KISTA BARTOLINI
Oleh :
10542018110
Pembimbing :
(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu Obstetri dan gynekologi)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kista bartholini adalah salah satu bentuk tumor kistik (berisi cairan) pada
vulva. Kista barhtolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan
pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik.
Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui
duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kista
bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi
pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami
kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan
masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartholini bisa tumbuh dari ukuran
seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur.(2,3)
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Bangsal : Cempaka
No. RM : 65 58 64
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : benjolan pada bibir kemaluan sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Pelamonia Makassar dengan keluhan benjolan di
bibir kemaluan sebelah kanan. Benjolan dirasakan sejak 5 hari yang lalu.
Benjolan terasa nyeri dan semakin hari benjolan bertambah besar. Nyeri
yang dirasakan juga semakin bertambah, sehingga mengganggu aktivitas
sehari-harinya dan mengganggu kualitas tidurnya. Pasien tidak
mengeluhkan keluar keputihan. Riwayat nyeri saat melakukan hubungan
suami istri. Untuk BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien tidak
merasakan demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini beberapa kali dan
sembuh dengan sendirinya. (dirasakan 7 bulan yang lalu)
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal.
Riwayat asma : disangkal.
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
Riwayat kencing manis : disangkal.
Riwayat konsumsi alkohol dan rokok : disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat asma : disangkal.
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
Riwayat kencing manis : disangkal.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sudah menikah selama ± 3 tahun yang lalu. sejak 2 tahun yang lalu
dan memiliki 1 anak, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tinggal
bersama suaminya.
IV. RESUME
Pasien, wanita 18 tahun datang ke RS Pelamonia Makassar dengan keluhan
benjolan di labia mayor dextra.
Dari anamnesis didapatkan, keluhan sudah dirasakan sekitar 5 hari yang lalu
disertai nyeri. Benjolan awalnya sebesar kelereng semakin hari semakin
membesar dan keluhan nyeri semakin bertambah berat sehingga mengganggu
aktivitas sehari-harinya. Pasien tidak mengeluhkan keluar cairan putih
kekuningan. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sekitar 7 bulan yang
lalu. Riwayat nyeri saat melakukan hubungan suami istri.
V. DIAGNOSIS
Kista bartholini.
VIII. MONITORING
a. Perbaikan kondisi umum pasien.
b. Monitoring tanda-tanda infeksi pada lesi.
c. Tanda vital pasien.
IX. EDUKASI
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari penyakitnya
tersebut.
b. Pasien diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan di daerah
kewanitaannya.
c. Pasien diberitahu tentang tindakan operasi yang akan dilakukan dan
persiapan-persiapan sebelum operasi.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. KELENJAR BARTHOLINI
A. Anatomi Kelenjar Bartholini
Kelenjar Bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna,
kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara
labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan
glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus
dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan
vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi
vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal
inferior.(1,2)
Kelenjar Bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus,
jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan
kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai
lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira- kira 2
cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya
kelenjar bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palpasi.(1,2,3) seperti pada
gambar dibawah ini :
B. Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel
kolumnair atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan epitel
transsisional yang secara embriologi merupakan daerah transisi antara
traktus urinarius dengan traktus genital.(1,2)
C. Fisiologi
Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina.
Kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar
satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan
cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina,
tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas
vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit
membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif
menjadi lebih nyaman bagi wanita.(1,4)
B. Etiologi
Infeksi kelenjar bartholini terjadi oleh infeksi gonokokus, pada
bartholinitis kelenjar ini akan membesar, merah, dam nyeri kemudian isinya
akan menjadi nanah dam keluar pada duktusnya, karena adanya cairan
tersebut maka dapat terjadi sumbatan pada salah satu duktus yang dihasilkan
oleh kelenjar dan terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan
menbentuk suatu kista.(3,5)
C. Patofisiologi
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga
menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan
ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau
trauma. Kista bartholin dengan diameter 1-3 cms seringkali asimptomatik.
Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri
dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat dari infeksi primer dari
kelenjar, atau kista yang terinfeksi.(2,3,5)
D. Gejala klinis
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang
dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada waktu
koitus. Bila kista bartholini berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang
nyaman saat berjalan atau duduk.(5)
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.
Jika kista terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
Umumnya tidak disertai demam kecuali jika terifeksi dengan organisme
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Dispareunia.
Biasanya ada secret di vagina.
Dapat terjadi ruptur spontan.
E. Diagnosis
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu
diagnosis. Pada anamnesis dinyatakan tentang gejala seperti panas, gatal,
Sudah berapa lama gejala berlangsung, kapan mulai muncul, Apakah pernah
berganti pasangan seks, keluhan saat berhubungan, riwayat penyakit
menulat seksual sebelumnya, riwayat penyakit kelamin pada keluarga.(6)
Kista bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan dengan posisi litotomi, terdapat pembengkakan pada kista pada
posisi jam 5 atau jam 7 pada labium minus posterior. Jika kista terinfeksi,
maka pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidantifikasi jenis
bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tahu tidaknya infeksi
menular.(5,6)
F. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebri, tes laboratorium darah tidak
diperlukan untuk mengevaluasi abses tanpa komplikasi atau kista. Kultur
bakteri dapat bermanfaat dalam menentukan kuman dan pengobatan yang
tepat bagi abses Bartholini.(2,6)
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan Operatif, beberapa prosedur yang dapat digunakan (2,3,5,6)
a. Marsupialisasi
Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda abses
akut.
Setelah kista diinsisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat
diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan
hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada
dindung vestibular mukosa dengan jahitan interrupted menggunakan
benang absorbable 2 -0.18. Kekambuhan kista Bartholin setelah
prosedur marsupialisasi adalah sekitar 5-10 %.
b. Eksisi (Bartholinectomy)
Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada pasien yang
tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan
saat tidak ada infeksi aktif. Eksisi kista bartholin karena memiliki
risiko perdarahan, maka sebaiknya dilakukan di ruang operasi dengan
menggunakan anestesi umum.
Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi
kulit berbentuk linear yang memanjang sesuai ukuran kista pada
vestibulum dekat ujung medial labia minora dan sekitar 1 cm lateral
dan parallel dari hymenal ring. Hati – hati saat melakukan insisi kulit
agar tidak mengenai dinding kista. Struktur vaskuler terbesar yang
memberi supply pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista.
Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawah kista dan
mengarah ke superior. Bagian inferomedial kista dipisahkan secara
tumpul dan tajam dari jaringan sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat
dengandinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan
vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum.
Diseksi Kista
PEMBAHASAN
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan teori
pada tinjauan pustaka yang disebutkan mengenai tanda dan gejala kista bartholini
yang telah terinfeksi. Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama, hal ini bisa
menjadi faktor resiko dari kista bartholini yang dideritanya saat ini. Higienitas
pasien juga bisa menjadi salah satu faktor resiko berulangnya penyakit yang
diderita, seperti pasien memiliki kuku panjang dan kotor.
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin
terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat
karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan
melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi.
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva. Jika kista
terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
Umunnya tidak diserati demam kecuali jika terifeksi dengan organisem
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Biasanya ada secret di vagina.
Dapat terjadi ruptur spontan (nyeri yang mendadak mereda, diikuti
dengan timbulnya discharge).
TINJAUAN KEISLAMAN
ُس ْبعُ ْونَ َو بِضْع أَ ْو ِست ْونَ َو بِضْع ا َ ْ ِْل ْي َمان ُ ، ش َهادَة ُ فَأ َ ْعالَهَا
َ ش ْعبَة َ للاُ إِالَّ الَإِلَهَ أ َ ْن، طةُ َوأَدْنَاهَا
َ َع ِن اْألَذَى إِ َما
ق
ِ ط ِر ْي َّ ال
Artinya: “Iman itu adalah 69 cabang. Maka yang utamanya ialah kalimah lLa
ilaha illa allah dan yang paling rendahnya ialah membuang kotoran dari jalan dan
malu itu cabang dari keimanan” (HR.Muslim, Abu Daud, al-Nasai, dan Ibn
Majah)