Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Percobaan............................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
KAJIAN TEORI ........................................................................................................................ 2
A. Vektor ............................................................................................................................. 2
B. Penjumlahan Vektor........................................................................................................ 2
BAB III ...................................................................................................................................... 5
METODE PENELITIAN........................................................................................................... 5
A. Tempat dan Waktu Percobaan ........................................................................................ 5
B. Alat dan Bahan Percobaan .............................................................................................. 5
C. Cara Kerja ....................................................................................................................... 5
BAB IV ...................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 7
A. Data Hasil Percobaan ...................................................................................................... 7
B. Analisis Data ................................................................................................................... 7
C. Pembahasan..................................................................................................................... 8
D. Jawaban Pertanyaan ...................................................................................................... 10
BAB V ..................................................................................................................................... 12
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada kehidupan sehari-hari, banyak hal yang berkaitan dengan ilmu fisika. Gaya,
perpindahan, percepatan, kecepatan, tekanan, dan sebagainya merupakan sebagian contoh
dari ilmu fisika yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ilmu fisika dikenal
dua jenis besaran, yaitu besaran pokok (skalar) dan besaran turunan (vektor). Besaran
pokok merupakan besaran yang hanya memiliki nilai tetapi tidak memiliki arah. Contoh
dari besaran pokok (skalar) adalah massa, panjang, waktu yang masing-masing memiliki
nilai saja yaitu missal 5 kg, 6 m, 7 menit. Sedangkan besaran vektor adalah besaran yang
memiliki nilai dan arah. Contoh dari besaran vektor adalah kecepatan, gaya yang masing-
masing memilki nilai dan arah yaitu missal 5/detik ke utara, 6 Newton ke timur. Vektor
digunakan untuk menggambarkan nilai dan arah kerja gaya. Vektor memiliki dampak yang
sangat besar dalam kehidupan, mulai dari hal-hal yang sederhana seperti jungkat-jungkit
sampai hal-hal vital seperti navigasi pesawat terbang.

Percobaan vektor ini dilakukan untuk mendalami terhadap konsep vektor serta
sebagai tugas akhir praktikum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu vektor?
2. Bagaimana cara menentukan jumlah(resultan) dua vektor gaya?

C. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui pengertian vektor.
2. Mengetahui cara menentukan jumlah(resultan) dua vektor gaya.

1
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Vektor
Vektor adalah suatu kuantita/besaran yang mempunyai besar dan arah. Secara
grafis suatu vektor ditunjukkan sebagai potongan garis yang mempunyai arah. Besar atau
kecilnya vektor ditentukan oleh panjang atau pendeknya potongan garis. Sedangkan arah
vektor ditunjukkan dengan tanda anak panah.

(Gambar 2.1)
Pada gambar vektor di atas, titik A disebut titik awal (initial point) dan titik P
disebut titik terminal (terminal point). Pada gambar tersebut vektor dapat ditulis dengan
berbagai cara seperti,AB a r, a atau a. Panjang vektor juga dapat ditulis dengan berbagai
cara seperti |AB|, |AB|, |a r|, |a |, atau |a|. Simbol AB atau a untuk menyatakan vektor dan
|AB| atau |a | untuk menyatakan besaran (modulus) dari vektor tersebut. Contoh vektor
misalnya lintasan, kecepatan, percepatan, dan gaya.

B. Penjumlahan Vektor
Penjumlahan dua buah vektor ialah mencari sebuah vektor yang komponen-
komponennya adalah jumlah dari kedua komponen-komponen vektor pembentuknya.

Gambar 2.2 Menjumlahkan dua buah vektor


2
Dengan kata lain untuk “menjumlahkan dua buah vektor”adalah “mencari resultan”.
Untuk vektor-vektor segaris, misalnya vektor A dan B dalam posisi segaris dengan arah
yang sama seperti tampak pada Gambar (a) berikut maka resultan (jumlah) vektor
dituliskan:

R=A+B

Pada kasus penjumlahan vektor yang lain, seperti yang ditunjukkan gambar (b) diatas
terdapat dua vektor yang tidak segaris yang mempunyai titik pangkal sama tetapi dengan
arah yang berbeda, sehingga membentuk sudut tertentu. Untuk vektor-vektor yang
membentuk sudut á , maka jumlah vektor dapat dilukiskan dengan menggunakan metode
tertentu. Cara ini disebut dengan metode jajaran genjang. Cara melukiskan jumlah dua
buah vektor dengan metode jajaran genjang sebagai berikut:

a. Titik tangkap A dan B dibuat berimpit dengan memindahkan titik tangkap A ke titik
tangkap B, atau sebaliknya.
b. Membuat jajaran genjang dengan A dan B sebagai sisi-sisinya.
c. Menarik diagonal dari titik tangkap sekutu, maka A + B = R adalah diagonal jajaran
genjang.

Berikut adalah metode jajaran genjang Untuk Penjumlahan Vektor

(Gambar 2.3 Penjumlahan dua vektor)

Gambar diatas menunjukkan penjumlahan dua vektor A dan B dengan menggunakan


persamaan tertentu, dapat diketahui besar dan arah resultan kedua vektor tersebut.
Persamaan tersebut diperoleh dengan menerapkan aturan cosinus pada segitiga OPR,
sehingga dihasilkan:

(OR)2 = (OP)2+ (PR)2 – 2 (OP)(PR) cos (180o– α)


(OR)2 = (OP)2+ (PR)2– 2 (OP)(PR)(–cos α)
(OR)2 = (OP)2+ (PR)2+ 2 (OP)(PR)cos α
Diketahui bahwa OP = A, PR = OQ = B, OR = R, sehingga:

3
R² = A²+B²+2AB cos α

R = √A² + B² + 2AB cos α


R adalah diagonal panjang jajaran genjang, jika α lancip. Sementara itu, α adalah sudut
terkecil yang dibentuk oleh A dan B.

Sebuah vektor mempunyai besar dan arah. Jadi setelah mengetahui besarnya, kita perlu
menentukan arah dan resultan vektor tersebut. Arah R dapat ditentukan oleh sudut antara
R dan A atau R dan B. Misalnya sudut θ merupakan sudut yang dibentuk R dan A, maka
dengan menggunakan aturan sinus pada segitiga OPR akan diperoleh:

𝑅 𝑅 𝑅
= =
sin(180 − 𝛼) 𝑠𝑖𝑛Ɵ 𝑠𝑖𝑛𝛼

𝑅 𝑅
= 𝑠𝑖𝑛Ɵ
𝑠𝑖𝑛𝛼

𝐵 𝑠𝑖𝑛𝛼
Sehingga, 𝑠𝑖𝑛Ɵ = 𝑅

Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka besar sudut θ dapat diketahui.

4
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Percobaan


Tempat : Laboratorium Fisika

Waktu : Senin, 5 Februari 2018

B. Alat dan Bahan Percobaan


Nama Alat atau Bahan Jumlah
Dasar Statif 2
Batang statif pendek 1
Batang statif panjang 2
Balok pendukung 2
Beban (50 gram) 2
Dinamometer 3,0 N 2
Jepitan penahan 2
Benang (tali) Secukupnya
Busur derajat 1

C. Cara Kerja
1. Persiapan Percobaan
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Merakit statif, balok pendukung, jepit penahan dan dinamometer sesuai gambar.
c. Mengikat beban dengan tali dan membuat simpul untuk nantinya diikatkan pada
kedua dinamometer.

(Gambar 3.1)

5
2. Langkah-langkah Percobaan
a. Menggantungkan beban pada dinamometer (gambar 2). Memperiksa berat beban
dan mencatat pada tabel.
b. Menggeser dasar statif agar masing-masing dinamometer membentuk sudut 20°
terhadap garis tegak (garis vertical). Mengukur sudut a1 dan a2 dengan busur
derajat (gambar 3) dan mencatat pada tabel.
c. Membaca gaya F1 dan F2 pada masing-masing dynamometer dan mencatat pada
tabel.

(gambar 2) (gambar 3)

6
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Data Hasil Percobaan


Dari percobaan tersebut, diperoleh data hasil sebagai berikut:
a1 a2 F1 (N) F2 (N) Berat Beban (N) Resultan Gaya (N)
20° 20° 1,3 N 1,3 N 1N 2,554 N
25° 25° 1,2 N 1,2 N 1N 2,394 N
30° 30° 1N 1N 1N 1,928 N
35° 35° 0,9 N 0,9 N 1N 1,714 N

B. Analisis Data
Besar sudut yang sama yang terbentuk antara tali yang terhubung memiliki nilai
gaya (F) yang sama.
1. Pada percobaan 1 yaitu pada sudut a1=a2= 20° dengan berat beban 1 N mempunyai
gaya (F) yang sama, yaitu 1,3 N, dengan perhitungan vektor menggunakan rumus
√𝐹₁ 2 + 𝐹₂ 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 dengan besar sudut α sebesar 40° diperoleh resultan gaya
sebesar 2,554N.
2. Pada percobaan 2 yaitu pada sudut a1=a2= 25° dengan berat beban 1 N mempunyai
gaya (F) yang sama, yaitu 1,2 N, dengan perhitungan vektor menggunakan rumus
√𝐹₁ 2 + 𝐹₂ 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 dengan besar sudut α sebesar 50° diperoleh resultan gaya
sebesar 2,394 N.
3. Pada percobaan 3 yaitu pada sudut a1=a2= 30° dengan berat beban 1 N mempunyai
gaya (F) yang sama, yaitu 1 N, dengan perhitungan vektor menggunakan rumus
√𝐹₁ 2 + 𝐹₂ 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 dengan besar sudut α sebesar 60° diperoleh resultan gaya
sebesar 1,928 N.
4. Pada percobaan 4 yaitu pada sudut a1=a2= 35° dengan berat beban 1 N mempunyai
gaya (F) yang sama, yaitu 0,9 N, dengan perhitungan vektor menggunakan rumus
√𝐹₁ 2 + 𝐹₂ 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 dengan besar sudut α sebesar 70° diperoleh resultan gaya
sebesar 1,714 N.

7
C. Pembahasan
Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Pada percobaan
tersebut, terlihat bahwa sudut yang terbentuk antara tali yang terhubung pada
dinamometer dan garis vertikal selalu sama, dengan demikian besar gaya yang terbaca
pada dinamometer selalu sama.
Untuk mencari resultan gaya pada keempat vektor dalam percobaan tersebut,

didapat dengan rumus 𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼


1. Pada percobaan pertama dengan sudut a1=a2= 20° yang memiliki berat beban 1 N,
mempunyai gaya yang sama yaitu sebesar 1,3N. Dari data tersebut, diperoleh
resultan gaya vektornya sebesar 0,894 N yang diperoleh dari

𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 yang mana nilai α-nya adalah sebesar 140°.

𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼

𝑅 = √1,3 2 + 1,3 2 + 2. 1,3. 1,3. cos 140°

𝑅 = √1,69 + 1,69 + 2. 1,3 .1,3. (−0,766)


𝑅 = √3,38 − 2,58
𝑅 = √0,8 = 0,894 𝑁

Tetapi, dalam tabel hasil percobaan diperoleh resultan gaya sebesar 2,554 N. Hal
tersebut dapat terjadi karena kesalahan penulis dalam memasukkan nilai α pada
rumus resultan gaya. Seharusnya α memiliki sudut sebesar 140° bukan 20°.

2. Pada percobaan kedua dengan sudut a1=a2= 25° yang memiliki berat beban 1 N,
mempunyai gaya yang sama yaitu sebesar 1,2 N. Dari data tersebut, diperoleh
resultan gaya vektornya sebesar 1,01 N yang diperoleh dari

𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 yang mana nilai α-nya adalah sebesar 130°.

𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼

𝑅 = √1,2 2 + 1,2 2 + 2. 1,2. 1,2. cos 130°

𝑅 = √1,44 + 1,44 + 2. 1,2 .1,2. (−0,642)


𝑅 = √2,88 − 1,85
𝑅 = √1,03 = 1,01 𝑁

8
Tetapi, dalam tabel hasil percobaan diperoleh resultan gaya sebesar 2,394 N. Hal
tersebut dapat terjadi karena kesalahan penulis dalam memasukkan nilai α pada
rumus resultan gaya. Seharusnya α memiliki sudut sebesar 130° bukan 25°.

3. Pada percobaan ketiga dengan sudut a1=a2= 30° yang memiliki berat beban 1 N,
mempunyai gaya yang sama yaitu sebesar 1 N. Dari data tersebut, diperoleh
resultan gaya vektornya sebesar 1 N yang diperoleh dari

𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 yang mana nilai α-nya adalah sebesar 120°.

𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼

𝑅 = √1 2 + 1 2 + 2. 1. 1. cos 120°
𝑅 = √1 + 1 + 2. 1 .1. (−0,5)
𝑅 = √2 − 1
𝑅 = √1 = 1 𝑁

Tetapi, dalam tabel hasil percobaan diperoleh resultan gaya sebesar 1,928 N. Hal
tersebut dapat terjadi karena kesalahan penulis dalam memasukkan nilai α pada
rumus resultan gaya. Seharusnya α memiliki sudut sebesar 120° bukan 30°.

4. Pada percobaan keempat dengan sudut a1=a2= 35° yang memiliki berat beban 1 N,
mempunyai gaya yang sama yaitu sebesar 0,9 N. Dari data tersebut, diperoleh
resultan gaya vektornya sebesar 1,03 N yang diperoleh dari

𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 yang mana nilai α-nya adalah sebesar 110°.

𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼

𝑅 = √0,9 2 + 0,9 2 + 2. 0,9. 0,9. cos 110°

𝑅 = √0,81 + 0,81 + 2. 0,9 .0,9. (−0,342)


𝑅 = √1,62 − 0,55
𝑅 = √1,07 = 1,03 𝑁

Tetapi, dalam tabel hasil percobaan diperoleh resultan gaya sebesar 1,714 N. Hal
tersebut dapat terjadi karena kesalahan penulis dalam memasukkan nilai α pada
rumus resultan gaya. Seharusnya α memiliki sudut sebesar 110° bukan 35°.

9
D. Jawaban Pertanyaan
1. Lukiskan sudut a1=a2= 20°, a1=a2= 25°, a1=a2= 30°, a1=a2= 35° dengan vektor gaya
F1 dan F2 (panjang garis sesuai dengan besarnya gaya). Lukislah vektor dengan
metode jajar genjang dan lukis pula resultan vektornya. Dari gambar, tentukan nilai
resultannya dan isikan ke dalam tabel !
Jawab:

α = 20°

α = 25°

α = 30°

10
α = 35°

Resultan gaya tersebut menggunakan skala 5 cm, yang artinya 1 N = 5cm.

2. Adakah hubungan antara sudut yang dibentuk kedua tali dengan resultan gaya?
Jawab:
Iya ada, yaitu semakin besar sudut semakin kecil resultan gayanya.

11
BAB V

KESIMPULAN

Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Semakin besar sudut yang
dibentuk dua vektor gaya, maka resultan gayanya akan semakin kecil. Rumus yang digunakan
untuk menentukan resultan (R) dua vektor adalah
𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹₁𝐹₂𝑐𝑜𝑠𝛼 . Atau bisa juga menggunakan metode yang lain seperti metode
jajar genjang dan metode penguraian vektor.

12

Anda mungkin juga menyukai