkan dapat membawa kematian (adib, 2009).
Menurut world health organization (who) hipertensi didefinisikan sebagai
suatu kondisi dimana tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg dengan dua kali
pengukuran terpisah (imelda & kurniawan 2013).
Definisi menurut kementerian kesehatan republik indonesia (2014),
hipertensi adalah hasil dari dua kali pengukuran tekanan darah dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang dimana
tekanan darah sitolik maupun diastolik mengalami peningkatan yakni tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmhg.
Hipertensi didefenisikan oleh joint national committee on detection,
evaluation and treatment of high blood pressure (jnc) tahun 2003 sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmhg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (td) normal,
tinggi sampai hipertensi maligna.
Dari berbagai definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah meningkat yakni
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 90 mmhg.
2. Klasifikasi
Klasifikasi baru tekanan darah berdasarkan aha (american heart
Association) tahun 2017 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut aha

Klasifikasi Sistolik Diastolik mmhg


mmhg
Normal tensi < 120 < 80
Normal tinggi 120 – 129 < 80
Hipertensi tingkat 1 (ringan) 130 – 139 80 – 89
hipertensi tingkat 2 (sedang) ≥ 140 ≥ 90
hipertensi tingkat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 120

Berikut klasifikasi hipertensi menurut who yang akan disajikan


Dalam tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut world health organization (who)
Kategori Sistolik mmhg Diastolik mmhg
3. Etiologi
Berdasarkan etiologi hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (kabo,
2010)
1) hipertensi primer/hipertensi esensial adalah tekanan darah 140/90
Mmhg atau lebih pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang
Tidak diketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi
Duduk, kemudian diambil reratanya pada 2 kali atau lebih kunjungan.
Sebanyak 95% penderita hipertensi termasuk golongan hipertensi
Primer atau penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
Dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan (pusat data dan informasi kementerian
Kesehatan, 2014).
Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial: meningkatnya tekanan
Darah dengan penyebab yang spesifik seperti penyakit arterial, penyakit
Ginjal, obat tertentu, tumor dan kehamilan (baughman & hackley,
2000).
4. Patiofisiologi
Mekanisme yang mengontrol vasokontriksi dan relaksasi pembuluh
Darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari vasomotor Ini,
bermula dari syaraf simpatis yang berlanjut ke korda spinalis dan Keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simptis di toraks dan Abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem syaraf pusat simpatis ke ganglia simptis.
Pada titik ini, ganglion melepas asetikolin, yang merangsang serabut syaraf
paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya non
epineprin akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah. Pada saat
yang bersamaan dimana sistem syaraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokontriksi.
Kortek adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang dapat memperkuat
Vasokontriksor pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan aliran
Darah ke ginjal, sehingga menyebabkan pelepasan renin. Selanjutnya renin
Menyebabkan pelepasan angiotensin i yang diubah menjadi angiotensin ii
Suatu konstriktor yang kuat, kemudian merangsang sekresi aldosteron oleh
Korteks adrenal yang menyebabkan retensi natrium dalam dan air oleh
tubulus ginjal yang mengakibatkan volume intravaskuler meningkat
sehingga dapat menyebabkan hipertensi (Tjokonegoro, 2004)
4. Tanda dan gejala
Gejala hipertensi pada umumnya tidak spesifik. Pada hipertensi
primer yang belum mengalami komplikasi, pasien biasanya tidak
mengalami gejala dan hanya mengeluh sakit kepala serta tegangan di
belakang leher. Gejala apabila telah terjadi kerusakan organ target dan
gejala yang timbul biasanya sesuai dengan organ yang terganggu.
Sedangkan pada hipertensi sekunder pada umumnya keluhan mengarah ke
penyakit penyebabnya (Kabo, 2010).
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian gejala lain baru muncul setelah terjadi komplikasi
pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan
seperti sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer et
al, 2001).
5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat
dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor)
seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko
yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau
aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah,
alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan
(Suhadak, 2010).
a. Usia
Usia berpengaruh pada resiko terkena penyakit kardiovaskuler,
dimana usia menyebabkan perubahan di dalam jantung dan pembuluh
darah. Tekanan darah meningkat sesuai dengan usia, karena arteri
secara perlahan kehilangan keelatisannya. Dengan meningkatnya usia
maka gejala arteriosklerosis semakin nampak dan ini menunjang
peningkatan tekanan perifer total dan dapat menyebabkan hipertensi.
Namun berdasarkan kelompok umur, grafik rata-rata kenaikan tekanan
darah mengikuti rata-rata kenaikan umur. Pada laki-laki, hipertensi pada
umur > 55 tahun dan perempuan pada umur > 65 tahun. Resiko wanita
meningkat setelah mengalami menopause. Disimpulkan bahwa
prevelensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur
(Kurnia, 2007).
b. Jenis Kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan dibanding jenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan pada
perempuan, tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia. Pada
masa menopause perempuan cenderung memiliki tekanan darah rendah
lebih rendah daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause,
wanita relatif terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormon
estrogen sedangkan kadar estrogen menurun pada masa menopause.
Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan
hipertensi, antara lain minum-minuman beralkohol, kurang berolahraga,
dan merokok.
1) Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil di dalam
paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak,
nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau memiliki efek
cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan
kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh
darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan
ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan
darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
tubuh lainnya.
2) Kurangnya aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan
darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi.

14

Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada


setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding
arteri sehingga meningkatkan tekanan perifer yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat
meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan risiko hipertensi meningkat.
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara
teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan
darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga
banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan
dengan peran obesitas pada hipertensi.
d. Konsumsi garam berlebihan
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari menyebabkan
prevelensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam antara
5-15 gram/hari menyebabkan prevelensi hipertensi meningkat menjadi
15-20 %. Garam mempunyai peranan dalam patogenesis hipertensi
melalui masukan natrium yang tinggi (Kurnia, 2007).
Selain faktor risiko yang dikemukakan di atas terdapat beberapa
faktor risiko hipertensi menurut Bustan (2007), seperti ras/suku dimana
orang kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi dibandingkan orang kulit

15

putih, pada daerah kota lebih banyak ditemukan terkena hipertensi


dibandingkan dengan orang desa, letak geografis dimana pada daerah
pantai lebih banyak kejadian hipertensi dari pada daerah pegunungan,
kemudian tipe kepribadian orang juga mempengaruhi kejadian hipertensi,
banyak ditemukan hipertensi pada tipe kepribadian A.
7. Komplikasi Menurut Gray et al (2003), derajat keparahan hipertensi dapat
mempengaruhi perubahan pada organ-organ utama seperti jantung, ginjal,
dan otak yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada organ tersebut.
Penjelasan mengenai bagaimana hipertensi dapat menyebabkan
komplikasi pada organ-organ tersebut akan diuraikan pada penjelasan
dibawah ini.
a. Jantung
Pada jantung terjadinya hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan
peningkatan kekakuan dinding terhadap pengisian sistol dan diastol.
Penyakit jantung koroner sering terjadi pada hipertensi dan bersama
dengan disfungsi ventrikel kiri mungkin menyebabkan tingginya angka
kematian penyakit jantung. Risiko kejadian jantung (kematian, infark
miokard, gagal jantung, aritmia ventrikel) akan berkurang jika
hipertensi diturunkan.
b. Ginjal
Pada ginjal dapat terjadi kerusakan dan gagal ginjal pada penderita
hipertensi menahun, khususnya dengan kontrol yang tidak teratur. Pada
hipertensi hebat (hipertensi maligna), gagal ginjal akut sering terjadi

16

dan merupakan penyebab utama kematian jika hipertensi tidak diterapi


dengan tepat.
c. Otak
Komplikasi pada otak yakni berupa stroke dan serangan iskemik
transien. Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah
otak yang dipengaruhi oleh salah satu faktor risiko yang dapat diubah
seperti hipertensi (Dinata, Safrita, & Sastri, 2013). Selama stroke,
tekanan darah dapat meningkat secara akut dan perlu kehati-hatian
untuk menurunkannya terlalu cepat atau mendadak. Resistensi vaskular
serebral akan meningkat karena efek hipertensi jangka panjang, juga
kemungkinan efek akut edema serebral, dan reduksi berlebihan tekanan
perfusi arteri serebral dapat meningkatkan iskemia serebral.
8. Penatalaksanaan Hipertensi Penatalaksanaan medis pada klien dengan
hipertensi bertujuan
untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai
dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Pedoman
penatalaksanaan hipertensi dari British Hypertension Society
menganjurkan terapi obat antihipertensi pada orang dengan TD sistolik
>160 mmHg yang menetap atau TD diastolik >100 mmHg yang menetap.
a. Terapi Farmakologis
Dalam buku farmakologi untuk keperawatan (2001) terdapat
beberapa terapi farmakologi untuk penderita hipertensi yaitu :

17

1) Diuretik
Terapi farmakologi yang bersifat diuretik ada 2 macam yaitu
diuretik thiazid, terapi dengan agens ini untuk hipertensi ringan
sampai sedang dan sering diberi bersama obat anti hipertensi lain.
Sedangkan diuretik non thiazid (natrilix) adalah obat anti hipertensi
oral, yang dipakai dengan dosis rendah (sampai 2,5 mg per hari)
dipakai untuk pengobatan hipertensi esensial. Obat ini mengurangi
sympathetic outflow dari system saraf autonom.
2) Obat penyekat beta
Obat penyekat beta non selektif memblok reseptor beta 1 dan
beta 2. Penyekat beta kardioselektif terutama memblok reseptor beta
1 dan tidak terlalu memblok reseptor beta 2 yang mengakibatkan
bronkodilatasi dalam paru.
3) Antagonis kalsium
Antagonis kalsium banyak dipakai untuk angina pektoris, kini
juga untuk hipertensi. Mekanisme kerjanya adalah memblok
masuknya ion kalsium ke dalam sel, akibatnya terjadi dilatasi
koroner dan penurunan tahanan perifer dan koroner.
4) Inhibitor ACE
Inhibitor ACE (angiotensin converting enzyme) menghambat
system renin angiotensin aldosteron, sehingga tekanan darah turun.
Inhibitor ACE menghambat enzim untuk mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II (vasokonstriktor kuat).
(Tambayong, 2001)

18

b. Terapi Nonfarmakologis
Menurut Muttaqin (2009) pendekatan nonfarmakologis yang dapat
mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)
Olahraga yang efektif dalam menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi adalah olahraga dinamis sedang. Olahraga
aerobik teratur seperti senam, jalan cepat, berenang dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi rata-rata 4,9/3,9
mmHg. Olahraga lari dan jogging termasuk olahraga ringan yang
lebih efektif menurunkan tekanan darah sistolik sekitar kira-kira 4
8 mmHg. Olahraga yang memiliki efek stressor harus dihindari
seperti olahraga isometrik (Aziza, 2007).
2) Penurunan berat badan
Dengan mengurangi beban kerja jantung yang
mengakibatkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup
juga berkurang dapat mengurangi tekanan darah (Elizabeth, 2009)
3) Pembatasan Alkohol, Natrium, Tembakau (Muttaqin, 2009)
4) Relaksasi
Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi anti hipertensi (Muttaqin, 2009).

Anda mungkin juga menyukai