Anda di halaman 1dari 6

PEMROSESAN INFORMASI DALAM BELAJAR

1. Konsep Sensasi, Atensi, Persepsi dan Memori.

a. Sensasi

Jalaluddin Rakhmat (2008;49) menyatakan bahwa tahapan paling awal dalam

penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat

pengindraan, yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Dennis Coon

(dalam Rakhmat, 2008;49) menyatakan, “bila alat-alat indera mengubah informasi

menjadi implus-implus saraf dengan bahasa yang difahami oleh (komputer) otak maka

terjadilah proses sensasi.

Benyamin B. Wolmen (dalam Rakhmat, 2008;49) juga mendefenisikan sensai sebagai

pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis,

atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.

b. Atensi

Sumardi suryabrata (2012; 14) mengutip pengertian Atensi dalam Stren, 1950 dan

bigot 1950, ia menjelaskan atensi adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suau

objek. Sumardi juga menyatakan atensi adalah banyak sedikitnya kesadaran yang

menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.

Kenneth E. Andersen(dalam Jalaluddin Rakhmat, 2008;52) menyatakan “perhatian

adalah proses mental ketika stimulasi atau rangkaian stimulasi menjadi menonjol dalam

kesadaran pada saat stimulasi lainnya melemah.

Syamsul Yusuf dan Nani M. Sughandhhi (2011;87) menjelaskan empat cara atensi

yaitu:
1) Atensi selektif, yaitu pemusatan perhatian terhadap aspek khusus yang relevan,

dan mengabaikan aspek-aspek lain yang tidak relevan.

2) Atensi terbagi, yaitu konsentrasi terhadap lebih dari satu aktivitas dalam waktu

yang sama.

3) Atensi Pemelihara, yaitu kemampuan untuk memelihara atensi terhadap stimulasi

terpilih untuk periode waktu yang panjang.

4) Atensi eksekutif, yaitu meliputi perencanaan kegiatan, pengalokasian atensi

terhadap tujuan, kompensasi dan deteksi yang keliru, monitoring kemajuan tugas-

tugas, dan keadaan yang sulit.

c. Persepsi

Jalaluddin Rakhmat (2008;56) menyatakan bahwa yang menentukan persepsi bukan

jeenis atau bentuk stimulasi, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada

stimulasi itu.

Krech dan Crutchfield (dalam Rakhmat, 2008;56) merumuskan dalil persepsi

pertama; persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek

yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan

individu yang melakukan persepsi.

Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimar dan Koffka (dalam Rakhmat

2008;58) merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip ini

kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsikan

sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-

bagiannya, lalu menghimpunnya.


d. Memori

Syamsul Yusuf dan Nani M. Sugandhi (2011;89) mendefenisikan memori sebagai

daya ingat terhadap informasi yang telah lalu. Memori merupakan pusat kehidupan

mental dan berpikir, remaja perlu menyimpan informasi dan memanggil kembali apabila

diperlukan. Pemprosesan informaso melibatkan tiga aktivitas, yaitu (1) pengodean

(memasukkan informasi ke dalam memori), (2) penyimpanan (penyimpanan informasi

setiap waktu), dan (3) pemanggilan kembali (mengeluarkan informasi dari penyimpanan).

Schlessinger dan Groves (dalam Rakhmat, 2008;62) menyatakan bahwa memori

adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam

fakta-fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing

perilakunya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemrosesan Informasi

Lutfi Koto (academia.edu, 2015) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi

pemrosesan informasi, yaitu:

a. Faktor internal (psikologis dan fisiologis) dan faktor eksternal (media atau saluran

komunikasi)

b. Memori yang kurang maksimal, hal ini disebabkan oleh individu yang kurang melatih

memori secara maksimal.

c. Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.

d. Tingkat kesulitan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan

dalam ingatan.

e. Kemampuan otak individu yang tak sama.


3. Pemanfaatn pemrosesan informasi dalam belajar.

Lutfi Koto (academia.edu, 2015) menyatakan beberapa pemanfaatan pemrosesan

informasi dalam belajar, yaitu:

a. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada

lingkungan yang selalu berubah.

b. Menjadi stratergi pembelajaran dengan menggunakan cara berfikir yang berorientasi

pada proses lebih menonjol.

c. Kapasitas belajar dapat disajikan secara lengkap.

d. Prinsip perbedaan individual yang terlayani.

4. Lupa Dalam Belajar

a. Proses Terjadinya Lupa dalam Belajar

Muhibbin Syah (2012;170) menyatakan, lupa ialah hilangnya kemampuan untuk

menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.

Secara sederhana, Gulo dan Reber (dalam Syah, 2012;170) mendefinisikan lupa sebagai

ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.

Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan,

lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

Wittig (dalam Syah, 2012;170) menyimpulkan berdasarkan penelitiannya, peristiwa

lupa yang dialami seseorang tak mungkin dapat diukur secara langsung. Sering terjadi,

apa yang dinyatakan telah terlupakan oleh seorang siswa justru ia katakana.

b. Faktor-Faktor Penyebab Lupa

Muhibbin Syah (2012;170) mengemukakan faktor-faktor penyebab lupa, yaitu:


1) Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau

materi yang ada dalam sistem memori siswa.

2) Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang

telah ada baik sengaja ataupun tidak.

3) Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu

belajar dengan waktu mengingat kembai.

4) Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan

situasi belajar tertentu.

5) Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah

digunakan atau dihafalkan siswa.

6) Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syarat otak.

c. Kiat Mengurangi Lupa Dalam Belajar

Muhibbin Syah (2012;178) memaparkan kiat-kiat untuk mengurangi lupa dalam

belajar, yaitu:

1) Timbulkan atau tingkatan motivasi belajar para siswa dengan menyadarkan

mereka akan tujuan instruksional yang harus mereka capai.

2) Tunjukkan unsure-unsur pokok sebelum menunjukkan unsure-unsur penunjang

yang relevan dalam materi pelajaran yang di sajikan.

3) Sajikan pokok bahasan materi yang berkaitan dengan bahasan pada sesi

sebelumnya dan relevan dengan pokok bahasan materi yang akan disajikan pada

sesi berikutnya.
Kepustakaan

Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Yusuf, Syamsu dan Sugandhi, Nani M. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Koto, Lutfi. 2015. Pemrosesan Informasi dalam Belajar, (Online),

(http://www.academia.edu/8554631/PEMROSESAN_INFORMASI_DALAM_BELAJA

R, diakses 17 Maret 2015).

Anda mungkin juga menyukai