Anda di halaman 1dari 18

FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Kebijakan Publik

yang dibina oleh bapak Dr. Sunariyanto, S.Sos MM

Oleh :

Kelompok VIII FIA PUBLIK VB

1. Alinda Dwi Safitri (21501091053)

2. Resti Ramadani (21501091054)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

November 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Formulasi kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan publik merupakan tahapan
yang paling penting. Formulasi kebijakan bisa dikatakan sebagai inti dari proses kebijakan.
Karena formulasi kebijakan berperan untuk menjawab public affairs yang ada di masyarakat
melalui pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Di Indonesia pergeserah
formulasi kebijakanjuga terjadi setiap era yang ada. Di era orde lama, partisipasi masyarakat
terhadap kebijakan publik belum optimal, sebab cenderung teknokratis dan berkarakter
public administration as rulers dimana para pengambil keputusan kerap tidak melibatkan
pihak-pihak yang akan menjadi korban. Kebijakan penyelenggaraan Ganefo, non-blok,
pendirian TVRI, pemberdelan surat kabar serta pembubaran partai politik pernah terjadi di
era ini dan menunjukan bahwa era orde lama belum melakukan pelibatan masyarakat secara
efektif dan berkelanjutan.
Pada era orde baru formulasi kebijakan sangat sentralistik, berkarakter citizens as voters
public administration as trustees. pola formulasi kebijakan juga kerap bias dengan
kepentingan-kepentingan segelintir kelompok di dalam “lingkaran cendana”. Proses
formulasi kebijakan publik harus mengikutsertakan masyarakat, terutama kelompok yang
mendapatakan keuntungan langsung dari sebuah kebijakan, maupun yang akan mendapatkan
dampaknya. Proses formulasi kebijakan diharapkan dapat melahirkan kebijakan public yang
tepat dan relevan. Untuk membahas lebih jauh mengenai formulasi kebijakan maka dalam
makalah ini akan dijelaskan mengenai beberapa pengertian dan proses dalam formulasi
kebijakan serta jenis dan tingkatan kebijakan publik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian formulasi kebijakan?
2. Apa saja jenis dan tingkat kebijakan publik?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam formulasi kebijakan publik?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian formulasi kebijakan
2. Untuk mengetahui beberapa jenis dan tingkat kebijakan publik
3. Untuk memahami langkah-langkah dalam formulasi kebijakan public

Selesai: 100% Diperiksa


20 % Plagiarisme
80 % unik
100% diperiksa

Formulasi kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan publik merupakan tahapan yang paling

penting. Formulasi kebijakan bisa dikatakan sebagai inti proses.- UnikDi era orde lama, partisipasi

masyarakat terhadap kebijakan publik belum optimal, sebabasin teknokratis dan berkarakter

administrasi publik sebagai penguasa dimana parau keputusan kerap tidak terkait pihak-pihak

yang- plagiarizedPada era orde baru formulasi hukum sangat sentralistik, warga berkarakter

sebagai pemilih administrasi publik sebagai wali amanat. pola formulasi kebijakan juga kerap bias

dengan kepentingan-kepentingan segelintir kelompok dalam dalam "lingkaran cendana".-

UnikProses formulasi kebijakan diharapkan dapat melahirkan kebijakan publik yang tepat dan

relevan.- Unik2. Untuk mengetahui beberapa jenis dan tingkat kesalahan publik 3. Untuk

memahami langkah-langkah dalam formulasi kebijakan publik- Unik

Download Laporan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Formulasi Kebijakan


Pada proses pembuatan dan pelaksanaan suatu kebijakan public terdapat perumusan
formulasi kebijakan yang merupakan salah satu tahap dari berbagai rangkaian proses. Berikut
adalah beberapa pandangan para ahli tentang apa itu definisi formulasi kebijakan :
- Menurut Anderson yang dikutip oleh Nugroho, policy formulation is, “The development
of patinent and acceptable proposal courses of action for dealing with problem”.
Formulasi kebijakan menyangkut upaya menjawab pertanyaan bagaimana berbagai
alternatif disepakati untuk masalah yang dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi.
- Menurut Dunn, perumusan kebijakan (policy formulation) adalah, “pengembangan dan
sintesis terhadap alternatif-alternatif pemecahan masalah”.
- Menurut Eugene, The complete formulation is “Alternative will very probably lead to
Outcome, which we judge to be the best of the possible outcomes; therefore, we judge a
alternative to be the best.” Formulasi yang lengkap adalah menentukan alternatif yang
mungkin untuk dibuat kebijakan, dimana kita menilai (mencari) yang terbaik dari
kemungkinan yang ada; oleh sebab itu, kita mencari satu alternatif yang terbaik.

Pada tahapan formulasi kebijakan terdapat mekanisme yang sesungguhnya untuk


memecahkan masalah publik yang telah masuk dalam susunan agenda pemerintah. Tahapan
ini lebih bersifat teknis dibandingkan tahapan agenda setting yang lebih bersifat politis
dengan menerapkan berbagai teknis analisis untuk membuat keputusan terbaik. Menurut
Dunn, dalam formulasi kebijakan dilakukan proses peramalan, yaitu menguji masa depan
yang pleusibel, potensial, dan secara normatif bernilai, mengestimasi akibat kebijakan yang
diusulkan, mengenali kendala yang mungkin terjadi dalam pencapaian tujuan, dan
mengestimasi kelayakan politik (dukungan dan oposisi) dari berbagai pilihan. Proses itu
terkait dengan bagaimana proses pemilihan alternatif kebijakan yang dilakukan oleh pembuat
kebijakan untuk mempertimbangkan seberapa besar pengaruh langsung yang dapat
dihasilkan dari pilihan alternatif utama tersebut. Proses ini biasanya akan dapat
mengekspresikan dan mengalokasikan kekuatan dan tarik menarik diantara berbagai
kepentingan sosial, politik dan ekonomi.

4
Didalam formulasi kebijakan pendidikan, pendekatan teori kelompok mengumapamakan
bahwa kebijakan yang dianut oleh pendidikan merupakan titik keseimbangan (equilibrium).
Inti gagasannya merupakan interaksi dalam kelompok yang akan menghasilkan
keseimbangan (sesuatu yang terbaik). Berdasarkan teori kelompok, individu dalam kelompok
kepentingan berinteraksi baik secara formal maupun informal, dan secara langsung atau
melalui media massa menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah untuk mengeluarkan
kebijakan yang diperlukan.

Sedangkan pendekatan teori rasional mengedepankan gagasan bahwa kebijakan


pendidikan sebagai “maximum social gain” yang berarti pemerintah sebagai pembuat
kebijakan pendidikan harus memilih kebijakan pendidikan yang memberikan manfaat
optimal bagi masyarakat. Proses formulasi kebijakan harus memilih kebijakan yang
memberikan manfaat optimal bagi masyarakat dan haruslah didasarkan pada keputusan yang
sudah diperhitungkan rasionalitasnya. Rasionalitas yang diambil adalah perbandingan antara
pengorbanan dan hasil yang dicapai. Jadi pendekatan rasional lebih menekankan pada aspek
efisiensi atau aspek ekonomis.

Secara fondamental tahapan formulasi terjadi tatkala pemerintah mengakui keberadaan


masalah-masalah publik dan menyadari adanya kebutuhan dan tuntutan untuk melakukan
sesuatu dalam rangka mengatasi masalah tersebut. Karenanya dalam perumusan
kebijaksanaan publik, persoalan mendasar adalah merumuskan masalah kebijakan (policy
problems) dan merancang langkah-langkah pemecahannya (solution). Aktor-aktor yang
terlibat dalam proses formulasi kebijakan menurut Peters (1985) antara lain sebagai berikut:

- Birokrasi publik merupakan aktor yang menonjol peranannya dalam setiap proses
formulasi kebijakan, bureaucracies are central to the process of policy formulation,
karena birokrasi mempunyai pengalaman yang paling banyak dalam prosedur
formulasi kebijakan.
- Tangki-tangki pemikir dan kabinet bayangan yang berada di sekitar birokrasi
merupakan alternatif lain sebagai formulator kebijakan publik diluar birokrasi
pemerintah, karena bisa disebabkan oleh kepakarannya.

5
- Kelompok kepentingan yaitu dengan memberikan tekanan kepada pemerintah agar
suatu masalah dapat masuk dalam agenda pemerintah dan berlanjut pada proses
formulasi kebijakan, sehingga maslaah dapat segera terselesaikan
- Anggota dewan secara individual juga merupakan salah satu aktor yang cukup
berperan dalam proses formulasi kebijakan, kadangkala bertujuan menunjang karir
politik mereka sebagai perumus kebijakan.

