Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari satu
orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat menyelamatkan
jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan darah besar karena trauma, atau dapat
digunakan untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi.
Transfusi darah juga dapat digunakan untuk mengobati anemia berat atau
trombositopenia yang disebabkan oleh penyakit darah. Orang yang menderita hemofilia atau
penyakit sel sabit mungkin memerlukan transfusi darah sering. Awal transfusi darah secara
keseluruhan digunakan, tapi praktek medis modern umumnya hanya menggunakan
komponen darah.
Tranfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya kemahraman antara
pendonor dan resipien.sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah
ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 23:
Artinya: ”Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan saudara-
saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu
yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Masalah transfusi darah tidak dapat dipisahkan dari hukum menjual belikan darah
sebagaimana sering terjadi dalam parkteknya di lapangan. Mengingat semua jenis darah
termasuk darah manusia itu najis berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Jabir,
kecuali barang najis yang ada manfaatnya bagi manusia, seperti kotoran hewan untuk
keperluan pupuk. Menurut madzhab Hanafi dan Dzahiri, Islam membolehkan jual beli
barang najis yang ada manfaatnya seperti kotoran hewan. Maka secara analogi (qiyas)
madzhab ini membolehkan jual beli darah manusia karena besar sekali manfaatnya untuk
menolong jiwa sesama manusia, yang memerlukan transfusi darah. Namun pendapat yang
paling kuat adalah bahwa jual beli darah manusia itu tidak etis disamping bukan termasuk
barang yang dibolehkan untuk diperjual belikan karena termasuk bagian manusia yang Allah
muliakan dan tidak pantas untuk diperjual belikan, karena bertentangan dengan tujuan dan
misi semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan semata, guna menyelamatkan jiwa sesama
manusia. Rasulullah bersabda dalam hadist Ibnu Abbas ra : “Sesungguhnya jika Allah
mengharamkan sebuah kaum untuk memakan sesuatu maka Allah akan haramkan harganya”.

A. Macam Transfusi Darah

1. Transfusi sel darah merah


Istilah “transfusi darah” seringkali diartikan secara luas oleh dokter jika yang
dimaksudkan mereka adalah transfusi sel darah merah. Keluhan terhadap kelemahan
linguistik ini adalah bahwa darah seringkali ditransfusikan tanpa perhatian yang
cukup pada kebutuhan spesifik penderita atau terhadap kemungkinan efek
membahayakan dari transfusi.

2. Transfusi trombosit dan granulosit


Transfusi trombosit dan granulosit diperlukan bagi penderita trombositopenia yang
mengancam jiwa, dan neutropenia yang di sebabkan karena gagal sumsum tulang.
Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis utama tergantung pada
sumber mereka:
a. 'Transfusi homolog, atau transfusi darah yang disimpan menggunakan orang
lain. Ini sering disebut ''Allogeneic bukan homolog.
b. ''Autologus transfusi”, atau transfusi menggunakan darah pasien sendiri
disimpan.

