Anda di halaman 1dari 20

Skenario 3 ‘Kasus Malaria’

Angak kejadian penyakit malaria di sebuah kabupaten berpenduduk 1 juta orang pada tahun
2017 menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Kabupaten tersebut merupakan
endemi penyakit malaria. Data dinkes kabupaten menunjukkan bahwa angka mortalitas nya
nol (tidak ada) dan angka morbiditas belom diketahui. Selama tahun 2017, tercatat ada 250
orang yang menderita malaria. Jumlah tersebut mencapai puncak di bulan Februari, sebanyak
75 orang. Insidensi penyakit malaria dinyatakan meningkat di kabupaten tersebut.

Endemi = dari kata Yunani  en : di dalam ; demos : rakyat. Suatu wilayah disebut endemi
kalau infeksi berlangsung dalam populasi tanpa adanya pengaruh dari luar

Insidensi = gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ada di suatu
wilayah dan dilaporkan pada periode waktu tertentu

1. Apa tujuan/manfaat dilakukan penghitungan angka kejadian?


2. Bagaimana cara menentukan insidensi penyakit di suatu wilayah?
3. Angka mortalitas nol itu inerpretasinya gimana?

EPIDEMIOLOGI

Definisi : ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada
sekelompok manusia serta faktor faktor yang mempengaruhinya (berasal dari bahasa Yunani
 epi = tentang , demos = penduduk , logos = ilmu)

Tujuan penelitian epidemiologi :

Pengendalian penyakit dan pencegahan penyakit, mengidentifikasi resiko penyakit,


faktor- faktor yang berpengaruh terjadinya penyakit hingga menetapkan upaya intervensi
yang sesuai dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative.

Epidemiologi menurupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan –


determinan penyakit dan kesehatan pada populasi manusia.

3 sifat pokok :

1. Frekuensi masalah kesehatan


Merujuk pada besarnya masalah kesehatan yang ada pada sekelompok manusia.
Untuk tau frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang kudu

1
dilakukan  menemukan masalah kesehatan kemudian dilanjutkan dengan
melakukan pengukuran masalah kesehatan tersebut.
2. Penyebaran masalah kesehatan
Maksudnya  pengelompokkan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu.
Keadaan tertentu  menurut ciri manusia (man), tempat (place), dan waktu (time)
3. Faktor faktor yang mempengaruhi
Yang dimaksud faktor disini tu faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan.
3 langkah yang dilakukan = merumuskan hipotesis tentang penyebab, melakukan
pengujian rumusan hipotesa, dan menarik kesimpulan. Kalau uda tau penyebab suatu
masalah kesehatan, nanti bisa disusun untuk langkah selanjutnya (penanggulangan)

Manfaat Epidemiologi :

1. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan


Membantu pekerjaan planning (perencanaan) dari pelayanan kesehatan. Selain itu
juga bermanfaat pada pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluation) suatu
upaya kesehatan. Data yang diperoleh dimanfaatkan untuk tau apakah upaya yang
dilakukan sudah sesuai rencana atau belum (monitoring) dan apakah tujuan yang
ditetapkan tercapai atau tidak (evaluation).
2. Dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan
Bisa dilihat dalam ruang lingkup epidemiologi (3 ruang lingkup) itu adalah contoh
dari manfaat epidemiologi. Kalau uda diketahui penyebab nya, pencegahan ataupun
pengobatan selanjutnya bisa disusun.
3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit
 Bantuan epidemiologi dalam menerangkan perkembangan alamiah  melalui
pemanfaatan keterangan tentang frekuensi dan penyebaran penyakit, terutama
penyabaran yang berdasarkan waktu. Nah kalau waktunya uda diketahui, bisa
diperkirakan perkembangan penyakit tersebut.
 Pengetahuan tentang perkembangan alamiah menjadi penting untuk melakukan
berbagai upaya menghentikan perjalanan penyakit hingga akhirnya penyakit tidak
berkelanjutan.
4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan
Hal ini karena di epidemiologi kita belajar frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan  dapat keterangan tentang keadaan masalah kesehatan. Keadaan yang