Berdasarkan pengertian beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa formulasi kebijakan merupakan salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah
yang di bentuk oleh para aktor pembuat kebijakan dalam menyelesaikan masalah yang ada
dan dari seleksi sekian banyaknya alternative maka dipilih kebijakan yang paling baik untuk
pemecahan masalah yang ada.

Selesai: 100% Diperiksa


54 % Plagiarisme
46 % unik
100% diperiksa

Perumusan formulasi kebijakan adalah salah satu tahap dari berbagai macam proses pembuatan

dan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Berikut adalah pandangan para ahli tentang definisi

formulasi kebijakan:-Plagiatisasi Formulasi kebijakan terkait dengan alternatif penanganan

masalah yang sedang dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi.- plagiat- Menurut Eugene,

Rumusan lengkap adalah "Alternatif mungkin akan mengarah pada Hasil, yang kita jadikan

sebagai hasil terbaik; Oleh karena itu, kita menilai alternatif-Tahapan formulasi

kebijakanunikmerupakan mekanisme yang nyata untuk memecahkan masalah publik yang telah

masuk dalam agenda pemerintah.- plagiatMenurut Dunn, dalam formulasi kebijakan yang

dilakukan proses peramalan, yaitu masa depan yang pleusibel, potensial, dan secara normatif,

mengestimasi akibat kebijakan yang suka, yaitu sesuatu yang mungkin terjadi- unikProses ini

terkait dengan proses pemilihan alternatif kebijakan oleh pembuat kebijakan yang biasanya

mempertimbangkan besaran pengaruh yang dapat dihasilkan dari pilihan alternatif utama

tersebut.- PlagiarizedDalam formulasi kebijakan pendidikan, pendekatan teori kelompok

6
mengumapamakan adalah kebijakan pendidikan merupakan titik keseimbangan (ekuilibrium). Inti

gagasannya adalah tim dalam tim akan menghasilkan keseimbangan, dan keseimbangan adalah

sesuatu yang terbaik.- plagiat....................................-Rasionalitasunikyang diambil adalah

perbandingan antara pengorbanan dan hasil yang dicapai. Jadi pendekatan rasional lebih

menekankan pada aspek efisiensi atau ekonomis.- UnikKarenanya dalam perumusan halal,

masalah mendasar adalah merumuskan masalah kebijakan (kebijakan masalah) dan buat

langkah-langkahnya (solusi).- Unik- Birokrasi publik merupakan aktor yang menonjol dalam

proses pembentukan formulasi kebijakan, birokrasi sangat penting dalam proses perumusan

kebijakan, karena birokrasi memiliki pengalaman yang paling banyak dalam- Unique- Kelompok

kepentingan (kepentingan kelompok) dengan memberikan tekanan kepada pemerintah agar suatu

masalah dapat masuk dalam agenda pemerintah dan seterusnya pada proses formulasi

kebijakan.- plagiatBerdasarkan pengertian pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

formulasi kebijakan merupakan cara untuk memecahkan suatu masalah yang di bentuk oleh para

aktor pembuat keputusan dalam penyelesaian masalah yang ada- plagiat

Download Laporan Mulai Pencarian baru

2.2 Jenis dan Tingkat Kebijakan Publik


 Jenis-jenis Kebijakan Publik
Pada dasarnya kebijakan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai sasaran
atau objek apa yang mendasari lahirnya sebuah kebijakan tersebut. Para pakar politik
mengategorikan kebijakan publik ke dalam kategori: (1) Kebijakan substansif (misalnya:
kebijakan pendidikan, perburuhan, kesejahteraan sosial, dan sebagainya), (2)
Kelembagaan (misalnya: kebijakan legislatif, kebijakan yudikatif, kebijakan departemen),
dan (3) Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya: kebijakan masa Reformasi,
kebijakan masa Orde Lama, dan kebijakan masa Orde Baru).
Kategori lain tentang kebijakan, Anderson (1979) membagi kebijakan publik ke dalam 12
jenis:

7
a. Substansive Policies, yaitu suatu kebijakan yang menyangkut materi, isi, atau subject
matter kebijakan. Misalnya: kebijakan pendidikan, kebijakan ekonomi, kebijakan
hukum, dan lain-lain.
b. Procedural Policies, yaitu kebijakan yang menyangkut siapa, kelompok mana, dan
pihak mana yang terlibat dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan. Misalnya:
dalam merancang, membuat dan melaksanakan UU Sisdiknas pihak mana saja yang
terlibat.
c. Distributive Policies, yaitu kebijakan yang memberikan atau keuntungan kepada
sejumlah atau sekelompok masyarakat. Misalnya dalam bidang pendidikan kebijakan
distributifnya berupa pemberian beasiswa kepada siswa yang berprestasi, dan lain-
lain.
d. Redistributive Policies, yaitu kebijakan yang arahnya memindahkan hak,
kepemilikan, kepunyaan pada masyarakat. Misalnya: penggolongan uang komite
berdasarkan kekayaan orang tua.
e. Regulatory Policies, yaitu kebijakan yang berkenaan dengan pembatasan atas
tindakan terhadap seseorang atau sekelompok orang. Misalnya: pembatasan penjualan
obat-obat tertentu.
f. Self Regulatory Policies, kebijakan ini hampir sama dengan regulatory policies
hanya saja lazimnya didukung oleh orang yang punya kepentingan dengan
pelaksanaan kebijakan tersebut. Misalnya: surat ijin kerja, SIM, dan lain-lain.
g. Material Policies, yaitu kebijakan mengenai penyediaan sumber-sumber material
kepada penerimanya, dengan mengenakan beban atau kerugian kepada yang
mengalokasikannya. Misalnya: pembebasan biaya komite sekolah kepada sejumlah
siswa, namun bebannya diambilkan dari kenaikan biaya komite seluruh siswa.
h. Symbolic Policies, yaitu kebijakan yang tidak memaksa kepada banyak orang karena
dilaksanak atau tidaknya tidak berdampak besar pada masyarakat.
i. Collectve Good Policies, yaitu kebijakan tentang penyediaan barang dan pelayanan
guna memenuhi kepentingan orang banyak. Misalnya: kebijakan wajib belajar 9
tahun.
j. Private Good Policies, yaitu penyediaan kebutuhan tertentu kepada masyarakat yang
membutuhkan, tetapi masyarakat tersebut harus menyediakan biaya untuk

8
mendapatkan layanan. Misalnya: jika ingin layanan pendidikan yang bermutu tinggi
harus punya dananya.
k. Liberal Policies, yaitu suatu kebijakan yang menuntut kepada pemerintah untuk
megadakan perubahan-perubahan untuk pemerataan hidup masyarakat.
1. Conservative Policies, yaitu kebalikan dari kebijakan liberal, kebijakan ini
mempertahankan apa yang telah ada, tanpa rekayasa.
2. Tingkatan kebijakan Publik
Dilihat dari perspektif pengambilan kebijakan, secara konsepsional kebijakan
memiliki tingkatan yang dapat dibagi menjadi empat tingkat kebijakan, yaitu:
a. Tingkat kebijakan nasional (national policy level); sebagai penentu kebijakan
pada level ini adalah MPR/DPR/DPD, berlaku secara nasional, disebut juga
kebijakan administratif. Contoh: UUD 1945
b. Tingkat kebijakan umum (general policy level); disebut juga kebijakan eksekutif.
Yang termasuk dalam kebijakan ini adalah: UU, PP, dan Keputusan, Peraturan,
dan Instruksi Presiden.
c. Tingkat kebijakan khusus (special policy level); sebagai penentu tingkat
kebijakan ini adalah para Menteri sebagai pembantu presiden. Contoh:
Permendikbud, Permendiknas, dan lain-lain.
d. Tingkat kebijakan teknis (technical policy level); disebut juga kebijakan operatif
karena merupakan pedoman pelaksanaan. Penentu kebijakan ini berada pada
pejabat Eselon 2 ke bawah, seperti Direktorat Jenderal atau pimpinan lembaga
non-departemen. Berdasarkan kebijakan level inilah para guberbur, bupati, kepala
dinas dan sebagainya melaksanakan kebijakan sesuai faktor kondisional dan
situasional daerahnya.

Kebijakan pendidikan merupakan produk sistem dan poitik pendidikan, oleh


karenanya stratifikasi kebijakan pendidikan pada dasarnya sangat luas dan beragam, dari
yang bersifat makro seperti UUD 1945, Kepres atau Perpres, Permendikbud, hingga yang
bersifat mikro seperti Peraturan Desa, peraturan sekolah, dan lain-lain. secara ringkas,
stratifikasi atau tingkatan kebijakan pendidikan maliputi:

9
a. Kebijakan pendidikan di tingkat pusat, yaitu kebijakan pendidikan yang
diterapkan lembaga pemerintah di tingkat pusat, mempunyai ruang lingkup
nasional dan berlaku di semua wilayah NKRI. Contoh: SNMPTN dan Ujian
Nasional (UN).
b. Kebijakan pendidikan di tingkat daerah, yaitu kebijakan pendidikan yang
diterapkan di lembaga pemerintah di tingkat daerah, mempunyai ruang lingkup
daerah, dan berlaku pada daerah yang mengeluarkan kebijakan tersebut. Wujud
kebijakan pendidikan di daerah ada dua macam yaitu: (1) Perda (Peraturan
Daerah) tentang pendidikan yang perumusannya berada di tangan eksekutif
(Bupati/Walikota) dan legislatif (DPRD), (2) Keputusan/ Peraturan Bupati/
Walikota tentang pedidikan. Contoh: PSB mulai dari SD/MI sampai
SMA/MA/SMK/, keputusan bupati/ walikota tentang hal-hal yang berkenaan
dengan pendidikan di daerahnya, dan lain-lain.

Selesai: 100% Diperiksa


7 % Plagiarisme
93 % unik

100% diperiksa

Pada beberapa hal bisa terbedakan menjadi beberapa jenis, sesuai sasaran atau objek apa yang

mendasari lahirnya sebuah keputusan tersebut.- Unikdan (3) Kebijakan menurut kurun waktu

tertentu (misalnya: kebijakan masa Reformasi, kebijakan masa Orde Lama, dan kebijakan masa

Orde Baru).- plagiatMisalnya: kebijakan pendidikan, kebijakan ekonomi, kebijakan hukum, dan

lain-lain. b. Kebijakan prosedural, yaitu kebijakan yang menyangkut siapa, kelompok mana, dan

pihak mana yang terlibat dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan.- Uniknyadalam

bidang pendidikan kebijakan distributifnya beasiswa bagi siswa yang berprestasi, dan lain-

lain. d. Kebijakan Redistributif, yaitu kebijakan yang arahnya memindahkan hak, kepemilikan,

kepunyaan pada masyarakat.- Unikf. Kebijakan Regulasi Diri, kebijakan ini hampir sama dengan

kebijakan peraturan hanya saja lazimnya didukung oleh orang yang punya kepentingan dengan

pelaksanaan kebijakan tersebut.- UnikMisalnya: pembebasan biaya sekolah untuk murid-murid,

10
ternyata diambil dari kenaikan biaya konsep semua siswa.- Uniki. Kumpulkan Kebijakan yang

Baik, yaitu kebijakan tentang penyediaan barang dan jasa guna memenuhi kepentingan orang

banyak.- UnikMisalnya: jika ingin layanan pendidikan yang bermutu tinggi harus punya

dananya. k. Kebijakan Liberal, yaitu suatu kebijakan yang menghendaki pemerintah untuk

megadakan perubahan-perubahan untuk pemerataan hidup masyarakat.- UnikDilihat dari

perspektif pengambilan kebijakan, secara konsepsional yaitu memiliki tingkat yang dapat dibagi

menjadi empat tingkat kebijakan, yaitu:- Unikb. Tingkat kebijakan umum (tingkat kebijakan

umum); disebut juga kebijakan eksekutif. Yang termasuk dalam kebijakan ini adalah: UU, PP, dan

Keputusan, Peraturan, dan Instruksi Presiden.- Unikd. Tingkat kebijakan teknis (tingkat kebijakan

teknis); disebut juga kebijakan operatif karena merupakan pedoman pelaksanaan.-

UnikBerdasarkan tingkat kebijaksanaan inilah para guberbur, bupati, kepala dinas dan

sebagainya sesuai kebijakan sesuai faktor kondisional dan situasional daerahnya.- Unikhingga

yang sedang mikro seperti Peraturan Desa, peraturan sekolah, dan lain-lain. Secara ringkas,

stratifikasi atau stadium kebijakan pendidikan maliputi:- Unikb. Kebijakan pendidikan di tingkat

daerah, yaitu kebijakan pendidikan yang diterapkan di lembaga pemerintah di tingkat daerah,

memiliki ruang lingkup daerah, dan berlaku pada daerah yang mengeluarkan kebijakan tersebut.-

UnikContoh: PSB mulai dari SD / MI sampai SMA / MA / SMK /, keputusan bupati / walikota

tentang hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan di daerahnya, dan lain-lain.- Unik

Download Laporan Mulai Pencarian baru

C. Langkah-langkah dalam Formulasi Kebijakan Publik


Salah satu tugas dari pemerintah adalah merumuskan kebijakan publik. Proses
perumusan kebijakan juga sering disebut dengan sebutan lingkaran kebijakan (policy
cycle ) menurut Bridgman dan Davis, dalam Edi Suharto. Proses ini melibatkan berbagai
lapisan dari pejabat pemerintah dan lembaga non pemerintah.Berkaitan dengan proses
perumusan kebijakan, Abidin mengungkapkan bahwa proses perumusan kebijakan publik
dapat didekati melalui model yang dinamakan dengan Kerangka Proses dan Lingkungan
Kebijaksanaan (KPLK). Kerangka proses tersebut menggambarkan proses kebijakan
dalam tiga dimensi, antara lain dimensi luar, dimensi dalam dan tujuan. Diantara dimensi

11
luar dan dimensi dalam terdapat jaringan keterkaitan (linkages). Proses formulasi
kebijakan publik dalam Peraturan Menteri Negara PAN No. PER/04/M.PAN/4/2007
yang dikutip oleh Zakaria dalam jurnal ilmu administrasinya. agar lebih memahami
dalam proses perumusan kebijakan, Nugroho mengemukakan Model Proses Ideal
Perumusan Kebijakan yang diambil dari Pedoman Umum Kebijakan Publik yang
dikembangkan untuk Kantor Menpan yang secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Munculnya isu kebijakan. Isu kebijakan dapat berupa masalah dan atau kebutuhan
masyarakat dan atau negara, yang bersifat mendasar, mempunyai lingkup cakupan
yang besar, dan memerlukan pengaturan pemerintah.
2. Setelah pemerintah menangkap isu tersebut, perlu dibentuk tim perumus
kebijakan. Tim kemudian secara paralel merumuskan naskah akademik dan atau
langsung merumuskan draf nol kebijakan.
3. Setelah terbentuk, rumusan draf nol kebijakan didiskusikan bersama forum public

Teori Rasionalitas merupakan teori ideal dalam formulasi kebijakan, dalam arti
mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas kebijakan. Cara-cara formulasi kebijakan
menurut Teori ini antara lain:

1. Mengetahui preferensi publik dan kecenderungannya


2. Menemukan pilihan-pilihan
3. Menilai konsekuensi masing-masing pilihan
4. Menilai rasio nilai sosial yang dikorbankan
5. Memilih alternatif yang paling efisien.

Beberapa Proses formulasi kebijakan menurut Anderson dan Winarno adalah


sebagai berikut:

1. Nilai-nilai politik, dimana keputusan dibuat atas dasar kepentingan politik dari partai
politik atau kelompok kepentingan tertentu.
2. Nilai-nilai organisasi, dalam hal ini keputusan-keputusan dibuat atas dasar nilai-nilai
yang dianut organisasi, seperti balas jasa (rewards) dan sanksi (sanction) yang dapat
mempengaruhi anggota organisasi untuk menerima dan melaksanakannya.

12
3. Nilai-nilai pribadi, dimana seringkali keputusan dibuat atas dasar nilai-nilai pribadi
yang dianut oleh pribadi pembuat keputusan untuk mempertahankan status quo,
reputasi, kekayaan dan sebagainya.
4. Nilai-nilai kebijakan, pembuat kebijakan harus dapat mempertanggungjawabkan
kebijakannya
5. Nilai-nilai ideologi, dimana nilai ideologi seperti misalnya nasionalisme dapat
menjadi landasan pembuatan kebijakan, baik kebijakan dalam negeri maupun luar
negeri.

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses formulasi kebijakan menurut


Nigro sebagai berikut :

1. Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar. Formulasi kebijakan itu tidak dapat
dipisahkan dari dunia nyata, sehingga adanya tekanan dari luar ikut berpengaruh
terhadap proses formulasi kebijakan.
2. Adanya pengaruh kebiasaan lama.
3. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi. Berbagai macam keputusan yang dibuat oleh
pembuat keputusan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya, seperti dalam
proses pengangkatan pegawai baru.
4. Adanya pengaruh dari kelompok luar.
5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu. Pengalaman latihan dan pengalaman pekerjaan
yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan keputusan atau bahkan orang-orang
yang bekerja di kantor pusat sering membuat keputusan yang tidak sesuai dengan
keadaan dilapangan, hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran bahwa delegasi
wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain akan disalahgunakan.

Meskipun birokrasi seringkali merasa sebagai pekerjaan yang bersifat rutin, namun
proses formulasi kebijakan juga menuntut kreativitas dan kepekaan politik (political
sensitivity) untuk menghasilkan formulasi kebijakan yang berkualitas. Problem yang
dimiliki pemerintah dalam setiap pemecahan masalah adalah kurangnya informasi yang
dimiliki oleh pemerintah tentang masalah; dan kurangnya informasi yang dimiliki
pemerintah tentang hubungan sebab akibat timbulnya masalah. Alat bantu untuk

13
membantu menganalisis masalah dan mencari pemecahan masalah dalam proses
formulasi adalah:

1. Social cost benefit analysis, ini digunakan untuk menekan biaya yang harus
pemerintah keluarkan dan manfaat yang diperoleh dapat dimaksimalkan. Dalam
analisis ini juga menggunakan perhitungan social cost dan efek perluasan manfaat
(externalities).
2. Decision analysis, dengan asumsi bahwa suatu akibat tertentu akan terjadi bila
decision maker mengambil keputusan yang tertentu pula, seperti dalam pohon
pembuatan keputusan.

Untuk menghasilkan formulasi kebijakan pendidikan yang baik, kriteria yang perlu
diperhatikan, yaitu: (1) Formulasi kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan
spesifik atau hanya menciptakan lingkungan tertentu, (2) Formulasi kebijakan dapat
dipergunakan menghadapi masalah atau situasi yang timbul secara berulang.

Selesai: 100% Diperiksa


31 % Plagiarisme
69 % unik
100% diperiksa

Salah satu tugas dari pemerintah adalah merumuskan kebijakan publik. Proses perumusan

kebijakan juga sering disebut dengan sebutan lingkaran kebijakan (menurut siklus) menurut

Bridgman dan Davis, dalam Edi Suharto.-Kerangka proses unik dalam dimensi ini, antara lain

dimensi luar, dimensi dalam dan tujuan. Diantara dimensi luar dan dimensi dalam jaringan

keterkaitan (keterkaitan).- Unikagar lebih memahami proses perumusan kebijakan, Nugroho

mengemukakan Model Proses Ideal Perumusan Kebijakan yang diambil dari Pedoman Umum

Kebijakan Publik yang dikembangkan untuk Kantor Menpan yang secara umum- Plagiat2. Setelah

menuisasi ini, perlu dibentuk tim perumus kebijakan. Tim secara paralel merumuskan naskah

akademik dan atau langsung merumuskan draf nol kebijakan.- PlagiarizedCara-cara formulasi

kebijakan menurut teori ini antara lain: Some Proses formulasi kebijakan menurut Anderson dan

14
Winarno adalah sebagai berikut:- Unik2. Nilai-nilai organisasi, dalam hal ini keputusan-keputusan

yang dibuat atas dasar yang dianut organisasi, seperti balas jasa (reward) dan sanksi (sanksi)

yang dapat mempengaruhi anggota organisasi untuk menerima dan melaksanakannya.- Unik4.

Nilai-kebijakan, pembuat kebijakan harus bisa mempertanggungjawabkan kebijakannya 5. Nilai-

nilai ideologi, dimana ideologi seperti misalnya nasionalisme dapat menjadi landasan pembuatan

kebijakan, baik kebijakan dalam negeri maupun luar negeri.- UnikFormulasi kebijakan itu tidak

dapat saling dari dalam dunia nyata, sehingga terjadi tekanan dari luar.- UniqueExperience latihan

dan pengalaman pekerjaan yang terdahulu dalam pembuatan keputusan atau bahkan orang-

orang yang bekerja di kantor pusat informasi keputusan yang tidak sesuai dengan keadaan

dilapangan, hal- unikMeski itu adalah proses yang sangat rutin, namun proses formulasi kebijakan

juga diperlukan kreativitas dan kepekaan politik (untuk kepekaan politik) untuk menghasilkan

formulasi kebijakan yang berkualitas.- plagiatAlat bantu untuk membantu menganalisis masalah

dalam proses formulasi adalah:- UnikDalam analisis ini juga menggunakan perhitungan. Biaya

(eksternalitas).- PlagiarizedUntuk menghasilkan formulasi kebijakan pendidikan yang baik, kriteria

yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Formulasi kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan

spesifik atau hanya menciptakan lingkungan tertentu, (2) Formulasi kebijakan dapat digunakan-

unik

Download Laporan Mulai Pencarian baru

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Formulasi kebijakan adalah suatu cara yang dapat diambil dalam membuat suatu
kebijakan . dipilih alternative kebijakan yang baik agar masalah dapat terselesaikan.
Kebijakan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai sasaran atau objek apa yang
mendasari lahirnya sebuah kebijakan tersebut. Anderson membagi kebijakan publik dalam 12
jenis: Substansive Policies, Procedural Policies, Distributive Policies, Redistributive Policies,
Regulatory Policies, Self Regulatory Policies, Material Policies, Symbolic Policies, Collectve
Good Policies, Private Good Policies, Liberal Policies, Conservative Policies. Dilihat dari
perspektif pengambilan kebijakan, kebijakan memiliki tingkatan yang dapat dibagi menjadi
empat tingkat kebijakan, yaitu: tingkat kebijakan nasional, tingkat kebijakan umum, tingkat
kebijakan khusus, dan tingkat kebijakan teknis.
Nugroho mengemukakan Model Proses Ideal Perumusan Kebijakan yang diambil dari
Pedoman Umum Kebijakan Publik sebagai berikut: (1) Munculnya isu kebijakan, (2) Setelah
pemerintah menangkap isu tersebut, perlu dibentuk tim perumus kebijakan. (3) Setelah
terbentuk, rumusan draf nol kebijakan didiskusikan bersama forum publik. Banyak faktor
yang berpengaruh dalam proses formulasi kebijakan, namun untuk menghasilkan formulasi
kebijakan pendidikan yang baik, kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Formulasi
kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan spesifik atau hanya menciptakan
lingkungan tertentu, (2) Formulasi kebijakan dapat dipergunakan menghadapi masalah atau
situasi yang timbul secara berulang.

Selesai: 100% Diperiksa


0 % Plagiarisme
100 % unik
100% diperiksa

Formulasi kebijakan adalah cara yang bisa diambil dari satu rupiah. dipilih alternatif kebijakan

yang baik agar bisa terselesaikan.-Kebijakanunik, Kebijakan Acara, Kebijakan Distributif,

16
Kebijakan Redistributif, Kebijakan Regulasi, Kebijakan Regulasi Diri, Kebijakan Material,

Kebijakan Simbolik, Kumpulkan Kebijakan yang Baik, Baik Pribadi- UnikNugroho mengemukakan

Model Proses Ideal Perumusan Kebijakan yang diambil dari Pedoman Umum Kebijakan Publik

sebagai berikut: (1) Munculnya isu kebijakan, (2) Setelah opsi ini, perlu dibentuk tim perumus

kebijakan.- UnikBanyak faktor yang sedang dalam proses formulasi kebijakan, namun untuk

menghasilkan formulasi kebijakan pendidikan yang baik, kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu: (1)

formulasi kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan spesifik- unik

Download Laporan Mulai Pencarian baru

17
DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Kebijakan Publik, Jakarta:Yayasan Pancur Siwah, 2000

Basyarahil, Abubakar, “Kebijakan Publik dalam Perspektif Teori Siklus Kebijakan”, Jurnal
Ilmiah Administrasi Negara , Tahun II, Nomor 2, 2011

Budi, Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Yogyakarta: Media Pressindo, 2007

Dunn, William N., Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terj. Samodra dkk, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2003

Edi, Suharto, Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta, 2008

18

Anda mungkin juga menyukai