Makalah
Oleh:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia, serta sebagai pandangan hidup untuk
kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan sebagai dasar serta falsafah
negara Republik Indonesia. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18
Agustus 1945 dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (pembukaan) UUD
1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12
tahun 1968 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila
adalah jiwa dari seluruh bangsa Indonesia yang mampu memberi kekuatan
hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur. Pancasila yang diterima dan ditetapkan sabagai dasar Negara
seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian
dan pandangan hidup bangsa. Pembelajaran pancasila menjadi sangat penting,
karena mengingat pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal
ini mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang
luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Kadang kala
nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan penjelmaan dari
seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nila luhur tersebut dengan sendirinya
akan hilang. Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu
diusahakan secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara
Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama
mengamalkan nilai-nilai pancasila demi kelestarianya. Oleh karena itu sebagai
upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur pancasila, perlu ditanamkan dan
atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa, salah satunya
lewat pendidikan pancasila.
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai referensi dan bahan pembelajaran mengenai pengertian
pancasila, pancasila sebagai ideologi dan pancasila sebagai sistem
filsafat
2. Memberikan pengetahuan dan pembelajaran mengenai pengertian
pancasila, pancasila sebagai ideologi dan pancasila sebagai sistem
filsafat
3. Sebagai materi pembelajaran mengenai pengertian pancasila,
pancasila sebagai ideology dan pancasila sebagai sistem filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Agar lebih memahami apa arti Pancasila, maka kita dapat merujuk
pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
a. Ir. Soekarno
b. Notonegoro
c. Muhammad Yamin
Selain itu, Pancasila juga dituliskan dalam kitab Agama Budha yang
ditulis dalam bahasa Pali (Pancha Sila). Pancha Sila adalah ajaran dasar
moral agama Budha yang ditaati oleh para pengikut Siddharta Gautama.
Berikut ini adalah isi Pancha Sila dalam ajaran Budha:
)entingya )ancasila sebagai Ideologi !egara bisa dilihatdari *ungsi )ancasila itu
sendiri. Fungsi )ancasila sebagai Ideologi !egara Indonesia adalahsebagai
sarana pemersatu masyarakat, sehingga dijadikan prosedur kon*lik, dapat
kitatelusuri dari gagasan para pendiri !egara Indonesia tentang pentingnya
mencari nilai-nilai bersama yang dapat mempersatukan berbagai golongan
masyarakat di Indonesia.
Ideologi Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya dan religius
bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
negara. Jadi, Ideologi pancasila adalah kumpulan nilai-nilai atau norma yang
berdasarkan sila-sila pancasila.
a. Religius
Indikator religius ini memuat beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
c. Bersatu
d. Demokratis
a. Obyek material
b. Obyek formal
a. Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan
adalah mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula
sebagai pengatur tata tertib alam (Notonagoro, 1975:78)
b. Sila kedua : kemanusiaan yg adil dan beradab, negara adalah lembaga
kemanusiaan, yg diadakan oleh manusia (Notonagoro, 1975:55)
c. Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat
adanya manusia sebagai makhluk tuhan yg maha esa,adapun hasil
persatuan adalah rakyat sehingga rakyat adalah merupakan unsur pokok
Negara
d. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu
kesesuaiannya dengan hakikat rakyat
e. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan
dijiwai oleh sila kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab
(Notonagoro, 1975:140,141)
2. Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila
D. Hakekat Pancasila
Kata ‘hakikat’ dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari
segala sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan
sesuatu tersebut, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak.
Contohnya pada hakikat air yang tersusun atas dua unsur mutlak, yaitu hidrogen
dan oksigen. Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat mutlak untuk
membentuk air. Artinya kedua unsur tersebut secara bersamasama menyusun
air sehingga terpisah dari benda yang lainnya, misalnya dengan batu,kayu,dan
lain sebagainya. Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata
‘hakikat’ dapat dipahami dalam tiga kategori yaitu :
1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandungunsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah.
Hakikat abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kata-kata tersebut
merupakan kata-kata yang dibubuhi awalan dan akhiran ke dan an ( sila
I,II,IV, dan V) sedangkan yang satunya per dan an (sila ke III). Awalan
dan akhiran ini memiliki kesamaan dalam maksudnya yang pokok, ialah
membuat abstrak daripada kata dasarnya
2. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat
pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila
yang ada pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama,
nilai-nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada bangsa
indonesia sehingga membedakan bangsa indonesia dengan bangsa yang
lainnya.
3. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.
Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar
filsafat negara. Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis,
yaitu dalam wujud pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa
dan negara Indonesia yang sesuai dengan kenyataan sehari hari, tempat,
keadaan dan waktu. Sehingga pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari bersifat dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan
perkembangan waktu, keadaan, serta perubahan zaman. Pancasila yang
berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan satu
kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai
berikut:
a. Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52, 57) bahwa
hakikat adanya Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai
causa prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada merupakan
akibat sebagi adanya tuhan (sila pertama). Adapun manusia sebagai
subjek ciptaan manusia pendukung pokok negara, karena negara
adalah lambang kemanusiaan, negara adalah sebagai persekutuan
hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila kedua).
Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia
yang bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan
hidup yang dinamakan rakyat. Rakyat merupakan totalitas
individuindividu dalam negara yang bersatu (sila keempat). Adapun
keadilan yang pada hakikatnya merupakan tujuan bersama atau
keadilan sosial (sila kelima) pada hakikatnya sebagai tujuan dari
lembaga hidup bersama yang disebut negara.
b. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi silasila Pancasila sebagai kesatuan dapat
dirumuskan pula dalam hubungannya saling mengisi atau
mengkualifikasi dalam kerangka hubungan hirarkis piramidal
seperti diatas. Dalam rumusan ini, tiap-tiap sila mengandung empat
sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-sila Pancasila yang
saling mengisi dan mengkualifikasi.
Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kedua; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah
kemanusiaan yang berKetuhanan Yang Maha Esa, yang
berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila ketiga; Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kelima; Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
adalah keadilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan bearadab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/ perwakilan (Notonagoro, 1975:43-44)
Sila Ketuhana yang Maha Esa.Inti sila ketuhanan yang mahaesa adalah
kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara denganhakikat Tuhan. Kesesuaian itu
dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan
Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal darituhan,
yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok
dalampenyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan
kodrat manusia adalahsebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk
tuhan. Dalam pengertian ini hubunganantara manusia dengan tuhan juga
memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebabyang pertama
atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah
merupakanciptaan tuhan (Notonagoro).Hubungan manusia dengan tuhan, yang
menyangkut segala sesuatu yang berkaitandengan kewajiban manusia sebagai
makhluk tuhan terkandung dalam nilai-nilai agama. Makamenjadi suatu
kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan, untuk merealisasikan nilai-nilai
agamayang hakikatnya berupa nila-nilai kebaikan, kebenaran dan kedamaian
dalam kehidupanberbangsa dan bernegara.Disis lain Negara adalah suatu
lembaga kemanusiaan suatu lembaga kemasyarakatanyang anggota-anggotanya
terdiri atas manusia, diadakan oleh manusia untuk manusia, bertujuanuntuk
melindungi dan mensejahterakan manusia sebagai warganya. Maka Negara
berkewajibanuntuk merealisasikan kebaikan, kebenaran, kesejahteraan,
keadilan perdamaian untuk seluruhwarganya.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab.Inti sila kemanusiaan yang adil
dan beradab adalah landasan manusia. Makakonsekuensinya dalam setiap aspek
penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan
Negara , kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara Negara
danlain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini
dapat dipahami karenaNegara adalah lembaga masyarakat yang terdiri atas
manusia-manusia, dibentuk oleh anusiauntuk memanusia dan mempunyai suatu
tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan
Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia
yangmonopluralis , terutama dalam pengertian yang lebih sentral pendukung
pokok Negaraberdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia
sebagai individu dan makhluk social.Oleh karena itu dalam kaitannya dengan
hakikat Negara harus sesuai dengan hakikat sifatkodrat manusia yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk social. Maka bentuk dan sifatNegara Indonesia
bukanlah Negara individualis yang hanya menekankan sifat makhluk
individu,namaun juga bukan Negara klass yang hanya menekankan sifat
mahluk social , yang berartimanusia hanya berarti bila ia dalam masyarakat
secara keseluruhan . maka sifat dan hakikatNegara Indonesia adalah
monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun makhluk socialsecara
serasi, harmonis dan seimbang. Selain itu hakikat dan sifat Negara Indonesia
bukan hanyamenekan kan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan hanya
menekankan segi rohani nya saja,namun sifat Negara harus sesuai dengan kedua
sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupunkejiwaan secara serasi dan
seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifatNegara harus
sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk berdiri
seniridan makhluk tuhan.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat IndonesiaSila kelima ini didasari
dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang mahaesa,kemanusiaan yangadil dan
beradap,persatuan Indonesia,serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaandalam permusyawaratan/perwakilan.Didalam sila kelima
ini,terkandung nilai-nilai yangmerupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam
hidup bersama.Maka,dalam sila kelima tersebutterkandung nilai keadilan yang
harus terwujud dalam kehidupan bersama(kehidupansosial).Keadilan tersebut
didasari dan dijiwai oleh hakikat keadialan kemanusiaan,yaitu keadilandalam
hubungan manusia dengan dirinya sendiri,manusia dengan manusia
lain,manusia denganmasyarakat,bangsa dan Negara serta hubungan manusia
dengan Tuhannya. Oleh karenaitu,sebagai perwujudan nilai-nilai
keadilan,maka setiap rakyat Indonesia harus mendapatperlakuan yang adil dan
merata dalam berbagai bidang kehidupan baik itu.
Politik,hukum,ekonomi,maupun social budaya.Selain itu harus ada keselarasan
antara hak dankewajiban.Untuk menjamin keadilan dalam pelaksanaan hak dan
kewajiban pemerintah telahmembentuk berbagai peraturan perundang-
undangan.Nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama
meliputi sebagaiberikut:
2. Tujuan Nasional
PENUTUPAN
Kesimpulan
https://www.academia.edu/5917989/MAKALAH_PANCASILA_SEBAG
AI_IDEOLOGI_NEGARA
https://www.academia.edu/9135034/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_
FILSAFAT_MAKALAH_Disusun_untuk_Memenuhi_Tugas_Pancasila_