Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN KETERAMPILAN MEDIK

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Standar kompetensi :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik abdomen dan struktur yang ada didalamnya secara
lengkap dan benar.

Kompentensi dasar :
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik Abdomen
2. Mahasiswa mampu melakukan urutan-urutan pemeriksaan pada Abdomen secara baik dan benar
3. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi pada seluruh bagian Abdomen secara baik dan benar
4. Mahasiswa dapat melakukan Auskultasi pada seluruh area Abdomen secara baik dan benar
5. Mahasiswa dapat melakukan Perkusi pada seluruh area Abdomen secara baik dan benar
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan batas hepar
7. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan adanya asites
8. Mahasiswa dapat melakukan untuk menentukan adanya nyeri lepas tekan
9. Mahasiswa dapat melakukan Palpasi Ringan pada Abdomen secara baik dan benar
10. Mahasiswa dapat melakukan Palpasi Dalam pada Abdomen secara baik dan benar
11. Mahasiswa dapat melakukan palpasi terhadap Hepar secara baik dan benar
12. Mahasiswa dapat melakukan palpasi terhadap Lien secara baik dan benar
13. Mahasiswa dapat melakukan Palpasi Ginjal secara baik dan benar
14. Mahasiswa mampu menutup dan mencatat hasil pemeriksaan

Pendahuluan
Untuk tujuan deskriptif rongga abdomen biasanya dibagi menjadi empat kuadaran. Dua garis khayal
bersilangan di pusar yang membagi abdomen menjadi kuadran kanan atas dan kanan bawah, dan
kuadran kiri atas dan kiri bawah. Satu garis ditarik dari sternum ke tulang pubis melalui pusar.
Dengan demikian terbentuklah empat kuadran dan organ perut di dalam tiap kuadran sep erti
diperlihatkan pada gambar 1.
Tetapi kadang-kadang, digunakan sistem pembagian yang lain membagi abdomen menjadi 9 bagian.
Tiga sebutan yang biasa digunakan pada sistem ini adalah epigrastrik, umbilicus dan hypogastrik
atau suprapubik.
Gambar 1. Pembagian kuadran abdomen

Pemeriksa harus menguasai struktur abdomen yang terletak pada tiap daerah seperti yang tertera
pada tabel 1.

Tabel 1. Struktur Dalam Abdomen

KANAN KIRI
ATAS
Hepar Lobus kiri hepar
Kandung empedu Limpa
Pilorus Lambung
Duodenum Korpus pankreas
Kaput pankreas Adrenal kiri
Adrenal kanan Ginjal kiri : kutub atas
Ginjal kanan : kutub atas Fleksura lienika
Fleksura hepatika Sebagian kolon transversum
Sebagian kolon ascendens Sebagian kolon desendens
Sebagian kolon transversum
BAWAH
Ginjal kanan : kutub bawah Ginjal kiri : kutub bawah
Sekum Kolon sigmoid
Apendiks Sebagian kolon desendens
Sebagian kolon ascendens Ovarium kiri
Ovarium kanan Tuba falopii kiri
Tuba falopi kanan Ureter kiri
Ureter kanan Korda spermatika kiri
Korda spermatika kanan Uterus (jika membesar)
Uterus (jika membesar) Kandung kemih (jika membesar)
Kandung kemih (jika membesar)
Gambar 2. Keluhan nyeri akut pada masing-masing kuadran abdomen
dan kemungkinan penyakitnya