2
dimaksud adalah perpaduan antara keterangan menurut man, place, and time.
Perpaduan ini menghasilkan 4 keadaan masalah kesehatan :
a. Epidemi : keadaan dimana suatu masalah kesehatan ditemukan di daerah tertentu
dalam waktu singkat dan berada dalam frekuensi yang meningkat
b. Pandemi : keadaan dimana suatu masalah kesehatan frekuensinya meningkat
tajam dan penyebarannya amat luas
c. Endemi : suatu keadaan masalah kesehatan yang frekuensinya menetap dalam
waktu yang lama di suatu daerah tertentu
d. Sporadik : keadaan masalah kesehatan di suatu wilayah tertentu dan
frekuensinya berubah ubah menurut perubahan waktu.

Note :

Epidemi dikenal sebagai wabah dan tidak selalu berarti masalah kesehatan (penyakit) yang
baru. Kalau suatu masalah kesehatan telah lama ada, tetapi pada suatu masa meningkat
dengan cepat, maka disebut juga sebagai wabah.

Klasifikasi penelitian epidemiologi deskriptif dan analitik

Tipe- Tipe penelitian eidemiologi

Penelitian Obsevasional : peneliti hanya mengamati fenomena atau kejadian dan


sama sekali tidak melakukan intervensi. Studi observasional dapat dilakukan dengan
pendekatan deskriptif maupun analitik.

3
1. Penelitian deskriptif

Bertujuan untuk menggambarkan distribusi dan determinan penyakit berdasarkan


populasi, letak geografik, dan waktu. Indikator yang dipakai untuk menggambarkan
distribusi dan determinan penyakit dimasyarakat. Indikator yang digunakan
mencanggup faktor- faktor sosio- demografik seperti umur, jenis kelamin, ras, status
perkawinan, pekerjaan, maupun- maupun variable lain seperti gaya hidup dan sosial
(jenis makanan, pemakaian pbat- obat tertentu, perilaku sensual )

2. Penelitian Analitik

Hanya menggambarkan distribusi frekuensi suatu penyakit dan kemungkinan


antara 2 atau lebih variable, maka penelitian analitik bertujuan memberikan jawaban
atas adanya hubungan sebab-akibat antara 2 variabel.

PENELITIAN DESKRIPTIF

Penelitian deskriptif umumnya dilakukan untuk menggambarkan status kesehatan


masyarakat pada suatu saat. Pengukuran prevalensi suatu event yang terjadi di rumahsakit
(misalnya flebitis) juga dilakukan dengan metode ini. Penelitian jenis ini biasanya
mengandalkan data yang sudah ada (data sekunder) atau dapat juga data primer yang
diperoleh melalui suatu survei (misalnya survei kepuasan pasien terhadap pelayanan
persalinan di rumahsakit).
Penelitian deskriptif biasanya hanya merupakan suatu awal dari penelitian epidemiologik
yang lebih mendalam. Di banyak negara, penelitian deskriptif tentang status kesehatan
masyarakat dilakukan oleh biro pusat statistik nasional. Penelitian deskriptif

Deskripsi data dapat dikelompokkan menurut (1) ciri karakteristik individu (umur, jenis
kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status sosio-ekonomik, status perkawinan, status
kesehatan, dsb); (2) tempat (rumahsakit, puskesmas, kecamatan, pedesaan, dsb); dan (3)
waktu (musim, siklus, dsb).

Sebuah penelitian deskriptif dapat memberikan beberapa manfaat yaitu : (1) Memberikan
masukan kepada para pemberi pelayanan kesehatan, perencana kesehatan, administrator
kesehatan tentang pengalokasian sumberdaya dalam rangka perencanaan kesehatan yang
lebih efisien di masa mendatang, (2) Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis

4
bahwa suatu variabel adalah faktor risiko penyakit. Hipotesis tersebut kelak akan diuji lebih
lanjut pada studi analitik.