B. Syarat Melakukan Transfusi Darah

Sekalipun ulama fikih sepakat menyatakan bahwa menyumbangkan darah itu


hukumnya boleh, namun mereka mengemukakan beberapa syarat bagi pihak donor
Persyaratan dibolehkannya tranfusi darah itu berkaitan dengan masalah medis, bukan
masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi karena adanya kaidah-kaidah hukum
Islam sebagai berikut:
1. ‫ الضرريزال‬Artinya bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya
kebutaan harus dihindari dengan berobat dan sebagainya. Pihak donor tidak
dirugikan ketika transfusi darah dilaksanakan. Artinya, setelah transfusi darah
itu orang yang memberikan darah tidak menanggung risiko apa pun akibat
donor darah tersebut. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih yang menyatakan
bahwa “suatu kemudaratan tidak dihilangkan jika menimbulkan kemudaratan
lain”, kemudian “menghilangkan kemudaratan itu sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan”. Oleh sebab itu, diperlukan ketelitian para ahli medis untuk
menentukan bisa atau tidaknya seseorang menjadi donor darah.
2. ‫ الضرر اليزال بالضرر‬Artinya bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya
lain [lebih besar bahayanya] .misalnya seorang yang memerlukan tranfusi
darah karena kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh me-nerima darah
orang yang menderita AIDS, sebab bisa mendatang-kan bahaya yang lebih
besar/berakibat fatal. Pihak donor tidak menderita penyakit, yang apabila
darahnya diberikan kepada orang lain penyakitnya itu akan berpindah kepada
penerima darah.
3. ‫ الضرر وال ضرار‬Artinya tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri
dan tidak pula membuat mudarat kepada orang lain, misalnya seorang pria
yang impotent atau terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh.
Perbuatan menyumbangkan darah itu dilakukan dengan suka- rela, tanpa
paksaan dan tanpa bayaran.
Apabila terdapat padanya maslahat dan tidak menimbulkan kemudharatan yang
dapat membahayakan dirinya, maka donor darah tidak terlarang. Bahkan padanya terdapat
pahala dan keutamaan, sebagaimana yang termaktub dalam kitabullah dan sunnah Rasul-
Nya. QS 99:78, “Barangsiapa yang beramal dengan sebiji debu kebaikan maka dia akan
melihatnya, dan barangsiapa yang beramal dengan sebiji debu kejelekan maka dia akan
melihatnya”.
C. Cara Transfusi darah

Donor unit darah harus disimpan dalam lemari es untuk mencegah pertumbuhan
bakteri dan memperlambat metabolisme sel. Transfusi harus dimulai dalam 30 menit setelah
unit telah diambil keluar dari penyimpanan dikendalikan.
Sebelum darah diberikan, rincian pribadi pasien dicocokkan dengan darah untuk
ditransfusikan, untuk meminimalkan risiko reaksi transfusi. Kesalahan administrasi
merupakan sumber signifikan dari reaksi transfusi dan upaya telah dilakukan untuk
membangun redundansi ke dalam proses pencocokan yang terjadi di samping tempat tidur.
Sebuah unit (hingga 500 ml) biasanya diberikan selama 4 jam. Pada pasien dengan
risiko gagal jantung kongestif, banyak dokter mengelola diuretik untuk mencegah overload
cairan, suatu kondisi yang disebut Transfusi Overload Peredaran Darah Terkait atau taco.
Acetaminophen dan / atau antihistamin seperti diphenhydramine kadang-kadang diberikan
sebelum transfusi untuk mencegah jenis lain reaksi transfusi.
Darah ini paling sering disumbangkan sebagai seluruh darah dengan memasukkan
kateter ke dalam vena dan mengumpulkan dalam kantong plastik (dicampur dengan
antikoagulan) melalui gravitasi. Darah yang dikumpulkan ini kemudian dipisahkan menjadi
komponen-komponen untuk membuat penggunaan terbaik dari itu. Selain dari sel darah
merah, plasma, dan trombosit, produk darah yang dihasilkan komponen juga termasuk
protein albumin, faktor pembekuan konsentrat, kriopresipitat, berkonsentrasi fibrinogen, dan
imunoglobulin (antibodi). Sel darah merah, plasma dan trombosit juga dapat disumbangkan
individu melalui proses yang lebih kompleks yang disebut apheresis.
Di negara maju, sumbangan biasanya anonim kepada penerima, namun produk
dalam bank darah selalu individual dapat dilacak melalui siklus seluruh donasi, pengujian,
pemisahan menjadi komponen-komponen, penyimpanan, dan administrasi kepada penerima.
Hal ini memungkinkan pengelolaan dan penyelidikan atas penularan penyakit transfusi
diduga terkait atau reaksi transfusi. Di negara berkembang donor kadang-kadang khusus
direkrut oleh atau untuk penerima, biasanya anggota keluarga, dan pemberian segera
sebelum transfusi.
Ada risiko yang terkait dengan menerima transfusi darah, dan ini harus seimbang
terhadap manfaat yang diharapkan. Reaksi samping yang paling umum untuk transfusi darah
adalah''non-hemolitik demam reaksi transfusi'', yang terdiri dari demam yang menyelesaikan
sendiri dan tidak menyebabkan masalah abadi atau efek samping.
Reaksi hemolitik termasuk menggigil, sakit kepala, sakit punggung, dispnea,
sianosis, nyeri dada, takikardi dan hipotensi. Produk darah jarang dapat terkontaminasi
dengan bakteri, risiko infeksi bakteri parah dan sepsis diperkirakan, pada 2002, sekitar 1
dalam 50.000 transfusi trombosit, dan 1 dalam 500.000 transfusi sel darah merah.

