Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Metodelogi Penelitian tentang PENELITIAN OBSERVASIONAL.
Makalah Metodelogi Penelitian ini telah kami susun dengan maksimal dengan tujuan
untuk melengkapi tugas mata kuliah Metodelogi Penelitian semester V dan kami juga
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah Metodelogi Penelitian ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Metodelogi Penelitian tentang
PENELITIAN OBSERVASIONAL ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi acuan
yang baik dan berkualitas.

Pontianak, 15 Agustus 2018

Penyusun
PENELITIAN OBSERVASIONAL

Pada penelitian observasional, penelitian tidak melakukan perlakuan/intervensi


apapun terhadap variabel penelitian. Dengan perkataan lain, data yang didapat murni berupa
data yang sudah ada sebelumnya maupun data kemudian yang dihasilkan tanpa campur
tangan peneliti. Berdasarkan pada ada tidaknya analisis hubungan antar variabel, penelitian
yang bersifat observasional ini dibedakan menjadi penelitian deskriptif dan penelitian
analitik.

a. Penelitian observasional deskriptif


Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan
(mendeskripsi) fenomena yang ditemukan, baik itu berupa faktor resiko, maupun
suatu efek atau hasil. Data tersebut disajikan apa adanya tanpa suatu analisis
bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi. Dengan demikian pada
penelitian yang bersifat deskriptif tidak perlu ada hipotesis. Statistik yang dapat
digunakan pada penelitian deskriptif adalah nilai rerata (mean, median, dan modus)
dengan standar defisiensinya, rentang minimal dan maksimal, dan proporsi. Contoh
penelitian yang bersifat observasional deskriptif adalah : survai, studi/laporan kasus,
studi banding, studi prediksi, studi kolerasi, dan studi evaluasi.
1. Survei (survey), merupakan suatu kegiatan penelitian yang mana pengumpulan
data dilakukan pada suatu populasi (whole sample) diwilayah tertentu pada waktu
tertentu. Contohnya: survei morbiditas suatu penyakit, survei rumah tangga, survei
pendapatan umum.
2. Studi/Laporan Kasus (case study), merupakan suatu bentuk dokumentasi yang
berharga dari suatu penelitian terhadap fenomena baru yang bersifat tunggal. Nilai
penelitian studi kasus ini dianggap rendah, karena tidak adanya faktor
pembanding (kontrol), sehingga kita tidak dapat menilai adanya suatu hubungan
sebab akibat. Walaupun demikian, studi kasus sering kali menjadi dasar dari
penelitian lanjutan yang menghasilkan penemuan baru. Contohnya studi kasus
efek samping obat, studi kasus prosedur tertentu dalam pembedahan, dan kasus
keracunan makanan.
3. Studi perbanding (comparative study), merupakan penelitian yang
membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena-fenomena yang ada, untuk
kemudian mencari faktor-faktor dan kondisi apa saja yang menyebabkan
fenomena tersebut terjadi. Contohnya: studi perbandingan beberapa kasus anemia.
4. Studi Prediksi (prediction study), merupakan suatu penelitian yang digunakan
untuk memperkirakan (memprediksi/meramalkan) kemungkinan munculnya.
Suatu fenomena berdasarkan fenomena lain yang sudah ada. Contohnya: perkiraan
kemungkinan terjadinya wabah demam berdarah berdasarkan pemeriksaan sarang
nyamuk.
5. Studi Korelasi (correlation study), merupakan suatu penelitian yang digunakan
untuk melihat suatu hubungan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya.
Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi dan uji koefisen korelasi.
Contohnya: ingin melihat hubungan antara mendengarkan musik klasik dengan
tingkat kecerdasan anak.
6. Studi Evaluasi (evaluation study), merupakan suatu penelitian yang digunakan
untuk melihat suatu fenomena yang sudah terjadi dan masih berlangsung.
Contohnya :evaluasi mengenai ASI eksklusif
b. Penelitian Observasional Analitik
Pada penelitian observasional analitik ini, peneliti mencoba untuk mencari hubungan
antara variabel, yaitu dengan melakukan suatu analisis terhadap data yang
dikumpulkan. Oleh sebab itu pada penelitian analitik perlu dibuat suatu hipotesis
penelitian.
1. Penelitian Cross Sectional (Penelitian Potong-Silang/Study Prevalensi)
Dalam penelitian jenis ini, peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel
pada satu saat. Hal ini berarti bahwa setiap subjek penelitian hanya diobservasi
satu kali saja dan pengukuran variabel subjek juga dilakukan pada saat itu pula,
sehingga pada penelitian cross sectional tidak diperlukan suatu pemeriksaan
/pengukuran ulang.(Alatlas, dkk,1995). Jadi pada studi ini variabel bebas (faktor
resiko) dan variabel tergantung (efek) dinilai secara simultan pada saat yang
bersamaan.

Penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan


antar faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana
melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu
yang sama. Arti dari “sekaligus pada waktu yang sama” bukan berarti semua
responden diukur atau diamati pada saat yang bersamaan, tetapi artinya dalam
penelitian cross sectional setiap responden hanya diobservasi satu kali saja dan
pengukuran variabel responden dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut,
kemudian peneliti tidak melakukan tindak lanjut.
Penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. (Notoatmojo, 2002).
Penelitian ini hanya mengobserasi fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian
yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif. Penelitian cross sectional
mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel yang lainpada populasi
yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat
perbedaan di antara kelompok sempling pada satu titik waktu tertentu. Namun
penelitian cross sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika
perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu
yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya. (Nurdini, 2006).

Tujuan dan manfaat penelitian cross sectional:


Secara garis besar dapat dikatakan bahwa penelitian cross sectional dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Tujuan utama penelitian cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu atau
beberapa penyakit tertentu yang terdapat dimasyarakat.
2. Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu
dengan perubahan yang jelas.
3. Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.

Ciri-ciri penelitian cross sectional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan data pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan
subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
2. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompokyang
terpajan atau tidak.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai
hipotesis dalam penelitian.

Kelebihan dan kekurangan penelitian cross sectional

a. Kelebihan
Kelebihan penelitian cross sectional yang dikutip dari sayogo (2009) adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari
masyarakat umum.
2. Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh.
3. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
4. Jarang terancam loss to follow up
5. Dapat dimasukan kedalam tahapan pertama suatu penelitian khort atau
eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.
6. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat
lebih konklusif.
7. Membangung hipotesis dari hasil analisa.
b. Kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari sayago (2009) adalah
sebagai berikut:
1. Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data resiko dan
efek dilakukan pada saat yang bersamaan.
2. Studi prevalensi lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa
sakit yang pendek.
3. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak.
4. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit insidensi maupun prognosis.
5. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang.
6. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit.

Langkah-langkah penelitian cross sectional


Penelitian cross sectional adalah sesuatu penelitian dimana variabel-variabel
yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.

Menurut Notoatmojo (2002) dari skema diatas dapat disimpulkan bahwa


langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifiksi faktor


resiko dan faktor efek.
2. Menetapkan subjek penelitian.
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan
faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada
saat itu (pengumpulan data).
4. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar
kelompok-kelompok hasil observasi.

2. Penelitian Retrospektif ( Retrospective Study )


Adalah penelitian berupa pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi bertujuan untuk mencari factor yang berhubungan dengan penyebab. Suatu
penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana factor resiko dipelajari
dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Dengan kata lain efek ( penyakit
atau status kesehatan ) diidentifikasi pada saat ini, kemudian factor resiko
diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Adapun tahap-tahap
penelitian case control ini adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi variable-variabel penelitian (populasi atau sampel)
b. Identifikasi kasus
c. Pemilihan subyek sebagai control
d. Melakukan pengukuran retrospektif untuk melihat factor risiko
e. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variable-
variabel objek penelitian dengan variable-variabel objek control.

Case control
Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif,
meskipun istilah ini kurang tepat. Penelitaian ini berusaha melihat ke belakang,
yaitu data digali dari dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian dari
dampak tersebut variable-variabel penyebabnya atau variable yang
mempengaruhi.
Penelitian epidemiologi kasus-kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan
mendalam bila dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintah, sebab
menggunakan subyek control atau subyek dengan dampak positif dicarikan
kontrolnya dan subyek dengan negative juga di cari controlnya. Kemudian
variable penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri lebih dulu, baru kemudian
factor risiko atau variable yang berpengaruh diamati secara retrospektif.
Kelebihan penelitiah case control :
a. Tidak menghadapi kendala etik, seperti halnya penelitian kohort dan
eksperimental
b. Pengambilan kasus dan control pada kurun waktu yang bersamaan
3. Penelitian prosfektif ( penelitian kohort)
Merupakan salah satu penelitian yang bersifat longitudinal dengan mengikuti
perjalanan penyakit kedepan berdasarkan urutan waktu. Dimaksud untuk
menemukan insidensi penyakit pada kelompok yang terpanjan oleh factor resiko
maupun pada kelompok yang tidak terpajan, kemudian insidensi penyakit pada
kedua kelompok tersebut secara statistic dibandingkan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan sebab akibat antara pajanan dan penyakit yang di teliti.
Secara garis besar proses perjalanan penelitian prospektif sebagai berikut:
a. Pada penelitian awal, kelompok terpajan meupun kelompok tidak terpajan
belum menampakkan gejala penyakit yang di teliti.
b. Kedua kelompok diikuti ke depan berdasarkan sukuens waktu (prospektif)
c. Dilakukan pengamatan untuk mencari insidensi penyakit (efek) pada
kedua kelompok.
d. Insidensi penyakit pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan
perhitungan statistic untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab
akibat antara pejana dan isidensi penyakit (efek)

Keuntungan

a. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan


normal (ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu kerena
intervensi yang dilakukan oleh alam berupa “waktu”.
b. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis
suatu penyakit (patogresif)
c. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi
penyakit yang di teliti
d. Penelitian kohort tidak memiliki hambatan masalah etis.
e. Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitungan statistic untuk
menguji hipotesis.

Kerugian

a. Penelitian ini membutuhkan sampel yang besar dan waktu yang


lama sehingga sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap
mengikuti proses penelitian .
b. Penelitian ini membutuhkan biaya yang besar sebagai akibat
besarnya sampel dan lainnya penelitian.
c. Penelitian ini sulit dilakukan pada penyakit yang jarang terjadi. Hal
ini karena sulitnya memperoleh kelompok yang terpajan .
d. Penelitian prospektif tidak efisien untuk penelitian dengan fase
laten yang lama.
Surveilans

Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi di atas di ketahui
bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus
menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta factor-faktor yang
mempengaruhi nya masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapaat
mengambil tindakan efektif.

Menurut CDC (Center of Disease Control) merupakan pengumpulan, analisis dan interpretasi
data kesehatan secara sistematis dan terus menerus yang diperlukan untuk perencanaan,
implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat.

Menurut timmreck (2005) adalah surveilans kesehatan masyarakat merupakan proses


pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara
sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan
informasi kesehatan.

Tujuan surveilans menurut Depkes RI (2004) adalah untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit dalam masyarakat , sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan tejadinya
kejadian luar biasa (KLB) , memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam
hal pencegahan , penanggulangan maupun pemberantasan nya pada berbagai tingkat
asministrasi.

Study kasus

Study kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu social. Dalam riset yang
menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu
keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang
sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data analisis informasi, dan
pelaporan hasinya studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian deskriftif yang berupa
penelitian dengan metode atau pendekatan studi klasus (cose study). Penelitian ini
memusatkan diri secara intensif pada suatu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu
kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata
lain data dalam studi kasus ini di kumpulkan dari berbagai sumber (nawawi
2003).Surachmad (1982) membatasi pemdekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan
dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.Sementara Yin
(1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cicinya.
Ary, Jacobs, dan Rezavieh (1985) menjelaskan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti
berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. Sebagai sebuah study kasus maka
data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada
kasus yang diselidiki. Lebih lznjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi
kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif.Adalah penelitian yang dilakukan secara
interinsif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu) lembaga atau gejala
tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit. Penelitian case studi atau penelitian
lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
tentang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlansung saat ini, serta
interaksi lingkungan unit social tertentu yang bersifat apa adanya (given).

Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitan case
study merupakan studi mendalam menganai unit social tertentu dan hasil penelitian penelitian
tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit social tertentu,. Subjek
yang diteliti relative terbatas, namun variable-variabel dan focus yang diteliti sangat luas
dimensinya (Denim, 2002). Sedangkan pendapat lain yang dikemukakan oleh Bokden dan
Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap suatu latar atau suatu
orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Para
peneliti berusaha menemukan semua variable yang penting. Berdasarkan batasan tersebut
dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi:

1. Sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar dan dokumen


2. Sasaran tersebut ditelaah secar mendalam sebagai suatu totalitas sesuai latar atau
konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang
ada di variabel-variabelya.

Penelitian studi kasus akan kurang kedalamanya bilamana hanya dipusatkan pada fase
tertentu saja atau salah satu asfek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang
kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar
untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan suatu atau beberapa asfek
khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi kasus yang
baik harus dilakukan secara lansung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki.
Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi
juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan
baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun
terbatas dalam kasus yang akan diteliti tersebut (Nawawi 2003).

Studi kasus adalah suatau pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau


mengimterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi
pihak luar.Pada intinya studi kasus ini berusaha untuk menyoroti suatu keputusan suatu
keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu diambil, bagaimana
diterapkan dan apakah hasilnya.(Salim 2001)

Bagagaimana hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu
terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk
menghasilkan dan menguji hipotesis. Pendapat lain mengatakan bahwa studi kasus adalah
strategi riset, penelaah empiris yang menyelidiki suatau gejala dan latar kehidupan nyata.
Strategi ini dapat menyertakan bukti kuantitatif yang barstandar pada berbagai sumber dan
perkembangan sebelumnya dari proposisiteoretis.Studikasus dapat menggunakan bukti baik
yang bersifat kuantitati.Penelitin dengan subjek tunggal memberikan kerangka kerja statistik
untuk membuat interferensi dari data studi kasus kuantitatif.

Jenis-jenis studi kasus

a) Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusat kan pada perhatian organisasi
b) Tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan menelusuri perkembangan
organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sebenarnya kurang mencukupi untuk dikerjakan, karena sumbernya kurang
mencukupi untuk dikerjakan secara maksimal
c) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan data secara observasi
peran-serta atau keterlibatan (participant observation), sedangkan focus stud pada
organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain
 Suatu tempat tertentu didalam sekolah
 Suatu kelompok siswa
 Kegiatan sekolah
d) Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dari lahir hingga sekarang. Masa remaja, sekolah. Topic npersahabatan dan
topic tertentu lainya.
e) Studi kasus kemasyarakatan, merupakan study kasus tentang masyarakat (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukan nya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
f) Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiawa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadi pengeluaran siswa pada
sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang
terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tua nya, kepala sekolah,
guru dan mungkin tokoh kunci lain nya.
g) Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi
yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang Kelas atau suatu kegiatan
organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

Langkah-langkah penelitian study kasus

a) Pemilihan kasus, dalam pemilihan kasus hendak nya dilakukan secara bertujuan
(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dopilih oleh peneliti dengan
menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit
social. Ukuran dan kompleksitas objek study kasus haruslah masuk akal, sehingga
dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber yang tersedia.
b) Pengumpulan data, twrdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data,tetapi yang
paling dipakai dalam penelitian kasus adalah observas, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Penelitian sebagai instrument penelitian, dapat menyesuaikan cara
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitia, serta dapata
mengumpulkan data yang berada secara serentak.
c) Analisis data, setelah data terkumpul penelitian dapat mulai menggagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelol.
Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum
guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis,
kategori atau dimasukan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak penelitidi
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah
selesai dari lapangan.
d) Perbaikan (refinement) meskipun semua datas udah terkumpul, dalam pendekatan
studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data
baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali kelapangan dan barangkali harus membuat kategori baru,data
baru tidak bisa dikelompok kan dalam kategori yang sudah ada.
e) Penulisan laporan, laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, mudah dibaca, dan
mendeskripskan suatu gejala atau kesatuan social secara jelas, sehingga memudahkan
pembaca untuk memehami seluruh informasi pentuing. Laporan diharapkan dapat
membawa pembaca kedalam situasi khusus kehidupan seseorang atau kelompok.

Ciri-ciri studi kasus yang baik

a) Menyangkut sesuatu yamgluar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan iumum


bahkan dengan kepentingan nasional.
b) Batas-batasnya dapat ditemukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukan oleh
kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasus mampu diselesaikan oleh
penelitinya dengan baik dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.
c) Mampu mengantisipasi berbagai alternative jawaban dan sudut pandang yang
berbeda-beda.
d) Studi kasus m,ampu menunjukan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang
mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak berdasarkan prinsip seleksifitas.
e) Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi dengan
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai