Anda di halaman 1dari 23

KAIDAH SHUKUM DAN KAIDAH SOSIAL

Mata Kuliah Pengetahuan Hukum

Dosen Pengampu :

Aditya Prima Danny, S.H, M.H

Disusun Oleh :

Muhamad Khoir 161010150064

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2019/2020

1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada nabi Agung Nabi Muhammad saw yang telah membimbing kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman Islamiyah. Alhamdulillah dengan segala kekurangan kami
dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah pengetahuan
hukum dengan judul “KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH SOSIAL”.

Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
maka dari itu kritik dan saran kami perlukan demi terbentuknya makalah yang
sempurna.

Tangerang, 13 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
.........................................................................................................................................
1

Daftar
isi
.........................................................................................................................................
2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang
.............................................................................................................................
3
B. Rumusan
masalah
.............................................................................................................................
3
C. Tujuan
.............................................................................................................................
4

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Kaidah
sosial
.............................................................................................................................
5
B. kaidah
hukum
.............................................................................................................................
9
C. Penggolongan
kaidah
.............................................................................................................................
15

3
D. Hubungan kaidah hukum dengam kaidah
lainnya
.............................................................................................................................
15
E. Persamaan antara kaidah hukum dengan kaidah
lainnya
.............................................................................................................................
17
F. Perbedaan kaidah hukum dengan kaidah
lainnya
.............................................................................................................................
17

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
.............................................................................................................................
20

DAFTAR
PUSAKA
.........................................................................................................................................
21

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat tersebut manusia mempunyai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan. Untuk itu diperlukan hubungan atau kontak antara
anggota masyarakat dalam rangka mencapai tujuannya dan melindungi
kepentingannya.
Dengan pembawaan sikap pribadinya, manusia biasanya ingin agar
kepentingannya dipenuhi lebih dulu tanpa mengingat kepentingan orang lain,
kepentingan itu kadang-kadang sama tapi juga tidak jarang terjadinya
kepentingan yang saling bertentangan apabila keadaan demikian itu tidak
diatur atau tidak dibatasi,maka yang lemah akan tertindas atau setidak-tidaknya
timbul pertentangan-pertentangan aturan yang dimaksud kaidah sosial.dengan
demikian kaidah atau norma adalah ketentuan tata tertib yang berlaku dalam
masyarakat.
menurut purnadi purbacaraka dan soerjono soekanto dalam bukunya
yang berjudul perihal kaidah hukum, mengatakan bahwa “apa yang diartikan
dengan kaidah adalah patokan atau ukuran atau pedoman bertingkah
laku/berperilakuan atau bersikap tindak dalam masyarakat, dalam hidup.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang kaidah sosial dan kaidah hukum?
2. Jelaskan hubungan kaidah hukum dengan kaidah sosial?

5
3. Apakah perbedaan dan persamaan dari kaidah sosial dengan kaidah hukum?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kaidah sosial dan kaidah hukum
2. Menjelaskan hubungan kaidah hukum dan kaidah sosial
3. Menjelaskan perbedaan dan persamaan kaidah sosial dengan kaidah huku\

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. KAIDAH SOSIAL
Demi melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat terdapat
beberapa kaidah sosial. Semula beberapa kaidah tersebut tidak dibedakan. Baru
setelah melalui proses yang mana manusia membedakan kaidah-kaidah
tersebut.
Kaidah sosial adalah ketentuan-ketentuan tentang baik buruknya
perilaku manusia yang mengatur tingkah laku dan perbuatan manusia di tengah
kehidupan bermasyarakat, dengan menentukan perangkat-perangkat aturan
yang bersifat perintah, anjuran serta larangan-larangan.
Tata kaidah tersebut terdiri dari kaidah kepercayaan atau keagamaan,
kaidah kesusilaan, kaidah kesopanan, kaidah sopan santun, dan kaidah hukum
yang dapat di kelompokkan seperti berikut:
1. Tata kaidah dengan aspek kehidupan pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi:
a. Kaidah kepercayaan atau keagamaan, dan
b. Kaidah kesusilaan.
2. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi:
a. Kaidah sopan santun atau adat, dan
b. Kaidah hukum.
Kaidah sosial yang mengatur tingkah laku manusia didalam masyarakat ada
bermacam-macam, yaitu:

