Formulasi Kebijakan Publik
Formulasi Kebijakan Publik
MAKALAH
Kebijakan Publik
Oleh :
November 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian formulasi kebijakan
2. Untuk mengetahui beberapa jenis dan tingkat kebijakan publik
3. Untuk memahami langkah-langkah dalam formulasi kebijakan public
Formulasi kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan publik merupakan tahapan yang paling
penting. Formulasi kebijakan bisa dikatakan sebagai inti proses.- UnikDi era orde lama, partisipasi
masyarakat terhadap kebijakan publik belum optimal, sebabasin teknokratis dan berkarakter
administrasi publik sebagai penguasa dimana parau keputusan kerap tidak terkait pihak-pihak
yang- plagiarizedPada era orde baru formulasi hukum sangat sentralistik, warga berkarakter
sebagai pemilih administrasi publik sebagai wali amanat. pola formulasi kebijakan juga kerap bias
UnikProses formulasi kebijakan diharapkan dapat melahirkan kebijakan publik yang tepat dan
relevan.- Unik2. Untuk mengetahui beberapa jenis dan tingkat kesalahan publik 3. Untuk
Download Laporan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Didalam formulasi kebijakan pendidikan, pendekatan teori kelompok mengumapamakan
bahwa kebijakan yang dianut oleh pendidikan merupakan titik keseimbangan (equilibrium).
Inti gagasannya merupakan interaksi dalam kelompok yang akan menghasilkan
keseimbangan (sesuatu yang terbaik). Berdasarkan teori kelompok, individu dalam kelompok
kepentingan berinteraksi baik secara formal maupun informal, dan secara langsung atau
melalui media massa menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah untuk mengeluarkan
kebijakan yang diperlukan.
- Birokrasi publik merupakan aktor yang menonjol peranannya dalam setiap proses
formulasi kebijakan, bureaucracies are central to the process of policy formulation,
karena birokrasi mempunyai pengalaman yang paling banyak dalam prosedur
formulasi kebijakan.
- Tangki-tangki pemikir dan kabinet bayangan yang berada di sekitar birokrasi
merupakan alternatif lain sebagai formulator kebijakan publik diluar birokrasi
pemerintah, karena bisa disebabkan oleh kepakarannya.
5
- Kelompok kepentingan yaitu dengan memberikan tekanan kepada pemerintah agar
suatu masalah dapat masuk dalam agenda pemerintah dan berlanjut pada proses
formulasi kebijakan, sehingga maslaah dapat segera terselesaikan
- Anggota dewan secara individual juga merupakan salah satu aktor yang cukup
berperan dalam proses formulasi kebijakan, kadangkala bertujuan menunjang karir
politik mereka sebagai perumus kebijakan.
Perumusan formulasi kebijakan adalah salah satu tahap dari berbagai macam proses pembuatan
dan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Berikut adalah pandangan para ahli tentang definisi
masalah yang sedang dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi.- plagiat- Menurut Eugene,
Rumusan lengkap adalah "Alternatif mungkin akan mengarah pada Hasil, yang kita jadikan
sebagai hasil terbaik; Oleh karena itu, kita menilai alternatif-Tahapan formulasi
kebijakanunikmerupakan mekanisme yang nyata untuk memecahkan masalah publik yang telah
masuk dalam agenda pemerintah.- plagiatMenurut Dunn, dalam formulasi kebijakan yang
dilakukan proses peramalan, yaitu masa depan yang pleusibel, potensial, dan secara normatif,
mengestimasi akibat kebijakan yang suka, yaitu sesuatu yang mungkin terjadi- unikProses ini
terkait dengan proses pemilihan alternatif kebijakan oleh pembuat kebijakan yang biasanya
mempertimbangkan besaran pengaruh yang dapat dihasilkan dari pilihan alternatif utama
6
mengumapamakan adalah kebijakan pendidikan merupakan titik keseimbangan (ekuilibrium). Inti
gagasannya adalah tim dalam tim akan menghasilkan keseimbangan, dan keseimbangan adalah
perbandingan antara pengorbanan dan hasil yang dicapai. Jadi pendekatan rasional lebih
menekankan pada aspek efisiensi atau ekonomis.- UnikKarenanya dalam perumusan halal,
masalah mendasar adalah merumuskan masalah kebijakan (kebijakan masalah) dan buat
langkah-langkahnya (solusi).- Unik- Birokrasi publik merupakan aktor yang menonjol dalam
proses pembentukan formulasi kebijakan, birokrasi sangat penting dalam proses perumusan
kebijakan, karena birokrasi memiliki pengalaman yang paling banyak dalam- Unique- Kelompok
kepentingan (kepentingan kelompok) dengan memberikan tekanan kepada pemerintah agar suatu
masalah dapat masuk dalam agenda pemerintah dan seterusnya pada proses formulasi
formulasi kebijakan merupakan cara untuk memecahkan suatu masalah yang di bentuk oleh para
7
a. Substansive Policies, yaitu suatu kebijakan yang menyangkut materi, isi, atau subject
matter kebijakan. Misalnya: kebijakan pendidikan, kebijakan ekonomi, kebijakan
hukum, dan lain-lain.
b. Procedural Policies, yaitu kebijakan yang menyangkut siapa, kelompok mana, dan
pihak mana yang terlibat dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan. Misalnya:
dalam merancang, membuat dan melaksanakan UU Sisdiknas pihak mana saja yang
terlibat.
c. Distributive Policies, yaitu kebijakan yang memberikan atau keuntungan kepada
sejumlah atau sekelompok masyarakat. Misalnya dalam bidang pendidikan kebijakan
distributifnya berupa pemberian beasiswa kepada siswa yang berprestasi, dan lain-
lain.
d. Redistributive Policies, yaitu kebijakan yang arahnya memindahkan hak,
kepemilikan, kepunyaan pada masyarakat. Misalnya: penggolongan uang komite
berdasarkan kekayaan orang tua.
e. Regulatory Policies, yaitu kebijakan yang berkenaan dengan pembatasan atas
tindakan terhadap seseorang atau sekelompok orang. Misalnya: pembatasan penjualan
obat-obat tertentu.
f. Self Regulatory Policies, kebijakan ini hampir sama dengan regulatory policies
hanya saja lazimnya didukung oleh orang yang punya kepentingan dengan
pelaksanaan kebijakan tersebut. Misalnya: surat ijin kerja, SIM, dan lain-lain.
g. Material Policies, yaitu kebijakan mengenai penyediaan sumber-sumber material
kepada penerimanya, dengan mengenakan beban atau kerugian kepada yang
mengalokasikannya. Misalnya: pembebasan biaya komite sekolah kepada sejumlah
siswa, namun bebannya diambilkan dari kenaikan biaya komite seluruh siswa.
h. Symbolic Policies, yaitu kebijakan yang tidak memaksa kepada banyak orang karena
dilaksanak atau tidaknya tidak berdampak besar pada masyarakat.
i. Collectve Good Policies, yaitu kebijakan tentang penyediaan barang dan pelayanan
guna memenuhi kepentingan orang banyak. Misalnya: kebijakan wajib belajar 9
tahun.
j. Private Good Policies, yaitu penyediaan kebutuhan tertentu kepada masyarakat yang
membutuhkan, tetapi masyarakat tersebut harus menyediakan biaya untuk
8
mendapatkan layanan. Misalnya: jika ingin layanan pendidikan yang bermutu tinggi
harus punya dananya.
k. Liberal Policies, yaitu suatu kebijakan yang menuntut kepada pemerintah untuk
megadakan perubahan-perubahan untuk pemerataan hidup masyarakat.
1. Conservative Policies, yaitu kebalikan dari kebijakan liberal, kebijakan ini
mempertahankan apa yang telah ada, tanpa rekayasa.
2. Tingkatan kebijakan Publik
Dilihat dari perspektif pengambilan kebijakan, secara konsepsional kebijakan
memiliki tingkatan yang dapat dibagi menjadi empat tingkat kebijakan, yaitu:
a. Tingkat kebijakan nasional (national policy level); sebagai penentu kebijakan
pada level ini adalah MPR/DPR/DPD, berlaku secara nasional, disebut juga
kebijakan administratif. Contoh: UUD 1945
b. Tingkat kebijakan umum (general policy level); disebut juga kebijakan eksekutif.
Yang termasuk dalam kebijakan ini adalah: UU, PP, dan Keputusan, Peraturan,
dan Instruksi Presiden.
c. Tingkat kebijakan khusus (special policy level); sebagai penentu tingkat
kebijakan ini adalah para Menteri sebagai pembantu presiden. Contoh:
Permendikbud, Permendiknas, dan lain-lain.
d. Tingkat kebijakan teknis (technical policy level); disebut juga kebijakan operatif
karena merupakan pedoman pelaksanaan. Penentu kebijakan ini berada pada
pejabat Eselon 2 ke bawah, seperti Direktorat Jenderal atau pimpinan lembaga
non-departemen. Berdasarkan kebijakan level inilah para guberbur, bupati, kepala
dinas dan sebagainya melaksanakan kebijakan sesuai faktor kondisional dan
situasional daerahnya.
9
a. Kebijakan pendidikan di tingkat pusat, yaitu kebijakan pendidikan yang
diterapkan lembaga pemerintah di tingkat pusat, mempunyai ruang lingkup
nasional dan berlaku di semua wilayah NKRI. Contoh: SNMPTN dan Ujian
Nasional (UN).
b. Kebijakan pendidikan di tingkat daerah, yaitu kebijakan pendidikan yang
diterapkan di lembaga pemerintah di tingkat daerah, mempunyai ruang lingkup
daerah, dan berlaku pada daerah yang mengeluarkan kebijakan tersebut. Wujud
kebijakan pendidikan di daerah ada dua macam yaitu: (1) Perda (Peraturan
Daerah) tentang pendidikan yang perumusannya berada di tangan eksekutif
(Bupati/Walikota) dan legislatif (DPRD), (2) Keputusan/ Peraturan Bupati/
Walikota tentang pedidikan. Contoh: PSB mulai dari SD/MI sampai
SMA/MA/SMK/, keputusan bupati/ walikota tentang hal-hal yang berkenaan
dengan pendidikan di daerahnya, dan lain-lain.
100% diperiksa
Pada beberapa hal bisa terbedakan menjadi beberapa jenis, sesuai sasaran atau objek apa yang
mendasari lahirnya sebuah keputusan tersebut.- Unikdan (3) Kebijakan menurut kurun waktu
tertentu (misalnya: kebijakan masa Reformasi, kebijakan masa Orde Lama, dan kebijakan masa
Orde Baru).- plagiatMisalnya: kebijakan pendidikan, kebijakan ekonomi, kebijakan hukum, dan
lain-lain. b. Kebijakan prosedural, yaitu kebijakan yang menyangkut siapa, kelompok mana, dan
pihak mana yang terlibat dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan.- Uniknyadalam
bidang pendidikan kebijakan distributifnya beasiswa bagi siswa yang berprestasi, dan lain-
lain. d. Kebijakan Redistributif, yaitu kebijakan yang arahnya memindahkan hak, kepemilikan,
kepunyaan pada masyarakat.- Unikf. Kebijakan Regulasi Diri, kebijakan ini hampir sama dengan
kebijakan peraturan hanya saja lazimnya didukung oleh orang yang punya kepentingan dengan
10
ternyata diambil dari kenaikan biaya konsep semua siswa.- Uniki. Kumpulkan Kebijakan yang
Baik, yaitu kebijakan tentang penyediaan barang dan jasa guna memenuhi kepentingan orang
banyak.- UnikMisalnya: jika ingin layanan pendidikan yang bermutu tinggi harus punya
dananya. k. Kebijakan Liberal, yaitu suatu kebijakan yang menghendaki pemerintah untuk
perspektif pengambilan kebijakan, secara konsepsional yaitu memiliki tingkat yang dapat dibagi
menjadi empat tingkat kebijakan, yaitu:- Unikb. Tingkat kebijakan umum (tingkat kebijakan
umum); disebut juga kebijakan eksekutif. Yang termasuk dalam kebijakan ini adalah: UU, PP, dan
Keputusan, Peraturan, dan Instruksi Presiden.- Unikd. Tingkat kebijakan teknis (tingkat kebijakan
UnikBerdasarkan tingkat kebijaksanaan inilah para guberbur, bupati, kepala dinas dan
sebagainya sesuai kebijakan sesuai faktor kondisional dan situasional daerahnya.- Unikhingga
yang sedang mikro seperti Peraturan Desa, peraturan sekolah, dan lain-lain. Secara ringkas,
stratifikasi atau stadium kebijakan pendidikan maliputi:- Unikb. Kebijakan pendidikan di tingkat
daerah, yaitu kebijakan pendidikan yang diterapkan di lembaga pemerintah di tingkat daerah,
memiliki ruang lingkup daerah, dan berlaku pada daerah yang mengeluarkan kebijakan tersebut.-
UnikContoh: PSB mulai dari SD / MI sampai SMA / MA / SMK /, keputusan bupati / walikota
tentang hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan di daerahnya, dan lain-lain.- Unik
11
luar dan dimensi dalam terdapat jaringan keterkaitan (linkages). Proses formulasi
kebijakan publik dalam Peraturan Menteri Negara PAN No. PER/04/M.PAN/4/2007
yang dikutip oleh Zakaria dalam jurnal ilmu administrasinya. agar lebih memahami
dalam proses perumusan kebijakan, Nugroho mengemukakan Model Proses Ideal
Perumusan Kebijakan yang diambil dari Pedoman Umum Kebijakan Publik yang
dikembangkan untuk Kantor Menpan yang secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Munculnya isu kebijakan. Isu kebijakan dapat berupa masalah dan atau kebutuhan
masyarakat dan atau negara, yang bersifat mendasar, mempunyai lingkup cakupan
yang besar, dan memerlukan pengaturan pemerintah.
2. Setelah pemerintah menangkap isu tersebut, perlu dibentuk tim perumus
kebijakan. Tim kemudian secara paralel merumuskan naskah akademik dan atau
langsung merumuskan draf nol kebijakan.
3. Setelah terbentuk, rumusan draf nol kebijakan didiskusikan bersama forum public
Teori Rasionalitas merupakan teori ideal dalam formulasi kebijakan, dalam arti
mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas kebijakan. Cara-cara formulasi kebijakan
menurut Teori ini antara lain:
1. Nilai-nilai politik, dimana keputusan dibuat atas dasar kepentingan politik dari partai
politik atau kelompok kepentingan tertentu.
2. Nilai-nilai organisasi, dalam hal ini keputusan-keputusan dibuat atas dasar nilai-nilai
yang dianut organisasi, seperti balas jasa (rewards) dan sanksi (sanction) yang dapat
mempengaruhi anggota organisasi untuk menerima dan melaksanakannya.
12
3. Nilai-nilai pribadi, dimana seringkali keputusan dibuat atas dasar nilai-nilai pribadi
yang dianut oleh pribadi pembuat keputusan untuk mempertahankan status quo,
reputasi, kekayaan dan sebagainya.
4. Nilai-nilai kebijakan, pembuat kebijakan harus dapat mempertanggungjawabkan
kebijakannya
5. Nilai-nilai ideologi, dimana nilai ideologi seperti misalnya nasionalisme dapat
menjadi landasan pembuatan kebijakan, baik kebijakan dalam negeri maupun luar
negeri.
1. Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar. Formulasi kebijakan itu tidak dapat
dipisahkan dari dunia nyata, sehingga adanya tekanan dari luar ikut berpengaruh
terhadap proses formulasi kebijakan.
2. Adanya pengaruh kebiasaan lama.
3. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi. Berbagai macam keputusan yang dibuat oleh
pembuat keputusan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya, seperti dalam
proses pengangkatan pegawai baru.
4. Adanya pengaruh dari kelompok luar.
5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu. Pengalaman latihan dan pengalaman pekerjaan
yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan keputusan atau bahkan orang-orang
yang bekerja di kantor pusat sering membuat keputusan yang tidak sesuai dengan
keadaan dilapangan, hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran bahwa delegasi
wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain akan disalahgunakan.
Meskipun birokrasi seringkali merasa sebagai pekerjaan yang bersifat rutin, namun
proses formulasi kebijakan juga menuntut kreativitas dan kepekaan politik (political
sensitivity) untuk menghasilkan formulasi kebijakan yang berkualitas. Problem yang
dimiliki pemerintah dalam setiap pemecahan masalah adalah kurangnya informasi yang
dimiliki oleh pemerintah tentang masalah; dan kurangnya informasi yang dimiliki
pemerintah tentang hubungan sebab akibat timbulnya masalah. Alat bantu untuk
13
membantu menganalisis masalah dan mencari pemecahan masalah dalam proses
formulasi adalah:
1. Social cost benefit analysis, ini digunakan untuk menekan biaya yang harus
pemerintah keluarkan dan manfaat yang diperoleh dapat dimaksimalkan. Dalam
analisis ini juga menggunakan perhitungan social cost dan efek perluasan manfaat
(externalities).
2. Decision analysis, dengan asumsi bahwa suatu akibat tertentu akan terjadi bila
decision maker mengambil keputusan yang tertentu pula, seperti dalam pohon
pembuatan keputusan.
Untuk menghasilkan formulasi kebijakan pendidikan yang baik, kriteria yang perlu
diperhatikan, yaitu: (1) Formulasi kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan
spesifik atau hanya menciptakan lingkungan tertentu, (2) Formulasi kebijakan dapat
dipergunakan menghadapi masalah atau situasi yang timbul secara berulang.
Salah satu tugas dari pemerintah adalah merumuskan kebijakan publik. Proses perumusan
kebijakan juga sering disebut dengan sebutan lingkaran kebijakan (menurut siklus) menurut
Bridgman dan Davis, dalam Edi Suharto.-Kerangka proses unik dalam dimensi ini, antara lain
dimensi luar, dimensi dalam dan tujuan. Diantara dimensi luar dan dimensi dalam jaringan
mengemukakan Model Proses Ideal Perumusan Kebijakan yang diambil dari Pedoman Umum
Kebijakan Publik yang dikembangkan untuk Kantor Menpan yang secara umum- Plagiat2. Setelah
menuisasi ini, perlu dibentuk tim perumus kebijakan. Tim secara paralel merumuskan naskah
akademik dan atau langsung merumuskan draf nol kebijakan.- PlagiarizedCara-cara formulasi
kebijakan menurut teori ini antara lain: Some Proses formulasi kebijakan menurut Anderson dan
14
Winarno adalah sebagai berikut:- Unik2. Nilai-nilai organisasi, dalam hal ini keputusan-keputusan
yang dibuat atas dasar yang dianut organisasi, seperti balas jasa (reward) dan sanksi (sanksi)
yang dapat mempengaruhi anggota organisasi untuk menerima dan melaksanakannya.- Unik4.
nilai ideologi, dimana ideologi seperti misalnya nasionalisme dapat menjadi landasan pembuatan
kebijakan, baik kebijakan dalam negeri maupun luar negeri.- UnikFormulasi kebijakan itu tidak
dapat saling dari dalam dunia nyata, sehingga terjadi tekanan dari luar.- UniqueExperience latihan
dan pengalaman pekerjaan yang terdahulu dalam pembuatan keputusan atau bahkan orang-
orang yang bekerja di kantor pusat informasi keputusan yang tidak sesuai dengan keadaan
dilapangan, hal- unikMeski itu adalah proses yang sangat rutin, namun proses formulasi kebijakan
juga diperlukan kreativitas dan kepekaan politik (untuk kepekaan politik) untuk menghasilkan
formulasi kebijakan yang berkualitas.- plagiatAlat bantu untuk membantu menganalisis masalah
dalam proses formulasi adalah:- UnikDalam analisis ini juga menggunakan perhitungan. Biaya
yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Formulasi kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan
spesifik atau hanya menciptakan lingkungan tertentu, (2) Formulasi kebijakan dapat digunakan-
unik
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Formulasi kebijakan adalah suatu cara yang dapat diambil dalam membuat suatu
kebijakan . dipilih alternative kebijakan yang baik agar masalah dapat terselesaikan.
Kebijakan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai sasaran atau objek apa yang
mendasari lahirnya sebuah kebijakan tersebut. Anderson membagi kebijakan publik dalam 12
jenis: Substansive Policies, Procedural Policies, Distributive Policies, Redistributive Policies,
Regulatory Policies, Self Regulatory Policies, Material Policies, Symbolic Policies, Collectve
Good Policies, Private Good Policies, Liberal Policies, Conservative Policies. Dilihat dari
perspektif pengambilan kebijakan, kebijakan memiliki tingkatan yang dapat dibagi menjadi
empat tingkat kebijakan, yaitu: tingkat kebijakan nasional, tingkat kebijakan umum, tingkat
kebijakan khusus, dan tingkat kebijakan teknis.
Nugroho mengemukakan Model Proses Ideal Perumusan Kebijakan yang diambil dari
Pedoman Umum Kebijakan Publik sebagai berikut: (1) Munculnya isu kebijakan, (2) Setelah
pemerintah menangkap isu tersebut, perlu dibentuk tim perumus kebijakan. (3) Setelah
terbentuk, rumusan draf nol kebijakan didiskusikan bersama forum publik. Banyak faktor
yang berpengaruh dalam proses formulasi kebijakan, namun untuk menghasilkan formulasi
kebijakan pendidikan yang baik, kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Formulasi
kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan spesifik atau hanya menciptakan
lingkungan tertentu, (2) Formulasi kebijakan dapat dipergunakan menghadapi masalah atau
situasi yang timbul secara berulang.
Formulasi kebijakan adalah cara yang bisa diambil dari satu rupiah. dipilih alternatif kebijakan
16
Kebijakan Redistributif, Kebijakan Regulasi, Kebijakan Regulasi Diri, Kebijakan Material,
Kebijakan Simbolik, Kumpulkan Kebijakan yang Baik, Baik Pribadi- UnikNugroho mengemukakan
Model Proses Ideal Perumusan Kebijakan yang diambil dari Pedoman Umum Kebijakan Publik
sebagai berikut: (1) Munculnya isu kebijakan, (2) Setelah opsi ini, perlu dibentuk tim perumus
kebijakan.- UnikBanyak faktor yang sedang dalam proses formulasi kebijakan, namun untuk
menghasilkan formulasi kebijakan pendidikan yang baik, kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu: (1)
17
DAFTAR RUJUKAN
Basyarahil, Abubakar, “Kebijakan Publik dalam Perspektif Teori Siklus Kebijakan”, Jurnal
Ilmiah Administrasi Negara , Tahun II, Nomor 2, 2011
Budi, Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Yogyakarta: Media Pressindo, 2007
Dunn, William N., Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terj. Samodra dkk, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2003
Edi, Suharto, Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta, 2008
18