Trapmed Blok 14 FULLL Pem Fisik Kelainan Abdomen PDF
Trapmed Blok 14 FULLL Pem Fisik Kelainan Abdomen PDF
Kompentensi dasar :
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik Abdomen
2. Mahasiswa mampu melakukan urutan-urutan pemeriksaan pada Abdomen secara baik dan benar
3. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi pada seluruh bagian Abdomen secara baik dan benar
4. Mahasiswa dapat melakukan Auskultasi pada seluruh area Abdomen secara baik dan benar
5. Mahasiswa dapat melakukan Perkusi pada seluruh area Abdomen secara baik dan benar
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan batas hepar
7. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan adanya asites
8. Mahasiswa dapat melakukan untuk menentukan adanya nyeri lepas tekan
9. Mahasiswa dapat melakukan Palpasi Ringan pada Abdomen secara baik dan benar
10. Mahasiswa dapat melakukan Palpasi Dalam pada Abdomen secara baik dan benar
11. Mahasiswa dapat melakukan palpasi terhadap Hepar secara baik dan benar
12. Mahasiswa dapat melakukan palpasi terhadap Lien secara baik dan benar
13. Mahasiswa dapat melakukan Palpasi Ginjal secara baik dan benar
14. Mahasiswa mampu menutup dan mencatat hasil pemeriksaan
Pendahuluan
Untuk tujuan deskriptif rongga abdomen biasanya dibagi menjadi empat kuadaran. Dua garis khayal
bersilangan di pusar yang membagi abdomen menjadi kuadran kanan atas dan kanan bawah, dan
kuadran kiri atas dan kiri bawah. Satu garis ditarik dari sternum ke tulang pubis melalui pusar.
Dengan demikian terbentuklah empat kuadran dan organ perut di dalam tiap kuadran sep erti
diperlihatkan pada gambar 1.
Tetapi kadang-kadang, digunakan sistem pembagian yang lain membagi abdomen menjadi 9 bagian.
Tiga sebutan yang biasa digunakan pada sistem ini adalah epigrastrik, umbilicus dan hypogastrik
atau suprapubik.
Gambar 1. Pembagian kuadran abdomen
Pemeriksa harus menguasai struktur abdomen yang terletak pada tiap daerah seperti yang tertera
pada tabel 1.
KANAN KIRI
ATAS
Hepar Lobus kiri hepar
Kandung empedu Limpa
Pilorus Lambung
Duodenum Korpus pankreas
Kaput pankreas Adrenal kiri
Adrenal kanan Ginjal kiri : kutub atas
Ginjal kanan : kutub atas Fleksura lienika
Fleksura hepatika Sebagian kolon transversum
Sebagian kolon ascendens Sebagian kolon desendens
Sebagian kolon transversum
BAWAH
Ginjal kanan : kutub bawah Ginjal kiri : kutub bawah
Sekum Kolon sigmoid
Apendiks Sebagian kolon desendens
Sebagian kolon ascendens Ovarium kiri
Ovarium kanan Tuba falopii kiri
Tuba falopi kanan Ureter kiri
Ureter kanan Korda spermatika kiri
Korda spermatika kanan Uterus (jika membesar)
Uterus (jika membesar) Kandung kemih (jika membesar)
Kandung kemih (jika membesar)
Gambar 2. Keluhan nyeri akut pada masing-masing kuadran abdomen
dan kemungkinan penyakitnya
Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior, terlindung oleh tulang rusuk, sudut
costovertebral (sudut yang dibentuk oleh batas bawah kosta ke -12 dengan processus transversus
vertebra lumbalis) merupakan daerah untuk menentukan ada tidaknya ny eri ginjal.
CARA PEMERIKSAAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah:
1. penerangan ruangan yang memadai
2. penderita dalam keadaan relaks
3. daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis harus terbuka
Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang anda periksa. Pemeriksaan dilakukan dari
sebelah kanan penderita, dengan urutan:
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
1. INSPEKSI
Mulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi anda berdiri di sebelah kanan penderita. Apabila anda
akan memeriksa gerakan peristaltik, sebaiknya dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga
anda dapat melihat dinding abdomen secara tangensial.
Perhatikanlah:
1. Bentuk dan keadaan secara umum
2. Perhatikan gerakan kulit sehubungan dengan pernapasan
3. Perhatikan kulit: apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal, mungkin melihat
vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada sindroma Cushing dan vena yang melebar
dapat terlihat pada cirrhosis hepatis atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada
rash atau lesi-lesi kulit lainnya.
4. Umbilikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, dan apakah ada tanda-tanda inflamasi atau hernia.
5. Perhatikan bentuk permukaan (contour) abdomen termasuk daerah inguinal dan femoral: datar, bulat,
protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang cembung mungkin disebabkan oleh asites, penonjolan supra-
pubik karena kehamilan atau kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena
pembesaran organ setempat atau masa.
6. Simetrisitas dinding abdomen.
7. Pembesaran organ: mintalah penderita untuk bernafas, perhatikan apakah nampak adanya hepar atau
lien yang menonjol di bawah arcus costa.
8. Masa atau tumor
9. Peristaltik
Apakah anda mencurigai adanya obstruksi usus, amatilah peristaltik selama beberapa menit. Pada orang
yang kurus, kadang-kadang peristaltik normal dapat terlihat.
10. Pulsasi
Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah epigastrium.
2. Auskultasi:
Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan usus, dan kemungkinan adanya
gangguan vaskuler. Anda harus banyak berlatih hingga betul-betul mengenali keadaan normal dan variasi
normal. Auskultasi abdomen dilakukan sebelum perkusi dan palpasi, karena kedua pemeriksaan tersebut
dapat mempengaruhi frekuensi suara usus. Letakkan diafragma dari stetoskop anda dengan lembut pada
abdomen seperti pada gambar 5. Lakukan auskultasi secara sistematis. Perhatikan, apakah terdengar bising
pembuluh darahi ? Kenalilah suara usus normal dengan segala variasinya.
Dengarkanlah suara usus, dan perhatikan frekuensi dan karakternya, suara yang normal terdiri dari click dan
gurgles, dengan frekuensi kira-kira 5 sampai 35 per menit. Kadang-kadang anda dapat mendengar
borborigmi, yaitu gurgles yang panjang. Karena suara usus akan disebarkan ke seluruh abdomen, maka
mendengarkannya pada suatu tempat saja, misalnya kuadran kanan bawah, biasanya sudah memadai tetapi
sebaiknya dilakukan pada seluruh kuadran . Suara usus ini dapat berubah pada diare, sumbatan usus, ileum
paralitikus dan peritonitis.
Gambar 5. Cara meletakkan stetoskop
pada auskultasi abdomen
Untuk mendengarkan suara dengan nada yang lebih tinggi pergunakan bagian bel dari stetoskop, misalnya
untuk mendengar bunyi metalic sound yang timbul akibat hiperperistaltik usus karena adanya obstruksi usus
akut.
Auskultasi juga berguna untuk menentukan adanya bising. Tiap kuadran harus diperiksa untuk mengetahui
adanya bising ini.
Pada penderita dengan hipertensi, periksalah daerah epigastrium dan daerah kuadran kanan dan kiri atas,
apakah ada bising. Bising pada sistole dan diastole pada penderita hipertensi menunjukkan adanya stenoso
arteria renalis. Sedangkan bising sistole saja pada epigastrium dapat terdapat pada orang normal.
Apabila dicurigai adanya insufisiensi arteri pada tungkai, periksalah adanya bising sistolik dan diastolik pada
arteria illaca dan femoralis (Gambar 6)
A. Orientasi Umum
Lakukanlah perkusi pada ke-empat kuadran untuk memperkirakan distribusi suara timpani dan redup.
Biasanya suara timpanilah yang dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan
faeces menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani berubah
menjadi redup. Periksalah daerah suprapubik untuk mengetahui adanya kandung kencing yang teregang
atau uterus yang membesar.
Perkusilah dada bagian bawah antara paru dan arkus costa, anda akan mendengar suara redup hepar di
sebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung udara pada lambung dan flesura
splenikus colon.
Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukkan adanya asites.
B. Perkusi Hepar
Perkusi pada hepar dilakukan untuk menentukan batas-batas hepar. Lakukanlah perkusi pada garis
midklavikula kanan, mulai dari bawah umbilikus (di daerah timpani) ke atas, sampai terdengar suara redup
yang merupakan batas bawah hepar. Kemudian, lakukanlah perkusi dari daerah paru ke bawah untuk
menentukan batas atas hepar, bunyi resonan dada menjadi redup ketika mencapai hepar (gambar 7).
Sekarang ukurlah berapa sentimeter tinggi daerah redup hepar tersebut. Batas atas dan bawah hati kurang
lebih 10 cm. Ukuran ini pada orang yang tinggi, lebih besar daripada orang yang pendek, dan biasanva pria
lebih besar dari wanita. Pada penderita penyakit obstruksi paru kronik (GOPD) batas bawah hepar dapat
lebih ke bawah, tetapi jarak/ daerah redup hepar tidak berubah.
Apabila hepar tampaknya membesar, perkusilah daerah lain untuk mengetahui garis batas bawah hepar.
C. Pemeriksaan Asites
Perkusi dapat dilakukan untuk mengetahui adanya asites pada penderita yang dicurigai. Perkusi dilakukan
secara khusus untuk mengetahui adanya suara redup yang berpindah (shifting dullness). Sementara pasien
berbaring telentang, pemeriksa menentukan batas timpani dan redup. Batas timpani ada di atas batas
redup. Ini disebabkan oleh gas di dalam usus yang terapung di atas puncak asites. Pasien kemudian diminta
untuk berbaring pada sisi tubuhnya, dan pemeriksa kemudian menetukan kembali batas-batas bunyi perkusi.
Jika ada asites, redup akan berpindah ke posisi yang lebih rendah; daerah di sekitar umbilikus yang mula-
mula timpani sekarang akan menjadi redup (gambar 8).
Teknik lain yang dapat digunakan untuk memeriksa asites adalah mendeteksi adanya gelombang cairan (fluid
wave). Tangan pasien diletakkan di bagian tengah abdomen. Penekanan dinding abdomen akan
menghentikan transmisi impuls oleh jaringan adiposa subkutan. Pemeriksa kemudian mengetuk salah satu
sisi pinggang sementara tangan yang satu mempalpasi sisi pinggang lainnya (gambar 9). Bila terasa adanya
gelombang cairan mengarah kepada adanya asites. Teknik ini merupakan tes diagnostik fisik yang paling
spesifik untuk asites.
Gambar 9. Teknik memeriksa gelombang
cairan pada asites
4. Palpasi
Palpasi pada abdomen biasanya dibagi menjadi :
a. Palpasi ringan
b. Palpasi dalam
c. Palpasi hati
d. Palpasi limpa
e. Palpasi ginjal
a. Palpasi ringan
Palpasi ringan (superticial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, dan
beberapa organ dan masa superticial. Dengan posisi tangan dan lengan bawah horisontal, dengan
menggunakan telapak ujung jari-jari secara bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan
ringan. Jangan lupa menghangatkan tangan. Hindarkan suatu gerakan yang mengentak. Lakukan palpasi
superfisial secara menyeluruh dengan sistematis diseluruh permukaan abdomen. Tentukan tonus otot dan
adanya pembengkakan atau tonjolan permukaan abdomen. Periksalah apakah terdapat nyeri tekan dan
nyeri lepas tekan.
Carilah adanya masa satu organ, daerah nyeri tekan atau daerah yang tegangan ototnya lebih tinggi
(spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah ini disadari atau tidak, dengan mencoba cara
merelakskan penderita, dan melakukan palpasi pada waktu ekspirasi (gambar 10).
Pada pasien yang mudah geli, mungkin berguna jika tangannya diletakkan di atas tangan pemeriksa, seperti
pada gambar 11.
Selama palpasi dalam, pasien harus disuruh untuk bernapas perlahan-lahan melalui mulutnya dan
meletakkan kedua lengannya pada sisi tubuhnya. Meminta pasien untuk membuka mulutnya selama
bernapas agaknya membantu relaksasi otot secara umum. Untuk merelaksasikan otot perut dapat juga
dilakukan dengan menyuruh pasien memfleksikan kedua lututnya.
c. Palpasi Hepar
Palpasi pada hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri di belakang penderita, menyangga costa ke-11
dan ke-12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan mendorong hepar ke
depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan.