D. Hukum Transfusi Darah Menurut Islam

Menurut ulama fikih, kendati darah memegang peranan penting dalam kelangsungan
hidup manusia, pemindahan darah seseorang ke tubuh orang iain tidak membawa akibat
hukum apa pun dalam Islam, baik yang berkaitan dengan masalah perkawinan maupun yang
berkaitan dengan masalah warisan. Dalam hubungan perkawinan, yang saling
mengharamkan nikah itu hanya disebabkan adanya hubungan nasab (keturunan), hubungan
musaharah (persemendaan), dan hubungan rada’ah (susuan).

1. Pandangan ulama terdahulu

Pandangan Ulama terdahulu mengenai transfusi darah yakni memanfaatkan


anggota badan adalah haram baik dengan cara jual beli ataupun dengan cara lainnya.
Memanfaatkan anggota badan manusia tidak diperbolehkan. Ada yang
beralasan karena:
a. Najis
b. Merendahkan, alasan kedua adalah alasan yang benar (Al-Fatwa Al-
Hidayah). “Tidak diperkenankan menjual rambut manusia ataupun
memanfaatkannya. Karena manusia itu terhormat bukan hina” (Al Murghinani)
Adapun tulang dan rambut manusia tidak boleh dijual, bukan karena najis atau
suci, tetapi karena menghormatinya. Menjualnya berati merendahkannya” (Al Kasani)
Menjual air susu wanita (BOLEH). Karena susu itu suci dan bermanfaat sehingga
Alloh memperbolehkkan untuk meminumnya walaupun tidak dalam keadaan terpaksa
(Madzhab, Maliki, Hambali dan Syafi’I) Menjual air susu (HARAM). Karena susu
adalah bagian dari anggota badan (Mazhab Hanafi) Ulama terdahulu sangat berhati
hati dalam hal perlakuan terhadap anggota badan manusia (manusia merupakan
mahluk terhormat dalam pandangan Islam) Pada saat itu belum terpikirkan
perkembangan Ilmu kedokteran yang sepesat sekarang.
Di antara dalil yang menunjukkan bolehnya adalah keumuman hadits Nabi
menganjurkan kita untuk membantu saudara kita dan meng-hilangkan beban
penderitaan mereka. Rasulullah bersabda: “Barang siapa di antara kalian yang mampu
untuk memberikan manfaat kepada saudaranya maka hendaknya dia melakukannya.” (HR.
Muslim 4/1476).
Hadits ini berisi anjuran untuk memberikan manfaat kepada saudara kita,
sedangkan donor darah sangat bermanfaat bagi orang yang membutuhkannya. Dengan
demikian, barang siapa yang mampu untuk donor darah tanpa mencelakai dirinya
maka hal itu dianjurkan. Syaikh Muhammad al-Buhairi berkata, “Manfaat apa yang
lebih besar dibandingkan engkau menyelamatkan saudaramu dengan beberapa tetesan
darahmu tanpa membahayakan dirimu.”
Menurut Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta. Hukum asal
dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu yang diperbolehkan
menurut syari’at. Namun, jika tidak ada cara lain untuk menambahkan daya tahan dan
mengobati orang sakit kecuali dengan darah orang lain, dan ini menjadi satu-satunya
usaha menyelamatkan orang sakit atau lemah, sementara para ahli memiliki dugaan
kuat bahwa ini akan memberikan manfaat bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini
diperbolehkan untuk mengobati dengan darah orang lain. Para ulama pada zaman
sekarang telah ber-sepakat tentang bolehnya donor darah dan tidak ditemukan
perselisihan dalam hal ini. Dr. Muhammad Ali al-Barr berkata, “Ahli fatwa pada masa
ini telah bersepakat tentang bolehnya donor darah sesuai persyaratannya.”
Oleh karena lembaga-lembaga fatwa di negara-negara Islam menfatwakan
bolehnya donor darah seperti Lajnah Daimah Saudi Arabia dalam Fatwa mereka no.
2308, Lajnah Fatwa Mesir sebagaimana dalam Majalah al-Azhar tahun 1368 H, dan
masih banyak lagi lainnya.