7
1. KAIDAH SUSILA

Kaidah Susila adalah kaidah yang paling tua dan paling asli, terdapat
didalam sanubari manusia sendiri karena manusia makhluk bermoral, tanpa
melihat kebangsaan atau masyarakat: “Tidak mengindahkan norma Susila
berarti asusila.”2

Kaidah kesusilaan merupakan suatu kaidah yang dalam hubungannya


dengan dunia yang ideal dan kenyataan berada dalam posisi sebaliknya
daripada kaidah kebiasaan. Apabila kaidah kebiasaan sepenuhnya berpegang
kepada kenyataan tingkah laku sehari-hari, maka kaidah kesusilaan berpegang
sepenuhnya kepada dunia ideal yang sifatnya abstrak, yang perlu diwujudkan
dalam masyarakat. Ideal lah yang merupakan tolak ukur tatanan ini untuk
menilai tingkah laku anggota-anggota masyarakatnya. Dengan demikian, maka
perbuatan yang bias diterima oeh tatanan tersebut hanyalah yang sesuai dengan
idealnya tentang manusia.

Norma susila dapat dikatakan peraturan-peraturan hidup yang berasal


dari hati nurani manusia. Ia menentukan perbuatan mana yang baik dan mana
yang buruk, berdasarkan bisikan suara hatinya. Norma susilalah yang
mendorong manusia untuk kebaikan akhlak pribadinya guna menyempurnakan
manusia itu sendiri. Kaidah susila melarang manusia untuk berbuat cabul,
mencuri, dll. Karena hal itu dirasa bertentangan dengan kaidah kesusilaan yang
ada didalam hati nurani setiap manusia yang normal.

Contoh-contoh norma susila adalah:

- Jangan mencuri milik orang lain.

8
- Berbuatlah jujur.
- Hormatilah sesamamu.
- Jangan berzina.
- Jangan membunuh, dan sebagainya.
Sanksi dari pelanggaran norma susila adalah penyesalan. Van Avel torn
mengadakan perbedaan antara susila dengan moral menurut Surojo
Wignyodipuro perbedaan tersebut hanya perbedaan gradual saja karena
kesusilaan bersumber kepada moral.
Kaidah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu
karena menyangkut kehidupan pribadi manusia. Sebagai pendukung kaidah
kesusilaan adalah nurani individu dan bukan manusia sebagai makhluk sosial
atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Kaidah ini dapat
melengkapi ketidak seimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri
sendiri.
Asal/sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia sendiri. Jadi,
bersifat otonom dan ditunjukkan kepada sikap lahir dan batin.

2. NORMA KESOPANAN

Norma kesopanan adalah ketentuan-ketentuan hidup yang timbul dari


pergaulan dalam masyarakat. Norma kesopanan dasarnya adalah kepantasan,
kebiasaan, kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karenanya,
kesopanan dinamakan norma sopan santun, tata krama, atau adat istiadat
Norma sopan santun ditujukan kepada sikap lahiriyah atau tingkah laku
manusia demi untuk keterbitan masyarakat dalam pergaulan dalam rangka
mencapai suasana keakraban dalam pergaulan. pelanggaran atas norma
kesopanan menimbulkan celaan dari sesamanya, dapat berwujud kata-kata
tetapi akan lebih dirasakan apabila celaan itu berupa sikap kebencian,
pandangan rendah dari orang-orang sekelilingnya, sampai dijauhi dalam
pergaulan bahkan sampai dengan pemboikotan dalam kehidupan

9
bermasyarakat. Sikap tersebut menimbulkan rasa malu, rasa kehilangan sesuatu
dikucilkan sehingga merasakan penderitaan bathin.

