MAKALAH
Dosen Pengampu :
Dr. Pupun Nuryani, M.Pd.
Oleh :
SHILMY PURNAMA ()
SILVIA RAHMELIA (1502874)
Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT., karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga serta umatnya hingga
akhir zaman.
Makalah tentang “Kajian Historis terhadap Tokoh-tokoh Pendidik” ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pedagogik pada
Departemen Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya mencapai
kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami
yang masih perlu banyak belajar. Oleh karena itu jika terdapat kekurangan dan
kesalahan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
kami dalam membuat karya tulis di waktu yang akan datang. Kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini hampir seluruh negara-negara di dunia menghadapi tantangan
pendidikan untuk mewujudkan keunggulan daya saing negaranya dalam percaturan
global. Sistem yang canggih dan berbagai pengembangan strategi pendidikan terus
diimprovisasi demi mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan dan disepakati
bersama. Khusus bagi Indonesia, tujuan pendidikan telah tertuang dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, penulis merumuskan masalah yang sekaligus akan menjadi batasan
dalam pembahasan makalah ini. Adapun rumusan masalah yang dimaksud, yaitu:
1. Bagaimana periodisasi dari historis pendidikan yang terjadi di dunia dan di
Indonesia?
2. Bagaimana pemikiran tokoh pendidikan dunia jika ditinjau dari aspek
ontologi, epistimologi, aksiologi, serta implikasinya untuk Pendidikan di
Indonesia?
3. Bagaimana pemikiran tokoh pendidikan Indonesia jika ditinjau dari aspek
ontologi, epistimologi, aksiologi, serta implikasinya untuk Pendidikan dewasa
ini?
PEMBAHASAN
2. Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia dimulai sejak zaman Hindu Budha, kemudian diikuti
oleh perkembangan pengaruh Islam, zaman penjajahan, hingga zaman kemerdekaan.
Mudyahardjo (2008) dan Nasution (2008) menguraikan masing-masing zaman
tersebut, yaitu
a) Zaman Hindu Budha
Tujuan pendidikan pada zaman ini sama dengan tujuan kedua agama tersebut.
Pendidikan dilaksanakan dalam rangka penyebaran dan pembinaan kehidupan
beragama Hindu dan Budha
b) Zaman Pengaruh Islam
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sejalan dengan perkembangan
penyebaran Islam di nusantara, baik sebagai agama maupun sebagai arus
kebudayaan. Pendidikan Islam ini tidak diselenggarakan secara terpusat,
namun banyak diupayakan secara perorangan.
c) Zaman Pengaruh Nasrani (Katolik dan Kristen)
Orde ini mempunyai organisasi pendidikan yang seragam, sama di mana pun,
dan bebas untuk semua. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang
ampuh untuk penyebaran agama (Nasution, 2008: 4).
d) Zaman Kolonial Belanda
Sejalan dengan Politik Etis yang dijalankan belanda, tampak kemajuan yang
lebih pesat dalam bidang pendidikan. Tokoh-tokoh pendidik pada zaman ini
ialah Mohamad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan K.H Ahmad Dahlan.
e) Zaman Kolonial Jepang
Di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari
penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi
semua orang. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia secara luas
diinstruksikan oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di
kantor-kantor, dan dalam pergaulan sehari-hari.
f) Zaman Kemerdekaan
Tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu undang-undang yang
mengatur pendidikan.
g) Zaman Orde Lama
Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang dapat
membangun bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya
baik di dalam maupun di luar
h) Zaman Orde Baru
Menurut Orde Baru, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
rumahtangga, sekolah dan masyarakat
i) Zaman Reformasi
Dalam bidang pendidikan ada perubahan-perubahan dengan munculnya
Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah system pendidikan
sentralisasi menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan tenaga
kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan kualitas
profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi
pendidikan juga diupayakan, misalnya MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
Life Skills (Lima Ketrampilan Hidup), dan TQM (Total Quality Management).
2. Maria Montessori
a. Biografi
Maria Montessori lahir di Italia pada tahun 1870 di Chiaravalle. Maria
mempunyai minat dan bakat yang besar terhadap matematika, sehingga orang tuanya
mengirimnya ke Roma. Ia menekuni bidang mesin, kemudian biologi dan akhirnya
bidang kedokteran. Setelah lulus ia bekerja di klinik psikiater, pekerjaannya banyak
berhubungan dengan masalah cacat mental, sehingga mengantarkan ia pada gagasan-
gagasannya tentang pendidikan.
Pada tahun 1909 ia menerbitkan Scientific Pedagogy as Applied to Child
Education in the Children Houses. Selama hidupnya Maria Montessori yakin bahwa
pendidikan dimulai sejak bayi lahir, bahkan tahun-tahun awal kehidupannya
merupakan masa-masa formatif yang paling penting baik fisik maupun mental anak.
Dr. Montessori meninggal di Belanda pada 1952 pada umur 81 tahun. Setelah
kematiannya anak laki-lakinya menggantikan kedudukannya sebagai direksi
Association Montessori Internationale yang berpusat di Amsterdam.
b. Tinjauan Ontologis, Epistimologi, dan Aksiologi
Ontologis
Bagi pendidikan ala Montessori manusia adalah mahluk yang aktif beraksi,
pintar, mampu berbahasa, kreatif, mahluk sosial, memiliki sensitifitas waktu,
emosional, berjenis kelamin, religious dan moralis, sadar akan diri sendiri dan
memiliki indera. Maria Montessori dari hasil penyeledikannya mempercayai bahwa
anak-anak tidak saja memiliki sifatnya masing-masing tapi juga memiliki
perkembangan karakter jiwa yang individual.
Epistimologis
Pendekatan yang menjadi ciri khas Montessori berfokus pada tugas guru
dalam mengamati anak saat memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep
atau keterampilan tertentu. Awalnya perhatian beliau lebih kepada anak usia pra
sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang masuk SD, ia
mengembangkan penelitiannya pada anak-anak masa remaja hingga jenjang
menengah dan pendidikan tinggi.
Metode Montessori menekankan pada aktivitas pengerahan diri pada anak dan
pengamatan dari guru. Dalam artian menekankan pentingnya penyesuaian dari
lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik
dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktek. Kemudian ciri lainnya
adalah penggunaan peralatan otodidak untuk memperkenalkan berbagai konsep.
Aksiologis
Menurut Maria Montessori, jawaban tujuan pendidikan ada dalam diri anak
itu sendiri, rancang bangun individu setiap manusia harus dibiarkan berkembang agar
dengan begitu setiap manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat
mengurus yang menjadi tugas kemasyarakatannya.
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Maria Montessori seorang pendidik bekebangsaan Italia mengemukakan teori
tentang hukum masa peka pada hukum perkembangan manusia Menurutnya masa
peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali
dipengaruhi dan dikembangkan (Desmita, 2011: 17). Beliau mengemukakan teori
tentang anak, yaitu:
“Jika pendidikan mengenali nilai intrinsik dari kepribadian seorang anak,
maka memberikan nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita
menyingkapkan anak yang sama sekali baru, dimana karakternya yang memukau
pada akhirnya dapat menyumbang kepada dunia yang lebih baik”.
Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi anak sebagai suatu masa yang
sangat esensial bagi keseluruhan hidupnya. Beliau juga menegaskan tentang konsep
Child’s Self-Construction yang menyatakan bahwa anak membangun sendiri
perkembangan jiwanya. Sensitive period menyatakan usia anak dini adalah masa
peka, absorbent mind serta pada masa anak usia dini memiliki jiwa penyerap berbagai
pengetahuan dan pengalaman hidupnya. Teorinya berkontribusi terutama dalam
pendidikan anak usia dini.
3. B.F Skinner
a. Biografi
Burrhusm Frederic Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania 20 Maret
1904, meninggal di Massachusetts, 18 Agustus 1990 pada umur 86 tahun. Beliau
adalah seorang psikolog Amerika yang terkenal dengan teori behaviorisme. Skinner
menempuh pendidikan dalam bidang bahasa inggris dari Hamilton College.
Kemudian meneruskan pendidikan dalam bidang psikologi di Universitas Harvard.
b. Tinjauan Ontologis, Epistimologi, dan Aksiologi
Ontologis
Setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya.
Sistem tersebut dinamakan “cara kerja yang menentukan” (operant conditioning) atau
teori pembiasaan perilaku. Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses
bersinggungan dengan lingkungannya. Di dalam proses itu, makhluk hidup menerima
rangsangan atau stimulan tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu.
Epistimologis
Skinner membagi dua metode tentang bagaimana guru melakukan pelajaran,
yaitu 1) manajemen kontingensi, merupakan penggunaan penguatan positif secara
hati atau pemberian penghargaan kepada siswa merupakan kebalikan dari pemberian
hukuman; 2) pengajaran terprogram, mengarahkan siswa apa yang harus dilakukan
dan apa yang baik untuk mereka. Hakekat dari metode ini merupakan hubungan
dengan keberhasilan siswa. Skinner menyebutkan macam-macam penguatan positif
mulai sistem ‘kredit poin’ sampai dengan ungkapan guru. Agar efektif metode ini
harus memberikan penghargaan secara konsisten.
Aksiologis
Tujuan yang tepat dari ilmu pengetahuan tentang manusia menurut Skinner
adalah memprediksi dan mengendalikan tingkah laku manusia. Pengendalian harus
dilakukan tidak kepada manusianya secara langsung tetapi kepada lingkungannya.
Jika tingkah laku merupakan sebuah respon terhadap lingkungan, rangsangan
lingkungan yang diubah akan membawa kepada tingkah laku yang dirubah pula.
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Dalam pandangan Skinner pemberian penghargaan hendaknya dilakukan
untuk memberikan penguatan terhadap siswa. Beliau bertahan pada pendapatnya
bahwa belajar adalah performance. Program pengajaran merinci belajar ke dalam
langkah-langkah kecil, sementara gerakan tujuan tingkah laku mempunyai target
proses pengajaran pada penampilan skala kecil.
