Anda di halaman 1dari 8

LITOFASIES, ASOSIASI FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

LAUT DALAM BAGIAN SLOPE – CONTINENTAL RISE FORMASI HALANG


PADA SEBAGIAN LINTASAN SUNGAI CILUTUNG DAN CIKIDANG,
DAERAH BANTARUJEG, MAJALENGKA, JAWA BARAT

Mulyana Saputra1*, Abdurrokhim2, Iyan Haryanto2


1
Program Sarjana Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
2
Laboratorim Sedimentologi dan Geologi Quarter, Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

*Korespondensi: Mulyana0002@gmail.com/ Mulyana13001@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK
Tulisan ini bermaksud membahas litofasies dan lingkungan pengendapan pada Formasi Halang
Miosen Akhir yang tersingkap di sebagian sungai Cilutung dan Cikidang di daerah Bantrujeg,
Majalengka-Jawa Barat. Total 585 meter suksesi batuan sedimen Formasi Halang telah diamati secara
rinci. Suksesi ini memiliki karakteristik dominasi fasies batulempung yang berselingan dengan
batulanau berlapis tipis halus – sangat halus, batupasir tipis sampai sangat tipis, dengan secara lokal
perselingan batupasir tipis sampai tebal dengan breksi komponen-matriks suported berlapis tipis sampai
tebal, endapan slump, dan debrite. Sequence Bouma (Ta-Tc) umumnya ditemukan pada suksesi
batupasir berlapis tipis bagian atas Formasi Halang di daerah studi. Berdasarkan karakteristik litologi,
struktur sedimen dan geometri, suksesi Formasi Halang yang tersingkap di wilayah studi dapat
dikelompokkan menjadi 4 asosiasi fasies: (i) Interbedded claystone and sandstone, (ii) Debris-flow
deposit, (iii) Slump deposit, dan (iv)Channel-fill deposit. Suksesi Formasi Halang diinterpretasikan
telah diendapkan pada bagian slope– continental rise dalam setting laut dalam.

Kata kunci: litofasies; asosiasi fasies; lingkungan pengendapan; Formasi Halang; Bantarujeg
menengah, Pra Tersier, Akresi, Retrograde

ABSTRACT
This paper intends to discuss the lithofacies and deposition environment of Late Miocene Halang
Formation that exposed in part of the Cilutung and Cikidang Rivers in Bantrujeg, Majalengka-West
Java. A total of 585-meter succession of sedimentary succession of the Halang Formation has been
observed in detail. The succession consists of claystone dominated facies interlaminated with thin-
bedded siltstone, fine- to very fine-grained of thin- to very thin-bedded sandstone, with locally
interbedded with thick-bedded sandstone, thick-bedded component–matrix supported breccia, slump
deposits, and debrites. Sequence Bouma (Ta-Tc) common found at thin-bedded sandstone in the upper
succession of theHalang Formation in the study area. On basis of lithologic characteristic, sedimentary
structure and geometry the succession of the Halang Formation that exposed in study area can be
grouped into 4 facies associations: (i) Interbedded claystone and sandstonee, (ii) Debris-flow deposit,
(iii) Slump deposit, and (iv) Channel-fill deposit. The succession of the Halang Formation is
interpreted to have been deposited in lower slope – continental rise in the deepwater setting.

Keywords: lithofacies; facies associations; deposition environments; HalangFormations; Bantarujeg

1. PENDAHULUAN
Daerah Bantarujeg , Kabupaten didaerah tersebut hanya sedikit peneliti
Majalengka, Jawa Barat merupakan salah yang melakukan penelitian didaerah
satu daerah yang sudah banyak diteliti tersebut secara detail terutama studi
kondisi geologinya namun dari sekian sedimentasinya. Dengan karakteristik
banyaknya penelitian yang dilakukan sungai yang besar yaitu sungai Cilutung dan

65
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No.01, Agustus 2017: 59-66

Cikidang terdapatnya singkapan batuan


yang panjang untuk dilakukannya
Measured Section mendorong penulis untuk
melakuakan penelitian studi sedimen
didaerah tersebut secara detail.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Formasi Halang didominasi oleh


perselingan batupasir dan batulempung
dengan sisipan batupasir gampingan,
batugamping pasiran, breksi dan
konglomerat. Batuan umumnya berwarna
kelabu sampai kehijauan, berlapis baik,
keras dan padat (Djuri,1973), yang berumur
Miosen Akhir– Pliosen Awal Djuhaeni dan
Martodjojo (1989). Formasi Halang yang
tersingkap di daerah penelitain oleh
Djuhaeni dan Martodjojo (1989) disebut
Formasi Bantarujeg yang diendapkan pada
lingkungan laut dalam zona batial atas
(upper slope-bhatial zone) sampai neritik
luar pada sistem kipas laut dalam bagian
teratas dari upper fan” (gambar. 1).Tujuan
dari peneltian ini yaitu (1) Mendifinisikan Gambar. 1 Stratigrafi Regional Daerah
litofasies dan fasies asosiasi pada suksesi Penelitian menurut Djuri, Djuaheni dan
batuan dan (2) Menetukan lingkungan Martodjojo (1989)
pengendapan pada daerah penelitian.

3. METODE
Penentuan lingkungan pengendapankan
didasarkan pada karakteristik fisik litologi,
U
struktur sedimen, dan geometri batuan
(Stow, 1985; Pickering,1986; Walker, 2006
Bauma,1962 dalam; Boggs, 2006) . Umur
litologi yang ada di formasi Halang
didaerah penelitian adalah N16 (Djuri,
1973), N 18 Djuhaeni dan Martodjojo,
1989), N16-17 ( Ronel, 2014), N 16-19
(Reza Ahmad R, 2016) sehingga di
tafsirkan umur litologi daerah penelitian N
16-19 (Miosen akhir – Pliosen Awal).
Pengukuran secara mendeital terhadap
suksesi batuan yang tersingkap di sungai
Cilutung dan Cikidang dengan panjang
lintasan 1700 m dengan tebal sebenarnya
585 m (gambar. 6) secara vertical section
menggunakan metoda measured section.

Gambar. 2 Lokasi daerah penelitian

60
Litofasies, asosiasi fasies dan lingkungan pengendapan laut dalam bagian slope – continental rise Formasi Halang
pada sebagian lintasan sungai Cilutung dan Cikidang, daerah Bantarujeg, Majalengka, Jawa Barat
(Mulyana Saputra)

Interpretasi- Asosiasi fasies ini


4. HASIL DAN PEMBAHASAN diinterpretasikan diendapkan oleh arus
FASIES ANALISIS turbidit haigh-low conncertation yang
Terdapat sepuluh litofasies yang diendapakan secara butir perbutir yang
telah didefinisikan yang mewakili dikontrol secara suspensi, (Pickering,
karakteristik litologi daerah penelitian. 1986 ; Talling et.al, 2012). Asosiasi
Karakteristik masing masing litofasies fasies ini dindapkan pada lower slope–
disajikan secara lengkap pada (tabel.1) rise(levee) pada settinglaut dalam.
yang dirangkum di bawah ini. Fasies
tersebut dikelompokan menjadi empat Asosiasi Fasies 2 – Debris-flow
asosiasi fasies yang diamana fasies 1-5 Deposit
mewakili Channel fill deposit, fasies 6- Asosiasi Fasies ini tersusun atas satu
8 mewakili Interbedded claystone and fasies yaitu Gravally claystone ( tabel .1
sandstone, fasies 9 mewakili Debris- dan gambar. 3b) memiliki karakteristik
flow deposit dan fasies 10 mewakili matriks batulempung suported dengan
slump deposit . warna segar abu-abu gelap, warna lapuk
abu-abu dengan stuktur menyerpih dan
Asosiasi Fasies 1 – Interbedded memiliki batupasir dan batulempung
claystone and sandstone sebagai komponen yang berukuran
Asosiasi fasies 1 ini tersusun atas kerakal. Endapan debris ini memiliki
beberapa fasies yang didominasi fasies ketebalan yang cukup tebal 5-30 m.
batulempung yang berselingan dengan Interpretasi- Endapan debrite ini
batupasir berbutir halus sampai sedang diinterpetasikan dikontrol oleh gravity
(tabel. 1 dan gambar.3a). Batulempung flow yang di endapakan secara
memiliki karakteristik dengan ketebalan Cohesive debris-flow (Pickering, 1986;
60 cm – 30 m dengan stuktur menyerpih Talling et.al, 2012; 2013) terjadi secara
sedangkan batupasir memiliki ketebalan cepat pada saat material sedimen
tipis sampai tebal 10 – 200 cm dengan tertranspot pada setting slope yang
stuktur sedimen yang didominasi oleh diakibatkan gaya gesek/tahan dibawah
paralallel laminasi, cross laminasi serta aliran lebih kecil dari pada gaya
ripple. Dibeberapa tempat ditemukan kohesifnya. Tebal endapan debrite ini
graded bedding dan umumnya fasies secara vertical bisa mencapai satu
Tb-Tc yang ditemukan sampai beberapa meter dan secara
pada asosiasi fasies ini (Bauma,1962; lateral bisa mencapai ratusan meter dan
dalam Boggs, 2006). identik dengan pengendapan yang
terjadi di slope.

A B

TO Komponen
P

61
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No.01, Agustus 2017: 59-66

Gambar 3. Ilustrasi asosiasi fasies 1 dan 2 ( Interbedded claystone and sandstone dan Debris-flow
deposit) . A) Diperlihatkan kenampakan asosiasi fasies 1 perselingan batulempung dan batupasir
panjang lintasan 50 m disepanjang sungai Cilutung dengan kontak perlapisan yang jelas. Kenampakan
detail stuktur sedimen crosslaminasi dan paralellaminasi yang dapat ditemukan pada bagian batupasir . B)
Diperlihatkan kenampakan asosiasi fasies 2 batulempung kerakalan dengan matrik suported dengan
ketebalan < 3 m dengan ukuran komponen batulempung yang berpariasi dimulai dari 5 - 30 cm.

Asosiasi Fasies 3 – Slump Deposit Asosiasi Fasies 4 – Channel fill


Fasies 3 ini merupakan endapan dari Deposit
soft sediment yang pada saat Asosiasi fasies ini tersusun dari
pengendapannya terkena deformasi beberapa fasies yaitu fasies batupasir
sehingga membentuk sebuah endapan. dan breksi. Fasies batupasir mempunyai
Endapan slump pada asosiasi fasies ini karateristik (tabel 1 dan gambar 5)
memiliki karakteristik (tabel 1 dan berbutir sedang-kasar, stuktur sedimen
gambar 4) yaitu asosiasi antara graded-bedding, revers-bedding ,
batupasir berbutir halus- sedang dan paralel-laminasi, cross-laminasi, ripple
batulempung dengan ketebalan endpan dan di beberapa tempat secara lateral
yang tersingkap<10 m dan di beberapa dijumpai juga bioturbasi dengan
tempat ditemukan juga pada litologi ketebalan lapisan 5 – 20 m . Breksi
breksi. memiliki karakteristik matrik –
Interpretasi – Endapan slump bisa komponen suported, stuktur sedimen
terjadi akibat 4 macam gaya (i) slides, graded bedding dan revers
(ii) post-depositional sedimen mass– beddingdengan ketebalan lapisan 5-15
flow, (iii) inliquefaction dan m.
fluidization structures, (iv) syn- Interpretasi –Asosiasi fasies 4 di
sedimentari faults(Pickering, 1986). interpretasikan diendapkan di channel-
Berdasarkan karakteristinya endapan fiil deposit pada setting slope . Hal
slump yang ada di daerah penelitian tersebut dindikasikan karena
ditafsirkan akibat post-depositional terdapatnya lapisan batupasir dan breksi
sedimen mass–flow.Endapan slump ini yang tebal secara vertical dengan
terbentuk akibat berhentinya pergerakan kontak erosional serta secara lateral >10
material sedimen pada bagian bawa m ditemukan lapisan batupasir
lereng karena pengaruh gaya gravitasi. terendapkan secara melensa (gambar 5)
Endapan slump ini merupakan penciri yang diindikasikan bahwa terendapakan
bahwa endapan ini terbentuk pada pada sebuah channel.Pengendapan
lingkungan yg memiliki kemiringan dan sedimen pada fasies ini diendapkan
ditafsirkan di endapkan dilingkungan secara butir perbutir yang dikontrol arus
bagian lower slope pada setting laut turbidity curents (Pickering,
dalam. 1986Talling et.al, 2012).

62
Litofasies, asosiasi fasies dan lingkungan pengendapan laut dalam bagian slope – continental rise Formasi Halang
pada sebagian lintasan sungai Cilutung dan Cikidang, daerah Bantarujeg, Majalengka, Jawa Barat
(Mulyana Saputra)

Gambar 4. Ilustrasi asosiasi fasises slump deposit. Diperlihatkan kenampakan asosiasi fasies 3 ini
endapan slump perselingan batupasir dengan batulempung yang didominasi batupasir dengan ketebalan
<5m

Gambar 5. Ilustrasi asosiasi fasises Channel-fill deposit. Diperlihatkan kenampakan fasies batupasir
berbutir sedang – kasar dengan stuktur sedimen paralalellaminasi secara melensa/lenticular yang bisa
menjadi salah satu indikasi bahwa fasies tersebut diendapkan di channel dengan ketebalan lapisan < 40 –
50 cm dan panjang secara lateral yang tersingkap bisa mencapai 20-30 m. Fasies batupasir ini diendapkan
secara cepat yang dipengaruhi oleh gaya bawah permukaan yang dikontrol oleh arus turbidity currents
high concertation.

5. KESIMPULAN empat asosiasifasies yaitu : (i)


Dari total 585 meter suksesi batuan Interbedded claystone and sandstone,
yang telah diamati secara rincimemiliki (ii) Debris-flow deposit, (iii) Slump
karakteristik litologi perselingan deposit, dan (iv)Channel-fill deposit.
batulempung dan barupasir, breksi, Dinterpretasikan merupakan hasil dari
batulempung kerakalan dan slump produk turbidity curents high-
deposit. Berdasarkan karakterisrik lowconsertation , mass flow ( grain
litologi , stuktur sedimen dan geometri flow/mud flow) dan slump yang telah
batuan suksesi tersebut dibagi menjadi diendapkan pada lingkungan laut dalam
sepuluh litofasies yang di sajikan secara bagian slope – continental rise.
lengkap deskripsi sertaprosesnya pada
(tabel. 1) dan dikelompokan menjadi

63
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No.01, Agustus 2017: 59-66

UCAPAN TERIMAKASIH Majalengka, Jawa Barat.Fakultas


Tulisan ini adalah bagian dari riset Teknik Geologi, Universitas
di Cekungan Bogor yang dibiayai oleh Padjadjaran. Jatinangor.
dana RKDU (Riset Kompetensi Dosen Stow, D.A.V. and Piper D.J.W. 1984.
Unpad) tahun 2017. Kami Deepwater fine-grained sediments:
mengucapkan terima kasih kepada Faciesmodels.Published for The
saudara Moh Qo’id Filayati yang telah GeologicalSociety by Blackwel
berkenan menemani kegiatan lapangan ScientificPublications Oxford
serta seluruh perangkat aparat Desa London Edinburgh Boston Palo
Bantarujeg yang telah memberikan ijin AltoMelbourne
serta fasilitas saat pengambilan data Talling et.al .2012. Subaqueous
dilapangan. sediment density flows:
Depositional processes and deposit
types.Published for Journal IAS
DAFTAR PUSTAKA (Internantional Asaociation
Sedimentologist Sedimentology
Boggs Jr, Sam. 2006. Principles of
(2012) 59, 1937–2003 doi:
Sedimentology and Stratigraphy 4th
10.1111/j.1365 3091.2012.01353.x
Ed. Pearson Prentice Hall, USA
Talling. 2013. Hybrid submarine flows
Djuhaeni, Martodjojo S. 1989,
comprising turbidity current and
Stratigrafi Daerah Majalengka dan
cohesive debris flow: Deposits,
Hubungannya dengan Tatanama Satuan
theoretical and experimental
Lithostratigrafidi Cekungan Bogor,
analyses, and generalized models.
Geologi Indonesia,PPPG-Bandung,
Published by Geological Society
v.12, no.1, p.227-252
of America. DOI:
Djuri.1973. “Peta Geologi Lembar
10.1130/GES00793.1 Published on
Arjawinangun Skala :100.000”.
June 2013
Direktorat Geologi , Geologi
Walker, Roger G and Posamentier,
Survey Indonesia. Bandung
Henry W. . 2006 Facies Models
Pickering K.T. Hiscot .R.N dan Hein.
Revisited: Deep-Water Turbidites
F.J. 1989. Deep-Marine
And Submarine Fans Laura J.
Environment. Published by the
Crossey and Donald S. McNeill,
Academic Division Of UNWIN
Editors of Special Publications
HYMAN. Boston,
SEPM Special Publication 84
Sidney,Washington
Reading,H.G.1996. Sedimentary
Environments: Processes, Facies
and Stratigraphy 3th. Department
of Earth Sciences, University of
Oxford.
Ramdhani Reza Ahmad. 2016. Geologi
daerah Bantarujeg dan sekitarnya ,
Bantarujeg, Majalengka, Jawa
Barat.Fakultas Teknik Geologi,
Universitas Padjadjaran.
Jatinangor.
Ronel . 2014. Geologidaerah Cikidang
dan sekitarnya,Bantarujeg,

64
Tabael 1. Rangkuman karakteristik litofasies dan proses pengendapan di daerah
penelitian

65
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No.01, Agustus 2017: 59-66

Slump deposit
Slump deposit Interbedded Claystone
and sandstone
( levee)
Debris-flow deposit

Slump deposit
Slump deposit

Channel-fill deposit

Sphaeroidinellopsis disjuncta FINLAYGloborotalia


Debris-flow deposit

Globorotalia plesiotumida BANNER & BLOW


pseudomiocenica BOLLI&BERMUDEZ

Globorotalia pseudopima BLLOW


Debris-flow deposit

(Ronel, 2014)
Slump deposit N 17

Channel-fill deposit
Channel-fill deposit

Debris-flow deposit

Interbedded Claystone
and sandstone
( levee)

Channel-fill deposit

Interbedded Claystone
and sandstone
( levee)

Interbedded Claystone
and sandstone
( levee)

66 SECTION B
SECTION A
Gambar 6. Diperlihatkan total 585 meter suksesi batuan yang telah diamati secara detail yang di bagi menjadi section A dan B serata penempatan posisi asosisasi fasies pada
data log suksesi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai