Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Ilmu Tanah

KADAR AIR TANAH

NAMA : M.ARIF FIKRI AL-RIDHO


NIM : G111 16 302
KELAS :E
KELOMPOK : 13
ASISTEN : PRATAMA PUTRA

DEPARTEMEN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel
tanaman dan mikrobia terdiri dari air. Air yang diserap tanaman di samping
berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media reaksi pada
hampir seluruh proses metabolismenya yang apabila telah terpakai diuapkan
melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dari tanah
sekitarnya (evaporasi) di sebut evapotranspirasi. Air itu sendiri bisa berupa air
hujan, air sungai ataupun air lainnya. Air yang tersimpan dalam tanah dan untuk
kebutuhan organisme lainnya disebut kadar air tanah (Hanafiah, 2014).
Ketersediaan kadar air di dalam tanah selama ini sangat bervariasi dan
terus berubah dari waktu ke waktu. Tentu banyak hal yang mempengaruhi kadar
air tanah itu sendiri dan salah satunya yaitu iklim. Maka dari itu, apabila sebuah
lahan memiliki kadar air yang optimal maka tentu memberikan dampak positif
dari organisme yang hidup di tanah tersebut, hal yang sebaliknya terjadi apabila
tanah kekurangan kadar air maka daerah tersebut tentu dalam keadaan kering dan
organisme di sekitar tentu kekurangan air untuk melakukan proses kehidupan.
Untuk kepentingan pengelolaan air di dalam tanah, manusia perlu
mengetahui berapa banyak air yang ada atau tersedia di dalam tanah. Hal ini
dikarenakan kadar air tanah sangat mempengaruhi segala organisme yang ada di
sekitarnya. Jumlahnya kadar air dalam suatu tanah tentu memberikan gambaran
mengenai apa-apa yang perlu kita lakukan untuk mencukupi kadar air tanah atau
proses apa saja yang dilakukan walaupun jumlah kadar air tanah sedikit.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu kita lakukan praktikum mengenai
cara mengetahui kadar air dalam tanah, sehingga kita mengetahui pengolahan
tanah yang seperti apa yang akan dilakukan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum ini untuk mengetahui bagaimana kadar air diukur dan dihitung
menggunakan metode gravimetrik, memahami bahwa tanah yang berbeda
memiliki kadar air yang tidak sama, meskipun besaran energi yang memegang air
di dalam tanah adalah sama. Kegunaan praktikum ini sebagai bahan informasi
mengenai pengolahan tanah yang cocok pada setiap jumlah kadar air tanah yang
bervariasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Air Tanah

Air di dunia 97,2 % berupa lautan dan 2,8 % terdiri dari lembaran es dan gletser
(2,15%),air artesis (0,62%) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi
danau air tawar (0,009%),danau air asin (0,008%),air tanah (0,005%),air atmosfer
(hujan dan kabut) (0,001%) dan air sungai (0,0001%) (Foth.1984) dalam
(Hanafiah, 2014)
Jadi setelah kita ketahui dari data yang sudah tertera itu Hanafiah (2008)
berpendapat bahwa kadar air tanah meruapakn selisih masukan air dari presipitasi
(meliputi hujan,salju,kabut) yang menginfiltrasi tanah di tambah hasil kondensasi
dan adsorpsi di kurangi air yang hilang lewat evapotranspirasi,aliran
permukaan,perkolasi dan rembesan lateral,yang secara umum disebut sebagai
persamaan air-tanah (Hanafiah, 2014)
Menurut Hanafiah (2014), bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman, terdiri dari:
1) Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah
terisi oleh air.
2) Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah
mulai menipis,sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar
dari gaya gravitasi.
3) Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas, dan mem- pertahankan turgor nya.
4) Koefisien higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air Tanah

Menurut Hanafiah (2014), kadar dan ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu
1. Tekstur tanah
Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya pada tegangan 1/3
atm (kapasitas lapang), kadar air masing-masingnya adalah sekitar 55%, 40%
dan 15%. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan
koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif, yang makin halus
teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas menyimpan
air. Hasilnya berupa peningkatan kadar dan ketersediaan air tanah.
2. Kadar bahan organik (BOT)
BOT mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang partikel
mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air
juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar bahan organik akan makin
tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
3. Senyawa kimiawi
Garam-garam dan senyawa pupuk/amelioran (pembenah tanah) baik alamiah
maupun non alamiah mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik dan
menghidrolisi air, sehingga koefisien layu meningkat. Konsekuensinya, makin
banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan menyebabkan kadar dan
ketersediaan air tanah menurun.
4. Kedalaman solum/lapisan tanah
Kedalaman solum menentukan volume simpan air, makin dalam makin besar,
sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak. Kedalaman
solum/lapisan ini sangat penting bagi tetanaman berakar tunggang dan dalam.
Disamping faktor tersebut, faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar
dan ketersediaan air tanah.
2.3 Hubungan Kadar Air Tanah dengan Pertumbuhan Tanaman

Air tanah selalu aktif semenjak permulaan dalam membantu proses pembentukan
horison-horison tanah. Air penting untuk pertumbuhan tanaman dan reaksi-reaksi
kimia dalam pelapukan mineral. Air perkolasi membantu siklus unsur hara dan
pemindahan liat,oksida besi dan aluminium,garam-garam dan lain-lain. Di daerah
kering gerakan air ke atas ( kapiler),menyebabka terjadinya akumulasi garam di
permukaan tanah (Hardjowigeno, 2015)
Bila air mudah meresap ke dalam bahan induk tanah,maka terdapatlah
keadaan aerobic,sehingga terbentuklah tanah yang cukup dalam dan mengandung
bahan yang teroksidasi, dan perakaran tanaman tidak terhambat oleh
air.Sebaliknya di daerah-daerah yang sering tergenang air ,maka oksidasi
terhambat dan bahan organik terakumulasi di permukaan tanah (Hardjowigeno,
2015)
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum pengamatan kadar air tanah dilaksanakan pada hari selasa,
18 oktober 2016, pukul 11.40 – 12.50 WITA. Bertempat di Laboratorium Kimia
Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada pengamatan kadar air tanah adalah timbangan analitik,
cawan petridis, desikator, dan oven. Bahan yang digunakan pada pengamatan
Kadar Air Tanah adalah sampel tanah kering udara, air dan kertas label.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum kadar air tanah dengan metode gravimetrik
adalah sebagai berikut:
1. Menimbang cawan petridis, dan menambahkan 20 gram tanah kering udara.
2. Mengeringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 2 x 24 jam.
3. Mengeluarkan cawan yang berisi tanah dari oven lalu dinginkan, kemudian
menimbang cawan tersebut bersama tanah.
4. Menghitung % kadar air tanah dengam menggunakan rumus :

(b−a)−(c−a)
% Kadar Air = x 100 %
(c−a)

Dimana :
Berat cawan petridis = a gram
Berat cawan petridis + Tanah kering udara = b gram
Berat cawan petridis + Tanah kering oven = c gram
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air

Lapisan % Kadar Air


I 5,26 %
II 19,02 %
III 20,5 %

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kadar air yang kami amati adalah kadar air pada lapisan I,II dan
IIIpada lapisan satu memiliki kadar bahan organik yang tinggi sehingga kekuataan
mengikat air tanahnya sangat baik. Hal ini sependapat dengan Hanafiah (2014)
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan kadar air dalam tanah
adalah bahan organik. BOT mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak
ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas
simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar bahan organik akan
makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah. Disamping itu faktor teksur juga
sangat berperan penting dimana pada lapisan 1 memiliki tekstur liat sehingga daya
pegang atau daya serapnya semakin kuat yang menyebabkan kesersediaan air
pada lapisan 1 sangat tinggi. Berbeda dengan lapisan dibawahnya yang memiliki
tekstur berpasir akibat pencucian, butir-butirnya lebih besar sehingga luas
permukaan per satuan bobot tanah semakin kecil. Akibatnya, kadar airnya rendah
karena kapasitas pegang airnya juga rendah. Tanah-tanah bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus. Tanah
bertekstur kasar mempunyai kemampuan menyimpan air yang sangat rendah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan perhitungan jumlah kadar air tanah, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakin lembut tekstur suatu tanah maka kekuatan
untuk memegang atau mengikat air semakin tinggi, begitupun sebaliknya meski
besaran energi yang memegang air di dalam tanah adalah sama. Begitupun dengan
bahan organik semakin tinggi bahan organik yang terandung dalam tanah maka
semakin kuat pula lapisan tersebut memegang atau mengikat air.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam pengolahan kadar air yang sangat rendah dilakukan dengan
menggunakan irigasi sehingga kadar airnya dapat dipertahankan atau tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Foth, H. D., 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: UNILA.

Hanafiah K.A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno. 2015. Ilmu tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.


LAMPIRAN

Perhitungan kandungan air tanah


Lapisan I
Diketahui : Berat cawan petridis = 7,4 gr (a)
Berat cawan petridis + tanah kering udara = 27,4 gr (b)
Berat cawan petridis + tanah kering oven = 26,4 gr (c)
Berat tanah kering udara = (b-a) = 20
Berat tanah kering oven = (c-a) = 19
Berat air yang hilang = (b-c) = 1
(b−a)−(c−a)
Penyelesaian : Kandungan air tanah = x 100%
(c−a)
20−19
= x 100%
19
= 5,26 %
Lapisan II
Diketahui : Berat cawan petridis =7,4 gr (a)
Berat cawan petridis + tanah kering udara =53,8 gr (b)
Berat cawan petridis + tanah kering oven = 52,6 gr (gkc)
Berat tanah kering udara = (b-a) = 46,4
Berat tanah kering oven = (c-a) = 45,2
Berat air yang hilang = (b-c) = 1,2
(b−a)−(c−a)
Penyelesaian : Kandungan air tanah = x 100%
(c−a)
46,4−45,2
= x 100%
45,2
= 19,02 %
Lapisan III
Diketahui : Berat cawan petridis = 45,6 gr (a)
Berat cawan petridis + tanah kering udara = 65,6 gr (b)
Berat cawan petridis + tanah kering oven = 62,2 gr (c)
Berat tanah kering udara = (b-a) = 20 gr
Berat tanah kering oven = (c-a) = 16,6 gr
Berat air yang hilang = (b-c) = 3,4 gr
(b−a)−(c−a)
Penyelesaian : Kandungan air tanah = x 100%
(c−a)
20−16,6
= x 100%
16,6
= 20,5 %
FOTO

Penimbangan berat tanah sebelum dimasukkan dalam oven

Penimbangan berat tanah sesudah di oven

Anda mungkin juga menyukai