Anda di halaman 1dari 31

Pancasila

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah PPKn

Oleh:

Danny Haitami 1184050049

Anjalli Naziihah 1184050033

Agil M. Giman Najib 1184050013

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia, serta sebagai pandangan hidup untuk
kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan sebagai dasar serta falsafah
negara Republik Indonesia. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18
Agustus 1945 dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (pembukaan) UUD
1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12
tahun 1968 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila
adalah jiwa dari seluruh bangsa Indonesia yang mampu memberi kekuatan
hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur. Pancasila yang diterima dan ditetapkan sabagai dasar Negara
seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian
dan pandangan hidup bangsa. Pembelajaran pancasila menjadi sangat penting,
karena mengingat pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal
ini mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang
luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Kadang kala
nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan penjelmaan dari
seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nila luhur tersebut dengan sendirinya
akan hilang. Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu
diusahakan secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara
Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama
mengamalkan nilai-nilai pancasila demi kelestarianya. Oleh karena itu sebagai
upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur pancasila, perlu ditanamkan dan
atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa, salah satunya
lewat pendidikan pancasila.

B. Maksud dan Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tentang pengertian pancasila
2. Untuk mengetahui tentang pancasila sebagai ideologi dan pancasila
sebagai sistem filsafat.

C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai referensi dan bahan pembelajaran mengenai pengertian
pancasila, pancasila sebagai ideologi dan pancasila sebagai sistem
filsafat
2. Memberikan pengetahuan dan pembelajaran mengenai pengertian
pancasila, pancasila sebagai ideologi dan pancasila sebagai sistem
filsafat
3. Sebagai materi pembelajaran mengenai pengertian pancasila,
pancasila sebagai ideology dan pancasila sebagai sistem filsafat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Pengertian pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia


yang menjadi landasan dari segala keputusan bangsa dan mencerminkan
kepribadian bangsa Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah dasar dalam
mengatur pemerintahan negara Indonesia yang mengutamakan semua
komponen di seluruh wilayah Indonesia.

Secara Etimologi, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta India


(Kasta Brahmana), yaitu kata “Panca” yang artinya Lima, dan “Sila” yang
artinya Dasar. Sehingga arti Pancasila secara harfiah adalah Lima Dasar.

Pancasila dicetuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia agar kita


mempunyai pondasi yang kuat dalam menjalankan pemerintahan. Artinya,
dengan adanya Pancasila maka Indonesia memiliki dasar atau pondasi dalam
bernegara sehingga tidak mudah dipengaruhi dan dijajah oleh bangsa lain.

Dasar negara Indonesia tersebut dilambangkan dengan Garuda dimana


terdapat gambar bintang, rantai, pohon beringain, kepala banteng, padi dan
kapas, yang mencerminkan arti dari 5 sila Pancasila. Kemudian lambang negara
Indonesia ini disebut dengan Garuda Pancasila.
1. Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa arti Pancasila, maka kita dapat merujuk
pada pendapat beberapa ahli berikut ini:

a. Ir. Soekarno

Menurut Bung Karno, pengertian Pancasila adalah isi jiwa


bangsa Indonesia yang turun-temurun berabad-abad lamanya terpendam
bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila bukan hanya
falsafah negara, tapi lebih luas lagi, yaitu falsafah bagi bangsa Indonesia.

b. Notonegoro

Menurut Notonegoro, pengertian Pancasila adalah dasar falsafah


dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan,
serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

c. Muhammad Yamin

Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berasal dari kata Panca


yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan
tingkah laku yang penting dan baik.

2. Sejarah Singkat Pancasila

Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan


tentang tingkah laku yang penting dan baik.

Menurut berbagai sumber, istilah Pancasila mulai dikenal sejak


masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Walaupun belum dirumuskan
secara konkrit, pada masa itu sila-sila dalam Pancasila sudah diterapkan
dalam kehidupan masyarakat dan dalam kerajaan.

Berdasarkan kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, arti Pancasila


adalah “Berbatu Sendi yang Lima” atau dapat diartikan sebagai
“Pelaksanaan Kesusilaan yang Lima”.

Selain itu, Pancasila juga dituliskan dalam kitab Agama Budha yang
ditulis dalam bahasa Pali (Pancha Sila). Pancha Sila adalah ajaran dasar
moral agama Budha yang ditaati oleh para pengikut Siddharta Gautama.
Berikut ini adalah isi Pancha Sila dalam ajaran Budha:

a. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan.


b. Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak
diberikan.
c. Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.
d. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar
(berbohong, berdusta, fitnah, omong kosong).
e. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan
makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan.

B. Pancasila sebagai Ideologi

Ideologi dimaknaisebagai keseluruhan padangan, cita-cita, nilai dan

keyakinan yang ingin mereka ujudkandalam kenyataan hidup yang nyata.

)entingya )ancasila sebagai Ideologi !egara bisa dilihatdari *ungsi )ancasila itu
sendiri. Fungsi )ancasila sebagai Ideologi !egara Indonesia adalahsebagai
sarana pemersatu masyarakat, sehingga dijadikan prosedur kon*lik, dapat
kitatelusuri dari gagasan para pendiri !egara Indonesia tentang pentingnya
mencari nilai-nilai bersama yang dapat mempersatukan berbagai golongan
masyarakat di Indonesia.
Ideologi Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya dan religius
bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
negara. Jadi, Ideologi pancasila adalah kumpulan nilai-nilai atau norma yang
berdasarkan sila-sila pancasila.

Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah sebagai


sarana pemersatu masyarakat, sehingga dapat dijadikan prosedur penyelesaian
konflik, dapat kita telusuri dari gagasan para pendiri negara Indonesia tentang
pentingnya mencari nilai-nilai bersama yang dapat mempersatukan berbagai
golongan masyarakat di Indonesia.

Pada awal mulanya, konsep pancasila dapat dipahami sebagai common


platform atau platform bersama bagi berbagai ideologi politik yang berkembang
saat itu di Indonesia. Pancasila merupakan tawaran yang dapat menjembatani
perbedaan ideologis di kalangan anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan oleh
Ir. Soekarno pada waktu itu yaitu sebagai asas bersama agar dengan asas itu
seluruh kelompok yang terdapat di negara Indonesia dapat bersatu dan
menerima asas tersebut.

Menurut Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi


pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila yang sebenarnya dimaksudkan
sebagai platform demokratis bagi semua golongan Indonesia. Perkembangan
doktrinal pancasila telah mengubahnya dari fungsi awal pancasila sebagai
platform bersama bagi ideologi politik dan aliran pemikiran sesuai dengan
rumusan pertama yang disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang
komprehensif integral. Ideologi Pancasila menjadi ideologi yang khas, berbeda
dengan ideologi lain.

Pernyataan Soekarno ini menjadi jauh berkembang dan berbeda dengan


pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Notonagoro. Beliau melalui
interprestasi filosofis memberi status ilmiah dan resmi tentang ideologi bagi
masyarakat Indonesia. Yang pada mulanya pancasila sebagai ideologi terbuka
sebuah konsensus politik, pancasila menjadi ideologi yang benar-benar
komprehensif. Interprestasi ini berkembang luas, masif bahkan monolitik pada
masa pemerintahan orde baru.

Pancasila dilihat dari sudut politik merupakan sebuah konsensus politik,


yaitu suatu persetujuan politik yang disepakati bersama oleh berbagai golongan
masyarakat di negara Indonesia. Dengan diterimanya pancasila oleh berbagai
golongan dan aliran pemikiran bersedia bersatu dalam negara kebangsaan
Indonesia. Dalam istilah politiknya, Pancasila merupakan common platform,
atau common denominator masyarakat Indonesia yang plural. Sudut pandang
politik ini teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang ini. Jadi,
sebenarnya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan pandangan dunia yang
khas tidak menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.

Banyak para pihak sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi negara


atau bangsa merupakan kesepakatan bersama, common platform dan nilai
integratif bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa pancasila sebagai
ideologi negara inilah yang harus kita pertahankan dan tumbuh kembangkan
dalam kehidupan bangsa yang plural ini.kna ideolagi pancasila.

Pancasila selain berkedudukan sebagai dasar negara, juga berkedudukan


sebagai Ideologi Nasional bangsa Indonesia.

Sehingga makna pancasila dari ketetapan tersebut bahwa nilai-nilai


yang tercamtum dalam ideologi pancasila menjadi cita-cita normatif bagi
penyelenggaraan bernegara.

1. Pancasila sebagai ideologi mempunyai makna sebagai berikut:


a. Nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila menjadi cita-cita
normatif penyelenggaraan bernegara.
b. Nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila merupakan nilai yang
disepakati bersama dan oleh karena itu menjadi salah satu sarana
pemersatu (integrasi) masyarakat Indonesia. mplementasi pancasila
sebagai ideologi negara atau nasional, sebagai berikut :

2. Perwujudan Pancasila Sebagai Cita-cita Bernegara

Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi


cita-cita penyelenggaraan bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No.7
tahun 2001 mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam ketetapan tersebut
menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas 3 visi, yaitu :

a. Visi ideal ialah cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana


dimaksudkan dalam UUD 45 yaitu pada alinea kedua dan keempat.
b. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia pada tahun 2020 yang berlaku
samapai dengan tahun 2020.
c. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam GBHN
(Garis-Garis Besar Haluan Negara).

Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius,


manusiawi, demokratis, bersatu, adil dan sejahtera pada dasarnya
merupakan upaya menjadikan nilai-nilai pancasila sebagai cita-cita
bersama. Bangsa yang demikian merupakan ciri dari masyarakat madani
Indonesia. Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai pancasila diambil dimensi
idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal, penyelenggaraan negara hendaknya
berupaya bagaimana menjadikan kehodupan bernegara Indonesia ini
semakin dekat dengan nilai-nilai ideal tersebut.
3. Perwujudan Pancasila Sebagai Kesepakatan atau Nilai Integratif Bangsa

Nilai Integratif Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang


berarti bahwa pancasila sebagai sarana pemersatu dan prosedur
penyelesaian konflik perlu pula dijabarkan dalam praktik kehidupan
bernegara. Nilai integratif pancasila mengandung makna bahwa pancasila
dijadikan sebagai sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur
penyelesaian konflik. Masyarakat Indonesia telah menerima pancasila
sebagai sarana pemersatu, yang artinya sebagai suatu kesepakatan bersama
bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui sebagai milik
bersama. Pancasila dijadikan semacam social ethics dalam masyarakat yang
heterogen.

Pancasila sebagai kesepakatan diartikan sebagai konsensus bahwa


dalam hal konflik maka lembaga politik yang diwujudkan bersama akan
memainkan peran sebagai penengah.

Apakah pancasila dapat digunakan secara langsung mempersatukan


masyarakat dan mencegah konflik ?. Jawabannya tidak, tetapi prosedur
penyelesaian konflik yang dibuat bersama, baik yang meliputi lembaga
maupun aturan itulah yang diharapkan mampu menyelesaikan konflik yang
terjadi di masyarakat. Fungsi pancasila sebagai ideologi negara dalam hal
ini yaitu sebagai pembuatan prosedur penyelesaian konflik, nilai-nilai
pancasila menjadi landasan normatif bersama.

Nilai-nilai pancasila hendaknya mewarnai setiap prosedur


penyelesaian konflik yang ada di dalam masyarakat. Secara normatif dapat
dinyatakan bahwa penyelesaian suatu konflik hendaknya dilandasi oleh
nilai-nilai religius, nilai kemanusiaan, mengedepankan persatuan,
menjunjung tinggi prosedur demokratis dan berujung pada terciptanya
keadilan.

4. makna lain pancasila sebagai ideolgi negara,sebagai


a. Visi ideal adalah cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945 Alinea II dan IV.
b. Visi antara adalah visi Indonesia 2020 yang berlaku yang berlaku
sampai dengan tahun 2020
c. Visi lima tahunan sebagaimana termaktub dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara.

Pada visi antara di kemukakan bahwa visi Indonesia 2020 adalah


terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu,
demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, dan baik serta bersih dalam
penyelanggaraan negara.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan perwujudan visi Indonesia


2020, dipergunakan indikator-indikator utama berikut ini.

a. Religius

Indikator religius ini memuat beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

 Terwujudnya masyarakat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia


sehingga ajaran agama, khususnya yang bersifat universal dan nilai-
nilai luhur budaya, terutama kejujuran, dihayati dan diamalkan
dalam perilaku keseharian.
 Terwujudnya toleransi antar dan antara umat beragama.
 Terwujudnya penghormatan terhadap martabat kemanusiaan.
b. Manusiawi

Indikator manusiawi memuat beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

 Terwujudnya masyarakat yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan


yang adil dan beradab.
 Terwujudnya hubungan harmonis antarmanusia Indonesia tanpa
membedakan latar belakang, suku, ras, ataupun agama.
 Berkembangnya dinamika kehidupan bermasyarakat kearah
peningkatan harkat dan martabat manusia.
 Terwujudnya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam
perilaku kehidupan.

c. Bersatu

Indikator bersatu memuat beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

 Meningkatnya semangat persatuan dan kerukunan bangsa


 Meningkatnya toleransi,kepedulian, dan tanggung jawab social.
 Berkembangnya budaya dan perilaku sportif serta mengharagai dan
menerima perbedaan dalam kemajemukan
 Berkembangnya semangat anti kekerasan.
 Berkembangnya dialog secara wajar dan saling menghormati
antarkelompok dalam masyarakat.

d. Demokratis

Indikator demokratis memuat beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

 Terwujudnya keseimbangan kekuasaan antara lembaga penyelenggara


negara dan hubungan kekuasaan antara pemerintahan nasional dan
daerah.
 Menguatnya partisipasi politik sebagai perwujudan kedaulatanr rakyat
melalui pemilihan umum yang jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan
rahasia, efektifitas peran dan fungsi partai politik dan kontrol sosial
masyarakat yang semakin meluas.
 Berkembangnya organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, dan
organisasi politik yang bersifat terbuka.
 Terwujudnya mekanisme kontrol di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
 Berkembangnya budaya demokrasi, transparansi, akuntabilitas, jujur,
sportif, dan menghargai perbedaan.
 Berkembangnya sistem kepemimpinan yang egaliter dan rasional.

e. Baik dan Bersih dalam Penyelenggaraan Negara

Indikator baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara memuat


beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

 Terwujudnya penyelenggaraan negara yang professional, transparan,


memiliki kredabilitas, dan bebas KKN.
 Terbentuknya penyelenggara negara yang peka, tanggap terhadap
kepentingan dan aspirasi rakyat di seluruh wilayah negara termasuk daerah
terpencil dan perbatasan.
 Berkembangnya transparansi dalam budaya, perilaku, dan aktivitas politik,
serta pemerintahan

Apabila kita kembalikan pada Pancasila sebagai ideologi bangsa, visi


antara yang berisi terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi,
bersatu, demokratis, adil, dan sejahtera tersebut tiada lain merupakan nilai-nilai
dasar Pancasila sebagai ideologi negara telah terwujudkan dalam
penyelenggaraan negara.
C. Pancasila sebagai sistem filsafat

Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang lahir


sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia.
Mengapa pancasila dikatakan sebagai filsafat? Hal itu dikarenakan pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para
pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.
Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Filsafat pancasila dapat
didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl tentang pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan
pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang di
tuangkan dalam suatu system (Abdul Gani 1998).

Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau


pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang
benar, adil, bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno
sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu Soekarno
selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang
diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya
India (hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab (Islam).

Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga


filsafat pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya
atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud
filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari
(way of life atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai
kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun di akhirat (Salam, 19 Objek
Filsafat Pancasila Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang
ada atau dianggap dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan
seterusnya.

Ruang lingkup obyek filsafat :

a. Obyek material
b. Obyek formal

Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of


Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat
(secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter
(materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara
materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab),
Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba
jamak), dan God (Tuhan).

Pendapat-pendapat tersebut diatas menggambarkan betapa luas dan


mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut
pandangnya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat
adalah segala sesuatu yang berwujud dalam sudut pandang dan kajian yang
mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat ke
dalam objek material dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang
secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, sedangkan
obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat
obyek material tertentu.

Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah


sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat
dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu : 1). Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam;
dan 3). Hakekat manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari
keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian
objek material filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang
dapat difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan
tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain
objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam
memikirkan objek material filsafat88:23-24). Pancasila Melalui Pendekatan
Dasar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis.

1. Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila

Manusia sebagai pendukung pokok sila–sila pancasil secara


ontologis memiliki hal–hal yg mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga
dan jiwa jasmani dan rohani,sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial, sertakedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.
Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk tuhan inilah maka secara hierarkis sila pertama
ketuhanan yg maha esa mendasari dan menjiwai keempat sila – sila
pancasila yg lainnya (Notonagoro, 1975:53).

a. Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan
adalah mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula
sebagai pengatur tata tertib alam (Notonagoro, 1975:78)
b. Sila kedua : kemanusiaan yg adil dan beradab, negara adalah lembaga
kemanusiaan, yg diadakan oleh manusia (Notonagoro, 1975:55)
c. Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat
adanya manusia sebagai makhluk tuhan yg maha esa,adapun hasil
persatuan adalah rakyat sehingga rakyat adalah merupakan unsur pokok
Negara
d. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu
kesesuaiannya dengan hakikat rakyat
e. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan
dijiwai oleh sila kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab
(Notonagoro, 1975:140,141)
2. Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila

Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok


agar dapat menarik loyalitas dan pendukungnya yaitu

a. Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya


b. Pathos yaitu penghayatannya
c. Ethos yaitu kesusilaannya (wibisono, 1996:3)

Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat


dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi
bersumber pada nilai – nilai dasarnya yaitu filsafat pancasilaa (Soeryanto,
1991:51). Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu:
pertama tentang sumber pengethuan manusia,kedua tentang teori kebenaran
pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia (titus,
1984:20). Adapun potensi atau daya untuk meresapkan pengetahuan atau
dengan lain perkataan transformasi pengetahuan terdapat tingkatan sebagai
berikut: demonstrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi
dan ilham (Notonagoro, tanpa tahun:3).

3. Dasar Aksiologis Pancasila

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang
berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu.Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk


pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama.
sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan
oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya
ilmu pengetahuan itu tidak ada yang siasia kalau kita bisa memanfaatkannya
dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik
pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak
benar.Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.
Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat;
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malahan menimbulkan bencana.

D. Hakekat Pancasila

Kata ‘hakikat’ dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari
segala sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan
sesuatu tersebut, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak.
Contohnya pada hakikat air yang tersusun atas dua unsur mutlak, yaitu hidrogen
dan oksigen. Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat mutlak untuk
membentuk air. Artinya kedua unsur tersebut secara bersamasama menyusun
air sehingga terpisah dari benda yang lainnya, misalnya dengan batu,kayu,dan
lain sebagainya. Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata
‘hakikat’ dapat dipahami dalam tiga kategori yaitu :

1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandungunsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah.
Hakikat abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kata-kata tersebut
merupakan kata-kata yang dibubuhi awalan dan akhiran ke dan an ( sila
I,II,IV, dan V) sedangkan yang satunya per dan an (sila ke III). Awalan
dan akhiran ini memiliki kesamaan dalam maksudnya yang pokok, ialah
membuat abstrak daripada kata dasarnya
2. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat
pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila
yang ada pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama,
nilai-nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada bangsa
indonesia sehingga membedakan bangsa indonesia dengan bangsa yang
lainnya.
3. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.
Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar
filsafat negara. Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis,
yaitu dalam wujud pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa
dan negara Indonesia yang sesuai dengan kenyataan sehari hari, tempat,
keadaan dan waktu. Sehingga pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari bersifat dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan
perkembangan waktu, keadaan, serta perubahan zaman. Pancasila yang
berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan satu
kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai
berikut:
a. Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52, 57) bahwa
hakikat adanya Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai
causa prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada merupakan
akibat sebagi adanya tuhan (sila pertama). Adapun manusia sebagai
subjek ciptaan manusia pendukung pokok negara, karena negara
adalah lambang kemanusiaan, negara adalah sebagai persekutuan
hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila kedua).
Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia
yang bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan
hidup yang dinamakan rakyat. Rakyat merupakan totalitas
individuindividu dalam negara yang bersatu (sila keempat). Adapun
keadilan yang pada hakikatnya merupakan tujuan bersama atau
keadilan sosial (sila kelima) pada hakikatnya sebagai tujuan dari
lembaga hidup bersama yang disebut negara.
b. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi silasila Pancasila sebagai kesatuan dapat
dirumuskan pula dalam hubungannya saling mengisi atau
mengkualifikasi dalam kerangka hubungan hirarkis piramidal
seperti diatas. Dalam rumusan ini, tiap-tiap sila mengandung empat
sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-sila Pancasila yang
saling mengisi dan mengkualifikasi.
 Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila kedua; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah
kemanusiaan yang berKetuhanan Yang Maha Esa, yang
berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila ketiga; Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
 Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila kelima; Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
adalah keadilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan bearadab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/ perwakilan (Notonagoro, 1975:43-44)

E. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan


dengan caradeduktif dan induktif.a.

1. Cara deduktif, yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta


menganalisis danmenyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan
pandangan yang komprehensif.
2. Cara induktif, yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat,merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki
dari gejala-gejala itu.Pancasila yang terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud sistem adalah
suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
salingbekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.Sila-sila Pancasila yang
merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatukesatuan
organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitupemikiran tentang manusia yang
berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengansesama, dengan
masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa
Indonesia.Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki
ciri khas yang berbedadengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti
materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme,komunisme dan
sebagainya.Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
a. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan
utuh. Dengan katalain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah makaitu bukan Pancasila.
b. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkansebagai berikut:Sila 1, meliputi, mendasari dan
menjiwai sila 2,3,4 dan 5;Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan
mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;Sila 3, diliputi, didasari,
dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;Sila 4, diliputi,
didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;Sila 5,
diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4

Inti Sila Pertama

Sila Ketuhana yang Maha Esa.Inti sila ketuhanan yang mahaesa adalah
kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara denganhakikat Tuhan. Kesesuaian itu
dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan
Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal darituhan,
yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok
dalampenyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan
kodrat manusia adalahsebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk
tuhan. Dalam pengertian ini hubunganantara manusia dengan tuhan juga
memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebabyang pertama
atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah
merupakanciptaan tuhan (Notonagoro).Hubungan manusia dengan tuhan, yang
menyangkut segala sesuatu yang berkaitandengan kewajiban manusia sebagai
makhluk tuhan terkandung dalam nilai-nilai agama. Makamenjadi suatu
kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan, untuk merealisasikan nilai-nilai
agamayang hakikatnya berupa nila-nilai kebaikan, kebenaran dan kedamaian
dalam kehidupanberbangsa dan bernegara.Disis lain Negara adalah suatu
lembaga kemanusiaan suatu lembaga kemasyarakatanyang anggota-anggotanya
terdiri atas manusia, diadakan oleh manusia untuk manusia, bertujuanuntuk
melindungi dan mensejahterakan manusia sebagai warganya. Maka Negara
berkewajibanuntuk merealisasikan kebaikan, kebenaran, kesejahteraan,
keadilan perdamaian untuk seluruhwarganya.

Maka dapatlah disimpulkan bahwa Negara adalah sebagai akibat dari


manusia, karenaNegara adalah lembaga masyarakat dan masyarakat adalah
terdiri atas manusia-manusi adapunkeberadaan nilai-nilai yang berasal dari
tuhan. Jadi hubungan Negara dengan tuhan memilikihubungan kesesuaian
dalam arti sebab akibat yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai
akibatlangsung dari manusia dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka
sudah menjadi suatukeharusan bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai
agama yang berasal dari tuhan.Jadi hubungan antara Negara dengan landasan
sila pertama, yaitu ini sila ketuhanan yangmahaesa adalah berupa hubungan
yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Hal ini sesuai denganasal mula bahan
pancasila yaitu berupa nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah
adapada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala yang konsekuensinya harus
direalisasikan dalamsetiap aspek penyelenggaraan Negara.

Inti Sila Kedua

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab.Inti sila kemanusiaan yang adil
dan beradab adalah landasan manusia. Makakonsekuensinya dalam setiap aspek
penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan
Negara , kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara Negara
danlain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini
dapat dipahami karenaNegara adalah lembaga masyarakat yang terdiri atas
manusia-manusia, dibentuk oleh anusiauntuk memanusia dan mempunyai suatu
tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan
Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia
yangmonopluralis , terutama dalam pengertian yang lebih sentral pendukung
pokok Negaraberdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia
sebagai individu dan makhluk social.Oleh karena itu dalam kaitannya dengan
hakikat Negara harus sesuai dengan hakikat sifatkodrat manusia yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk social. Maka bentuk dan sifatNegara Indonesia
bukanlah Negara individualis yang hanya menekankan sifat makhluk
individu,namaun juga bukan Negara klass yang hanya menekankan sifat
mahluk social , yang berartimanusia hanya berarti bila ia dalam masyarakat
secara keseluruhan . maka sifat dan hakikatNegara Indonesia adalah
monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun makhluk socialsecara
serasi, harmonis dan seimbang. Selain itu hakikat dan sifat Negara Indonesia
bukan hanyamenekan kan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan hanya
menekankan segi rohani nya saja,namun sifat Negara harus sesuai dengan kedua
sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupunkejiwaan secara serasi dan
seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifatNegara harus
sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk berdiri
seniridan makhluk tuhan.

Inti Sila Ketiga

Sila persatuan Indonesia.Inti sila persatuan Indonesia yaitu hakikat dan


sifat Negara dengan hakikat dan sifat-sifatsatu. Kesesuaian ini meliputi sifat-
sifat dan keadaan Negara Indonesia yang pada hakekatnyamerupakan suatu
kesatuan yang utuh, setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi
Negaramerupakan suatu kesatuan yang utuh , setiap bagiannya tidak berdiri
sendiri-sendiri. Jadi NegaraIndonesia ini merupakan suatu kesatuan yang
mutlak tidak terbagi-bagi , merupakan suatuNegara yang mempunyai eksistensi
sendiri, yang mempunyai bentuk dan susunan sendiri.Mempunyai suatu sifat-
sifat dankeadaan sendiri. Kesuaian Negara dengan hakikat satu tersebutmeliputi
semua unsur-unsur kenegaraan baik yang bersifat jasmaniah maupun rohania,
baik yangbersifat kebendaan maupun kejiwaan. Hal itu antara lain meliputi
rakyat yang senantiasamerupakan suatu kesatuan bangsa Indonesia, wilayah
yaitu satu tumpah darah Indonesia,pemerintah yaitu satu pemerintahan
Indonesia yang tidak bergantung pada Negara lain, satubahasa yaitu bahasa
nasional indoneisa,satu nasib dalam sejarah, satu jiwa atau satu asaskerokhanian
pancasila. Kesatuan dan persatuan Negara, bangsa dan wilayah Indonesia
tersebut,membuat Negara dan bangsa indoneisa mempunyai keberadaan sendiri
di antara Negara-negaralain di dunia ini.Dalam kaitannya dengan sila persatuan
Indonesia ini segala aspek penyelenggaraanNegara secara mutlak harus sesuai
dengan sifat-sifat dan hakikat satu. Oleh karena itu dalamnrealisasi
penyelenggaraan negaranya, baik bentuk Negara, penguasa Negara, lembaga
Negara,tertib hukum, rakyat dan lain sebagainya harus sesuai dengan hakikat
satu serta konsekuensinyaharus senantiasa merealisakan kesatuan dan
persatuan. Dalam pelaksanaannya realisasi persatuandan kesatuan ini bukan
hanya sekedarberkaitan dengan hal persatuannya namun juga senantiasabersifat
dinamis yaitu harus sebagaimana telah dipahami bahwa Negara pada
hakekatnyaberkembang secara dinamis sejalan dengan perkembangan zaman,
waktu dan keadaan.

Inti Sila Keempat

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.Sila keempat didasari dan dijiwai oleh sila
ketuhanan yang mahaesa,kemanusiaan yangadil dan beradab serta persatuan
indonesia,dan mendasari serta menjiwai sila keadilan sosial bagiseluruh rakyat
Indonesia.

Sila keempat ini mengandung makna suatu pemerintahan dari


rakyat,oleh rakyat,untuk rakyat.dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan.Maka dari nilaiini,diakui paham demokrasi yang
lebih mengutamakan pengambilan keputusan melalui
musyawarah mufakat.Oleh karena itu,dalam sila keempat ini terkandung nilai-
nilai demokrasiyang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup
bernegara.Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Adanya kebebasan yang disertai tanggug jawab baik kepada masyarakat


bangsa maupunsecara moral terhadap Tuhan yang mahaesa.
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
c. Menjamin dan memperkukuh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
d. Mengakui atas perbedaan individu,kelompok,ras,suku,agama,karena perbedaan
merupakansuatu bawaan kodrat manusia.
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada suatu
individu,kelompok,suku,maupunagama.
f. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab.
g. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab.
h. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar
tercapainyatujuan bersama. Nilai yang terkandung dalam sila keempat –
merupakan nilai kebersamaan,kekeluargaandan bergotong royong.musyawarah
merupakan cerminan sikap dan pandangan hidup bahwakemauan rakyat adalah
kebenaran dan keabsahan yang tinggi.Dalam musyawarah pun
terdapatpemahaman bahwa kita senantiasa mendahulukan kepentingan
umum,menghargai kesukarelaandan kesadaran daripada memaksakan
kehendak kepada orang lain.Selain itu,juga harusmelaksanakan hasil
musyawarah dengan penuh keikhlasan dan tanggumg jawab.Demikianlah nilai-
nilai yang terkandung dalam sila keempat.Seterusnya nilai-nilaitesebut
dikongkritisasikan dalam kehidupan bersama yaitu kehidupan kenegaraan baik
menyangkut aspak moralitas kenegaraan,politik,maupun aspek hukum dan
perundang-undangan.
Inti Sila kelima

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat IndonesiaSila kelima ini didasari
dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang mahaesa,kemanusiaan yangadil dan
beradap,persatuan Indonesia,serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaandalam permusyawaratan/perwakilan.Didalam sila kelima
ini,terkandung nilai-nilai yangmerupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam
hidup bersama.Maka,dalam sila kelima tersebutterkandung nilai keadilan yang
harus terwujud dalam kehidupan bersama(kehidupansosial).Keadilan tersebut
didasari dan dijiwai oleh hakikat keadialan kemanusiaan,yaitu keadilandalam
hubungan manusia dengan dirinya sendiri,manusia dengan manusia
lain,manusia denganmasyarakat,bangsa dan Negara serta hubungan manusia
dengan Tuhannya. Oleh karenaitu,sebagai perwujudan nilai-nilai
keadilan,maka setiap rakyat Indonesia harus mendapatperlakuan yang adil dan
merata dalam berbagai bidang kehidupan baik itu.
Politik,hukum,ekonomi,maupun social budaya.Selain itu harus ada keselarasan
antara hak dankewajiban.Untuk menjamin keadilan dalam pelaksanaan hak dan
kewajiban pemerintah telahmembentuk berbagai peraturan perundang-
undangan.Nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama
meliputi sebagaiberikut:

a. Keadilan distribusiYaitu suatu hubungan keadilan dari Negara terhadap


warganya,dalam arti pihak negaralahyang wajib memenuhi keadilan dalam
bentuk keadilan membagi,dalamkesejahteraan,bantuan,subsidi,serta
kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atashak dn kewajiban.
b. Keadilan legal atau keadilan bertaatYaitu suatu hubungan keadilan dari warga
Negara tehadap Negara,dalam arti pihak negaralahyang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan
yangberlakudalam Negara.
c. Keadilan komuntatif Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan
lainnya secara timbal balik.Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan
suatu dasar yang harus diwujudkandalam hidup bersama kenegaraan untuk
mewujudkan tujuan Negara yaitu mewujudkankesejahteraan seluruh warganya
serta melindungi seluruh warganya dan seluruhwilayahnya,mencerdaskan
seluruh warganya.Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagaidasar
dalam pergaulan antar Negara sesama bangsa didunia dan prinsip ingin
menciptakanketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa
didunia dengan berdasarkan suatuprinsip kemerdekaan bagi setiap
bangsa,perdamaian abadi serta keadilan dalam hidupbersama(keadilan social).

F. Fungsi dan Tujuan Filsafat Pancasila


1. Cita-cita Nasional

Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana telah dirumuskan


oleh para bapak pendiri Negara kita yaitu : “Mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Para pendiri Negara kita telah sepakat
bahwa landasan,pangkal tolak ukur atau platform untuk mencapai cita-cita
tersebut, ialah Pancasila. Oleh karena itu, seluruh warga Negara baik yang
duduk di pemerintahan Negara, yang duduk di organisasi politik atau
organisasi sosial maupun warga Negara pada umumnya, berangkat dari
pangkal tolak perjuangan yang sama, yaitu Pancasila. Sehingga bangsa
Indonesia memiliki wawasan yang sama dalam mewujudkan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Wawasan itu adalah wawasan nasional.

2. Tujuan Nasional

Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-


undang dasar 1945 adalah mencakup tiga hal, yaitu :

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
c. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Dari ketiga point di atas maka dapat kita simpulkan bahwa negara Indonesia
melindungi negara tanah air dan seluruh warga negara indonesia baik yang berada
di dalam maupun di luar negeri. Selain itu negara kita menginginkan situasi dan
kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, sentosa, dan lain sebagainya. Di
samping itu negara indonesia turut berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia
untuk kepentingan bersama serta tunduk pada perserikatan bangsa-bangsa atau
disingkat PBB.

G. Visi, Misi, Kompetensi Pendidikan Pancasila


1. Visi Pendidikian Pancasila
Sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan program studi dalam
mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya selaku warga
negara yang berperan aktif menegakan demokrasi menuju masyarakat
madani.
2. Misi Pendidikan Pancasila
Membantu mahasiswa selaku warga negara agar mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa indonesia serta kesadaran
berbangsa bernegara dalam menerapkan ilmunya secara bertanggung
jawab terhadap kemanusiaan.
3. Kompetensi Pendidikan Pancasila
Menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional, dan dinamis,
berpandangan luas sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan
mahasiswa selaku warga negara ri yang memiliki:
a. Wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dengan perilaku cinta
tanah air
b. Wawasan kebangsaan , kesadaran berbangsa demi ketahanan nasional
c. Pola pikir, sikap yang komprehensip integral pada seluruh aspek
kehidupan nasional.
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwaa pancasila sebagai ideologi


negara memiliki arti sebagai pandangan, cita-cita maupun keyakinan dan nilai-nilai
yang bangsaIndonesia. Pancasila sebagai ideologi secara normatif perlu
diwujudkan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mencapai
suatu tujuan dan cita-cita bangsaIndonesia.

Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita


harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan
setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.Pancasila adalah pandangan hidup
bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.Pancasila juga merupakan sumber
kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.Maka manusia Indonesia
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus
dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang
secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap
lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/5917989/MAKALAH_PANCASILA_SEBAG
AI_IDEOLOGI_NEGARA

Budiyanto, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga, Jakarta.


Winarno, S.Pd. M.Si. 2008, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, PT.
Bumi Aksara, Jakarta

https://www.academia.edu/9135034/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_
FILSAFAT_MAKALAH_Disusun_untuk_Memenuhi_Tugas_Pancasila_

Anda mungkin juga menyukai