Anda di halaman 1dari 2

NAMA:

DWINDA SEKAR I.M (19407144022)


FITRIANDINI FIRDAUSI N. (19407144025)
KELAS : ILMU SEJARAH B
MATA KULIAH : SEJARAH EROPA

MACEDONIA PADA MASA ALEXANDER AGUNG

Alexander agung mewarisi kerajaan yang kuat dan pasukan yang berpengalaman
setelah kematian ayahnya yaitu Fillipus II. Dia berumuru 20 tahun saat di angkat menjadi
raja. Dia berhasil mengukuhkan kekuasaan Makedonia di Yunani, dan setelah penguasaannya
di Yunani stabil, dia melancarkan rencana militer untuk ekspansi yang belum diselesaikan
oleh ayahnya. Pada tahun 334 SM dia menginvasi daerah kekuasaan Persia di Asia Minor dan
memulai serangkaian kampanye militer yang berlangsung selama sepuluh tahun. Alexander
mengalahkan Persia dalam sejumlah pertempuran yang menentukan, yang paling terkenal
antara lain Pertempuran Issus dan Pertempuran Gaugamela. Alexander lalu menggulingkan
kekuasaan raja Persia, Darius III, dan menaklukkan keseluruhan Kekasiaran Persia.
Kekaisaran Makedonia kini membentang mulai dari Laut Adriatik sampai Sungai Indus.
Karena berkeinginan mencapai ujung dunia, Alexander pun menginvasi India pada tahun
326 SM, namun terpaksa mundur karena pasukannya nyaris memberontak. Alexander
Agung atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja
dan pemimpin perang lain serta keberhasilannya menaklukkan wilayah yang sangat luas.
Aleksander memulai masa pemerintahannya dengan menyingkirkan orang-orang yang
menurutnya berpotensi mengancam takhtanya. Dia menghukum mati sepupunya, Amyntas
IV, dan juga membunuh dua pangeran Makedonia dari daerah Lynkestis, sedangkan pangeran
ketiga, yaitu Aleksander Lynkestes, diampuni. Sementara itu Olimpias, ibu Aleksander,
memerintahkan bahwa Kleopatra Euridike dan putrinya, Europa, dikubur hidup-hidup. Ketika
Aleksander tahu tentang hal itu, dia marah pada ibunya. Aleksander juga memerintahkan
bahwa Attalos harus dibunuh. Attalos sendiri saat itu menjabat sebagai komandan pasukan di
Asia Minor. Attalos sempat berkorespondensi dengan Demosthenes, mengenai
kemungkinannya untuk kabur ke Athena. Terlepas dari apakah Attalos benar-benar berniat ke
Athena atau tidak, dia sudah membuat Aleksander marah. Selain itu, setelah mengetahui
bahwa putri dan cucu Attalos mati, Aleksander merasa bahwa Attalos terlalu berbahaya untuk
dibiarkan hidup. Aleksander membiarkan Arrhidaios hidup. Arrhidaios disebutkan menderita
cacat mental, kemungkinan akibat diracun oleh Olimpias. Kabar kematian Filipus memicu
banyak kota memberontak, termasuk Thebes, Athena, Thessalia, dan suku-suku Thrakia di
utara Makedonia. Ketika kabar pemberontakan di Yunani diketahui oleh Aleksander, dia
merespon dengan cepat. Meskipun para penasihatnya menyarankannya untuk
mempergunakan diplomasi, namun Alexander memutuskan untuk mengumpulkan 3.000
tentara kavaleri dan bergerak menuju Thessalia, daerah tetangga Makedonia di sebelah
selatan. Di sana dia mengetahui bahwa pasukan Thessalia telah menempati jalan di
antara Gunung Olimpus dan Gunung Ossa. Aleksander lalu menyuruh pasukannya menaiki
Gunung Ossa. Ketika pasukan Thessalia terbangun, mereka melihat bahwa pasukan
Aleksander telah berada di sisi belakang mereka. Pasukan Thessalia pun menyerah dan
pasukan kavaleri Aleksander bertambah dengan masuknya pasukan Thessalia. Aleksander
lalu bergerak menuju Peloponnesos. Aleksander berhenti sejenak di Thermopylae, di sana dia
diakui sebagai pemimpin Liga Amphiktyon. Kemudian dia bergerak ke selatan ke Korinthos.
Kota Athena memohon perdamaian dan Aleksander mengampuni Athena. Dia juga
mengampuni semua orang yang terlibat dalam pemberontakan. Di Korinthos, terjadi
peristiwa terkenal, yaitu pertemuannya dengan Diogenes Sang Kynis, yang memintanya
untuk menyingkir sedikit karena dia menghalangi matahari. Di sana juga Aleksander
diberikan gelar Hegemon, dan seperti halnya Filipus, Aleksander juga diangkat sebagai
komandan dalam perang yang akan dilaksanakan melawan Persia. Ketika sedang berada di
Korinthos, Aleksander mendengar berita bahwa suku Thrakia memberontak di utara.

Anda mungkin juga menyukai