Contoh-contoh norma kesopanan misalnya:

a. Orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua.


b. Meminta izin terlebih dahulu bila memasuki rumah orang lain.
c. Mempersilahkan duduk seorang wanita hamil yang berada di kendaraan
umum yang penuh penumpang.
d. Mengenakan pakaian yang pantas bila menghadiri pesta.
e. Menggunakan barang orang lain harus meminta izin terlebih dahulu dari
pemiliknya.
f. Jangan meludah di hadapan orang lain.

Kaidah sopan santun membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban


saja. Kekuasaan masyarakat yang tidak resmilah yang mengancam dengan
sanksi apabila kaidah sopan santun dilanggar. Yang memaksakan kepada kita
adalah kekuasaan diluar diri kita (heteronom). Daerah berlakunya kaidah sopan
santun sangatlah sempit, terbatas secara lokal atau pribadi. Sopan santun
disuatu daerah berbeda dengan daerah lain.

3. NORMA AGAMA ATAU KAIDAH KEPERCAYAAN

Kaidah agama atau kaidah kepercayaan ditujukan kepada kehidupan


beriman, kaidah ini juga tujukan terhadap kewajiban manusia kepada tuhan
dan kepada dirinya sendiri. Sumber atau asal kaidah ini adalah ajaran-ajaran
kepercayaan atau agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai
perintah tuhan.
Kaidah agama atau keagamaan ini hanyalah membebani manusia
dengan kewajiban-kewajiban semata-mata dan tidak memberi hak. Adanya

10
hanya menunaikan kewajiban, mentaati dan melaksanakan kaidah
kepercayaan atau keagamaan.
Norma agama berpangkal pada kepercayaan pada Tuhan yang maha
Esa. Norma agama dianggap sebagai ketentuan dari Tuhan. Jadi norma
agama atau kepercayaan adalah norma sosial yang aslinya dari Tuhan yang
isinya larangan, perintah-perintah dan ajaran.
Norma agama merupakan ketentuan hidup manusia kearah yang baik
dan benar. ia mengatur kewajiban manusia-manusia kepada Tuhan dan
kepada manusia itu sendiri.
Pelanggaran berarti menentang perintah Tuhan. Sanksinya datang dari
Tuhan di akhirat.

Contoh-contoh norma agama atau kepercayaan:

a. Jangan membunuh sesama manusia.


b. Hormatilah ibu bapakmu.
c. Jangan berbuat cabul.
d. Jangan mencuri.

Setiap pelanggaran ketiga norma diatas akan terkena sanksi. pada


hakikatnya sanksi bertujuan untuk memulihkan keseimbangan tatanan
masyarakat yang telah terganggu oleh pelanggaran-pelanggaran kaidah.
Bagi setiap kaidah sosial tersebut sanksinya tidak dirasakan secara
langsung didunia ini dengan cukup memuaskan, sehingga masih dirasakan
kurang cukup memberi jaminan perlindungan kepentingan manusia. Oleh
karena itu, diperlukan perlindungan kepentingan atau kaidah sosial lain
yang melindungi lebih lanjut secara lebih memuaskan kaidah sosial yang
dimaksud adalah Kaidah Hukum.

B. KAIDAH HUKUM

11
Pada kaidah ini terlihat adanya suatu pergeseran,yaitu terjadinya suatu
proses penjauhan dan pelepasan diri dari tatanan yang berpegang pada
kenyataan sehari-hari (tatanan kebiasaan) walau berjalannya proses ini belum
berlaku secara seksama. Ciri yang menonjol dari hukum mulai tampak pada
penciptaan norma-norma hukum yang “murni”, yaitu yang dibuat secara
sengaja oleh suatu badan perlengkapan dalam masyarakat yang khusus ditugasi
untuk menjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu.
Pada proses pembuatan ini kita mulai melihat bahwa tatanan ini
didukung oleh norma-norma yang secara sengaja dan sadar dibuat untuk
menegakkan suatu jenis ketertiban tertentu dalam masyarakat (Satjipto
Rahardjo,1982:16).
Norma-norma hukum ini menurut radbruch (1961:13) termasuk
kedalam golongan norma-norma yang lahir dari kehendak manusia karena yang
menentukan jenis ketertiban itu adalah masyarakat itu sendiri, yang dalam hal
ini diwakili oleh anggota-anggotanya yang berhimpun dalam satu atau lain
badan yang tugasnya menentukan norma-norma tentang apa yang akan
diciptakan.
Berbeda dengan kaidah kebiasaan dan kesusilaan, kaidah hukum
memilki kemandirian dalam berhadapan dengan ideal dan kenyataan, yaitu
memiliki posisi yang mampu mengambil jarak antara ideal dengan kenyataan.
Ketiga kaidah sosial, kesopanan, kesusilaan, dan agama belumcukup
menjamin tata tertib di dalam masyarakat, pergaulan hidup bermasyarakat
karena tidak adanya ancaman yang cukup dirasakan sebagai paksaan dari luar.