Gambar 3. Keluhan nyeri kronis pada masing-masing kuadran abdomen


dan kemungkinan penyakitnya
Pada waktu memeriksa abdomen, dapat teraba beberapa organ yang normal. Kolon sigmoid dapat
teraba sebagai suatu saluran sempit yang agak keras pada kuadran kiri bawah, sedangkan caecum
dan sebagian dari colon ascenden membentuk suatu tube yang lebih lunak dan lebih besar di
kuadran kanan bawah. Bagian dan kolon transversum dan kolon descenden dapat pula diraba.
Walaupun tepi bawah hepar normal terletak lebih rendah daripada batas bawah kos ta kanan,
karena konsistensinya yang lunak kadang-kadang normal sulit untuk diraba.
Bagian bawah dari ginjal kanan, kadang-kadang dapat juga diraba pada kuadran kanan atas, tetapi
pada daerah yang lebih dalam terutama pada wanita vang kurus, dengan dinding abdomen yang
betul-betul relaks.
Pulsasi dari aorta abdominalis dapat terlihat dan biasanya teraba dibagian atas abdomen,
sedangkan pulsasi arteria iliaka kadang-kadang teraba di kuadran bawah.
Kandung kemih yang penuh dan teregang dan uterus dalam kehamilan dapat teraba di atas symphisis pubis.
Pada orang kurus dengan dinding abdomen yang relaks, beberapa sentimeter di bawah umbilikus, kadang-
kadang teraba promontorium sacralis atau tepi depan vertebra sacralis pertama. Pada pemeriksa yang
belum familiar dengan suatu tonjolan yang keras seperti ini, kadang-kadang menyalahartikannya sebagai
suatu tumor. Processus xyphoideus juga suatu tonjolan yang kadang-kadang dirasakan dan disalah-artikan
sebagai tumor oleh pasien.
Kavum abdomen meluas mulai dari daerah di bawah diaphragma yang terlindung oleh kosta. Di daerah yang
terlindung ini, terletak sebagian besar dari hepar, ventrikulus, dan seluruh bagian dari lien normal. Organ-
organ pada daerah terlindung tersebut tidak dapat diraba (dipalpasi), tetapi dengan perkusi dapat
diperkirakan adanya organ-organ tersebut. Sebagian besar dari kandung empedu normal terletak disebelah
dalam dari hepar, sehingga hampir tidak dapat dibedakan. Duodenum dan pankreas terletak dibagian dalam
kuadran atas abdomen, sehingga dalam keadaan normal tidak teraba (gambar 4).

Gambar 4. Beberapa organ dalam cavum abdomen

Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior, terlindung oleh tulang rusuk, sudut
costovertebral (sudut yang dibentuk oleh batas bawah kosta ke -12 dengan processus transversus
vertebra lumbalis) merupakan daerah untuk menentukan ada tidaknya ny eri ginjal.
CARA PEMERIKSAAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah:
1. penerangan ruangan yang memadai
2. penderita dalam keadaan relaks
3. daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis harus terbuka

Untuk memudahkan relaksasi:


1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring tertelentang dengan bantal di bawah kepalanya, dan di bawah lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada dada. Tangan yang
diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen teregang dan mengeras, sehingga
menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang dipotong
pendek. Menggosokkan kedua tangan akan membantu menghangatkan tangan anda.
5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa daerah tersebut
terakhir.
6. Lakukanlah pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tiba -tiba.
7. Apabila perlu, ajaklah penderita berbicara.
8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan dengan menggenggam kedua
tangannya di bawah tangan anda kemudian secara pelan-pelan bergeser untuk melakukan palpasi.
9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan muka/ekspresi penderita.

Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang anda periksa. Pemeriksaan dilakukan dari
sebelah kanan penderita, dengan urutan:
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
1. INSPEKSI
Mulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi anda berdiri di sebelah kanan penderita. Apabila anda
akan memeriksa gerakan peristaltik, sebaiknya dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga
anda dapat melihat dinding abdomen secara tangensial.

Perhatikanlah:
1. Bentuk dan keadaan secara umum
2. Perhatikan gerakan kulit sehubungan dengan pernapasan
3. Perhatikan kulit: apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal, mungkin melihat
vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada sindroma Cushing dan vena yang melebar
dapat terlihat pada cirrhosis hepatis atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada
rash atau lesi-lesi kulit lainnya.
4. Umbilikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, dan apakah ada tanda-tanda inflamasi atau hernia.
5. Perhatikan bentuk permukaan (contour) abdomen termasuk daerah inguinal dan femoral: datar, bulat,
protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang cembung mungkin disebabkan oleh asites, penonjolan supra-
pubik karena kehamilan atau kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena
pembesaran organ setempat atau masa.
6. Simetrisitas dinding abdomen.
7. Pembesaran organ: mintalah penderita untuk bernafas, perhatikan apakah nampak adanya hepar atau
lien yang menonjol di bawah arcus costa.
8. Masa atau tumor
9. Peristaltik
Apakah anda mencurigai adanya obstruksi usus, amatilah peristaltik selama beberapa menit. Pada orang
yang kurus, kadang-kadang peristaltik normal dapat terlihat.
10. Pulsasi
Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah epigastrium.

2. Auskultasi:
Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan usus, dan kemungkinan adanya
gangguan vaskuler. Anda harus banyak berlatih hingga betul-betul mengenali keadaan normal dan variasi
normal. Auskultasi abdomen dilakukan sebelum perkusi dan palpasi, karena kedua pemeriksaan tersebut
dapat mempengaruhi frekuensi suara usus. Letakkan diafragma dari stetoskop anda dengan lembut pada
abdomen seperti pada gambar 5. Lakukan auskultasi secara sistematis. Perhatikan, apakah terdengar bising
pembuluh darahi ? Kenalilah suara usus normal dengan segala variasinya.
Dengarkanlah suara usus, dan perhatikan frekuensi dan karakternya, suara yang normal terdiri dari click dan
gurgles, dengan frekuensi kira-kira 5 sampai 35 per menit. Kadang-kadang anda dapat mendengar
borborigmi, yaitu gurgles yang panjang. Karena suara usus akan disebarkan ke seluruh abdomen, maka
mendengarkannya pada suatu tempat saja, misalnya kuadran kanan bawah, biasanya sudah memadai tetapi
sebaiknya dilakukan pada seluruh kuadran . Suara usus ini dapat berubah pada diare, sumbatan usus, ileum
paralitikus dan peritonitis.
Gambar 5. Cara meletakkan stetoskop
pada auskultasi abdomen

Untuk mendengarkan suara dengan nada yang lebih tinggi pergunakan bagian bel dari stetoskop, misalnya
untuk mendengar bunyi metalic sound yang timbul akibat hiperperistaltik usus karena adanya obstruksi usus
akut.
Auskultasi juga berguna untuk menentukan adanya bising. Tiap kuadran harus diperiksa untuk mengetahui
adanya bising ini.
Pada penderita dengan hipertensi, periksalah daerah epigastrium dan daerah kuadran kanan dan kiri atas,
apakah ada bising. Bising pada sistole dan diastole pada penderita hipertensi menunjukkan adanya stenoso
arteria renalis. Sedangkan bising sistole saja pada epigastrium dapat terdapat pada orang normal.
Apabila dicurigai adanya insufisiensi arteri pada tungkai, periksalah adanya bising sistolik dan diastolik pada
arteria illaca dan femoralis (Gambar 6)

Gambar 6. Daerah pada abdomen untuk


mendengar adanya bising
3. PERKUSI
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar, dan kadang-kadang lien,
menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan untuk mengetahui adanya udara
pada lambung dan usus.

A. Orientasi Umum
Lakukanlah perkusi pada ke-empat kuadran untuk memperkirakan distribusi suara timpani dan redup.
Biasanya suara timpanilah yang dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan
faeces menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani berubah
menjadi redup. Periksalah daerah suprapubik untuk mengetahui adanya kandung kencing yang teregang
atau uterus yang membesar.
Perkusilah dada bagian bawah antara paru dan arkus costa, anda akan mendengar suara redup hepar di
sebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung udara pada lambung dan flesura
splenikus colon.
Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukkan adanya asites.

