Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS, 2019

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KISTA BARTOLINI

Oleh :

Dachniar Dwi Astuti

10542018110

Pembimbing :

dr. H. Syarif Hidayat Sp.OG

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu Obstetri dan gynekologi)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Kelenjar Bartholini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar


bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar,
dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli. Saluran keluar dari kelenjar ini
bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi
hymen. Kelenjar ini tertekan pada waktu koitus dan mengeluarkan sekresinya
untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina di bagian kaudal.(1)

Kelenjar Bartholini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,


peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami
infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan
timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista.
Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.(2)

Kista bartholini adalah salah satu bentuk tumor kistik (berisi cairan) pada
vulva. Kista barhtolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan
pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik.
Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui
duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kista
bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi
pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami
kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan
masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartholini bisa tumbuh dari ukuran
seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur.(2,3)
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tengku Umar 1A no. 7D, Tallo

Suku/bangsa : Makassar / Indonesia

Pekerjaan : IRT

Status pernikahan : kawin

Status Berobat : Rawat Inap

Bangsal : Cempaka

Tanggal Masuk : 11 Agustus 2019

No. RM : 65 58 64

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : benjolan pada bibir kemaluan sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Pelamonia Makassar dengan keluhan benjolan di
bibir kemaluan sebelah kanan. Benjolan dirasakan sejak 5 hari yang lalu.
Benjolan terasa nyeri dan semakin hari benjolan bertambah besar. Nyeri
yang dirasakan juga semakin bertambah, sehingga mengganggu aktivitas
sehari-harinya dan mengganggu kualitas tidurnya. Pasien tidak
mengeluhkan keluar keputihan. Riwayat nyeri saat melakukan hubungan
suami istri. Untuk BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien tidak
merasakan demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini beberapa kali dan
sembuh dengan sendirinya. (dirasakan 7 bulan yang lalu)
 Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal.
 Riwayat asma : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal.
 Riwayat konsumsi alkohol dan rokok : disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat asma : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sudah menikah selama ± 3 tahun yang lalu. sejak 2 tahun yang lalu
dan memiliki 1 anak, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tinggal
bersama suaminya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum : baik.
 Kesadaran : compos mentis
 Vital sign
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit isi dan kuat angkat
Respiratory rate : 20 x/menit
Suhu : 36,5˚C
 Status gizi : Kesan gizi cukup
a. Status Internus
Kepala : Normocephal.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-)
Hidung : Deviasi (-), secret (-)
Telinga : Nyeri tarik (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Leher : deviasi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Torak :
- Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra, nyeri tekan (-).
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan.
- Pulmo :
Inspeksi : statis, dinamis, retraksi (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-.

Abdomen : Tampak datar, simetris.


Ekstremitas
Superior : akral dingin (-/-), udem kedua tangan (-/-)
Inferior : akral dingin (-/-), udem kedua kaki (-/-)
b. Pemeriksaan ginekologi
 Pemeriksaan genitalia eksterna :
Inspeksi : massa (+) di labia mayor sinistra, diameter 4 cm, batas
tegas, hiperemis (+), fluor albus (-), darah (-).
Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan berisi cairan.
 Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.

IV. RESUME
Pasien, wanita 18 tahun datang ke RS Pelamonia Makassar dengan keluhan
benjolan di labia mayor dextra.

Dari anamnesis didapatkan, keluhan sudah dirasakan sekitar 5 hari yang lalu
disertai nyeri. Benjolan awalnya sebesar kelereng semakin hari semakin
membesar dan keluhan nyeri semakin bertambah berat sehingga mengganggu
aktivitas sehari-harinya. Pasien tidak mengeluhkan keluar cairan putih
kekuningan. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sekitar 7 bulan yang
lalu. Riwayat nyeri saat melakukan hubungan suami istri.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran kompos mentis. Tekanan


darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup.
Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,5°C.

Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : Inspeksi : massa (+) di labia


mayor dextra, diameter 4 cm, batas tegas, hiperemis (+), fluor albus (-), darah (-).
Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan berisi cairan. Pemeriksaan
genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.

