Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada nabi Agung Nabi Muhammad saw yang telah membimbing kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman Islamiyah. Alhamdulillah dengan segala kekurangan kami
dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah pengetahuan
hukum dengan judul “KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH SOSIAL”.
Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
maka dari itu kritik dan saran kami perlukan demi terbentuknya makalah yang
sempurna.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
.........................................................................................................................................
1
Daftar
isi
.........................................................................................................................................
2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
.............................................................................................................................
3
B. Rumusan
masalah
.............................................................................................................................
3
C. Tujuan
.............................................................................................................................
4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Kaidah
sosial
.............................................................................................................................
5
B. kaidah
hukum
.............................................................................................................................
9
C. Penggolongan
kaidah
.............................................................................................................................
15
3
D. Hubungan kaidah hukum dengam kaidah
lainnya
.............................................................................................................................
15
E. Persamaan antara kaidah hukum dengan kaidah
lainnya
.............................................................................................................................
17
F. Perbedaan kaidah hukum dengan kaidah
lainnya
.............................................................................................................................
17
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
.............................................................................................................................
20
DAFTAR
PUSAKA
.........................................................................................................................................
21
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat tersebut manusia mempunyai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan. Untuk itu diperlukan hubungan atau kontak antara
anggota masyarakat dalam rangka mencapai tujuannya dan melindungi
kepentingannya.
Dengan pembawaan sikap pribadinya, manusia biasanya ingin agar
kepentingannya dipenuhi lebih dulu tanpa mengingat kepentingan orang lain,
kepentingan itu kadang-kadang sama tapi juga tidak jarang terjadinya
kepentingan yang saling bertentangan apabila keadaan demikian itu tidak
diatur atau tidak dibatasi,maka yang lemah akan tertindas atau setidak-tidaknya
timbul pertentangan-pertentangan aturan yang dimaksud kaidah sosial.dengan
demikian kaidah atau norma adalah ketentuan tata tertib yang berlaku dalam
masyarakat.
menurut purnadi purbacaraka dan soerjono soekanto dalam bukunya
yang berjudul perihal kaidah hukum, mengatakan bahwa “apa yang diartikan
dengan kaidah adalah patokan atau ukuran atau pedoman bertingkah
laku/berperilakuan atau bersikap tindak dalam masyarakat, dalam hidup.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang kaidah sosial dan kaidah hukum?
2. Jelaskan hubungan kaidah hukum dengan kaidah sosial?
5
3. Apakah perbedaan dan persamaan dari kaidah sosial dengan kaidah hukum?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kaidah sosial dan kaidah hukum
2. Menjelaskan hubungan kaidah hukum dan kaidah sosial
3. Menjelaskan perbedaan dan persamaan kaidah sosial dengan kaidah huku\
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAIDAH SOSIAL
Demi melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat terdapat
beberapa kaidah sosial. Semula beberapa kaidah tersebut tidak dibedakan. Baru
setelah melalui proses yang mana manusia membedakan kaidah-kaidah
tersebut.
Kaidah sosial adalah ketentuan-ketentuan tentang baik buruknya
perilaku manusia yang mengatur tingkah laku dan perbuatan manusia di tengah
kehidupan bermasyarakat, dengan menentukan perangkat-perangkat aturan
yang bersifat perintah, anjuran serta larangan-larangan.
Tata kaidah tersebut terdiri dari kaidah kepercayaan atau keagamaan,
kaidah kesusilaan, kaidah kesopanan, kaidah sopan santun, dan kaidah hukum
yang dapat di kelompokkan seperti berikut:
1. Tata kaidah dengan aspek kehidupan pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi:
a. Kaidah kepercayaan atau keagamaan, dan
b. Kaidah kesusilaan.
2. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi:
a. Kaidah sopan santun atau adat, dan
b. Kaidah hukum.
Kaidah sosial yang mengatur tingkah laku manusia didalam masyarakat ada
bermacam-macam, yaitu:
7
1. KAIDAH SUSILA
Kaidah Susila adalah kaidah yang paling tua dan paling asli, terdapat
didalam sanubari manusia sendiri karena manusia makhluk bermoral, tanpa
melihat kebangsaan atau masyarakat: “Tidak mengindahkan norma Susila
berarti asusila.”2
8
- Berbuatlah jujur.
- Hormatilah sesamamu.
- Jangan berzina.
- Jangan membunuh, dan sebagainya.
Sanksi dari pelanggaran norma susila adalah penyesalan. Van Avel torn
mengadakan perbedaan antara susila dengan moral menurut Surojo
Wignyodipuro perbedaan tersebut hanya perbedaan gradual saja karena
kesusilaan bersumber kepada moral.
Kaidah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu
karena menyangkut kehidupan pribadi manusia. Sebagai pendukung kaidah
kesusilaan adalah nurani individu dan bukan manusia sebagai makhluk sosial
atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Kaidah ini dapat
melengkapi ketidak seimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri
sendiri.
Asal/sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia sendiri. Jadi,
bersifat otonom dan ditunjukkan kepada sikap lahir dan batin.
2. NORMA KESOPANAN
9
bermasyarakat. Sikap tersebut menimbulkan rasa malu, rasa kehilangan sesuatu
dikucilkan sehingga merasakan penderitaan bathin.
10
hanya menunaikan kewajiban, mentaati dan melaksanakan kaidah
kepercayaan atau keagamaan.
Norma agama berpangkal pada kepercayaan pada Tuhan yang maha
Esa. Norma agama dianggap sebagai ketentuan dari Tuhan. Jadi norma
agama atau kepercayaan adalah norma sosial yang aslinya dari Tuhan yang
isinya larangan, perintah-perintah dan ajaran.
Norma agama merupakan ketentuan hidup manusia kearah yang baik
dan benar. ia mengatur kewajiban manusia-manusia kepada Tuhan dan
kepada manusia itu sendiri.
Pelanggaran berarti menentang perintah Tuhan. Sanksinya datang dari
Tuhan di akhirat.
B. KAIDAH HUKUM
11
Pada kaidah ini terlihat adanya suatu pergeseran,yaitu terjadinya suatu
proses penjauhan dan pelepasan diri dari tatanan yang berpegang pada
kenyataan sehari-hari (tatanan kebiasaan) walau berjalannya proses ini belum
berlaku secara seksama. Ciri yang menonjol dari hukum mulai tampak pada
penciptaan norma-norma hukum yang “murni”, yaitu yang dibuat secara
sengaja oleh suatu badan perlengkapan dalam masyarakat yang khusus ditugasi
untuk menjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu.
Pada proses pembuatan ini kita mulai melihat bahwa tatanan ini
didukung oleh norma-norma yang secara sengaja dan sadar dibuat untuk
menegakkan suatu jenis ketertiban tertentu dalam masyarakat (Satjipto
Rahardjo,1982:16).
Norma-norma hukum ini menurut radbruch (1961:13) termasuk
kedalam golongan norma-norma yang lahir dari kehendak manusia karena yang
menentukan jenis ketertiban itu adalah masyarakat itu sendiri, yang dalam hal
ini diwakili oleh anggota-anggotanya yang berhimpun dalam satu atau lain
badan yang tugasnya menentukan norma-norma tentang apa yang akan
diciptakan.
Berbeda dengan kaidah kebiasaan dan kesusilaan, kaidah hukum
memilki kemandirian dalam berhadapan dengan ideal dan kenyataan, yaitu
memiliki posisi yang mampu mengambil jarak antara ideal dengan kenyataan.
Ketiga kaidah sosial, kesopanan, kesusilaan, dan agama belumcukup
menjamin tata tertib di dalam masyarakat, pergaulan hidup bermasyarakat
karena tidak adanya ancaman yang cukup dirasakan sebagai paksaan dari luar.
12
Norma hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia. Norma hukum
tidak mempersoalkan apakah sikap bathin seseorang itu baik atau buruk. Norma
hukum tidak memberi sanksi kepada seseorang yang mempunyai sikap bathin
yang buruk karena yang diperhatikan adalah bagimana perbuatan lahiriyahnya.
Selanjutnya berbeda dengan ketiga norma-norma pertama, maka
pelanggaran terhadap norma hukum diberi hukuman badan yang dapat
dipaksakan oleh penguasa.
Contoh-contoh norma hukum:
1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan secara hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya (pasal 2 ayat 1 UU no.1/1974).
2. Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu untuk berbuat sesuatu
atau untuk tidak berbuat sesuatu (pasal 1234 BW).
3. Apabila sesuatu persetujuan perburuhan dibuat tertulis maka biaya akte
beserta lain-lain biaya tambahan harus dipikul oleh majikan (pasal 1601 d
BW).