B. Perkusi Hepar
Perkusi pada hepar dilakukan untuk menentukan batas-batas hepar. Lakukanlah perkusi pada garis
midklavikula kanan, mulai dari bawah umbilikus (di daerah timpani) ke atas, sampai terdengar suara redup
yang merupakan batas bawah hepar. Kemudian, lakukanlah perkusi dari daerah paru ke bawah untuk
menentukan batas atas hepar, bunyi resonan dada menjadi redup ketika mencapai hepar (gambar 7).
Sekarang ukurlah berapa sentimeter tinggi daerah redup hepar tersebut. Batas atas dan bawah hati kurang
lebih 10 cm. Ukuran ini pada orang yang tinggi, lebih besar daripada orang yang pendek, dan biasanva pria
lebih besar dari wanita. Pada penderita penyakit obstruksi paru kronik (GOPD) batas bawah hepar dapat
lebih ke bawah, tetapi jarak/ daerah redup hepar tidak berubah.
Apabila hepar tampaknya membesar, perkusilah daerah lain untuk mengetahui garis batas bawah hepar.

Gambar 7. Teknik Perkusi Hepar


C. Perkusi Lien
Lien yang normal terletak pada lengkung diafragma, disebelah posterior garis midaxiler. Suatu daerah, kecil
suara redup dapat ditemukan diantara suara sonora paru dan suara timpani, tetapi mencari suara redup lien
ini tidak banyak gunanya. Perkusi lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila
membesar, lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial, mengganti suara timpani dari
lambung dan kolon, menjadi suara redup. Apabila anda mencurigai splenomegali, cobalah pemeriksaan-
pemeriksaan berikut :
1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri . Daerah ini biasanya timpani.
Kemudian mintalah penderita untuk menarik nafas panjang, dan lakukan perkusi lagi. Apabila lien tidak
membesar, suara perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti ada
pembesaran lien. Walaupun demikian, kadang-kadang terdapat juga suara redup pada lien normal (falsely
positive splenic percuission sign).
2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup yang luas, berarti
terdapat pembesaran lien. Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran lien, dapat
terganggu oleh isi lambung dan kolon tetapi pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya pembesaran lien
sebelum lien teraba pada palpasi.

C. Pemeriksaan Asites
Perkusi dapat dilakukan untuk mengetahui adanya asites pada penderita yang dicurigai. Perkusi dilakukan
secara khusus untuk mengetahui adanya suara redup yang berpindah (shifting dullness). Sementara pasien
berbaring telentang, pemeriksa menentukan batas timpani dan redup. Batas timpani ada di atas batas
redup. Ini disebabkan oleh gas di dalam usus yang terapung di atas puncak asites. Pasien kemudian diminta
untuk berbaring pada sisi tubuhnya, dan pemeriksa kemudian menetukan kembali batas-batas bunyi perkusi.
Jika ada asites, redup akan berpindah ke posisi yang lebih rendah; daerah di sekitar umbilikus yang mula-
mula timpani sekarang akan menjadi redup (gambar 8).

Gambar 8. Teknik untuk memeriksa redup


yang berpindah (warna hitam menunjukkan daerah timpani)

Teknik lain yang dapat digunakan untuk memeriksa asites adalah mendeteksi adanya gelombang cairan (fluid
wave). Tangan pasien diletakkan di bagian tengah abdomen. Penekanan dinding abdomen akan
menghentikan transmisi impuls oleh jaringan adiposa subkutan. Pemeriksa kemudian mengetuk salah satu
sisi pinggang sementara tangan yang satu mempalpasi sisi pinggang lainnya (gambar 9). Bila terasa adanya
gelombang cairan mengarah kepada adanya asites. Teknik ini merupakan tes diagnostik fisik yang paling
spesifik untuk asites.
Gambar 9. Teknik memeriksa gelombang
cairan pada asites
4. Palpasi
Palpasi pada abdomen biasanya dibagi menjadi :
a. Palpasi ringan
b. Palpasi dalam
c. Palpasi hati
d. Palpasi limpa
e. Palpasi ginjal

a. Palpasi ringan
Palpasi ringan (superticial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, dan
beberapa organ dan masa superticial. Dengan posisi tangan dan lengan bawah horisontal, dengan
menggunakan telapak ujung jari-jari secara bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan
ringan. Jangan lupa menghangatkan tangan. Hindarkan suatu gerakan yang mengentak. Lakukan palpasi
superfisial secara menyeluruh dengan sistematis diseluruh permukaan abdomen. Tentukan tonus otot dan
adanya pembengkakan atau tonjolan permukaan abdomen. Periksalah apakah terdapat nyeri tekan dan
nyeri lepas tekan.
Carilah adanya masa satu organ, daerah nyeri tekan atau daerah yang tegangan ototnya lebih tinggi
(spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah ini disadari atau tidak, dengan mencoba cara
merelakskan penderita, dan melakukan palpasi pada waktu ekspirasi (gambar 10).

Gambar 10. Teknik palpasi ringan

Pada pasien yang mudah geli, mungkin berguna jika tangannya diletakkan di atas tangan pemeriksa, seperti
pada gambar 11.

Gambar 11. Teknik palpasi pada pasien yang mudah geli


b. Palpasi Dalam
Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk menentukan ukuran organ dan memeriksa masa di abdomen.
Dengan menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalam untuk mengetahui adanya
masa, tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya, konsistensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada
tekanan.
Apabila palpasi dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan dua tangan,
satu di atas yang lain (gambar 12).

Gambar 12. Teknik palpasi dalam

Selama palpasi dalam, pasien harus disuruh untuk bernapas perlahan-lahan melalui mulutnya dan
meletakkan kedua lengannya pada sisi tubuhnya. Meminta pasien untuk membuka mulutnya selama
bernapas agaknya membantu relaksasi otot secara umum. Untuk merelaksasikan otot perut dapat juga
dilakukan dengan menyuruh pasien memfleksikan kedua lututnya.

Mengetahui adanya iritasi peritoneal


Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih blia disertai spasme otot, menunjukkan adanya
inflamasi dari peritoneum periatal. Temukanlah daerah ini setepatnya.
Sebelum melakukan palpasi, mintalah penderita untuk batuk, dan temukanlah letak rasa sakitnya.
Kemudian, lakukan palpasi secara lembut dengan satu jari untuk menentukan daerah nyeri. Atau, lakukanlah
pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri lepas. Tekan jari anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian
tiba-tiba lepaskan tekanan anda. Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit (tidak hanya pada
penekanan), dikatakan bahwa nyeri lepas tekan positif. Oleh karena nyeri generalisata akan timbul pada
pasien dengan peritonitis, maka pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada akhir pemeriksaan abdomen.

c. Palpasi Hepar
Palpasi pada hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri di belakang penderita, menyangga costa ke-11
dan ke-12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan mendorong hepar ke
depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan.
Tempatkan tangan kanan anda pada abdomen penderita pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral otot
rektus dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah redup hepar. Dengan posisi jari tangan
menunjuk ke atas, obliq, tekanlah dengan lembut ke arah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernafas dalam-dalam bersamaan dengan tangan kanan menekan dalam dan
tangan kiri menarik ke atas (gambar 13). Cobalah merasakan sentuhan hepar pada jari anda pada waktu
hepar bergerak ke bawah, dan menyentuh jari anda. Apabila anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari
anda, sehingga hepar dapat meluncur di bawah jari anda, dan anda dapat meraba permukaan anterior hepar
penderita. Apabila anda dapat merasakannya, batas hepar normal adalah lunak, tegas dan tidak berbenjol-
benjol.
Gambar 13. Teknik palpasi hepar

Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung pada tebal tipisnya otot
rektum. Apabila anda susah merabanya, pindahlah palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa.
Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan teknik mengait. Pemeriksa berdiri didekat kepala di sebelah kanan
penderita. Letakkanlah kedua tangan kanan anda bersebelahan di bawah margo kosta kanan dan batas
bawah redup hepar. Mintalah penderita untuk menarik nafas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga
pada inspirasi dalam hepar akan berada pada posisi teraba (gambar 14).

Gambar 14. Teknik mengait hepar


Pemeriksaan nyeri tekan hepar
Nyeri tekan hepar diperiksa dengan meletakkan telapak tangan kiri di atas kuadran kanan atas dan dengan
lembut mengetuknya dengan permukaan ulnar kepalan tinju tangan kanan (gambar 15).

Gambar 15. Teknik untuk mengetahui nyeri tekan hati

d. Palpasi Lien
Palpasi lien lebih sulit ketimbang palpasi hepar dan biasanya tidak teraba pada keadaan normal. Pasien
berbaring telentang, dengan pemeriksa pada sisi kanan pasien. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya di atas
dada pasien dan mengangkat iga kiri pasien. Tangan kanan diletakkan mendatar di bawah margo kosta kiri
dan menekan ke dalam dan ke atas ke arah garis aksila anterior. Tangan kiri mendorong ke anterior untuk
memindahkan lien ke anterior (gambar 16). Pasien disuruh untuk menarik nafas dalam-dalam ketika
pemeriksa menekan ke dalam dengan tangan kanannya.

Gambar 16. Teknik palpasi lien

Teknik pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mempalpasi lien dengan cara membaringkan pasien
pada sisi kanan tubuhnya. Posisi ini akan menyebabkan lien tertarik ke arah anterior bawah oleh pengaruh
gaya gravitasi. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada margo kosta kiri, sementara tangan kanan
melakukan palpasi pada kuadran kiri atas (gambar 17).
Gambar 17. Teknik lain untuk palpasi lien

Karena lien membesar secara diagonal di dalam abdomen dari kuadran kiri atas ke arah umbilikus, sehingga
palpasi selalu dilakukan dari arah umbilikus yang secara berangsur-angsur bergerak ke arah kuadran kiri atas.

e. Palpasi ginjal
Palpasi ginjal kanan dilakukan dengan palpasi dalam di bawah margo kosta kanan. Pemeriksa berdiri di sisi
kanan pasien dan meletakkan tangan kirinya di belakang pinggul kanan pasien, di antara margo kosta dan
krista iliaka. Tangan kanan diletakkan tepat dibawah margo kosta dengan ujung jari mengarah ke kiri
(gambar 18). Pada saat melakukan palpasi pasien disuruh menarik nafas dalam.
Palpasi yang sangat dalam dapat meraba kutub bawah ginjal kanan ketika ia turun selama inspirasi dalam.
Kutub bawah tersebut akan teraba sebagai massa lembut bulat.
Palpasi ginjal kiri dilakukan dengan posisi pemeriksa di sebelah kiri dengan prosedur yang sama pada palpasi
ginjal kanan. Karena ginjal kiri terletak lebih superior dari ginjal kanan, sehingga kutub bawah ginjal kiri
normal jarang dapat dipalpasi.
Kedua ginjal normal sering tidak dapat dipalpasi pada orang dewasa.

Gambar 18. Teknik palpasi ginjal


PEMERIKSAAN HERNIA
Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui
lubang normal atau abnormal, tetapi 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls
hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan inspeksi daerah inguinal
dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia.
Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls
pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali
daerah itu.

Pemeriksaan Hernia Inguinalis


Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum di atas testis kiri dan
menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal
eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri
pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis
sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari
tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis inguinalis, mintalah pasien
untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls
tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring
terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-
menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan
menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi
kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan
jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda
rasakan lebih nyaman.

Gambar 1. Pemeriksaan palpasi canalis inguinalis untuk menemukan adanya hernia

Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin
ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di
dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Gambar 2. Beberapa posisi hernia pada abdomen

Transluminasi Massa Skrotum


Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber
cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal
tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau spermatokel.

Tabel 1. Diagnosis Banding Pembesaran Skrotum yang Lazim Dijumpai8


Umur Lazim Eritema
Diagnosis (Tahun) Transiluminasi Skrotum Nyeri
Epididimitis Semua umur Tidak Ya Berat
Torsio testis < 35 Tidak Ya Berat
Tumor testis < 35 Tidak Tidak Minimal
Hidrokel Semua umur Ya Tidak Tidak ada
Spermatokel Semua umur Ya Tidak Tidak ada
Hernia Semua umur Tidak Tidak Tidak ada sampai
sedang*
Varikokel > 15 Tidak Tidak Tidak ada
* Kecuali kalau mengalami inkarserasi, di mana nyerinya mungkin berat

PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN


1. Bacalah petunjuk sebelum datang ke tempat latihan, dan mengerti cara-cara pemeriksaan, dan anatomi
abdomen (apabila perlu, bukalah kembali atlas anatomi anda).
2. Penderita diminta menanggalkan pakaian bagian bawah.
3. Penderita dalam keadaan berbaring, kepala berbantal tipis.
4. Penderita diminta untuk relaks, lengan bebas diletakkan disepanjang sisi tubuh. Kalau perlu penderita
diminta untuk menekuk lutut. Bernafas biasa, untuk menghilangkan ketegangan ajaklah penderita untuk
bercakap-cakap.
5. Ambil waktu yang cukup dalam pemeriksaan abdomen ini, sebab interpretasi apa yang didapat amatlah
penting.
6. Dokter berdiri atau duduk disebelah kanan penderita.
7. Penderita diberitahu apa yang sedang dilakukan.
8. Penderita diminta memberikan reaksi apabila ada rasa atau sensasi lain pada saat pemeriksaan.
9. Pemeriksaan rektum merupakan kelengkapan pemeriksaan abdomen.
10. Catat apa yang didapatkan pada pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA

Douglas, G,. Nicol, F,. and Robertson, C. 2006. Macleod’s Clinical Examination. Eleventh Edition.
Limited. UK. Harcourt Publishers Limited.
Ford, J.M,. Hennessey, I,. and Japp, A. 2005. Introduction to Clinical Examination. Eight Edition.
Elsevier Limited. UK. Harcourt Publishers Limited.
Goldberg and Thompson, J. 2005. Exam of The Abdomen In A Practical Guide to Clinical Medicine.
UCSD School of Medicine and VA Medical Center. University of California. San Diego.
http:///medicine.ucsd.edu/clinicalmed/abdomen.htm. didownload 30 Agustus 2007.
Swartz, M.H. 1995. Textbook of Physical Diagnosis. Philadelphia. WB Saunders Company.
CHECKLIST PEMERIKSAAN KELAINAN ABDOMEN

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
A. Persiapan Umum
1 Meminta izin, menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
Mempersipakan penderita untuk berbaring terlentang dan meminta penderita
2
untuk membuka baju seperlunya agar daerah pemeriksaaan terbuka
Berusaha membuat penderita rileks dengan mengajak berbicara atau menekuk
3
lutut saat pemeriksaan
B. Inspeksi
4 Melakukan inspeksi abdomen secara menyeluruh sebelum perkusi dan palpasi
5 Melakukan inspeksi terhadap peristaltik dengan membungkuk atau duduk
6 Melakukan manuver pemeriksaan hernia
C. Auskultasi
7 Melakukan auskutasi sebelum perkusi dan palpasi
8 Melakukan auskultasi pada tempat-tempat yang benar
Melakukan auskultasi untuk mendengar nada yang lebih tinggi pada
9
hiperperistaltik
D. Perkusi
10 Melakukan perkusi sebagai orientasi pada ke empat kuadran abdomen
Melakukan perkusi untuk menentukan batas bawah hepar pada garis
11
midklavikula
12 Melakukan perkusi untuk menetukan batas atas hepar pada garis midklavikula
13 Mengukur daerah redup hepar pada garis midklavikula
14 Melakukan perkusi lien di spatium interkosta di bawah garis axilaris anterior kiri
15 Meminta penderita menarik nafas, kemudian mengulangi perkusi yang sama
Melakukan perkusi untuk menentukan adanya asites dengan teknik Shifting
16
dullness atau fluid wave
E. Palpasi
17 Melakukan palpasi ringan secara menyeluruh
18 Melakukan palpasi hepar
19 Melakukan uji nyeri tekan hepar
20 Melakukan palpasi lien
21 Melakukan palpasi ginjal
22 Melakukan maneuver pemeriksaan hernia
23 Melakukan pemeriksaan untuk nyeri tekan dan nyeri lepas tekan
24 Meminta respon pasien
F. Pemeriksaan khusus
25 Melakukan transiluminasi massa skrotum
26 Menutup dan mencatat hasil pemeriksaan

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan
2 : Dilakukan dengan benar

Anda mungkin juga menyukai