V. DIAGNOSIS
Kista bartholini.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium tanggal 11 Agustus 2019.
 Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,4 11,7-15,5
Lekosit H 14.31 3,6 -11
Eritrosit 4,81 3,8 – 5,2
Hematokrit 37,3 35 – 42
Trombosit 314 150-440
 Kimia klinik
Glukosa sewaktu 110 70-200
 Imunologi
HBsAg reaktif (+) Non reaktif (-)
Sifilis Non reaktif Non Reaktif (-)
VII. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
 Menjaga kebersihan area kewanitaan.
 Tirah baring
b. Medikamentosa
 Infus RL 28 tpm.
 Inj cefotaxime
 Cotrimoksazole 2x1
 Asam mefenamat 500mg 4x1
c. Program Operasi
Marsupialisasi

VIII. MONITORING
a. Perbaikan kondisi umum pasien.
b. Monitoring tanda-tanda infeksi pada lesi.
c. Tanda vital pasien.

IX. EDUKASI
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari penyakitnya
tersebut.
b. Pasien diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan di daerah
kewanitaannya.
c. Pasien diberitahu tentang tindakan operasi yang akan dilakukan dan
persiapan-persiapan sebelum operasi.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. KELENJAR BARTHOLINI
A. Anatomi Kelenjar Bartholini
Kelenjar Bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna,
kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara
labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan
glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus
dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan
vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi
vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal
inferior.(1,2)
Kelenjar Bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus,
jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan
kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai
lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira- kira 2
cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya
kelenjar bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palpasi.(1,2,3) seperti pada
gambar dibawah ini :
B. Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel
kolumnair atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan epitel
transsisional yang secara embriologi merupakan daerah transisi antara
traktus urinarius dengan traktus genital.(1,2)

C. Fisiologi
Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina.
Kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar
satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan
cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina,
tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas
vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit
membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif
menjadi lebih nyaman bagi wanita.(1,4)

II. KISTA BARTHOLINI


A. Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang
terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar
Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartholini
bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau
iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka
saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan
timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu
kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.(2,5,6)
Gambaran kista bartolini

B. Etiologi
Infeksi kelenjar bartholini terjadi oleh infeksi gonokokus, pada
bartholinitis kelenjar ini akan membesar, merah, dam nyeri kemudian isinya
akan menjadi nanah dam keluar pada duktusnya, karena adanya cairan
tersebut maka dapat terjadi sumbatan pada salah satu duktus yang dihasilkan
oleh kelenjar dan terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan
menbentuk suatu kista.(3,5)

C. Patofisiologi
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga
menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan
ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau
trauma. Kista bartholin dengan diameter 1-3 cms seringkali asimptomatik.
Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri
dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat dari infeksi primer dari
kelenjar, atau kista yang terinfeksi.(2,3,5)

D. Gejala klinis
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang
dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada waktu
koitus. Bila kista bartholini berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang
nyaman saat berjalan atau duduk.(5)
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.
Jika kista terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
 Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
 Umumnya tidak disertai demam kecuali jika terifeksi dengan organisme
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
 Dispareunia.
 Biasanya ada secret di vagina.
 Dapat terjadi ruptur spontan.

E. Diagnosis
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu
diagnosis. Pada anamnesis dinyatakan tentang gejala seperti panas, gatal,
Sudah berapa lama gejala berlangsung, kapan mulai muncul, Apakah pernah
berganti pasangan seks, keluhan saat berhubungan, riwayat penyakit
menulat seksual sebelumnya, riwayat penyakit kelamin pada keluarga.(6)
Kista bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan dengan posisi litotomi, terdapat pembengkakan pada kista pada
posisi jam 5 atau jam 7 pada labium minus posterior. Jika kista terinfeksi,
maka pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidantifikasi jenis
bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tahu tidaknya infeksi
menular.(5,6)

F. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebri, tes laboratorium darah tidak
diperlukan untuk mengevaluasi abses tanpa komplikasi atau kista. Kultur
bakteri dapat bermanfaat dalam menentukan kuman dan pengobatan yang
tepat bagi abses Bartholini.(2,6)
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan Operatif, beberapa prosedur yang dapat digunakan (2,3,5,6)
a. Marsupialisasi
Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda abses
akut.

Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian anestesi lokal,


dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat insisi
vertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar
dari hymenal ring. Insisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3 cm,
bergantung pada besarnya kista.

