Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIOTEKNOLOGI SANITASI LINGKUNGAN

“BAHAYA PENGGUNAAN FORMALIN SEBAGAI PENGAWET IKAN


ASIN”

OLEH:

CRASILIA YANTI PADANG (F1E117003)

PROGRAM STUDI BIOTEKNLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena
anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Penggunaan
Formalin sebagai Pengawet Ikan Asin” guna memenuhi persyaratan tugas mata
kuliah bioteknologi sanitasi lingkungan. Penulis menyadari bahwa masih sangat
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini, oleh karna itu saya
mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga akan menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing Mata Kulia Bioteknologi
Sanitasi Lingkungan Dr. AMIRULLAH, M.Si yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis dengan rasa keikhlasan dan tanggung jawab.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahNya selalu. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat, baik bagi penulis pada khususnya maupun bagi semua pihak.

Kendari, 30 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul……………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………..... ii
Daftar Isi………………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang……………………………………………………... 1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3.Tujuan Makalah……………………………………………………. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Ikan Asin…………………………………………………………... 3
2.2. Formalin…………………………………………………………… 4
2.3. Sifat Formalin………………………………………………........... 4
2.4. Penggunaan Formalin……………………………………………... 5
2.5. Bahaya Penggunaan Formalin pada Bahan makanan bagi kesehatan 6
2.6. Ciri-ciri Ikan Asin yang Mengandung Formalin…………………... 6
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………... 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ikan merupakan bahan makanan yang tinggi kandungan air dan zat gizinya.
Ikan mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang
diperlukan oleh tubuh, di samping itu nilai biologisnya mencapai 90 persen, dengan
jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna. Bahan makanan ini mudah
mengalami pembusukan dan kerusakan dibandingkan dengan produk daging, biah
dan sayuran, terutama kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme, seperti bakteri, kapang dan khamir. Pengasinan ikan adalah salah
satu cara pengawetan ikan agar tidak mengalami kebusukan oleh bakteri pembusuk
dengan menambahkan garam 15-20% pada ikan segar atau ikan setengah basah
(Wardan, 2016).
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Proses pengeringan ikan yang
dilakukan pengolah masih sangat sederhana, penjemuran dilakukan di pinggir jalan
raya sehingga menimbulkan dampak estetika yang merugikan seperti bau dan
pemandangan kurang sedap. Proses yang demikian juga sangat rawan berpotensi
menimbulkan pathogenic impact terhadap produk ikan asin. Hal tersebut yang
mendorong para pengolah ikan menggunakan berbagai cara untuk mencegahnya.
dengan dalih agar ikan asin tahan lama, bebas belatung, dan menghindari kerugian,
para pengolah menggunakan zat aditif berbahaya yaitu formalin. Penambahan
formalin memang secara efektif dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Disamping itu, perlakuan dengan formalin murah dan mudah digunakan
(Suryanti, 2017).
Formalin adalah salah satu zat yang dilarang berada dalam bahan makanan.
Formalin adalah larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan kimia

1
37% formaldehid methanol sebagai pengawet dan stabilator. Formalin ini biasanya
digunakan sebagai bahan baku industri-industri makanan, serta larutan dari
formaldehida sering dipakai mematikan bakteri serta mengawetkan bangkai, dan lain-
lainnya. Formalin memiliki fungsi sebagai antibacterial agenti yang dapat
memperlambat aktivitas bakteri dalam makanan yang mengandung banyak protein,
oleh karena itu formalin bereaksi dengan protein dalam makanan dan membuat
makanan menjadi awet. Namun, ketika masuk kedalam tubuh manusia formalin
bersifat mutagenic dan karsinogenik yang dapat memicu sel kanker dan cacat gen
pada tubuh.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Apa yang dimaksud dengan formalin?
2. Apa Kegunaan Formalin?
3. Apa bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan formalin pada pen bahan pangan
(ikan asin)?
4. Bagaimana ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin?
5. Bagaimana upaya yang dapat lakukan untu

1.3.Tujuan Malakah

Tujuanyang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk menanmbah informasi mengenai bahan pengawet formalin
2. Untuk mengetahui kegunaan dari formalin
3. Untuk mengetahui bahaya penggunaan formalin pada bahan pangan (ikan asin)
4. Untuk mengetahui ciri-ciri ikan yang mengandung formalin

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ikan Asin

Ikan merupakan bahan makanan yang sering dikomsumsi oleh masyarakat


Indonesia. Ikan sendiri merupakan bahan makan yang mudah rusak. Hal ini
disebabkan karena daging ikan memiliki kandungan air yang sangat tinggi, pH
netral,mteksturnya lunak serta memiliki kandungan gizi yang banyak sehingga
menjadi medium yang baik untuk pertumbuhan jasad renik terutama bakteri.
Banyaknya kandungan air didalam daging ikan sehingga ikan sangat mudah dan
cepat mengalami pembusukan, sehingga banyak cara yang dapat dilakukan untuk
mengawetkan ikan secara tradisional seperti pengidanan, pengasapan, pembuatan
peda dan penggaraman atau pembuatan ikan asin (Uddin, 2014).
Ikan asin merupakan salah satu bahan makanan mentah yang diawetkan
menggunakan garam. Penggaraman pada dasarnya dilakukan untuk mengurangi
kadar air dalam ikan sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang. Adanya
garam akan mengakibatkan terjadinya proses osmosa pada sel daging ikan sehingga
bakteri menjadi mati. Pembuatan ikan asin kering merupakan yang paling
sederhana.Ikan asin kering merupakan produk ikan yang cukup mudah dalam
pembuatannya. Jeroan dan sisik ikan dibuang, kemudian dijemur atau dikeringkan
dengan alat pengering. gan alat pengering. Proses pengeringan ikan dapat dilakukan
dengan penjemuran di bawah sinar matahari. Pengeringan menggunakan panas
matahari selain biaya murah, juga mempunyai daya tampung yang besar, akan tetapi
cara ini sangat tergantung pada cuaca dan suhu pengeringan tidak dapat diatur
(Riansyah dkk., 2013).

3
2.2. Formalin (Formaldehida)

Formalin merupakan senyawa formaldehida yang terkandung kurang lebih 30-


40% didalam air. Formalin merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30.03
yang pada suhu normal dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau
dan sangat mudah larut dalam etnol dan eter. Formalin termasuk senyawa jenis
desinfektan yang biasanya digunakan dalam bidang industri dan sering digunakan
sebagai bahan pengawet yaitu untuk mengawetkan mayat. Formalin merupakan
larutan yang dapat larut baik dalam air karena memiliki sifat sama polar dengan air
(Arifin, 2005).

2.3.Sifat Formalin

Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan
tenggorokan. Berat jenis formalin sekitar 1,08gr/ml. Formaldehid dapat bercampur
dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter. Sifat
formalin mudah larut dalam air dikarenakan adanya elektron bebas pada oksigen
sehingga dapat mengadakan ikatan hidrogen molekul air. Struktur bangun dari
formaldehide dapat dilihat pada Gambar 1

4
Dalam udara bebas formalin berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam
air biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang formalin
atau formol. Umumnya, larutan ini mengandung 10-15% metanol sebagai stabilisator
dan untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formalin dalam air,
dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formalin menampilkan sifat kimiawi
seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya.
Formalin bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu
larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara
(Sinaga, 2010).

2.4.Penggunaan Formalin

Larutan formaldehid adalah desinfektan yang efektif melawan bakteri


vegetatif, jamur atau virus, tetapi kurang efektif melawan spora bakteri. Formalin
bereaksi dengan protein dan hal tersebut mengurangi aktifitas mikroorganisme. Efek
sporodisnya yang meningkat tajam dengan adanya kenaikan suhu. Larutan
Formaldehid 0,5% dalam waktu 6-12 jam dapat membunuh bakteri dan waktu 2-4
hari dapat membunuh spora. Sedangkan larutan 8% dapat membunuh spora dalam
waktu 18 jam. Sifat antimikrobial dari formaldehid merupakan hasil dari
kemampuannya menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan amino
bebas dalam protein menjadi campuran lain.
Formaldehid dalam bentuk larutan digunakan sebagai antiseptik, untuk
menghilangkan bau dan digunakan sebagai fumigasi (uap/kabut). Bau formalin yang
tajam merangsang dapat menyebabkan mati lemas. Formalin digunakan sebagai
desinfektan untuk rumah, perahu, gudang, kain, sebagai germisida dan fungisida
tanaman dan buah-buahan, digunakan pada pabrik sutera sintetik, fenilin resin,
selulosa ester, bahan peledak, mengeraskan film pada fotografi, mencegah perubahan
dan mengkoagulasikan lateks, dan sebagainya. Formaldehid banyak digunakan pada
industri tekstil untuk mencegah bahan menjadi kusut dan meningkatkan ketahanan

5
bahan tenunan. Dalam bidang farmasi formalin digunakan sebagai obat penyakit kutil
karena kemampuannya merusak protein (Cahyadi, 2009).

2.5.Bahaya Penggunaan Formalin pada Bahan makanan bagi kesehatan

Banyaknya penggunaan formalin oleh produsen ikan asin karena ada


beberapa keuntungan yaitu ikan asin dengan formalin menjadi tidak lembek, tidak
mudah rusak, tidak menyengat baunya dan warna ikan tampak lebih bersih. Hal
tersebut menyebabkan ikan asin menjadi lebih awet sehingga waktu penyimpanan
dan penjualan ikan asin dapat lebih lama lagi. Namun penggunaan formalin pada
bahan makanan memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia. Jika tertelan
formalin dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada mulut dan esofagus, nyeri
dada atau perut, nausea, vomitus, diare, ulkus pada gastrointestinal, perdarahan
gastrointestinal dan gagal ginjal.
Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, karena bersifat karsinogen
(menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh)
serta sangat korosif dan iritatif. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir
saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi
membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian formalin
pada makanan dapat mengakibatkan keracunan yaitu rasa sakit perut yang akut
disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau kegagalan peredaran
darah (Yulisa dkk., 2014).

2.6.Ciri-ciri Ikan Asin yang Mengandung Formalin

Bahan makanan yang mengandung formalin memiliki beberapa ciri yang


dapat dibedakan secara jelas dengan bahan makanan yang tidak mengandung
formalin. Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin yaitu tidak rusak sampai
lebih dari satu bulan pada suhu kamar (25 Celcius), tekstur agak keras, warna ikan
bersih dan cerah, tidak berbau khas ikan asin, tidak dihinggapi lalat pada area banyak
lalat. Sebenarnya ikan asin yang mengandung formalin dapat dilihat secaraindrawi,

6
dilihat dari tekstur dan warnanya, kemudian dicium baunya dandilihat apakah ada
lalat yang mau mengerumuni. Ikan asin yang mengandung formalin selain keras
bagian laur ikan juga kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian
dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi
lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. (Niswah, 2016).

7
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

1. Formalin adalah larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan
kimia 37% formaldehid methanol sebagai pengawet dan stabilator desinfektan
yang efektif melawan bakteri vegetatif, jamur atau virus, tetapi kurang efektif
melawan spora bakteri.
2. Formalin biasanya digunakan sebagai bahan perekat kayu lapis. Formalin juga
digunakan untuk desinfektan (pembersihan dari bakteri dan kuman) pada peralatan
rumah sakit. Pengawetan mayat di rumah sakit dan pengawetan sel organisme (tubuhan
& hewan) juga menggunakan larutan Formalin. Selain itu, dalam skala besar, Formalin
bisa digunakan sebagai prekursor (senyawa penghasil reaktan) untuk pembuatan
beberapa senyawa kimia penting dalam skala industri.
3. penggunaan formalin pada bahan makanan memiliki dampak buruk bagi
kesehatan manusia. Jika tertelan formalin dapat menyebabkan iritasi dan rasa
terbakar pada mulut dan esofagus, nyeri dada atau perut, nausea, vomitus, diare,
ulkus pada gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal dan gagal ginjal.
Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, karena bersifat karsinogen
(menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel dan jaringan
tubuh) serta sangat korosif dan iritatif. Formalin dapat bereaksi cepat dengan
lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan.
4. Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin yaitu tidak rusak sampai lebih dari
satu bulan pada suhu kamar (25 Celcius), tekstur agak keras, warna ikan bersih

8
DAFTAR PUSTAKA

Suryanti, Riyadi, P.H dan A’in, C., 2017, Performa Ikan ‘Si Dulang’ (Ikan Asin Khas
Kedung Malang Jepara) Pasca Penerapan Rak Pengering Ikan Pehi_Ling,
Jurnal Info, 19(1): 1-12

Wardani, R.I dan Mulasari, S.A., 2016, Dentifikasi Formalin pada Ikan Asin yang
Dijual di Kawasan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap, Jurnal Kesmas,
10(1): 15-24

Yulisa, N., Asni, E dan Azrin, M., 2014, Uji Formalin pada Ikan Asin Gurami di
Pasar Tradisional Pekanbaru, Jurnal Jom FK, 1(2): 1-12

Uddin, M.I., 2014. Analisis Kadar Formalin dan Uji Organileptik Ikan Asin
diBeberapa Pasar Tradisional di Kabupaten Tuban, Skripsi, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Riansyah, A., Supriadi, A dan Nopianti, R., 2013, Pengaruh Perbedaan Suhu dan
Waktu Pengeringan terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) dengan Menggunakan Oven, Jurnal Fishtech,
11(01): 53-68

Sinaga, E.J., 2010, Analisis Kandungan Formalin pada Ikan Kembung Rebus di
Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Niswah, C., Pane, E.R dan Resanti, M., 2016, Uji Kandungan Formalin pada Ikan
Asin di Pasar Km 5 Palembang, Jurnal Bioilmi, 2(2): 121-128

Anda mungkin juga menyukai