OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena
anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Penggunaan
Formalin sebagai Pengawet Ikan Asin” guna memenuhi persyaratan tugas mata
kuliah bioteknologi sanitasi lingkungan. Penulis menyadari bahwa masih sangat
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini, oleh karna itu saya
mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga akan menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing Mata Kulia Bioteknologi
Sanitasi Lingkungan Dr. AMIRULLAH, M.Si yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis dengan rasa keikhlasan dan tanggung jawab.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahNya selalu. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat, baik bagi penulis pada khususnya maupun bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul……………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………..... ii
Daftar Isi………………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang……………………………………………………... 1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3.Tujuan Makalah……………………………………………………. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Ikan Asin…………………………………………………………... 3
2.2. Formalin…………………………………………………………… 4
2.3. Sifat Formalin………………………………………………........... 4
2.4. Penggunaan Formalin……………………………………………... 5
2.5. Bahaya Penggunaan Formalin pada Bahan makanan bagi kesehatan 6
2.6. Ciri-ciri Ikan Asin yang Mengandung Formalin…………………... 6
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………... 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ikan merupakan bahan makanan yang tinggi kandungan air dan zat gizinya.
Ikan mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang
diperlukan oleh tubuh, di samping itu nilai biologisnya mencapai 90 persen, dengan
jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna. Bahan makanan ini mudah
mengalami pembusukan dan kerusakan dibandingkan dengan produk daging, biah
dan sayuran, terutama kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme, seperti bakteri, kapang dan khamir. Pengasinan ikan adalah salah
satu cara pengawetan ikan agar tidak mengalami kebusukan oleh bakteri pembusuk
dengan menambahkan garam 15-20% pada ikan segar atau ikan setengah basah
(Wardan, 2016).
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Proses pengeringan ikan yang
dilakukan pengolah masih sangat sederhana, penjemuran dilakukan di pinggir jalan
raya sehingga menimbulkan dampak estetika yang merugikan seperti bau dan
pemandangan kurang sedap. Proses yang demikian juga sangat rawan berpotensi
menimbulkan pathogenic impact terhadap produk ikan asin. Hal tersebut yang
mendorong para pengolah ikan menggunakan berbagai cara untuk mencegahnya.
dengan dalih agar ikan asin tahan lama, bebas belatung, dan menghindari kerugian,
para pengolah menggunakan zat aditif berbahaya yaitu formalin. Penambahan
formalin memang secara efektif dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Disamping itu, perlakuan dengan formalin murah dan mudah digunakan
(Suryanti, 2017).
Formalin adalah salah satu zat yang dilarang berada dalam bahan makanan.
Formalin adalah larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan kimia
1
37% formaldehid methanol sebagai pengawet dan stabilator. Formalin ini biasanya
digunakan sebagai bahan baku industri-industri makanan, serta larutan dari
formaldehida sering dipakai mematikan bakteri serta mengawetkan bangkai, dan lain-
lainnya. Formalin memiliki fungsi sebagai antibacterial agenti yang dapat
memperlambat aktivitas bakteri dalam makanan yang mengandung banyak protein,
oleh karena itu formalin bereaksi dengan protein dalam makanan dan membuat
makanan menjadi awet. Namun, ketika masuk kedalam tubuh manusia formalin
bersifat mutagenic dan karsinogenik yang dapat memicu sel kanker dan cacat gen
pada tubuh.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Malakah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Formalin (Formaldehida)
2.3.Sifat Formalin
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan
tenggorokan. Berat jenis formalin sekitar 1,08gr/ml. Formaldehid dapat bercampur
dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter. Sifat
formalin mudah larut dalam air dikarenakan adanya elektron bebas pada oksigen
sehingga dapat mengadakan ikatan hidrogen molekul air. Struktur bangun dari
formaldehide dapat dilihat pada Gambar 1
4
Dalam udara bebas formalin berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam
air biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang formalin
atau formol. Umumnya, larutan ini mengandung 10-15% metanol sebagai stabilisator
dan untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formalin dalam air,
dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formalin menampilkan sifat kimiawi
seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya.
Formalin bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu
larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara
(Sinaga, 2010).
2.4.Penggunaan Formalin
5
bahan tenunan. Dalam bidang farmasi formalin digunakan sebagai obat penyakit kutil
karena kemampuannya merusak protein (Cahyadi, 2009).
6
dilihat dari tekstur dan warnanya, kemudian dicium baunya dandilihat apakah ada
lalat yang mau mengerumuni. Ikan asin yang mengandung formalin selain keras
bagian laur ikan juga kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian
dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi
lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. (Niswah, 2016).
7
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Formalin adalah larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan
kimia 37% formaldehid methanol sebagai pengawet dan stabilator desinfektan
yang efektif melawan bakteri vegetatif, jamur atau virus, tetapi kurang efektif
melawan spora bakteri.
2. Formalin biasanya digunakan sebagai bahan perekat kayu lapis. Formalin juga
digunakan untuk desinfektan (pembersihan dari bakteri dan kuman) pada peralatan
rumah sakit. Pengawetan mayat di rumah sakit dan pengawetan sel organisme (tubuhan
& hewan) juga menggunakan larutan Formalin. Selain itu, dalam skala besar, Formalin
bisa digunakan sebagai prekursor (senyawa penghasil reaktan) untuk pembuatan
beberapa senyawa kimia penting dalam skala industri.
3. penggunaan formalin pada bahan makanan memiliki dampak buruk bagi
kesehatan manusia. Jika tertelan formalin dapat menyebabkan iritasi dan rasa
terbakar pada mulut dan esofagus, nyeri dada atau perut, nausea, vomitus, diare,
ulkus pada gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal dan gagal ginjal.
Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, karena bersifat karsinogen
(menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel dan jaringan
tubuh) serta sangat korosif dan iritatif. Formalin dapat bereaksi cepat dengan
lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan.
4. Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin yaitu tidak rusak sampai lebih dari
satu bulan pada suhu kamar (25 Celcius), tekstur agak keras, warna ikan bersih
8
DAFTAR PUSTAKA
Suryanti, Riyadi, P.H dan A’in, C., 2017, Performa Ikan ‘Si Dulang’ (Ikan Asin Khas
Kedung Malang Jepara) Pasca Penerapan Rak Pengering Ikan Pehi_Ling,
Jurnal Info, 19(1): 1-12
Wardani, R.I dan Mulasari, S.A., 2016, Dentifikasi Formalin pada Ikan Asin yang
Dijual di Kawasan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap, Jurnal Kesmas,
10(1): 15-24
Yulisa, N., Asni, E dan Azrin, M., 2014, Uji Formalin pada Ikan Asin Gurami di
Pasar Tradisional Pekanbaru, Jurnal Jom FK, 1(2): 1-12
Uddin, M.I., 2014. Analisis Kadar Formalin dan Uji Organileptik Ikan Asin
diBeberapa Pasar Tradisional di Kabupaten Tuban, Skripsi, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Riansyah, A., Supriadi, A dan Nopianti, R., 2013, Pengaruh Perbedaan Suhu dan
Waktu Pengeringan terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) dengan Menggunakan Oven, Jurnal Fishtech,
11(01): 53-68
Sinaga, E.J., 2010, Analisis Kandungan Formalin pada Ikan Kembung Rebus di
Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Niswah, C., Pane, E.R dan Resanti, M., 2016, Uji Kandungan Formalin pada Ikan
Asin di Pasar Km 5 Palembang, Jurnal Bioilmi, 2(2): 121-128