Sifat yang nampak pada norma hukum adalah:

a. Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas


mempertahankan, dan membina tata tertib masyarakat dengan perantaraan
alat-alatnya.
b. Sifat UU yang berlaku bagi siapa saja.

12
Norma hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia. Norma hukum
tidak mempersoalkan apakah sikap bathin seseorang itu baik atau buruk. Norma
hukum tidak memberi sanksi kepada seseorang yang mempunyai sikap bathin
yang buruk karena yang diperhatikan adalah bagimana perbuatan lahiriyahnya.
Selanjutnya berbeda dengan ketiga norma-norma pertama, maka
pelanggaran terhadap norma hukum diberi hukuman badan yang dapat
dipaksakan oleh penguasa.
Contoh-contoh norma hukum:
1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan secara hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya (pasal 2 ayat 1 UU no.1/1974).
2. Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu untuk berbuat sesuatu
atau untuk tidak berbuat sesuatu (pasal 1234 BW).
3. Apabila sesuatu persetujuan perburuhan dibuat tertulis maka biaya akte
beserta lain-lain biaya tambahan harus dipikul oleh majikan (pasal 1601 d
BW).
4. Barang siaapa sengaja merampas nyawa orang lain tanpa hak diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun
(pasal 338 KUHP).
5. Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melwan hukum,
diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau denda paling banyak enam puluh rupiah.

Sifat dan Isi Kaidah Hukum:

Kaidah hukum dikaji dari sifatnya, dibedakan atas kaidah hukum yang
bersifat imperatif dan fakultatif.
1. Kaidah hukum yang bersifat imperatif

13
Kaidah hukum dikatakan bersifat imperatif dikarenakan sifatnya yang
mengikat, memaksa dan harus ditaati, sehingga mengikat setiap orang
yang ditetapkan dalam kaidah hukum. Contohnya terdapat lapangan
hukum publik seperti hukum pidana dan hukum tata negara.
2. Kaidah hukum yang bersifat fakultatif
Kaidah hukum yang bersifat fakultatif adalah kaidah hukum yang
sifatnya tidak serta-merta harus ditaati karena sifatnya hanya
merupakan pelengkap. Contohnya terdapat pada ketentuan hukum waris
yang diatur di dalam KUHPerdata.

Isi kaidah hukum dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Kaidah hukum yang berisikan perintah (gebod), yaitu kaidah hukum


yang harus ditaati, misalnya perintah bagi kedua orang tua agar
memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya (Pasal
45 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).
2. Kaidah hukum yang berisi larangan (verbod), yaitu kaidah yang memuat
larangan untuk melakukan sesuatu dengan ancaman aksi apabila
melanggarnya, seperti larangan mencuri dalam Pasal 362 KUHPidana.
3. Kaidah hukum yang isinya membolehkan (mogen), yaitu kaidah hukum
yang memuat hal-hal yang boleh untuk dilakukan, tetapi boleh pula
untuk tidak dilakukan. Misalnya ketentuan Pasal 29 UU No. 1 Tahun
1974, bahwa calon suami-istri yang akan menikah dapat mengadakan
perjanjian tertulis baik sebelum ataupun setelah pernikahan, asalkan
tidak melanggar batar-batar hukum, agama, dan kesusilaan.
Sikap masyarakat terhadap kaidah hukum juga dapat berbeda-beda,
misalnya terhadap hukum publik, kemungkinan sikap masyarakat ada yang
mentaatinya, ada yang melanggar, bahkan ada pula yang mengelak. Begitu pula
pada kaidah hukum privat, ada kemungkinan yang betul-betul

14
menggunakannya, ada yang tidak menggunakannya, tetapi mungkin juga ada
yang menyalah gunakannya.

Sanksi Kaidah Hukum:

Pengertian sanksi menurut beberapa ahli, yaitu sebagai berikut:

1. Sudikno Merotkusumo
Sanksi tidak lain adalah merupakan reaksi, akibat, atau konsekuensi atas
pelanggaran kaidah sosial.
2. Paul Bohannan
Sanksi merupakan perangkat aturan-aturan yang mengatur bagaimana
lembaga-lembaga hukum mencampuri suatu masalah untuk dapat
memelihara suatu system sosial, sehingga memungkinkan masyarakat
hidup dalam system itu secara tenang dan dalam cara-cara yang dapat
diperhitungkan.
3. Van Den Steenhoven
Sanksi adalah unsur-unsur sebagai unsur hukum yaitu ancaman
penggunaan fisik, otoritas yang resmi, penerapan ketentuan yang secara
teratur, dan masyarakat yang tidak spontan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kaidah
hukum membutuhkan unsur sanksi sebagai unsur esensial. Sanksi eksternal
atau yang berasal dari luar diri manusia merupakan unsur esensial kaidah
hukum yang membedakannya dari kaidah-kaidah lainnya. Sanksi tersebut
sifatnya dipaksakan oleh pihak otoritas atau aparat negara yang
melaksanakan penegakan hukum.
Selanjutnya secara singkat kami kemukakan perbedaan antara kaidah
hukum dengan kaidah kebiasaan serta kaidah kesusilaan atas dasar uraian
tersebut diatas:

15
Berbeda dengan kaidah kebiasaan, maka kaidah hukum sudah mulai
melepaskan diri dari keterikatannya yang besar kepada dunia kenyataan.
Berbeda dengan kaidah hukum, maka dalam hal otoritas yang
memutuskan apa yang akan diterima sebagai norma, pada kaidah kesusilaan
unsur kehendak manusia sama sekali tidak ikut menentukan.
Kaidah kesusilaan bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh kehendak
manusia, melainkan adanya harus diterima begitu saja. Juga bagi kaidah
kesusilaan tidak ada unsur-unsur yang harus diramu seperi halnya kaidah
hukum, ia tidak perlu mempertimbangkan dunia kenyataan, tuntutannya
yang mutlak ialah insan kamil, manusia sempurna.
Seringkali para ahli hukum menganggap bahwa perbedaan yang
pokok antara kaidah hukum disatu pihak dengan kaidah-kaidah sosial
lainnya dan kaidah agama terletak pada bahwa kaidah hukum itu dapat
dipaksakan berlakunya karena didukung oleh suatu kekuasaan (Negara)
semakin besar terdapatnya perbedaan antara kaidah hukum dengan peri
kelakuan yang nyata, makin besar pula kekuasaan yang diperlukan untuk
memaksakan berlakunya kaidah tersebut.
Demikianlah, agar ketertiban tetap terpelihara diperlukan adanya
suatu mekanisme pengendalian sosial ini adalah kaidah hukum tadi. Namun
timbul pertanyaan, apakah factor atau unsur kekuasaan ini merupakan satu
ciri atau kebutuhan yang utama bagi dapat berlakunya kaidah hukum itu?
Soerjono Soekanto (1980:68) dikemukakan bahwa persoalan ini yang
sesungguhnya merupakan masalah membedakan hukum dari kaidah-kaidah
sosial lainnya, merupakan suatu masalah yang telah lama membingungkan
antropologi dan sosiologi. Walau terdapat suatu kesepakatan diantara
mereka.

16
C. PENGGOLONGAN KAIDAH
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo menggolongkan keempat
kaidah/norma tersebut dalam dua golongan ialah (Daliyo 1989: 18)
a. Tata kaidah dengan aspek pribadi yang termasuk kelompok ini adalah kaidah
agama atau kepercayaan dan kaidah kesusilaan.
b. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antara pribadi yang termasuk
didalamnya adalah kaidah kesopanan dan kaidah hukum.

D. HUBUNGAN ANTARA KAIDAH HUKUM DENGAN KAIDAH


LAINNYA (DALIYO CS 1989: 21 DAN SETERUSNYA)
1. Hubungan positif yakni hubungan yang saling memperkuat:
a. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah agama.
Kaidah hukum dan kaidah agama sangat erat hubungannya:
kaidah agama menunjang tercapainya tujuan kaidah hukum. Jika
manusia mematuhi kaidah agama, takwa kepada tuhan maka tidak ada
manusia yang mempunyai sikap batin yang buruk, tidak ada rencana
berbuat jahat, hubungan antar anggota masyarakat menjadi baik,
masyarakat menjadi tertib dengan rasa keadilan, maka tujuan kaidah
hukum tercapai. Sebaliknya jika semula manusia itu jahat, dia berani
melakukan pelanggaran terhadap kaidah karena takut akan dihukum,
maka sikap batin itu berubah menjadi baik dan akhirnya takwa kepada
tuhan. Dengan kata lain kaidah hukum mendukung tercapainya tujuan
kaidah agama.
b. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah kesusilaan.
Kaidah hukum dan kaidah kesusilaan mempunyai kaitan yang
erat karena keduanya saling melengkapi. Kalau suara hati setiap pribadi
manusia menghendaki agar manusia selalu berbuat baik, maka pribadi-
pribadi manusia yang hidup bersama di tengah masyarakat itu juga baik
dalam pergaulan mereka tidak menimbulkan sesuatu yang tercela,

17
akhirnya kehidupan masyarakat menjadi tertib dan damai. Dengan
demikian tujuan kaidah hukum untuk mewujudkan masyarakat yang
tertib dapat dicapai. Sebaliknya jika seseorang pribadinya tidak baik ia
cenderung melakukan perbuatan yang melanggar kaidah hukum maka
ia akan mendapatkan sanksi yang tegas berupa hukuman. Apabila
seseorang itu telah menjalani hukuman orang itu menjadi baik dan tidak
pernah berbuat jahat lagi, akhirnya tujuan kaidah kesusilaan dapat
direalisasi. Kedua kaidah tersebut saling melengkapi dalam arti saling
menunjang tercapainya tujuan masing-masing kaidah.
c. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan.
Kedua kaidah ini pun saling mengisi, saling melengkapi maka
hubungan antara keduanya sangat erat. Anggota masyarakat yang
mengetahui kaidah kesopanan akan selalu bertingkah laku sopan, tidak
mengganggu orang lain, sehingga jika semua anggota masyarakat
berperilaku seperti itu masyarakat akan tertib dan damai, maka tujuan
kaidah hukum dapat dicapai. Jika seseorang melanggar kaidah
kesopanan, maka dirinya akan merasa terkucil dan akibatnya seolah-
olah dia hidup menyendiri. Jika tidak disadari maka orang itu akan
cenderung berbuat sesuai dengan kehendaknya dan tidak mustahil
bahwa suatu ketika ia akan melakukan perbuatan yang melanggar
kaidah hukum. Jika hal itu benar dilaksanakan maka ia akan mendapat
sanksi tegas dan keras dari masyarakat melalui lembaga pengadilan, ia
akan dihukum. Apabila kemudian setelah menjalani hukuman orang itu
bertaubat, maka cepat atau lambat orang itu akan menjadi orang baik,
akan selalu berbuat sopan dan tidak lagi melakukan perbuatan yang
melanggar kaidah hukum. Dengan kata lain kaidah hukum juga
mendukung tercapainya tujuan kaidah kesopanan.

18
2. Hubungan negatif yakni hubungan yang saling melemahkan yaitu jika
kaidah hukum dan kaidah sosial lainnya saling bertentangan. contoh :
larangan oleh salah satu agama membunuh sesame manusia dengan alas an
apapun bertentangan dengan undang-undang wajib militer.

E. PERSAMAAN ANTARA KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH LAINNYA.


1. Maksud dari kaidah hukum dengan kaidah lainnya adalah sama yakni
melindungi kepentingan perorangan maupun umum, sehingga terdapat tata
tertib dalam masyarakat.
2. Antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan.
a. Memandang manusia sebagai makhluk sosial
b. Sudah puas dengan perbuatan lahiriyah saja
c. Heteronom (dikehendaki masyarakat).
d. Memberikan kesempatan pihak yang bersangkutan untuk mengadakan
reaksi (geven aanspraken) (Surojo 1974: 11).
e. Sama memiliki wilayah berlakunya.
F. PERBEDAAN ANTARA KAIDAH HUKUM DENGAN KAIDAH
SOSIAL LAINNYA (DALIYO CS 1989 DAN SETERUSNYA)
1. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan dapat ditinjau dari beberapa segi seperti berikut:
a. Ditinjau dari tujuannya kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata
tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya,
sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan untuk
memperbaiki pribadi manusia agar menjadi manusia ideal.
b. Ditinjau dari sasarannya kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia
dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarannya, sedangkan kaidah agama
dan kaidah kesusilaan mengatur sikap bathin manusia sebagai pribadi.
Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan

19
aturan, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki
sikap bathin setiap pribadi manusia itu baik.
c. Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama
sumber sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari
luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya
berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing-masing pelanggaran
(otonom).
d. Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum
dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan
pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asanya tergantung pada
yang bersangkutan sendiri.
e. Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban
(atributif dan normatif), sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan
hanya memberikan kewajiban saja (normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan:
a. kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya
memberi kewajiban saja.
b. Sanksi kaidah hukum dipaksakan oleh masyarakat secara resmi, sanksi
kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan:
a. Asalnya kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama dan
kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia.
b. Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir
manusia. Kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang
ditujukan kepada sikap batin manusia.
c. Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada
korban, kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan
menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat.

20
Tabel perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah
lainnya

Kaidah Agama Kaidah Kesusilaan Kaidah Kaidah Hukum


Kesopanan
Tujuan - Umat manusia - Pelaku yang konkret
- Penyempurnaan manusia - Ketertiban masyarakat
-Mencegah manusia menjadi jahat - Menghindari jatuhnya korban
Sasar- Aturan yang ditujukan kepada sikap batin Aturan yang ditujukan kepada
an perbuatan konkret (lahiriah).
Asal- Dari tuhan Dari diri sendiri Kekuasaan luar Negara
usul yang memaksa
(masyarakat).
Sanksi Dari tuhan (dosa) Dari masyarakat Dari masyarakat Dari masyarakat
(dicela) (dikucilkan) secara resmi
(pidana)
Isi Memberi Memberi kewajiban Memberi kewajiban Memberi
kewajiban kewajiban hak
Pela- Sukarela Sukarela Sukarela Paksaan
ksa-
naan

21
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaidah hukum merupakan ketentuan tentang perilaku. Pada hakikatnya apa
yang dinamakan kaidah adalah nilai karna berisi apa yang sepantasnya harus
dilakukan.
Dari segi tujuan kaidah hukum bertujuan menciptakan tata tertib masyarakat
dan melindungi manusia beserta kepentingannya, kaidah agama dan kesusilaan
bertujuan memperbaiki pribadi manusia agar menjadi makhluk yang ideal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH.Mengenal Hukum (Yogyakarta:Liberty


Yogyakarta).

R. Soeroso, SH. Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika,2009).

Surojo Wignjodipiro, SH. Pengantar Ilmu Hukum.

Yulies Tiena Masriani, S.H., M.Hum.Pengantar Hukum Indonesia.(Jakarta:Sinar


Grafika).

Drs. C.S.T.Kansil, SH. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia
(Jakarta:Balai Pustaka).

23

Anda mungkin juga menyukai