Anda di halaman 1dari 3

kromosom kelamin

sejarah penemuan kromosom kelamin.

pada tahun 1891 ahli biologi Jerman henking menemukan bahwa suatu struktur inti tertentu dapat
ditemukan atau dilacak selama spermatogenesis serangga tertentu. separuhnya sperma menerima
struktur tersebut Sedangkan separuhnya yang lain tidak menerimanya ending tidak menyebut manfaat
struktur tersebut tetapi mengidentifikasinya sebagai X Buddy dan menyatakan bahwa sperma dipilih atas
dasar ada atau tidak adanya struktur itu. pada tahun 1920-an membenarkan observasi henking yaitu
ditemukan pula bahwa sel sel Soma individu betina belalang memiliki jumlah kromosom yang berbeda
dibanding sel sel Soma individu jantan. MCK umum mengaitkan X body dengan determinasi kelamin
tetapi secara Sallam menyatakan spesifik untuk individu jantan.

pada awal abad ke-20 Wilson dan kawan-kawan menyatakan bahwa X bagi Yang dilaporkan henking
adalah suatu kromosom yang menentukan kelamin sejak itulah X Bali dikenal sebagai kromosom kelamin
atau kromosom X.

FB Wilson menemukan susunan kromosom yang lain pada Liga Turki khusus atau serangga pada
serangga ini jumlah kromosom yang sama ditemukan pada sel-sel dari kedua macam kelamin tetapi
Kromosom homolog dari kromosom X ternyata lebih kecil ukurannya dan disebut kromosom y lebih
lanjut dinyatakan bahwa zigot xx akan menjadi individu betina sedangkan jika x y akan menjadi individu
jantan kemudian fenomena-fenomena inilah dinyatakan dalam hubungannya dengan mekanisme
determinasi kelainan tipe xx-xy.

evolusi kromosom kelamin

evolusi kromosom X dan Y pemula.

asal mula evolusioner kromosom kelamin primitif berkaitan erat dengan evolusi kelamin terpisah yang
berlatarbelakang genetik dalam hal ini hasil penelusuran yang paling mudah dipahami adalah bilamana
pemisahan kedua fungsi kelamin pada individu individu terpisah bermula dari suatu keadaan kelamin
gabung purba pada kadang kelamin bergabung itu fungsi jantan dan betina diekspresikan dalam tubuh
individu yang sama sebagaimana diketahui keadaan kelamin tergabung merupakan karakteristik
kebanyakan tumbuhan berbunga banyak takson hewan avertebrata serta sejumlah Spesies ikan. pola
transisi paling sederhana dari keadaan kelamin tergabung merujuk kepada suatu keadaan kelamin
terpisah sempurna adalah melalui kejadian mutasi pada dua lokus salah satu lokus itu adalah F yang
mengontrol fungsi betina sedangkan lokus lainnya adalah m yang mengontrol fungsi jantan reaksi-reaksi
yang ada memungkinkan munculnya suatu transisi evolusioner antara keadaan kelamin tergabung dan
keadaan kelamin terpisah berupa tahap antara dari gen atau polimorfisme untuk individu jantan steril
maupun individu berkelamin tergabung.

mekanisme mutasi pada dua lokus sebagaimana yang telah disebutkan diikuti oleh proses seleksi dan
pengurangan rekombinasi akan memunculkan kromosom protox maupun kromosom protein setelah
terbentuknya sistem kromosom X dan protein masih terjadi selisih lebih lanjut proses seleksi lebih lanjut
tersebut antara lain perkawinan dengan seleksi alel alel yang menguntungkan pada individu jantan tetapi
yang merugikan pada individu yang betina yang akan mengarah kepada diferensiasi genetik selanjutnya
antara kedua kromosom kelamin.

erosi kromosom y

setelah terbentuknya kromosom protein mengalami proses evolusi spesifik yang disebut sebagai erosi
kromosom-kromosom protein terjadi melalui pola-pola yang hingga sekarang masih bersifat hipotesis
jurnal dua pola erosi Evolution dan kromosom proto Y yang utama.

pada erosi kromosom pertama adalah yang melibatkan Muller Rasyid pola kedua berupa fiksasi mutan
mutan terpaut Y yang merugikan melalui hacking dengan mutasi mutasi yang menguntungkan secara
selektif pada kromosom proto Y.

muller's ratchet bersangkut paut dengan menghilangnya kelompok kromosom yang membawahi mutan
mutan merugikan dalam jumlah yang paling kecil dari suatu populasi terbatas akibat genetik drive
peristiwa tersebut mengakibatkan peningkatan progresif jumlah rata-rata alel-alel merugikan per
individu fiksasi mutasi yang merugikan sebagaimana yang telah dikemukakan terjadi karena ada mutasi
mutasi menguntungkan pada bagian kromosom protein yang tidak mengalami rekombinasi proses
selektif macam-macam ini akan menyebabkan terjadinya filtrasi alela merugikan pada banyak lokus
terpaut y.

evolusi determinasi kelamin X/A dan sistem kromosom kelamin XO

sistem determinasi kelamin yang didasarkan pada keseimbangan X atau ditentukan pada drosophila C
elegan dan mungkin ditemukan juga pada bulu sebagaimana yang dikemukakan westergaard terlihat
bahwa sistem keseimbangan X atau a berevolusi dari sistem kromosom y bentuk kelamin jantan.

pada dasarnya data komparatif tentang hubungan revolusioner antara sistem ekonomi Islam kelamin
dan pola determinasi kelamin pada berbagai kelompok masih belum cukup untuk menghasilkan sesuatu
rekonstruksi sejarah evolusi sistem determinasi kelamin X atau o a spesies yang mempunyai suatu gen
semacam m f yang dibutuhkan untuk perkembangan ke arah kelamin jantan terpaksa mempertahankan
suatu pola y determinasi kelamin berupa kromosom y sebagai penentu kelamin jantan kecuali hal
tersebut diganti oleh mekanisme dengan teks lain dalam hubungan ini perbedaan antara klakson besar
berkenan dengan pola determinasi kelamin tampaknya lebih merupakan suatu produk kecelakaan
historis yang memperlihatkan tipe-tipe hutan yang terjadi kecelakaan yang terjadi di tahap awal evolusi
mekanisme tersebut pada berbagai kelompok daripada merupakan hasil dari aneka ragam tekanan
selektif.

diduga pula bahwa ekspresi FF dibutuhkan untuk perkembangan kelamin betina dan tidak adanya
produk FF misalnya karena kehadiran suatu alela FS sterilitas betina yang dominan mengarah kepada
perkembangan parsial atau lengkap kelamin jantan dalam hal ini ada analogi yang jelas antara fungsi f f
yang diduga dan sifat XXI pada drosophila ekspresi produk NX dibutuhkan untuk perkembangan karakter
betina sekurang-kurangnya pada sel Soma mutasi kehilangan fungsi f pada CSX yang mengarah kepada
kegagalan pengembangan karir betina dapat bersifat dominan penuh atau sebagian tergantung pada
latar belakang genetik yang konsisten dengan perilaku FS yang diduga.

perkembangan parsial jantan merupakan perkembangan keadaan kelamin bergabung ke arah kelamin
jantan sesuai dengan perluasan skenario yang semua didiskusikan untuk revolusi kromosom X dan Y
pada perluasan ini tahap kedua dari evolusi menuju keadaan kelamin terpisah mencakup karakter jantan
yang lebih bersifat parsial daripada penuh dalam hal ini diperlukan adanya faktor genetik lain yang
menekan karakter betina karena ada FS untuk menyempurnakan evolusi keadaan kelamin terpisah
penekanan karakter betina itu dapat terjadi karena pengaruh Allah Allah yang melakukan interaksi secara
terpisah dapat juga terjadi karena alela penekan karakter spesifik terpaut sangat dekat dengan FS.

Oleh karena itu Pembentukan suatu kromosom protein yang membawa FS dan MS berakibat munculnya
individu jantan parsial berkenaan dengan determinasi kelamin X atau ayam revolusi dari keadaan
tersebut tahap selanjutnya yang diduga adalah evolusi suatu alela yang kehilangan fungsi yang terdapat
pada kromosom tersebut mengurangi ekspresi satu-satunya kopi FS pada individu jantan yang mengarah
kepada peluang karakter jantan yang lebih tinggi.

dalam hubungannya dengan mekanisme keseimbangan X atau a pada C elegans perlu diperkirakan suatu
skenario yang berbeda untuk menjelaskannya sebagaimana diketahui pada celengan individu yang
berkromosom xx berkembang sebagai individu hewan hermaprodit dan individu yang berkromosom Exo
berkembang sebagai individu jantan sistem tersebut mungkin merupakan suatu akibat dari evolusi
sekunder menuju hermafroditisme dari sistem xx Exo yang terdapat pada kebanyakan spesies lain dari
ceonorhabditis.

evolusi sistem determinasi kelamin xx atau Exo juga merupakan suatu teka-teki dibutuhkan eksplorasi
untukku kajiannya suhu dibayangkan bahwa mekanisme ini bukan merupakan suatu produk dari erosi
aktivitas gen kromosom Y yang dapat diamati pada demikian banyak sistem Namun demikian agar terjadi
eliminasi lengkap gen-gen fungsional dari kromosom y dan X atau berkembang dan tiap gen yang
dibutuhkan untuk fungsi kejantanan harus dipindahkan ke kromosom lain atau digantikan oleh lokus
fokus lain yang memenuhi fungsi kan itu.

pernyataan tentang evolusi determinasi kelamin atau yang berasal dari sistem determinasi kelamin X
atau Y dapat dilihat pada Marga rumah di kalangan warga rumus kedua sistem eliminasi kelamin itu
ditemukan pada beberapa spesies akan tetapi kajian terhadap kenyataan tersebut membutuhkan analisis
filogenetik atas kelompok itu untuk memastikan Apakah sistem zonasi eksis sungguh-sungguh primitif
atau tidak nyata and comparative yang ada menunjukkan bahwa sistem operasi kelamin x y secara
taksonomis jauh lebih luas daripada sistem x/A.

Anda mungkin juga menyukai