4. Barang siaapa sengaja merampas nyawa orang lain tanpa hak diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun
(pasal 338 KUHP).
5. Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melwan hukum,
diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau denda paling banyak enam puluh rupiah.
Kaidah hukum dikaji dari sifatnya, dibedakan atas kaidah hukum yang
bersifat imperatif dan fakultatif.
1. Kaidah hukum yang bersifat imperatif
13
Kaidah hukum dikatakan bersifat imperatif dikarenakan sifatnya yang
mengikat, memaksa dan harus ditaati, sehingga mengikat setiap orang
yang ditetapkan dalam kaidah hukum. Contohnya terdapat lapangan
hukum publik seperti hukum pidana dan hukum tata negara.
2. Kaidah hukum yang bersifat fakultatif
Kaidah hukum yang bersifat fakultatif adalah kaidah hukum yang
sifatnya tidak serta-merta harus ditaati karena sifatnya hanya
merupakan pelengkap. Contohnya terdapat pada ketentuan hukum waris
yang diatur di dalam KUHPerdata.
14
menggunakannya, ada yang tidak menggunakannya, tetapi mungkin juga ada
yang menyalah gunakannya.
1. Sudikno Merotkusumo
Sanksi tidak lain adalah merupakan reaksi, akibat, atau konsekuensi atas
pelanggaran kaidah sosial.
2. Paul Bohannan
Sanksi merupakan perangkat aturan-aturan yang mengatur bagaimana
lembaga-lembaga hukum mencampuri suatu masalah untuk dapat
memelihara suatu system sosial, sehingga memungkinkan masyarakat
hidup dalam system itu secara tenang dan dalam cara-cara yang dapat
diperhitungkan.
3. Van Den Steenhoven
Sanksi adalah unsur-unsur sebagai unsur hukum yaitu ancaman
penggunaan fisik, otoritas yang resmi, penerapan ketentuan yang secara
teratur, dan masyarakat yang tidak spontan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kaidah
hukum membutuhkan unsur sanksi sebagai unsur esensial. Sanksi eksternal
atau yang berasal dari luar diri manusia merupakan unsur esensial kaidah
hukum yang membedakannya dari kaidah-kaidah lainnya. Sanksi tersebut
sifatnya dipaksakan oleh pihak otoritas atau aparat negara yang
melaksanakan penegakan hukum.
Selanjutnya secara singkat kami kemukakan perbedaan antara kaidah
hukum dengan kaidah kebiasaan serta kaidah kesusilaan atas dasar uraian
tersebut diatas:
15
Berbeda dengan kaidah kebiasaan, maka kaidah hukum sudah mulai
melepaskan diri dari keterikatannya yang besar kepada dunia kenyataan.
Berbeda dengan kaidah hukum, maka dalam hal otoritas yang
memutuskan apa yang akan diterima sebagai norma, pada kaidah kesusilaan
unsur kehendak manusia sama sekali tidak ikut menentukan.
Kaidah kesusilaan bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh kehendak
manusia, melainkan adanya harus diterima begitu saja. Juga bagi kaidah
kesusilaan tidak ada unsur-unsur yang harus diramu seperi halnya kaidah
hukum, ia tidak perlu mempertimbangkan dunia kenyataan, tuntutannya
yang mutlak ialah insan kamil, manusia sempurna.
Seringkali para ahli hukum menganggap bahwa perbedaan yang
pokok antara kaidah hukum disatu pihak dengan kaidah-kaidah sosial
lainnya dan kaidah agama terletak pada bahwa kaidah hukum itu dapat
dipaksakan berlakunya karena didukung oleh suatu kekuasaan (Negara)
semakin besar terdapatnya perbedaan antara kaidah hukum dengan peri
kelakuan yang nyata, makin besar pula kekuasaan yang diperlukan untuk
memaksakan berlakunya kaidah tersebut.
Demikianlah, agar ketertiban tetap terpelihara diperlukan adanya
suatu mekanisme pengendalian sosial ini adalah kaidah hukum tadi. Namun
timbul pertanyaan, apakah factor atau unsur kekuasaan ini merupakan satu
ciri atau kebutuhan yang utama bagi dapat berlakunya kaidah hukum itu?
Soerjono Soekanto (1980:68) dikemukakan bahwa persoalan ini yang
sesungguhnya merupakan masalah membedakan hukum dari kaidah-kaidah
sosial lainnya, merupakan suatu masalah yang telah lama membingungkan
antropologi dan sosiologi. Walau terdapat suatu kesepakatan diantara
mereka.
16
C. PENGGOLONGAN KAIDAH
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo menggolongkan keempat
kaidah/norma tersebut dalam dua golongan ialah (Daliyo 1989: 18)
a. Tata kaidah dengan aspek pribadi yang termasuk kelompok ini adalah kaidah
agama atau kepercayaan dan kaidah kesusilaan.
b. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antara pribadi yang termasuk
didalamnya adalah kaidah kesopanan dan kaidah hukum.
17
akhirnya kehidupan masyarakat menjadi tertib dan damai. Dengan
demikian tujuan kaidah hukum untuk mewujudkan masyarakat yang
tertib dapat dicapai. Sebaliknya jika seseorang pribadinya tidak baik ia
cenderung melakukan perbuatan yang melanggar kaidah hukum maka
ia akan mendapatkan sanksi yang tegas berupa hukuman. Apabila
seseorang itu telah menjalani hukuman orang itu menjadi baik dan tidak
pernah berbuat jahat lagi, akhirnya tujuan kaidah kesusilaan dapat
direalisasi. Kedua kaidah tersebut saling melengkapi dalam arti saling
menunjang tercapainya tujuan masing-masing kaidah.
c. Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan.
Kedua kaidah ini pun saling mengisi, saling melengkapi maka
hubungan antara keduanya sangat erat. Anggota masyarakat yang
mengetahui kaidah kesopanan akan selalu bertingkah laku sopan, tidak
mengganggu orang lain, sehingga jika semua anggota masyarakat
berperilaku seperti itu masyarakat akan tertib dan damai, maka tujuan
kaidah hukum dapat dicapai. Jika seseorang melanggar kaidah
kesopanan, maka dirinya akan merasa terkucil dan akibatnya seolah-
olah dia hidup menyendiri. Jika tidak disadari maka orang itu akan
cenderung berbuat sesuai dengan kehendaknya dan tidak mustahil
bahwa suatu ketika ia akan melakukan perbuatan yang melanggar
kaidah hukum. Jika hal itu benar dilaksanakan maka ia akan mendapat
sanksi tegas dan keras dari masyarakat melalui lembaga pengadilan, ia
akan dihukum. Apabila kemudian setelah menjalani hukuman orang itu
bertaubat, maka cepat atau lambat orang itu akan menjadi orang baik,
akan selalu berbuat sopan dan tidak lagi melakukan perbuatan yang
melanggar kaidah hukum. Dengan kata lain kaidah hukum juga
mendukung tercapainya tujuan kaidah kesopanan.
18
2. Hubungan negatif yakni hubungan yang saling melemahkan yaitu jika
kaidah hukum dan kaidah sosial lainnya saling bertentangan. contoh :
larangan oleh salah satu agama membunuh sesame manusia dengan alas an
apapun bertentangan dengan undang-undang wajib militer.
19
aturan, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki
sikap bathin setiap pribadi manusia itu baik.
c. Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama
sumber sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari
luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya
berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing-masing pelanggaran
(otonom).
d. Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum
dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan
pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asanya tergantung pada
yang bersangkutan sendiri.
e. Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban
(atributif dan normatif), sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan
hanya memberikan kewajiban saja (normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan:
a. kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya
memberi kewajiban saja.
b. Sanksi kaidah hukum dipaksakan oleh masyarakat secara resmi, sanksi
kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan:
a. Asalnya kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama dan
kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia.
b. Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir
manusia. Kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang
ditujukan kepada sikap batin manusia.
c. Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada
korban, kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan
menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat.
20
Tabel perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah
lainnya
21
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaidah hukum merupakan ketentuan tentang perilaku. Pada hakikatnya apa
yang dinamakan kaidah adalah nilai karna berisi apa yang sepantasnya harus
dilakukan.
Dari segi tujuan kaidah hukum bertujuan menciptakan tata tertib masyarakat
dan melindungi manusia beserta kepentingannya, kaidah agama dan kesusilaan
bertujuan memperbaiki pribadi manusia agar menjadi makhluk yang ideal.
22
DAFTAR PUSTAKA
Drs. C.S.T.Kansil, SH. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia
(Jakarta:Balai Pustaka).
23