a. PENELITIAN CROSS-SECTIONAL
Pada studi cross-sectiona/potong lintang atau juga dikenal sebagai studi
prevalensi maka status eksposur (paparan) dan status penyakit diukur pada waktu
yang bersamaan pada suatu populasi.
Salah satu prinsip utama dari studi cross sectional adalah bahwa studi ini tidak
dapat digunakan untuk menjawab hubungan sebab-akibat. Mengapa demikian? Oleh
karena baik outcome (penyakit) maupun eksposur (faktor risiko) diukur pada saat
yang bersamaan, sehingga tidak dapat diketahui secara definitif apakah eksposur
mendahului outcome atau sebaliknya outcome mendahului eksposur.
a. Penentuan populasi penelitian

Dalam studi cross sectional maka populasi penelitian menjadi sangat penting
dan harus spesifik
Contoh adalah jika ingin mengetahui angka kejadian pneumia akibat
penggunaan alat medik, maka populasinya ada 2 macam, yaitu (1) penderita yang
mengalami pneumonia dan (2) penderita yang tidak mengalami pneumonia. Dari
masing-masing kelompok tersebut tentu juga akan terdiri dari mereka yang
menggunakan alat medik dan yang tidak menggunakan alat medik. Dapat juga
dijadikan perbandingan.

b. Pengukuran Exposure
Untuk mengukur adanya paparan pada subyek penelitian dapat dilakukan
antara lain dengan menggunakkan kuesioner, catatan medik, hasil pemeriksaan
laboratorium, maupun hasil pemeriksaan fisik.

c. Pengukuran kejadian penyakit


Pengukuran kejadian penyakit dapat dilakukan dengan menghitung prevalensi.
Point prevalence, yaitu prevalensi suatu penyakit pada suatu waktu tertentu. Point
prevalence suatu penyakit per 1000 populasi dihitung dengan formula berikut

5
d. Mengukur dan menghitung hubungan antara 2 variabel.

Keterbatasan dari penelitian cross sectional adalah tidak dapat digunakan


untuk mencari sebab-akibat antara eksposur dengan penyakit. Yang dapat
dilakukan adalah menghitung/estimasi adanya kemungkinan hubungan atau
asosiasi antara 2 variabel. Dalam hal ini maka besarnya risiko terjadinya suatu
penyakit akibat eksposur dinyatakan dengan RR atau relative risk atau risiko
relatif.

6
PENELITIAN ANALITIK

Penelitian analitik dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu (1) case-control study
atau studi kasus-kontrol, dan (2) cohort study.

a. CASE CONTROL STUDY


Seorang peneliti yang tertarik pada suatu kasus/penyakit, yang insidensinya relatif
jarang dan ingin mengetahui apa saja yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit dapat
menggunakan design penelitian ini.
 Rancangan case control study

Rancangan studi case control ini harus dibuat secara sangat hati-hati, oleh karena
rentan terhadap risiko bias

Dalam studi case control maka kasus harus didefinisikan secara sangat rinci, antara
lain adalah:
 apa yang dimaksud dengan kasus atau penyakit,

 bagaimana menegakkan diagnosis penyakit tersebut,

 kriteria apa saja yang harus ada untuk dapat dikatakan sebagai kasus

 dari mana dan kapan (periode waktu) kasus diambil

 bagaimana cara memperoleh kasus

 dsb

 Bias dan confounding


 Selection bias, yaitu bias yang terjadi pada saat seleksi subyek.
Ex: ingin mengetahui hubungan antara merokok dan Ca pulmo, maka peneliti
cenderung memasukkan orang-orang yang secara nyata memang perokok.

7
Akibatnya ketika dilakukan analisis, seolah-olah memang rokoklah penyebab
Ca pulmo
 Measurement bias, yaitu bias yang terjadi pada saat pengukuran eksposur
Ex : ingin mengetahui hubungan sebab akibat antara stroke dan hipertensi,
pemeriksa yang berbeda melakukan pengukuran tekanan darah dengan cara
yang berbeda atau menggunakan alat ukur yang tidak sama. Akibatnya hasil
pengukuran menjadi tidak valid.
 Information bias, yaitu bias yang terjadi pada saat peneliti menggali informasi
dari subyek.
Ex : pemeriksa mengetahui bahwa subyek menderita Ca pulmo, maka
pertanyaan mengenai merokok pada subyek tersebut dilakukan secara
mendalam, sedangkan yang bukan penderita Ca pulmo, pertanyaan dilakukan
secara pintas lalu.
 Recall bias, yaitu bias dalam menjaring informasi dari responden
Ex: peneliti ingin mengetahui apakah terjadinya low birth weight disebabkan
oleh intake makanan yang buruk selama kehamilan. Lalu dilakukanlah interview
untuk menanyakan apa saja yang dimakan dalam 2 minggu terakhir. Kalaupun
dijawab oleh responden, maka jawaban tersebut tidaklah valid, karena
kemampuan untuk mengingat setiap subyek sangat terbatas.
 Confounder. Kadar kolesterol ataupun kadar trigliserida yang tinggi merupakan
confounder untuk terjadinya stroke pada penderita hipertensi. Mengapa
demikian? Oleh karena pada penderita hipertensi yang disertai kadar kolesterol
atau kadar trigliserida yang tinggi memiliki risiko menderita stroke yang lebih
besar dari pada jika hanya menderita hipertensi saja.

 Mengendalikan resiko bias


 Restriksi : membatasi populasi
Ex : stroke dapat terjadi pada seorang penderita hipertensi, hiperkolesterolemia,
hipertrigliserida, obesitas, stress, dan diabetes mellitus. Untuk mengurangi
risiko terjadinya bias, dapat saja penderita dengan obesitas dan stress
dikeluarkan dari penelitian
 Randomisasi : untuk menghindari bias, menjamin agar heterogenitas kedua
populasi (kasus dan kontrol) dapat terjaga.

8
 Matching : jika umur sbg confounder suatu penyakit(umur tua beresiko
Alzheimer) dpt dilakukan matching. Setiap 1 kasus di mached dengan 1 atau
lebih kontrol dgn usia sama.
 Stratifikasi : Sebagai contoh adalah angka kematian bayi hingga umur 28 hari,
yang salah satu confoundernya adalah low birth weight atau berat badan lahir
rendah. Untuk itu maka ketika melakukan analisis dilakukan stratifikasi, mereka
yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram dikelompokkan sendiri
dan dibandingkan dengan yang berat lahirnya di atas 2500 gram.

 Analisis
Penelitian case-control yang dihitung adalah Odds Ratio (OR), yang formulanya
adalah sbb

b. COHORT
Penelitian cohort bermula dari eksposur. Sebagai contoh, ketika kita sedang
membeli bensin akan terlihat banyak anak kecil yang menjajakan koran dan makanan.
Mengingat bahwa di sekitar pom bensin tentu banyak kandungan timbalnya, maka
pertanyaannya adalah apa yang akan terjadi pada anak-anak tersebut setelah sekian lama
terpapar lingkungan pom bensin yang notabene mengandung banyak timbal.

Atas dasar pertanyaan tersebut kemudian peneliti melakukan observasi secara


prospektif pada anak-anak yang berada di sekitar pom bensin dan diamati hingga
muncul outcome, baik berupa penyakit atau hanya gejala sakit. Sedangkan kelompok
kontrol adalah anak-anak yang sama sekali tidak terpapar oleh timbal, atau tidak bekerja
di sekitar pom bensin.

9
Pendekatan penelitian cohort harus banyak memperhitungkan segi logistik, karena
pengamatan pada kelompok eksposur untuk terjadinya outcome bisa sangat lama dan
sering tidak menentu. Dapat dibayangkan apabila kita mengamati dan melakukan follow
up terhadap semua orang yang merokok dan menunggu hingga timbul outcome berupa
Ca pulmo. Waktu yang diperlukan untuk pengamatan tersebut tentu akan sangat lama,
bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Oleh sebab itu jarang sekali orang melakukan
penelitian jenis ini jika kemungkinan terjadinya outcome sangat lama.