Setelah kista diinsisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat
diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan
hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada
dindung vestibular mukosa dengan jahitan interrupted menggunakan
benang absorbable 2 -0.18. Kekambuhan kista Bartholin setelah
prosedur marsupialisasi adalah sekitar 5-10 %.

b. Eksisi (Bartholinectomy)
Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada pasien yang
tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan
saat tidak ada infeksi aktif. Eksisi kista bartholin karena memiliki
risiko perdarahan, maka sebaiknya dilakukan di ruang operasi dengan
menggunakan anestesi umum.
Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi
kulit berbentuk linear yang memanjang sesuai ukuran kista pada
vestibulum dekat ujung medial labia minora dan sekitar 1 cm lateral
dan parallel dari hymenal ring. Hati – hati saat melakukan insisi kulit
agar tidak mengenai dinding kista. Struktur vaskuler terbesar yang
memberi supply pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista.
Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawah kista dan
mengarah ke superior. Bagian inferomedial kista dipisahkan secara
tumpul dan tajam dari jaringan sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat
dengandinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan
vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum.

Diseksi Kista

Setelah diseksi pada bagian superior selesai dilakukan, vaskulariasi


utama dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat.
Lalu dipotong dan diligasi dengan benang chromic atau benang
delayed absorbable 3-0.

Ligasi Pembuluh Darah


2. Pengobatan Medikamentosa.
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular
seksual biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan
chlamydia. Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan
insisi dan drainase. Beberapa antibiotik yang digunakan dalam
pengobatan(2,3)
a. Ceftriaxone.
Ceftriaxone adalah sefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi broad
spectrum terhadap bakteri gram-negatif, efficacy yang lebih rendah
terhadap bakteri gram-positif, dan efficacy yang lebih tinggi terhadap
bakteri resisten. Dengan mengikat pada satu atau lebih penicillin-
binding protein, akan menghambat sintesis dari dinding sel bakteri dan
menghambat pertumbuhan bakteri. Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM
sebagai single dose .4,5
b. Ciprofloxacin.
Sebuah monoterapi alternatif untuk ceftriaxone. Merupakan antibiotik
tipe bakterisida yang menghambat sintesis DNA bakteri dan, oleh
sebab itu akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginhibisi
DNA-gyrase pada bakteri. Dosis yang dianjurkan: 250 mg PO 1 kali
sehari.
c. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri dengan cara
berikatan dengan 30S dan 50S subunit ribosom dari bakteri.
Diindikasikan untuk Ctra chomatis. Dosis yang dianjurkan: 100 mg
PO 2 kali sehari selama 7 hari.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan data Ny. N, usia 18 tahun datang ke RS


Pelamonia Makassar dengan keluhan masa pada labia mayor dextra sejak 5 hari
yang lalu, awal mula massa sebesar kelereng semakin membesar disertai nyeri,
rasa nyeri dirasakan semakin bertambah sehingga mengganggu aktivitas sehari-
harinya. Pasien tidak mengeluh adanya flour albus berwarna kekuningan. Keluhan
tidak disertai dengan demam. Untuk BAB dan BAK masih dalam batas normal.
Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80


kali/menit, regular. Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,5°C. Pada pemeriksaan
genetalia eksterna didapatkan : inspeksi : massa (+) di labia mayor sinistra,
diameter 4 cm, batas tegas, hiperemis (+), fluor albus (-), darah (-). Palpasi : nyeri
tekan (+), konsistensi kenyal kesan berisi pus. Pemeriksaan genitalia interna :
tidak dilakukan pemeriksaan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan teori
pada tinjauan pustaka yang disebutkan mengenai tanda dan gejala kista bartholini
yang telah terinfeksi. Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama, hal ini bisa
menjadi faktor resiko dari kista bartholini yang dideritanya saat ini. Higienitas
pasien juga bisa menjadi salah satu faktor resiko berulangnya penyakit yang
diderita, seperti pasien memiliki kuku panjang dan kotor.

Penanganan pada pasien ini diberikan terapi Inj cefotaxime termasuk


golongan obat antibiotik cephalosporin, Cotrimoksazole 2x1 yang merupakan
kombinasi antibiotik yang terdiri trimethroprim dan sulfamethoxazole, dan Asam
mefenamat 500mg 4x1 sebagai non steroidal anti-inflammatory drug (NSAID)
untuk meredakan rasa sakit dan mengurangi peradangan. Setelah nyeri yang
dirasakan menghilang akan dilakukan penanganan pendukung yaitu operasi
marsupialisasi dengan cara menginsisi kisata dan mengeluarkan isi rongga.
BAB V
KESIMPULAN

