Infeksi parasit
Infeksi parasit adalah pertumbuhan atau serangan organisme parasit terhadap organ tubuh
manusia sehingga menyebabkan penyakit. Parasit merupakan organisme yang hidup dari
organisme lain. Infeksi parasit biasanya terjadi karena organisme tersebut masuk ke dalam
tubuh melalui mulut atau kulit. Parasit yang masuk melalui mulut dan tertelan dapat bertahan
di dalam usus, atau membuat lubang dalam dinding usus sehingga menyerang organ lain.
Sedangkan infeksi parasit melalui kulit, terjadi karena gigitan vektor (penyebar penyakit),
Gejala infeksi parasit pada manusia tergantung dari jenis parasit yang menyerang
seksual sering kali tidak menimbulkan gejala. Bila muncul gejala, dapat berupa
iritasi, gatal dan kemerahan pada kulit sekitar kelamin, serta keluar cairan yang tidak
biasa dari area kelamin. Infeksi parasit protozoa juga dapat menimbulkan gangguan
saluran pencernaan, seperti pada penyakit giardiasis, yang gejalanya berupa diare,
Gejala lain dapat muncul pada infeksi parasit, misalnya infeksi Toxoplasma, yang
menimbulkan gejala mirip flu, seperti nyeri otot dan pembengkakan kelenjar getah
bening. Gejala ini dapat bertahan sampai satu bulan.
Cacing merupakan organisme yang dapat hidup di dalam atau di luar tubuh
manusia. Terdapat tiga jenis cacing yang menjadi parasit dalam tubuh manusia,
yaitu:
Pada saat dewasa, cacing biasanya menetap dalam saluran pencernaan, darah,
sistem getah bening, atau jaringan di bawah kulit, namun tidak dapat memperbanyak
diri dalam tubuh manusia. Selain bentuk cacing dewasa, bentuk larva dari cacing
juga dapat menginfeksi berbagai jaringan tubuh.
Ektoparasit merupakan organisme yang hidup di kulit manusia dan mendapat
makanan dengan menghisap darah manusia, misalnya kutu yang hidup di kemaluan
atau di kulit kepala, dan tungau penyebab penyakit kudis (skabies).
Pengobatan yang dilakukan sejak dini dapat menghentikan penularan infeksi parasit
ke orang lain. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter ketika Anda mulai
merasakan gejala terinfeksi parasit, agar dapat dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan secepatnya.
2.Nematoda usus
Latar Belakang
Spesies Nematoda usus banyak ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia dan
tersebar di seluruh dunia. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus.
Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat
Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan
melalui tanah yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing menyerang semua golongan
umur terutama anak-anak dan balita. Apabila infeksi cacing yang terjadi pada anak-
anak dan balita maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak, sedangkan jika
infeksi terjadi pada orang dewasa dapat menurunkan produktivitas kerja. Diantara
cacing usus yang menjadi masalah kesehatan adalah kelompok “soil transmitted
helminth” atau cacing yang ditularkan melalui tanah,
seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan Ancylostoma sp(cacing
tambang).
Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari tanah
kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing, lalu
masuk ke mulut bersama makanan. Tinggi rendahnya frekuensi tingkat kecacingan
berhubungan dengan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang menjadi sumber
infeksi. Di Indonesia prevalensi kecacingan masih tinggi antara 60% – 90 %
tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan.(Mardiana, 2008). Penularan
cacingan lebih banyak terjadi pada daerah kumuh yang tidak memenuhi syarat
kesehatan seperti sanitasi lingkungan yang ditunjang dengan kepadatan penduduk.
Cacingan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan turunnya
kualitas hidup.
Nematoda merupakan salah satu jenis cacing parasit yang paling sering ditemukan pada
tubuh manusia. Nematoda yang hidup dalam usus manusia disebut dengan nematoda usus.
Nematoda usus terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan
Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron, dan yang tidak dibuahi
90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang
menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini, bila
terbentuknya oval melebar, mempunyai lapisan yang tebal dan berbenjol-benjol, dan
umumnya berwarna coklat keemasan, ukuran panjangnya dapat mencapai 75 μm
dan lebarnya 50 μm. Telur yang belum dibuahi umumnya lebih oval dan ukuran
panjangnya dapat mencapai 90 μm, lapisan yang berbenjol-benjol dapat terlihat jelas
dan kadang-kadang tidak dapat dilihat.
Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang
mempunyai kelembaban tinggi dan pada suhu 25-30◦ C. Pada kondisi ini telur
tumbuh menjadi bentuk yang infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu.
.Siklus Hidup
pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam
esophagus, lalu menuju usus halus. Di usus halus berubah manjadi cacing dewasa.
Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang
lebih 2 (dua) bulan.
Patologi
Gejala yang timbul pada manusia disebabkan oleh cacing dewasa dan larva.
Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru-paru. Pada orang
yang rentan terjadi pendarahan ringan di dinding alveolus disertai batuk, demam,
dan eusinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu tiga
minggu. Keadaan tersebut disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan
cacing dewasa menyebabkan penderita terkadang mengalami gangguan usus ringan
seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga
memeperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak. Efek
yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi
usus (ileus). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu,
apendik, atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga
kadang-kadang perlu tindakan kooperatif
1. Ascaris lumbricoides
2. Strongyloides stercoralis
3. Ancylostoma duodenale
4. Necator americanus
5. Enterobius vermicularis
6.Trichinella spiralis
3.Plasmodium sp.
Malaria merupakan penyakit yang diakibatkan oleh parasit yang tergolong dalam filum
Apicomplexa, kelas Sporozoa, ordo Haemosporida, suku Plasmodidae, dan genus Plasmodium. Dari
20 spesies plasmodium, hanya empat spesies diantaranya yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Saat ini,
Plasmodium falciparum merupakan penyebab penyakit malaria yang paling fatal dengan angka
Siklus hidup parasit malaria terdiri atas siklus aseksual yang berlangsung di dalam tubuh manusia
dan siklus seksual yang berlangsung dalam tubuh nyamuk. Sporozoit-sporozoit yang masuk bersama
kelenjar air liur nyamuk Anopheles betina masuk ke peredaran darah. Dalam waktu yang singkat (30
menit), semua sporozoit menghilang dari peredaran darah dan masuk ke sel-sel parenkim hati.
Dalam sel-sel hati, sporozoit membelah diri secara aseksual dan berubah menjadi skizon hati (skizon
kriptozoik). Seluruh proses tadi disebut fase eksoeritrositik primer. Siklus tersebut memerlukan
waktu 6 hingga 12 hari tergantung spesies yang menginfeksi. Sesudah skizon kriptozoik dalam sel
hati menjadi matang, bentuk ini bersama sel hati yang diinfeksi pecah dan mengeluarkan antara
Dalam sel darah merah, merozoit-merozoit yang dilepas dari sel hati tadi berubah menjadi trofozoit
muda (bentuk cincin). Trofozoit muda berubah menjadi trofozoit dewasa dan selanjutnya membelah
diri menjadi skizon. Skizon yang telah matang dengan merozoitmerozoit di dalamnya akan pecah
bersama sel darah merah yang diinfeksi. Merozoitmerozoit yang dilepas tersebut kembali
menginfeksi sel-sel darah merah lain untuk mengulang siklus. Keseluruhan siklus yang terjadi
berulang dalam sel darah disebut fase eritrositik aseksual atau skizogoni darah.
Morfologi Plasmodium sp.
Bentuk atau morfologi parasit malaria sangat beragam. Hal ini disebabkan bukan saja karena
perbedaan spesies, melainkan juga oleh berbagai perubahan bentuk dan komposisi yang terjadi
dalam berbagai fase perkembangannya dalam hospes vertebrata ataupun pada vektor nyamuk. Pada
P. vivax, stadium trofozoit mudanya tampak seperti cincin dengan titik kromatin pada satu sisi dan
mempunyai inti yang besar berwarna merah muda pucat dengan sitoplasma yang berwarna biru
pucat. Dibandingkan dengan P.vivax, P. malariae mempunyai ukuran merozoit yang lebih kecil,
jumlah merozoit eritrosit lebih sedikit, memerlukan lebih sedikit hemoglobin, bentuknya menyerupai
bunga seruni, gametosit mirip P.vivax, tetapi jumlah pigmennya lebih sedikit. Untuk P. ovale,
eritrosit yang lonjong serta bergerigi pada satu ujungnya merupakan tanda yang spesifik untuk tipe
parasit ini. Sedangkan bentuk cincin yang menempel pada pinggir membran eritrosit merupakan ciri
yang khas adanya infeksi oleh P. falciparum. Dua titik kromatin di dalam satu bentuk cincin sering
ditemukan pada infeksi dengan P. falciparum, sedangkan pada infeksi dengan P. vivax atau P.