Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIK KOMUNIKASI KEPERAWATAN PADA

PASIEN “NY. K”DENGAN DIAGNOSA CHEPALGIA DI


RUANG KRISAN RS TK.II PELAMONIA

Oleh:
Anugerah

NH011701I

CI LAHAN CI INSITUSI

(…………………) (…………………)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2019
PRAKTIK KOMUNIKASI KEPERAWATAN PADA
PASIEN “NY. S”DENGAN DIAGNOSA ASMA
BRONCHIAL DI RUANG KRISAN RS TK.II PELAMONIA

Oleh:
Anugerah
NH011701I

CI LAHAN CI INSITUSI

(…………………) (…………………)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN “ASMA BRONKIAL”

Oleh:
Anugerah
NH0117011

CI LAHAN CI INSITUSI

(…………………) (…………………)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep penyakit/kasus

1.1.1 Definisi kasus

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan


karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara.

Asma dibedakan menjadi dua jenis yaitu :


1. Asma brongkial

Penderita asma brongkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari


luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala
kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang tiba-tiba. Jika
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa saja datang. Gangguan
asma brongkial bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran
pernafasan, pembengkakan selaput lender, dan pembentukan timbunan lender yang
berlebihan.

2. Asma kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung, gejala asma kardial biasanya
terjadi pada malam hari, disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal
paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

1.1.2 Etiologi

Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV),
iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, tungau, sisa-
sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur,
susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik
(olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak) dan emosi.

1.1.3 Patofisiolog
Zat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut, dan kontak kulit.
Dari jenis allergen yang masuk ke dalam tubuh, bila pada orang yang atopic tidak akan
menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk ke dalam tubuh orang yang
mempunyai factor keturunan untuk bereaksi terhadap bahan allergen akan menyebabkan
alergik.

Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine menyebabkan reaksi
kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan sehingga terjadi broncopasme.
Broncopasme akan timbul kerusakan dinding bronkus yang akan mengakibatkan
pemeabilitas kapiler yang berperan edema mukosa.

Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa


dan peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi penyempitan saluran
pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan.

Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran udara terjadi
hipoventilasi karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga menyebabkan jalan
nafas tidak efektif dimana gejala dan tanda yang munul pada pendeita asma bronkial
terjadi sesak nafas, bunyi nafas tidak normal (weezhing), batuk yang menerus dan
semakin lamam terjadinya serangan akan mengakibatkan kurangnya tenaga atau
kelemahan, serta tidak nafsu makan, dalam kondisi demikain akan mengakibatkan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pemenuhan istirahat tidur,
intileransi aktivitas dan mengalami penurunan perawatan diri sendiri.

1.1.4 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya asma bronkial dapat di klasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergin)

Ditandai dengan reaksi alergin yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus


yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu inatang, obat-obatan (anti biotik dan
aspirin) dan spora jamur.

2. Instrinsik (non alergin)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergin yang beraksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau diketahui seperti udara dingin atau juga bisa disebabkan oleh adanya
instensi saluran pernafasan dan emosi.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergin dan non alergin.

1.1.5 Menginfestasi klinis

Gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk, dyspnea, dan
mengi. Biasanya penedrita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat seranagn penderita tampak bernafas cepat dan daam gelisah dan duduk
dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot0otot bantu pernafasan bekerja dengan
keras.

Selain gelisah tersebut ada beberapa gejala menyertainya :


1. Gelisah
2. Takipnea
3. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
4. Tidak toleran terhadap aktivitas makan, berjalan, bahkan berbicara
5. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada dosertai
pernafasan lambat.

1.1.6 Pemeriksaan penunjang


1. Pemerikasaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambahdan peleburan rongga intercostalis, serta difragma yang menurun.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi
3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada emfisema paru.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

1.1.7 Penatalksanaan
Perinsip umum pengibatan asma bronkial :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai asma,
baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya

Pengobatan pada penyakit asma bronkial :

1. Pengoatan non farmakologi


- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisioterapi
- Beri Oksigen bila perlu
2. Pengobatan farmakologi
- Bronkodilator = obat yang melebarkan saluran nafas
- Kromalin
- Ketolifen

1.2 Rencana keperawatan


1.2.1 pengkajian
Proses pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi
kongensi masalahkesehatan dan keperawatan pasien.
1. Identitas klien
Meliputi : nama umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama.
Penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
hubungan dengan klien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : merupakan eluhan yang dirasakan klien sehingga menjadi
alasan klien di bawah ke RS.
b. Riwayat sekarang : merupakan kronologis dari penyakit yang di derita saat
ini mulai awal hingga di bawah ke RS secara lengkap meliputi P,Q,R,S,T
c. Riwayat masuk RS : merupakan riwayat keluhan klien yang di derita
d. Riawayat masa lalu : merupakan penyakit yang di derita klien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat di
pengaruhi/mempengaruhi penyakit yang di derita klien saat ini
e. Riwayat kesehatan keluarga : untuk mengetahui penyakit yang di derita
klein apakah penyakit keturunan atau tidak.
3. Pola aktifitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi, brpakain, eliminasi,
mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
- Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot-otot
aksesoris pernafasan (retraksi otot interkosta)
- Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dyspnea,
takipnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi,
hiperresonan pada perkusi

- Circulation
Hipotensi, diaphoresis, sianosis, gelisah fatique, perubahan tingkat
kesadaran, pulpus paradoxus >10 mm
4. Pola istirahat tidur
- Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tdur
- Kualitas dan kuantitas tidur
5. Pola nutrisi dan metabolic
- Berapa kali makan sehari
- Makanan kesukaan
- Berat badan sebelum sesudah sakit
- Frekuensi dan kuantitas minum sehari
6. Pola eliminasi
- Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
- Nyeri
- Kuantitas

1.2.2 Diagnosa kepeawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d secret tertahan di saluran nafas


2. Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon diogsida
3. Ketidakseimbangan nutrisi kuarang dari kebutuhan b/d laju metabolic, dospnea
saat makan, kelemahan otot pengunyah

1.2.3 Intervensi

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d secret tertahan di saluran nafas


Batasan karakteristik :
a. Tidak ada batuk
b. Suara nafas tambahan
c. Perubahan frekuensi nafas
d. Dispneu
NOC :
Respiratori status : ventilation
Respiratiryy status : airway patency

Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispneu
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
menhambat jalan nafas
NIC :
1. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
2. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dyspnea
3. Kolaborasi pemberian oksigen
2) Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon diogsida
Batasan karakterisktik :
- Pernafasan abnormal
- Sianosis
- Dyspnea
- Gelisah
NOC :
- Respiratory status : gas exchange
- Respiratory status : ventilation
- Vital sign status
Kriteria hasil :
1. Mendomenstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru-paru dsn bebas dari tanda-tanda distress
pernafasan
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suuara nafas, catat adanya suara tambahan
3. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kuarang dari kebutuhan b/d laju metabolic, dospnea


saat makan, kelemahan otot pengunyah
Batasan karakteristik :
- Kurang makanan
- Kurang minat pada makanan
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Ketidakmampuan makan makanan
NIC :
- Nutritional status :
- Nutrisional status : food and flui intake
- Nutritional status : nutrient intake
- Weight control
Kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampi mengindentifikasi kebutuhan nutrisi
NOC :
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

1.2.4 Penyimpangan KDM

Alergent

Reaksi tubuh terhadap alergent

Tubuh tidak tahan dengan reaksi alergent

Kontrasi otot pernafasan

Broncospasme

Hypersekresi
Penyempitan saluran pernafasan

Gangguan ventilasi (tuporventilasi) Hambatan aliran pernafasan

Jalan nafas tidak efktif


Distribusi ventilasi
yang tidak rata
dengan sirkulasi paru

Ketiakefektifan bersihan
jalan nafas Gangguan disfusi
gas di tingkat alveoli

Sesak nafas Gangguan pertukaran gas

Metabolisme tubuh

Gangguan pencernaan

Mortalitas

Mual

Nafsu makan berkurang

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


DAFTAR PUSTAKA

Nuratif Huda Amir, Kusuma Narasi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasrkan
Diagnosa Medis Dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta.Medication Publishing.

Anda mungkin juga menyukai