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin
terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat
karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan
melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi.
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva. Jika kista
terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
 Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
 Umunnya tidak diserati demam kecuali jika terifeksi dengan organisem
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
 Biasanya ada secret di vagina.
 Dapat terjadi ruptur spontan (nyeri yang mendadak mereda, diikuti
dengan timbulnya discharge).
TINJAUAN KEISLAMAN

Sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam sumber


ajaran tersebut, diterangkan bukan hanya aspek peristilahan yang digunakan,
tetapi juga ditemukan bagaimana sesungguhnya ajaran Islam menyoroti
kebersihan. Maka perlu kajian tematik, sehingga ditemukan prinsip-prinsipnya
dan bagaimana konsep kebersihan tersebut.

Sebagai ajaran yang lengkap yang memiliki unsur-unsur aqidah, syariah


dan muamalah,sudah semestinya konsep itu ada, lebih-lebih bila dilihat dari aspek
yang berkaitan dengan akhlak karimah.

Istilah yang digunakan sebagaimana disinggung Al-Qur’an dan Sunnah


banyak menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan kebersihan atau
kesucian. Dalam al-Qur’an ada istilah thaharah sebanyak 31 kata dan tazkiyah 59
kata.
Dalam al-Qur’an istilah nazhafah, sementara dalam hadist
kata nazhafah dapat dilihat dalam riwayat, “al-Nazhafatu minal-Iman”. Dalam
hadis istilah yang digunakan adalah istinja, istimar (ketika tidak ada air).
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah disebutkan,

َّ ‫ط ْعت ُ ْم َما بِ ُك ِل تَن‬


‫َظفُ ْوا‬ َ َ‫ن َِظيْف ُكل اِالَ ْال َجنَّةَ يَدْ ُخ َل َولَ ْن الن‬
َ َ‫ظافَ ِة َعلَي ا ِال ْسالَ َم بَنَي تَ َعالَي للاَ فَاِنَ اِ ْست‬
Artinya : “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah
ta’ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga
kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani).

Hadits lain menyebutkan,

‫َللاَ إِ َّن‬ َ ‫ب ي ُِحب‬


َّ ‫طيِب‬ َ ‫ط ِي‬ َ َّ‫ الن‬, ‫ ْالك ََر َم ي ُِحب ك َِريم‬, ‫ ْال ُجودَ ي ُِحب َج َواد‬, ‫أ َ ْفنِيَتَ ُك ْم فَن َِظفُوا‬
َّ ‫ ال‬, ‫ظافَةَ ي ُِحب ن َِظيف‬
Artinya “Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai kebaikan, Bersih (suci) dan
mencintai kebersihan, Mulia dan mencintai kemuliaan, bagus dan mencintai
kebagusan, bersihkanlah rumahmu….” (H.R.Tirmidzi dari Saad).
Dalam implementasinya, istilah thaharah dan nazhafah ternyata kebersihan
yang bersifat lahiriyah dan maknawiyah, sementara nazhafah atau fikihi istilah
thaharah digunakan.
Pada kitab-kitab klasik disebutkan Bab al-najasah dan selanjutnya dibahas
masalah air dan tanah, wudhu, mandi, mandi janabat, tayamum, dan lain-lain.
Namun demikian, ketika Allah menerangkan tentang penggunaan air untuk
thaharah disandingkan pula dengan kesucian secara maknawiyah , dimaksud
dengan maknawiyah ialah kesucian dari hadats, baik hadas besar atau kecil,
sehingga dapat melaksanakan ibadah, seperti shalat dan thawaf. Kebersihan yang
digunakan, juga nazhafah, istinja, dan istijmar.
Makna kebersihan yang digunakan Islam ternyata ada yang dilihat dari
aspek kebersihan harta dan jiwa dengan menggunakan istilah tazkiyah.
Umpamanya, ungkapan Allah dalam al-Qur’an ketika menyebutkan bahw zakat
yang seakar dengan tazkiyah, maksudnya untuk membersihkan harta yang
dizakati adalah dan yang tidak dizakati dinilai kotor. Kebersihan dan pengotoran
harta sebenarnya ada korelasinya dengan jiwa. Suatu fitrah adalah kebudayaan itu
sendiri, sekaligus peradaban dan keyakinan.
Dengan demikian, konsep kebersihan dan kesucian yang berdasarkan
keyakinan dan kebudayaan masing-masing ada nuansa, perbedaan, lidahnya;
gajah, kerbau, dan babi yang kesohor makhluk “menjijikan” mandi di kubangan,
dan demikian seterusnya. Dalam bahasa Indonesia terdapat kotor dan jijik serta
kebalikannya, bersih dan suci. Namun, semua itu baru pada tingkat lahiriyah.

Aspek Kebersihan dalam Islam


Bersih secara konkrit adalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang
dinilai kotor. Kotoran yang melekat apda badan, pakaian, tempat tinggal, dan
lainnya. Umpamanya badan terkena tanah atau kotoran tertentu, maka dinilai
kotor secara jasmaniyah, tidak selamanya tidak suci. Jadi, ada perbedaan antara
bersih dan suci. Mungkin ada orang yang tampak bersih, tetapi tak suci. Namun,
yang kotor dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Hadits-hadits yang menjelaskan atas kepedulian Rasul terhadap kebersihan dan
kesehatan lingkungan, sebagai berikut:

Kebersihan Lingkungan Sebagian dari Iman


Hadits yang diterima dari Abu Hurairah,

ُ‫س ْبعُ ْونَ َو بِضْع أَ ْو ِست ْونَ َو بِضْع ا َ ْ ِْل ْي َمان‬ ُ ، ‫ش َهادَة ُ فَأ َ ْعالَهَا‬
َ ‫ش ْعبَة‬ َ ‫للاُ إِالَّ الَإِلَهَ أ َ ْن‬، ‫طةُ َوأَدْنَاهَا‬
َ ‫َع ِن اْألَذَى إِ َما‬
‫ق‬
ِ ‫ط ِر ْي‬ َّ ‫ال‬
Artinya: “Iman itu adalah 69 cabang. Maka yang utamanya ialah kalimah lLa
ilaha illa allah dan yang paling rendahnya ialah membuang kotoran dari jalan dan
malu itu cabang dari keimanan” (HR.Muslim, Abu Daud, al-Nasai, dan Ibn
Majah)

Keberhasilan /ingkungan adalah Shadaqah


Hadits yang diterima dari Abu Hurairah,

‫سال َمى ُكل‬ ُ َ‫اس ِمن‬ َ ‫س فِ ْي ِه ت َْطلُ ُع يَوم ُكل‬


ِ َّ‫صدَقَة َعلَ ْي ِه الن‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫ال‬: ‫صدَقَة اثْنَي ِْن بَيْنَ ت َ ْع ِد ُل‬
َ ، ُ‫الر ُج َل َوت ُ ِع ْين‬
َّ ‫دَابَّتِ ِه في‬
‫صدَقَة َمتَا َعهُ َعلَ ْي َها لَهُ ت َْرفَ ُع أَو َعلَ ْي َها لَهُ فَتَحْ ِم ُل‬
َ ، ُ‫طيِبَة ُ َوال َك ِل َمة‬
َّ ‫صدَقَة ال‬ َ ، ‫ط َوة َوبِ ُك ِل‬ْ ‫صالةِ إِلَى ت َْم ِش ْي َها ُخ‬
َّ ‫ال‬
‫صدَقَة‬ ُ ‫ق َع ِن األَذى َوت ُ ِم ْي‬
َ ،‫ط‬ َّ ‫صدَقَة ال‬
ِ ‫ط ِر ْي‬ َ
Artinya: “Setiap salamku dari orang-orang adalah shadaqah; setiap hari yang
terbit matahari sehingga ia adil antara dua orang adalah shadaqah; dan menolong
orang atas kendaraannya memangkunya atau mengangkat barang-barangnya
adalah shadaqah; dan kalimah yang baik adalah shadaqah; dan setiap langkah
yang dilangkahkan untuk shalat adalah shadaqah dan menunjukan jalan adalah
shadaqah dan membuang gangguan dari jalan adalah shadaqah”. (HR Ahmad).
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.
2. http://www.scribd.com/doc/43731478/LapKas-Kista-Bartholin-Ctine-
drNandono.
3. Sarwono Prawiro hardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
2006.
4. Guyton, AC & Hall, CE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Philadelphia : Elsevier Saunders. 2006.
5. Manuaba, Chandranita, dkk. Gawat Darurat Obstetri-Giekologi dan
Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: ECG. 2008.
6. Badziat, Ali. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta : Media Aesculapius. 2003.

Anda mungkin juga menyukai