Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Khairul ar-rosyid

Nim : E93216098
Smt/Kelas/Prodi : VI/C/Ilmu Alquran dan Tafsir
Matakuliah : Studi Tafsir Nusantara
Dosen Pengampu : Imron Rosyadi M.Th.I

Kekurangan dan kelebihan buku “Khazanah Tafsir Indonesia” karya Islah Gusmian

Secara metodologi buku ini mengulas lengkap perkembangan tafsir di Indonesia,


dimulai dari awal abad ke-16 sampai dengan dasawarsa 1990. Pada pembahasan BAB II, Sejarah
perkembangan dipaparkan dengan menyajikan data yang cukup terperinci, hal ini penting karena
untuk memahami perkembangan suatu fenomena maka tidak akan bisa dilepaskan dari
sejarahnya.

Setelah memaparkan sejarahnya, pada BAB III penulis mulai menelisik teknik
penulisan dan hermeneutik beberapa karya tafsir yang ada di Indonesia. Dimulai dengan sub bab
mengenai peta metodologi kajian Tafsir Alquran, Arah baru metodologi kajian atas Alquran,
Aspek teknis penulisan tafsir dan aspek hermeneutik Tafsir. Pada bab ini penulis mulai
membongkar teknis penulisan tafsir di Indonesia. Pertama, gaya bahasa yang muncul berawal
dari ceramah (dapat dilihat pada Tafsir al-Hijri karya Didin), tulisan dimedia masa, kolom,
reportase, ilmiah, dan populer. Kedua, gaya bahasa ilmiah (dapat dilihat pada tugas akademik di
kampus untuk meraih gelar akademik)

BAB IV membahas mengenai horizon baru karya tafsir Alquran di Indonesia.


Berisikan sub bab yang mebahas mengenai trend dan domain metodologi, sensitivitas literatur
tafsir Alquran di Indonesia, intelektualitas penafsir dan orientasi penulisan tafsir Alquran di
Indonesia. Bab V membahas mengenai Ideologi tafsir. dari segi tema yang diangkat, karya tafsir
era dasawarsa 1990 merespon kejadian yang terjadi pada masyarakat. Seperti tema teologi
kebebebasan, hubungan sosial antar umat beragama, kesetaraan gender, dan tasawuf. Metodologi
yang digunakan oleh para mufassir Indonesia dari kurun waktu abad ke-16 sampai dasawarsa
1990 cukup mengalami perkembangan yang signifikan. Mufassir merespon keadaan sosio
historis masyarakat. oleh karena itu penting untuk memperhatikan latar belakang penulisan suatu
tafsir agar mengetahui seberapa besar subyektivitas penafsiran dan “kepentingan” suatu ayat
ditafsirkan.

Secara metodologis, kelebihan buku ini adalah melampirkan data yang cukup
lengkap. Islah Gusmian menulis buku Khazanah Tafsir Nusantara merupakan upaya beliau untuk
merespon buku yang ditulis oleh Federspiel, dengan demikian beliau menyajikan data-data
sebelum memberikan kritik dimulai dari penyajian data sejarah perkembangan tafsir di
Indonesia, sampai pada perkembangan penafsiran yang ditunggangi kepentingan. Salah satu
kritiknya adalah mengapa Federspil membatasi pengkajian tafsirnya.. Pembahasan sangat
terperinci dan cukup runtut, contoh yang ditampilkan juga sangat beragam sehingga
mempermudah pemahaman pembaca. Kekurangannya adalah keberagaman contoh yang terkesan
memperbanyak pembahasan terkadang membuat pembaca merasa kesulitan karena harus
memahami banyak variabel.

Secara Konten, kelebihan buku ini adalah cukup memberikan pandangan yang luas
dan jelas mengenai khazanah perkembangan tafsir yang tejadi di Indonesia. Mengenai
periodisasi perkembangan tafsir Alquran yang terjadi di Indonesia adalah salah satu hal yang
menarik.. Mulai dari pengajaran Alquran yang dilakukan di surau, penulisan-penulisan tafsir
“sepenggal” yang disebarkan melalui media koran atau majalah, hingga memunculkan para
penafsir di Indonesia. Kajian-kajian mulai periodisasi hingga metodologi yang digunakan oleh
penafsir Indonesia diulas tuntas dengan gaya bahasa ringan dan mudah dipahami oleh para
pembaca. Ada banyak paradigma dan khazanah tafsir khas Indonesia yang unik dan menarik.

Kelemahannya, buku ini nampak berat dibaca jika dilihat dari judulnya, meskipun
setelah kita membacanya, kita akan sadar bahwa bahasanya cukup ringan dan mudah difahami
karena didalamnya tidak banyak menggunakan teori-teori penulisan.

Kelebihan dan kelemahan buku “Pasaraya Tafsir Indonesia” Karya M. Nurdin Zuhdi.
Buku ini berisikan lima Bab. Setelah pendahuluan, pembahasan dilanjutkan pada
Bab I yang membahas mengnai Alquran yang membumi, berisikan sub bab pembahasan tentang
belum tuntasnya kajian tafsir Alquran di Indonesia dan tipologi tafsir. Bab II mebahas Sejarah
dan perkembangan wawasan tafsir di Indonesia, berisikan sub bab pembahasan mengenai istilah
tafsir di Indonesia, awal kajian Alquran, dan sejarah awal kajian Tafsir. Bab III terpaku pada
pembahasan menelusuri karya tafsir Alquran di Indonesia tahun 2000-2010. Bab IV mengungkap
potret metodologi tafsir Alquran Madzhab Indonesia pada kurun waktu tahun 2000-2010. Salah
satu yang dibahas didalamnya adalah mengenai bentuk kajian karya tafsir Alquran. Pada Bab V
pembahasan berfokus pada mebangun kritik metodologi penafsiran, dari metodologi penafsiran
konvensional menuju metodologi modern-kontemporer.

Metode penyajian data yang dipakai oleh Nurdin Zuhdi hampir sama dengan Islah
Gusmian, yakni dengan mepaparkan data sejarah perkembangan tafsir yang diawali pembahasan
mengenai tafsir Alquran di Indonesia masih belum selesai. Kajian mengenai penulisan tafsir di
indonesia menggunakan kerangka teori yang diarahkan pembacaan terhadap karya tafsir dalam
tiga wilayah, yaitu aspek teknik penulisan, aspek tipologi karya tafsir, dan aspek metodologi
hermeneutika karya tafsir. pembahasan tidak bisa dipisahkan dari beberap contoh penafsiran.

Aspek penulisan tafsir akan memunculkan pembahasan mengenai sistematika


pembahasan tafsir. disini data yang ditampilkan cukup lengkap, seperti data mengenai
perbedaan kategori sistematika tafsir tematik klasik dan tafsir tematik modern. Data kuantitatif
mengenai jumlah tafsir yang ada di Indonesia juga dapat dilihat pada Nuansa penafsiran yang
ada pada tahun 2000-2010, bahwasanya terdapat 32 karya tafsir yang ada, ditemukan 5 nuansa
tafsir, yaitu: (1) karya tafsir yang bernuansa kebahasaan ada 3 karya tafsir, (2) karya tafsir yang
bernuansa sosial kemasyarakatan adad 15 karya tafsir, (3) karya tafsir yang bernuansa fiqh ada 5
karya tafsir (4) karya tafsir yang bernuansa theologi ada 5 karya tafsir, dan (5) karya tafsir yang
bernuansa sains ada 2 karya tafsir.

Kelebihan dari sisi metodologinya adalah penyajian data yang cukup lengkap dan
beragam, ringkas, rapi sehingga dapat mudah difahami bagi pembaca. Sistematika penyusunan
pembahasan runtut dan mengupas perkembangan tafsir dari tahun 2000-2010. Kajian ini bukan
hanya ingin menunjukkan proses dinamis tafsir di Indonesia. Pada akhir pembahasan dijelaskan
mengenai segi validitas penafsiran. Pembahasan ini cukup penting karena perlu penyadaran
bahwa karya tafsir bersifat ijtihadi. Relevan atau tidaknya tidak bisa dinilai tanpa mengetahui
konteksnya. Dengan demikian dapat disimpulkan dalam buku ini menyatakan bahwa konteks
penafsiran sangat penting, maka disinilah hermeneutika diperlukan. Serta kelebihan yang lain
adalah tipologi tafsir sangat membantu pemahaman pembaca. Kekurangannya tidak terlalu
signifikan hanya saja contoh penafsiran kurang menguraikan pembahasan.

Dari segi konten kelebihannya adalah bahasa yang mudah difahami dari
pembahasan awal sampai ke pembahasan terakhir membuat membaca terasa ringanm informasi
yang disajikan lugas dan jelas. Data yang ditampilkan memberikan kesan membangun
pemahaman terhadap perkembangan tafsir. buku ini bukan hanya berisikan sejarah tetapi banyak
variabel lain yang mengembangkannya. Sementara kekurangannya adalah tidak adanya
pembahasan mengenai nuansa sufistik dan theologis, baik hanya sekedar deskripsi nuansa atau
mengenai data berapa banyak kitab tafsir yang mempunya nuansa sufistik dan theologis.

Anda mungkin juga menyukai