Ukuran Masalah Kesehatan

 Rate
Kenapa penting?
 Misalnya ada berbagai jenis kasus gigitan anjing pada manusia. Jadi kalau misal
ada anjing Standford sebanyak 15 kasus dan najing Collie ada 6 kasus, apakah
kita bisa bilang bahwa anjing Standford lebih sering menggigit dibanding anjing
Collie? BELUM TENTU
 Alasan : Bisa saja anjing Standford jumlahnya memang lebih banyak di populasi
atau waktu kontak dengan manusia dibanding anjing Collie juga lebih banyak.
Jadi, RATE adalah seberapa sering suatu penyakit terjadi pada populasi dan
penyakit tertentu.

 Kenapa dikalikan 10 pangkat n? Karena agar mempermudah perhitungan


populasi penduduk yang biasanya ribuan, biarga pecahan gitu. Tapi ga dikalikan
10 pangkat n juga gapapa. Misal di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1997 terdapat
50.000 kasus tbc diantara penduduk yang berjumlah 5.000.000 orang maka rate
kasus tbc di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1997 adalah 50.000/5.000.000 =
1/100.
 Rate biasanya digunakan untuk mengukur kejadian penyakit dalam satuan
waktu tertentu (minggu, bulan).
 Jenis-jenis rate : a. Rate kasar adalah menampilkan jumlah seluruh populasi, b.
Rate spesifik adalah menampilkan populasi spesifik misal rate berdasarkan sex
atau age, c.Rate terstandarisasi adalah rate yang bandingin dengan sejumlah

10
populasi misal di kabupaten A rate angka kematian kasar kabupaten A lebih
rendah dibanding kabupaten B soalnya di Kab A banyak anak mudanya kalau B
banyak lansianya.
 Ratio
 Ratio adalah suatu perbandingan. Kalau rate dia dibanding dengan semua
jumlah populasi kalau ratio penyebutnya adalah jumlah populasi yang tidak
terkena penyakit tersebut.
 Misalnya Fetal death ratio : jumlah kematian fetus dalam 1 tahun/jumlah lahir
hidup dalam 1 tahun. Nah kalau bedanya dengan fetal death rate : jumlah
kematian fetus dalam 1 tahun/ jumlah kematian fetus + jumlah lahir hidup dalam
1 tahun. Jadi, kalau rate mau mati mau ga tetep dimasukin soalnya seluruh
jumlah populasi.
 Populasi Berisiko
 Populasi berisiko adalah populasi yang memiliki kerentanan terkena suatu
penyakit. Misal ngitung prevalensi nah dalam rumus kan ada populasi berisiko
kasus Ca mamae yang berisiko berarti perempuan.
 Populasi berisiko bisa dilihat dari umur, jenis kelamin, lingkungan, gizi,
demografi dll.
 Sebenernya populasi berisiko itu susah ngitungnya dalam keadaan real di
masyarakat karena ga semua penyakit keliatan populasi berisiko nya contoh ada
orang flu kita nyari orang yg berisiko flu itu berdasarkan apa kan susah. Jadi,
beberapa kasus itu bisa aja dilaporin banyaknya kasus doang misal pas ada
H5N1 , WHO tu Cuma laporin jumlah kasusnya aja biar kesannya kasusnya
besar.
 Pengukuran Morbiditas
 Pengukuran morbiditas itu ada 2 jenis yang utama : Insidensi dan
Prevalensi
 Insidensi adalah ngitung kasus baru yang ada dalam populasi
 Prevalensi adalah menghitung semua jumlah kasus yang ada dalam
populasi
 Kalau Insidensi biasanya digunakan untuk menghitung kasus yang akut kalau
prevalensi biasanya kasus kronis. Misal : ada flu itu dia insidensinya lebih tinggi
daripada DM tapi prevalensinya cenderung rendah soalnya kan kasusnya dia akut

11
cepet sembuh tapi juga banyak orang cepet kena. Kalau prevalensi DM itu tinggi
soalnya dia kronis mau diukur di bulan A, bulan B, bulan C bakalan terus ada dan
menetap jadi jumlah prevalensinya tinggi tapi insidensinya rendah.
 Insidence rate adalah jumlah kasus baru pada periode waktu tertentu/
jumlah population at risk (populasi berisiko) pada periode waktu yang sama.
Kapan digunakan? Pada studi prospektif misalnya mau neliti 100 tikus sehat
yang dicampur dikandang dengan tikus yang kena tbc berarti itungannya kalau
ada 10 tikus yang awalnya sehat tadi jadi tbc artinya insidensinya 10/100 atau
1/10.
 Prevalence rate adalah semua orang yang terkena suatu penyakit dalam
waktu tertentu/ jumlah population at risk (populasi berisiko) pada periode
waktu tertentu. Misal ada kasus infeksi di PICU 61 anak dibagi jumlah total
pasien PICU 512 anak pada 28 desember 2018. Wkatu tertentunya itu ya 28
desember 2018. Biar mudah kan itu hasinya 0,119 kalau dibuat tabel atau nyebut
susah nah bisa dikalikan persen. 0,119x100% jadi 11,9%.
 Prevalensi dipengaruhi oleh 1. KEPARAHAN PENYAKIT ( kalau suatu
kasus bikin cepet meninggal atau meninggal dalam waktu singkat prevalensinya
rendah, makanya kalau penyakit kronis dia kan lama meninggalnya jadi kasus tu
akan terus ada mau diitung dalam beberapa periode waktu kan) 2. DURASI
PENYAKIT ( kalau semakin pendek durasi semakin rendah prevalensi 3.
Jumlah KASUS BARU (Kasus baru makin banyak prevalensi makin besar) 4.
Perbaikan fasilitas diagnosis (Makin banyak yg terdeteksi makin banyak yg
cepet sembuh prevalensinya turun).

12
 Hubungan Prevalensi dan Insidensi

 Kalau kita lihat berati prevalensi itu dipengaruhi oleh jumlah air yang mengalir
dari atas (insidensi). Dan kalau misal airnya di kolam bawah itu bocor akan
mengurangi jumlah prevalensi (kematian) dan kalau air di kolam ada dalam
waktu lama berati prevalensi makin besar (durasi). Jadi Prevalensi dipengaruhi
durasi, banyaknya insidensi dan kematian.

 ->Rumus ini HANYA bisa


dipakai pada penyakit keadaan STABIL -> Maksudnya dia ga ada migrasi
penduduk, insidensi dan durasi nya suatu penyakit konstan, prevalensi rendah.
MISAL : TUMOR OTAK, EPILEPSI

 Case Fatality Rate (CFR)


 Case Fatality Rate : Untuk menghitung keparahan suatu penyakit. Proporsi
kasus yang meninggal akibat suatu penyakit dalam waktu tertentu.

13

 Misal ada kasus DBD pada Oktober smapai Desember 2018 50 kasus yang
meninggal 5 kasus berati CFRNYA 5/50 -> 10%

 Mortality Rate
 Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)
Intinya hampir sama kayak ngitung insidensi bedanya Cuma ini tuh kematian. Berati
rumusnya

 Angka Kematian spesifik

WABAH

Definisi

 kejadian berjangkitnya suatu penyakit dalam masyarakat yang jumlah penderitanya


meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu.
 Dikenal dengan Kejadian Luar Biasa (KLB)
 Berdasarkan arti kata:
o Wabah atau epidemi berasal dari Bahasa Yunani  Epi berarti pada dan
Demos yang berarti penduduk atau rakyat. Epidemi artinya hal-hal yang
terjadi pada penduduk, walaupun banyak yang bisa terjadi pada penduduk,
yang paling menarik perhatian adalah tentang penyakit.
 Berdasarkan sudut epidemiologi
o Suatu peningkatan kejadian kesakitan dan/atau kematian suatu penyakit di
suatu tempat tertentu, yang melebihi keadaan biasanya
 Menurut perundang-undangan