Pada eksperimennya Skinner menggunakan seekor tikus sehingga
menghasillkan teori Stimulus Respon (S-R) dan operant conditioning. Kelemahan
dalam teori Skinner adalah proses belajar itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat
diamati, padahal belajar adalah kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar
kecuali sebagai suatu gejala. Disamping itu proses belajar manusia yang dianalogikan
dengan perilaku hewan sangat tidak diterima mengingat mencoloknya fisik dan
psikis.
4. Jean Piaget
a. Biografi
Jean Piaget adalah seorang psikolog berkebangsaan Swiss yang tertarik pada
dunia pendidikan karena merasa tidak puas dengan teori pada ahli pendidikan yang
sudah ada. Piaget lahir pada 1896 dan meninggal pada 1980. Peranan Piaget di dunia
pendidikan semakin besar setelah menduduki jabatan sebagai Direktur International
Bureau of Education (IBE) pada 1929. Sejak saai itu Piaget banyak menulis tentang
pendidikan umum.
b. Tinjauan Ontologis, Epistimologi, dan Aksiologi
Ontologis
Pendidikan merupakan penghubung dua sisi, disatu sisi individu sedang tumbuh dan
disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk
mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang,
perkembangan ini bersifat kausal (sebab akibat). Namun terdapat komponen normatif, juga
karena pendidik menuntut nilai. Nilai ini adalah norma yang berfungsi sebagai penunjuk
dalam mengindentifikasi apa yang diwajibkan, diperbolehkan, dan dilarang. Jadi, pendidikan
adalah hubungan normatif antara individu dan nilai.
Epistimologis
Peran guru adalah mengaktualkan yang masih kuncup dan mengembangkan lebih
lanjut apa yang sedikit atau baru sebagian teraktualisasi, semaksimal mungkin sesuai dengan
kondisi yang ada. Jean Piaget, merumuskan konsep pendidikan dasar yaitu pendidikan yang
menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, meskipun suatu penciptaan dibatasi oleh
pembandingan dengan penciptaan yang lain.
Aksiologis
Pendidikan secara umum berfungsi membantu siswa dalam pengembangan dirinya,
yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang
positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar memberikan
pengetahuan atau nilai atau pelatihan ketrampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan
apa yang secara potensi dan aktual telah dimiliki siswa, sebab siswa bukanlah gelas kosong
yang harus diisi dari luar.
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Piaget berpendapat bahwa memaksa merupakan metode mengajar yang paling
buruk, karena tanpa paksaan siswa akan merekontruksi apa yang dipelajarinya
(inquiry). Kemudian Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi
4 tahap, yaitu
1. Tahap sensori-motorik (sejak lahir sampai usia 2 tahun)
(refleks instinktif, pemikiran simbolis, pengoordinasian pengalaman)
2. Tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
(mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar)
3. Tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun)
(berpikir secara logis tentang peristiwa konkret dan pengklasifikasian benda)
4. Tahap operasional-formal (usia 11 tahun ke atas)
(berpikir abstrak, logis, dan lebih idealistik)
(Desmita, 2011: 101)
5. Benjamin S. Bloom
a. Biografi
Benjamin S. Bloom lahir pada 21 Februari di Lansford Pennsylvania dan
meninggal pada 13 September 1999. Ia adalah seorang guru, penasihat pendidikan
dan ahli psikologi pendidikan. Pekerjaan pertamanya sebagai instruktur di
Departemen Pendidikan di University of Chicago pada 1944 dan menjadi Professor
pada 1970 kemudian menjabat sebagai penasihat pendidikan pemerintah Israel, India,
dan banyak negara lain. Pada tahun 2001 Bloom bekerjasama dengan David
Krathwohl dan menulis A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing.
b. Tinjauan Ontologis, Epistimologi, dan Aksiologi
Ontologis
Manusia memiliki potensi sesuai dengan ranah atau kawasan yang ada
padanya. Kemampuan belajar tersebut dapat diasah berdasarkan ranah atau kawasan
tersebut.
Epistimologis
Pendidikan menurut teori Benjamin S Bloom terbagi menjadi 3 yaitu Ranah
Kongnitif, Afektif dan Psikomotorik. Teori Benjamin S Bloom dijadikan acuan untuk
mengetahui tercapainya tujuan pendidikan berupa adanya perubahan pengetahuan,
sikap dan gerak pada setiap peserta didik.
Aksiologis
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1) Cognitive Domain (Ranah Kognitif), mengasah perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
2) Affective Domain (Ranah Afektif) membentuk perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) melatih perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Konsep taksonomi Bloom memang sudah mengemuka di dunia pendidikan.
Teori tersebut dikembangkan dalam rangka mengklasifikasikan tujuan pendidikan
dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Konsep tersebut
mengalammi perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta
teknologi. Revisi yang dilakukan oleh Lorin Anderson pada 1990 terkait perubahan
kata kunci, pada kategori kata benda menjadi kata kerja.
Gambar 2.1 Perubahan Taksonomi Bloom
Sumber: Suyitno, 2009
Pribadi, S.A.T (2010). Kiprah K.H. Ahmad Dahlan dalam Modernisasi Pendidikan
Islam di Indonesia. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah