Secara etimologi al-ijarah berasal dari kata al-Ajru yang berarti al-
‘Iwadh/penggantian, dari sebab itulah ats-Tsawabu dalam konteks pahala dinamai juga
al-Ajru/upah.
Adapun secara terminologi, para ulama fiqh berbeda pendapatnya, antara lain:
1. Menurut sayyid sabiq, al-ijarah adalah suatu jenis akad atau traansaksi untuk
mengambil manfaat dengan jalan memberi penggantian.
2. Menurut ulama syafi’iyah al- ijarah adalah suatu jenis akad atau transaksi
terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah, dan boleh
dimanfaatkan, dengan cara memberi imbalan tertentu.
3. Menurut Amir Syarifuddin al-ijarah secara sederhana dapat diartikan
dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu.
Hukum asalnya menurut ulama adalah mubah atau boleh, bisa dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara’ berdasarkan ayat Al-
Qur’an, hadits-hadits Nabi dan ketetapan ijmaUlama. Adapun dasar hukum
tentang kebolehan al-ijarah sebgai berikut :
a. QS. Al-Qashas
٢٦ ي ْاْل َ ِمي ُْن َ ت ا ْستَأ ْ ِج ْر ُۖهُ ِإ َّن َخي َْر َم ِن ا ْستَأ ْ َج ْر
ُّ ت ْالقَ ِو ِ َت ِإ ْح ٰدى ُه َما ٰيأَب
ْ َقَال
Artinya : Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata,
"Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang
yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat dan dapat dipercaya."(26)
Hadits.
Menurut hanafiyah rukun al-ijarah hanya satu yaitu ijab dan qabul dari dua
belah pihak yang bertransaksi. Adapun menurut ulama rukun ijarah ada 4 yaitu :