2. Menurut ulama sekarang


a. Mengenai akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan
resipien
Menurut Ust. Subki Al-Bughury, adapun hubungan antara donor dan
resipien, adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum
adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam
sebagaimana tersebut dalam An-Nisa:23, yaitu: Mahram karena adanya
hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan ibunya atau
saudaranya sekandung, dsb. Karena adanya hubungan perkawinan
misalnya hubungan antara seorang dengan mertuanya atau anak tiri dan
istrinya yang telah disetubuhi dan sebagainya, dan mahram karena adanya
hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang dengan wanita
yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan dan
sebagainya.
Serta pada (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang
tersebut pada An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada
hubungan kemahraman. Maka jelaslah bahwa transfusi darah tidak
mengakibatkan hubungan kemahraman antara pendonor dengan resipien.
Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu diizinkan oleh
hukum Islam.

b. Mengenai Hukum menerima transfusi darah dari non-muslim


Menurut ust. Ahmad sarwat pada hakikatnya tubuh orang kafir bukan
benda najis. Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam masjid-
masjid mana pun di dunia ini, kecuali masjid di tanah haram. Kalau tubuh
orang kafir dikatakan najis, maka tidak mungkin Abu Bakar minum dari
satu gelas bersama dengan orang kafir. Kalau kita belajar fiqih thaharah,
maka kita akan masuk ke dalam salah satu bab yang membahas hal ini,
yaitu Bab Su'ur.
Di sana disebutkan bahwa su'ur adami (ludah manusia) hukumnya
suci, termasuk su'ur orang kafir. Maka hukum darah orang kafir yang
dimasukkan ke dalam tubuh seorang muslim tentu bukan termasuk benda
najis. Ketika darah itu baru dikeluarkan dari tubuh, saat itu darah itu
memang najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa untuk shalat,
karena kantung darah itu najis.
Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh seseorang,
maka darah itu sudah tidak najis lagi. Dan darah orang kafir yang sudah
masuk ke dalam tubuh seorang muslim juga tidak najis. Sehingga
hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika seorang muslim menerima
transfusi darah dari donor yang tidak beragama Islam.
E. Manfaat Donor Darah Bagi Tubuh

Dengan melakukan donor darah setiap tetes darah yang disumbangkan tidak hanya
dapat memberikan kesempatan hidup bagi yang menerima tetapi juga memberikan manfaat
kesehatan bagi pendonornya. Anggapan yang menyatakan mendonorkan darah bisa
membuat tubuh menjadi lemas adalah salah. Saat mendonorkan darah, maka tubuh akan
bereaksi langsung dengan membuat penggantinya. Jadi, tubuh tidak akan mengalami
kekurangan darah. Selain membuat tubuh memproduksi darah- darah baru, ada lima manfaat
kesehatan lain yang bisa dirasakan:
a. Menjaga kesehatan jantung. Tingginya kadar zat besi dalam darah akan
membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi
yang berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk
oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding arteri dan ini sama dengan
memperbesar peluang terkena serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin
mendonorkan darah maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini
artinya menurunkan risiko penyakit jantung.

b. Meningkatkan produksi sel darah merah. Donor darahjuga akan membantu


tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik
dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan
segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai
pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita
mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik
untuk menstimulasi pembuatan darah baru.

c. Membantu penurunan berat tubuh. Menjadi donor darah adalah salah satu
metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan
sekitar 450 ml darah, akan membantu proses pembakaran kalori kirakira 650.
Itu adalah jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping.

d. Mendapatkan kesehatan psikologis. Menyumbangkan hal yang tidak ternilai


harganya kepada yang membutuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan
psikologis. Sebuah penelitian menemukan, orang usia lanjut yang rutin
menjadi pendonor darah akan merasakan tetap berenergi dan bugar.

e. Mendeteksi penyakit serius. Setiap kali kita ingin mendonorkan darah,


prosedur standarnya adalah darah kita akan diperiksa dari berbagai macam
penyakit seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang
menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk mengantisipasi
penularan penyakit melalui transfusi darah. Sedangkan untuk kita, ini adalah
“rambu peringatan” yang baik agar kita lebih perhatian terhadap kondisi
kesehatan kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai