Anda di halaman 1dari 6

Kalsium hidroksida adalah salah satu bahan material pelindung untuk perawatan

pulpa dan akan merangsang pembentukan dentin reparatif. Kalsium hidroksida sudah umum
digunakan dalam perawatan endodontic sebabagi material capping, pulpotomi, menginduksi
deposisi jaringan keras gigi, sebagai materal sealer, serta dapat menghilangkan lesi periapikal
(Kusuma, 2016). Bahan Kalsium Hidroksida yang diteliti dalam penelitian adalah terdiri dari
campuran 25% kalsium hidroksida dan 75% larutan aquous dari asam poliakrilik (Ramar dan
Mungara, 2010).
Rumus kimia dari kalsium hidroksida adalah Ca(OH)2. Bentuk asli kalsium
hidroksida berupa kristal yang tidak berwarna atau bubuk putih. Kalsium hidroksida dapat
dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air. Kalsium hidroksida bersifat basa
kuat dengan pH berkisar antara 9-11,5. Sifat bahan yang alkalis inilah yang banyak
memberikan pengaruh pada jaringan. Bentuk terlarut dari bahan ini akan terpecah menjadi
ion-ion kalsium dan hidroksil (de Queiroz, dkk., 2005).
Karakteristik kalsium hidroksida berasal dari disosiasi ion kalsium dan ion hidoksida.
Aksi dari ion-ion ini pada jaringan dan bakteri membuat kalsium hidroksida menjadi
memiliki sifat tertentu sebagai antimiroba. Kalsium hidroksida telah terbukti dari banyak
berperan dalam membantu formasi dari mineralisasi dentinal bridge di atas jaringan pulpa.
Selain itu, aksi dari ion hidroksil pada kalsium hidroksida termasuk enzim dalam membran
sitoplasma. Tingginya konsentrasi ion hidroksida dari kalsium hidroksida dapat merubah
aktivitas enzim bakteri dan merangsang bakteri menjadi non-aktif. Bahan ini memiliki
banyak kegunaan dan efektif menyerang mikroorganisme spektrum luas. Obat ini memiliki
efek yang serupa pada bakteri aerob, anaerob, gram positif maupun gram negatif (Estrela dan
Holland, 2003). Akan tetapi, kehebatan kalsium hidroksida tiak dapat berpengaruh terhadap
bakteri Enterococcus faecalis yang banyak di saluran akar. Bakteri ini memiliki kemampuan
untuk bertahan hidup di saluran akar karena mampu bertahan di lingkungan yang tidak
mendukung, ketidaktersediaan nutrisi, dapat menginvasi tubulus dentin, menekan kerja
limfosit, membentuk biofilm dan resisten terhadap pemberian kalsium hidroksida (Sari dan
Untara, 2012).
Kalsium hidroksida dapat memberikan efek berupa pengurangan kekuatan bovine root
dentin hingga 33%. Hal ini menunjukan bahwa kalsium hidroksida dapat mengganggu
jaringan kolagen dan hidroksiapatit dari dentin sebagai akibat rentan terhadap fraktur.
Kekuatan dari dentin berkurang secara signifikan mengikuti 1 bulan setelah terpapar kalsium
hidroksida. Kalsium hidroksida juga dapat mengurangi fraktur mikrotensil kekuatan dari
dentin sebanyak 23-43,9% (Sahebi, dkk., 2012).
Sifat basa kuat dari bahan kalsium hidroksida dan pelepasan ion kalsium akan
membuat jaringan yang berkontak menjadi alkalis. Keadaan basa akan menyebabkan resorpsi
atau aktivitas osteoklas akan terhenti karena asam yang dihasilkan dari osteoklas akan
dinetralkan oleh kalsium hidroksida dan kemudian terbentuklah kalsium fosfat kompleks.
Selain itu, osteoblas menjadi aktif dan mendeposisi jaringan terkalsifikasi, maka batas dentin
terbentuk di atap pulpa. Akan tetapi karena sifat basanya, kalsium hidroksida yang telah
terserap dapat mengakibatkan rongga yang menyebabkan hancurnya struktur protein dentin
shingga melemahkan struktur dentin. Selain itu, rongga ini akan menyebabkan tunnel defect
yang membuat bakteri dapat menerobos dengan mudah sehingga perawatan memiliki resiko
gagal (Sari dan Untara, 2012).
Kalsium hidroksida memiliki beberapa kelemahan, di antaranya kekuatan kompresif
yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan
di dalam saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan bahan medikamen saluran akar. Selain
itu, dentin dapat menginaktifkan aktivitas antibakteri kalsium hidroksida, hal ini berkaitan
dengan kemampuan buffer dentin yang menghambat kerja kalsium hidroksida. Kemampuan
buffer dentin menghambat terjadinya kondisi alkaline yang dibutuhkan untuk membunuh
bakteri, juga menghambat penetrasi ion hydroxyl ke jaringan pulpa. Sementara itu, telah
dilaporkan juga bahwa jumlah saluran akar yang positif mengandung bakteri meningkat
setelah perawatan saluran akar dengan kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida menyebabkan
resopsi interna sehingga gigi mudah fraktur (Nurko, 2000).
Kalsium hidroksida telah dikenal sebagai gold standart dari bahan perawatan pulp
capping selana beberapa dekade. Kalsium hidroksida memiliki sifat antibakteri yang dapat
menghilangkan penetrasi bakteri dan iritasi pada jaringan pulpa. Mekanisme perbaikannya
sebenarnya belum diketahui secara sempurna. Namun, sebagian mekanisme perbaikan telah
diketahui disebabkan oleh pelepasan molekul bioaktif dari matriks dentin, termasuk BMP
(Bone Morphogenetic Protein) dan TGF-β1 (Transfroming Growth Factor β1). Molekul ini
telah terbukti mampu merangsang perbaikan pulpa dan remineralisasi dentin. Selain itu, ion
kalsiumnya secara aktif akan mengikat ion fosfat yang merupakan produk dari toksin bakteri
membentuk kompleks fosfat yang dapat melarutkan jaringan nekrosis (Hilton, dkk., 2013).
Kalsium hidroksida memang akan menyebabkan nekrosis likuefaksi pada 1,5 mm pada
lapisan paling superficial dari pulpa. Pada lapisan di bawahnya, saluran akarnya akan
mengalami nekrosis koagulasi yang akan mengakibatkan peradangan ringan pada pulpa.
Peradangan pada pulpa ini diharapkan akan merangsang affected minerelazed dentin yang
terletak di antara infected dentin dan pulpa menjadi aktif dan terus memproduksi odontoblas.
Rangsangan tersebut dimulai dari aktifnya respon inflamasi unuk mengontrol dan
mengeliminasi iritasi yang ada dengan membentuk barier jaringan keras. Kemudian, proses
yang terjadi selanjutnya adalah proses proliferasi sel dan pembentukan kolagen baru. Kolagen
baru kemudian mengalami mineraliasi bbersamaan dengan kalsifikasi distrofik ada daerah
yang mengalami nekrosis koaguasi dan membentuk deposisi mineral pada kolagen baru
(Mellisa, dkk., 2011).
Kalsium hidroksida memiliki kelarutan yang rendah terhadap air, serta tidak dapat
larut dalam alkohol. Karena sifat yang dimilikinya, kalsium hidroksida dinilai efektif dalam
melawan mikroba anaerob yang berada pada pulpa gigi yang nekrosis. Kandungan alkaline
pada CaOH mampu menghalangi proses inflamasi dengan berperan sebagai buffer lokal dan
dengan mengaktivasi alkaline fosfatase yang penting dalam pembentukan jaringan keras.
Keuntungan lain adalah bahan kalsium hidroksida memiliki keefektifan dalam waktu yang
cukup lama jika dibandingkan dengan bahan medikamen lainnya, dan pada beberapa kasus
perawatan saluran akar bahan ini dapat bertahan selama beberapa bulan dalam saluran akar.
Selain itu, keungglan lain dari kalsium hidroksida adalah tingkat keberhasilannya yang
mencapai 60-80% (Praveen, dkk., 2011).

Manipulasi kerja kalsium hidroksida:

Kunjungan pertama :

1. Melakukan Rontgent-foto
2. isolasi daerah kerja
3. Buka atap pulpa dan setelah ruang pulpa terbuka, jaringan pulpa diangkat dengan file
Hedstrom.
4. Instrumen saluran akar pada kunjungan pertama tidak dianjurkan jika ada
pembengkakan, gigi goyang atau ada fistel. keringkan dengan gulungan kapas kecil.
5. Irigasi saluran akar dengan H2O3 3% keringkan dengan gulungan kapas kecil.
6. Obat anti bakteri diletakkan pada kamar pulpa formokresol atau CHKM dan diberi
tambalan sementara.

Kunjungan kedua (setelah 2 – 10 hari ) :


1. Buka restorasi sementara.
2. Jika saluran akar sudah kering dapat diisi dengan Ca(OH)2
3. Kemudian tambal sementara atau tambal tetap
Jumlah kunjungan, waktu pelaksanaannya dan sejauh mana instrument dilakukan
ditentukan oleh tanda dan gejala pada tiap kunjungan. Artinya saluran akar diisi setelah
kering dan semua tanda dan gejala telah hilang (Musatafa, dkk., 2012).
DAFTAR PUSTAKA

De Queiroz, A.M., Assed, S., Leonardo, M.R., Filho, P.N., da Silva, L.A.B., 2005, MTA and
Calcium Hydroxide for Pulp Capping. J Appl Oral Sci 13(2):132-56.

Estrela, C. dan Holland, R., 2003, Calcium Hydroxide: Study Based on Scientific Evidences.
J Appl Oral Sci 11(4): 269-82.

Hilton, T.J., Ferracane, J.L., Mancl, L., 2013, Comparison of CaOH with MTA for Direct
Pulp Capping: A PBRN Randomized Clinical Trial, J Dent Res 92(7);16-22.

Kusuma, A.R.P., 2016, Pengaruh Lama aplikasi dan Jenis Bahan Pencampur Serbuk Kalsium
Hidroksida terhadap Kekerasan Mikro Dentin Saluran Akar, Odonto Dental Jurnal 3(3):48-
54.

Mellisa, Hardiyanto, W., Gunawan, A.J., 2011, Trioxide Agregate Studi Kasus, MIKGI Edisi
Khusus 86-91.

Musatafa M, K P Saujanya, Jain D,..(et al). Role of calcium hydroxide in endodontics: A


review. Global journal of medicine and public health. Saudi arabia.1(1); 2012: 66-68.

Nurko, C., Clinical Section Resorption of a Calcium Hydroxide/Iodoform Paste (Vitapex) in


Root Canal Therapy for Primary Teeth: A Case Report, Pediatric Dentistry San Antonio
22(6).

Praveen P, et al. A review of obturating material for primary teeth. SRM University Journal
of Dental Sciences. 2011; 1(3).

Ramar, K., dan Mungara, J., Clinical and Radiographic Evaluation of Pulpectomies using
Three Root Canal Filling Materials: An In-Vivo Study. J Indian Soc Pedod Prev Dent
2010;228:25-29
Sahebi, S., Nabavizadeh, M., Dolatkhah, V., Jamshidi, D., 2012, Short Term Effect of
Calcium Hydroxide, Mineral Trioxide Aggregate and Calcium-Enriched Mixture Cement on
the Strength of Bovine Root Dentin, IEJ 7(2): 68-73.

Sari, A.N., dan Untara, T.E., 2012, Root Canal Treatment menggunakan Kombinasi Kalsium
Hidroksida dan Chlorhexidine sebagai Medikamen Intra Kanal Insisivus Sentral Kiri
Maksila. Maj Ked Gi 21(2):165-170.

Anda mungkin juga menyukai