14
o Menurut UU No. 4 Tahun 1984  kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka.
 Keempat hal yang perlu diperhatikan untuk mengerti wabah
o Penyakit menular  penyakit yang disebabkan oleh suatu mikroorganisme
atau produk toksinnya yang ditularkan dari penderita atau reservoirnya kepada
manusia lain yang rentan.
o Kendaaan yang lazim  hasil pengamatan terhadap jumlah penderita suatu
penyakit menular dalam suatu masyarakat atau wilayah yang berkisar nilai
rata-rata (mean).
o Peningkatan jumlah penderita  angka hasil pengamatan penyakit menular
tersebut bisa melebihi nilai rata-ratanya, jika melebihi 2 standar deviasi dari
nilai rata-ratanya atau 2 kali dari nilai rata-rata  keadaan ini disebut wabah
o Dapat menimbulkan malapetaka  apabila penyakit mempunyai potensi
besar untuk menular secara cepat
 Endemik : Terjadi bila didaerah tersebut sepanjang waktu selalu ada penyakit yang
bersangkutan.
o Meso endemi  Bila penyakit tersebut diderita kurang dari 25% jumlah
penduduknya
o Hiper endemi Bila penyakit tersebut telah mencapai sekitar 25-75% jumlah
penduduknya.
o Holo endemi  Bila penyakit tersebut mencapai lebih dari 75% jumlah
penduduknya.
 Epidemi : Keadaan suatu daerah yang dahulu tiada adapenyakit yang bersangkutan,
kemudian timbul penyakit tersebut, atau sebelumnya sudah ada (endemis) kemudian
meningkat signifikan (2-3 kali) dalam waktu yang relatif singkat.
 Pandemi : Suatu epidemi yang telah meluas ke seluruh regional yang luas di dunia.

Regulasi

Regulasi yang mengatur tentang wabah sudah beberapa kali dikeluarkan di Indonesia antara
lain :

 Epidemie Ordonnantie (Staatsblad 1911 No. 299)

15
 UU No. 6/1962  UU No. 7/1968 tentang Wabah.
 UU No. 4/1984 tentang Wabah Penyakit Menular
 PP No.40/1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

Penetapan daerah wabah

 Dilakukan oleh Menteri Kesehatan RI  Berdasarkan data epidemiologi dan


keadaan masyarakat.
 Daerah ditetapkan untuk tingkat kota dan kabupaten
 Data epidemiologi yang jadi pertimbangan
o Frekuensi penyakit (morbiditas, mortalitas)
o Distribusi penyakit (tempat, waktu, manusia)
o Determinan penyakit (faktor risiko, penyebab).
 Keadaan masyarakat yang menjadi pertimbangan
o Keadaan sosial budaya (misal: kepercayaan)
o Keadaan ekonomi (misal: keluar masuknya manusia, hewan dan barang-
barang dari dan ke daerah wabah yang dapat atau diduga dapat mengakibatkan
penularan atau penyebaran penyakit)
o Keadaan keamanan (misal: keadaan yang berkaitan dengan faktor psikologis
antara lain kekhawatiran, ketakutan, kepanikan, dan faktor-faktor lainnya.

Upaya penanggulangan

Penanggulangan adalah suatu proses yang meliputi upaya menetapkan munculnya


keadaan wabah, upaya penanganan keadaan wabah serta upaya menetapkan berakhirnya
keadaan wabah.

Kegiatan penanggulangan wabah di Puskesmas:

 Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah


o Melakukan pengumpulan data, penganalisisan data, dan penarikan kesimpulan
 memakai pedoman dalam pengambilan kesimpulan  Nilai Batas Keadaan
Wabah  nilai yang dipakai untuk menentukan ada atau tidaknya suatu
wabah.
o Dikatakan outbreak :
 Jumlah kasus pada waktu tersebut >mean+3SD dalam setahun terakhir.

16
 Kenaikan > 2 kasus baru penyakit pd populasi yang sebelumnya tidak
pernah ada kasus tsb.
 Melaksanakan penanganan keadaan wabah
o Kegiatan yang ditujukan kepada penderita
- Anamnesis
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Penunjang
- Diagnosis
- Terapi
- Isolasi
o Kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat
- Promosi Kesehatan
- Spesific Protection
- Pencarian kasus baru
o Kegiatan yang ditujukan terhadap lingkungan
- Lingkungan fisik
 Terhadap lingkungan fisik yang masih baik
o Contoh: perlindungan sumber air minum perlindungan
makanan & minuman
 Terhadap lingkungan fisik yang teklah tercemar
o Contoh : Kloridasi sumber air Pemberian antiseptik
Pemusnahan barang-barang yang telah tercemar.
 Terhadap lingkungan fisik yang dipakai sebagai sarang vektor
o Contoh: ‘pengobatan’ atau pemusnahan abatisasi dan
penimbunan rawa
- Lingkungan biologik
 Tindakan terhadap binatang yang sehat
o Tujuan : agar tidak menjadi reservoir bibit penyakit
o Contoh : imunisasi rabies pada anjing yang sehat
 Tindakan terhadap binatang yang sakit
o Tujuan: agar tidak sampai menjadi penyebab timbulnya
penyakit
o Contoh: membunuh anjing yang terserang rabies

17
 Tindakan terhadap vektor
o Tujuan : Memusnahkan vektor
o Contoh: fogging pada DBD (DHF)
 Menetapkan berakhirnya keadaan wabah
o Sama dengan menetapkan terjangkitnya wabah, yakni melakukan
pengumpulan data, penganalisisan data, dan penarikan kesimpulan 
berpedoman Nilai Batas Keadaan Wabah.
o Menggunakan 2 teknik
- Teknik Grafik Penyakit
Jika grafik yang diamati berada di bawah garis horison wabah, selama
paling sedikit 2 x masa inkubasi, maka dapat ditarik kesimpulan
keadaan wabah telah berakhir
- Teknik Tabel Penyakit
Bila berhadapan dengan beberapa penyakit. Jika perbedaan antara data
penyakit dengan data NBKW telah negatif selama paling sedikit 2 x
masa inkubasi
 Pelaporan wabah
o Laporan meliputi terjangkitnya keadaan wabah, laporan penanganan wabah,
serta laporan berakhirnya keadaan wabah.
o Dipersiapkan Puskesmas untuk dikirim ke Dinas Kesehatan tingkat II.
o Jenis laporan
- Laporan terjangkitnya keadaan wabah  Laporan harus dikirimkan
dalam waktu 24 jam setelah keadaan wabah itu diketahui (Laporan
W1) ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, yang selanjutnya
dikirimkan pula laporan oleh Dinkes ke propinsi dan Depkes ( Ditjen
P2M-PLP)
- Laporan penyelidikan epidemiologi sementara
 jenis penyakit yang mewabah
 jumlah penderita yang terserang
 lokasi tempat terjadinya wabah
 waktu terjadinya wabah
 sumber penularan yang dicurigai
- Laporan keadaan wabah

18
 Laporan mingguan (W2) (rutin, baik ada maupun tidak ada
wabah) Puskesmas Kabupaten/Kota Propinsi Ditjen P2MPLP
 Yang dilaporkan : data morbiditas dan mortalitas beberapa
penyakit yang berpotensi menimbulkan wabah.
- Laporan berakhirnya wabah

 Studi Epidemiologi
 Tindakan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita dan tindakan
karantina.
 Prevensi primer pada anggota populasi berisiko.
 Tindakan pemusnahan penyebab penyakit.
 Tindakan penanganan jenazah.
 Promosi kesehatan.
o Pendidikan kesehatan
o Pemberdayaan masyarakat, misal dengan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam memberikan informasi adanya penderita atau tersangka
penderita penyakit wabah.

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Definisi : Timbulnya / meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara


epidemiologis pd suatu daerah dlm kurun waktu tertentu (UU No. 4. 1984).

19
Kriteria Kejadian Luar Biasa

Keputusan Dirjen PPM No 451/91 tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan


Kejadian Luar Biasa Tergolong Kejadian luar biasa, jika ada unsur :

 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
 Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut penyakitnya (jam, hari, minggu).
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan, tahun).
 Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB

 Wabah harus mencakup:


o Jumlah kasus yang besar.
o Daerah yang luas .
o Waktu yang lebih lama.
o Dampak yang timbulkan lebih berat.

 WABAH
o Penyakit menular
o Ditentukan oleh MENKES
 KLB
o Tidak hanya penyakit menular
o Ditentukan oleh kepala wilayah setempat

20

Anda mungkin juga menyukai