Tempatkan tangan kanan anda pada abdomen penderita pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral otot
rektus dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah redup hepar. Dengan posisi jari tangan
menunjuk ke atas, obliq, tekanlah dengan lembut ke arah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernafas dalam-dalam bersamaan dengan tangan kanan menekan dalam dan
tangan kiri menarik ke atas (gambar 13). Cobalah merasakan sentuhan hepar pada jari anda pada waktu
hepar bergerak ke bawah, dan menyentuh jari anda. Apabila anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari
anda, sehingga hepar dapat meluncur di bawah jari anda, dan anda dapat meraba permukaan anterior hepar
penderita. Apabila anda dapat merasakannya, batas hepar normal adalah lunak, tegas dan tidak berbenjol-
benjol.
Gambar 13. Teknik palpasi hepar
Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung pada tebal tipisnya otot
rektum. Apabila anda susah merabanya, pindahlah palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa.
Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan teknik mengait. Pemeriksa berdiri didekat kepala di sebelah kanan
penderita. Letakkanlah kedua tangan kanan anda bersebelahan di bawah margo kosta kanan dan batas
bawah redup hepar. Mintalah penderita untuk menarik nafas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga
pada inspirasi dalam hepar akan berada pada posisi teraba (gambar 14).
d. Palpasi Lien
Palpasi lien lebih sulit ketimbang palpasi hepar dan biasanya tidak teraba pada keadaan normal. Pasien
berbaring telentang, dengan pemeriksa pada sisi kanan pasien. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya di atas
dada pasien dan mengangkat iga kiri pasien. Tangan kanan diletakkan mendatar di bawah margo kosta kiri
dan menekan ke dalam dan ke atas ke arah garis aksila anterior. Tangan kiri mendorong ke anterior untuk
memindahkan lien ke anterior (gambar 16). Pasien disuruh untuk menarik nafas dalam-dalam ketika
pemeriksa menekan ke dalam dengan tangan kanannya.
Teknik pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mempalpasi lien dengan cara membaringkan pasien
pada sisi kanan tubuhnya. Posisi ini akan menyebabkan lien tertarik ke arah anterior bawah oleh pengaruh
gaya gravitasi. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada margo kosta kiri, sementara tangan kanan
melakukan palpasi pada kuadran kiri atas (gambar 17).
Gambar 17. Teknik lain untuk palpasi lien
Karena lien membesar secara diagonal di dalam abdomen dari kuadran kiri atas ke arah umbilikus, sehingga
palpasi selalu dilakukan dari arah umbilikus yang secara berangsur-angsur bergerak ke arah kuadran kiri atas.
e. Palpasi ginjal
Palpasi ginjal kanan dilakukan dengan palpasi dalam di bawah margo kosta kanan. Pemeriksa berdiri di sisi
kanan pasien dan meletakkan tangan kirinya di belakang pinggul kanan pasien, di antara margo kosta dan
krista iliaka. Tangan kanan diletakkan tepat dibawah margo kosta dengan ujung jari mengarah ke kiri
(gambar 18). Pada saat melakukan palpasi pasien disuruh menarik nafas dalam.
Palpasi yang sangat dalam dapat meraba kutub bawah ginjal kanan ketika ia turun selama inspirasi dalam.
Kutub bawah tersebut akan teraba sebagai massa lembut bulat.
Palpasi ginjal kiri dilakukan dengan posisi pemeriksa di sebelah kiri dengan prosedur yang sama pada palpasi
ginjal kanan. Karena ginjal kiri terletak lebih superior dari ginjal kanan, sehingga kutub bawah ginjal kiri
normal jarang dapat dipalpasi.
Kedua ginjal normal sering tidak dapat dipalpasi pada orang dewasa.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin
ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di
dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Gambar 2. Beberapa posisi hernia pada abdomen
Douglas, G,. Nicol, F,. and Robertson, C. 2006. Macleod’s Clinical Examination. Eleventh Edition.
Limited. UK. Harcourt Publishers Limited.
Ford, J.M,. Hennessey, I,. and Japp, A. 2005. Introduction to Clinical Examination. Eight Edition.
Elsevier Limited. UK. Harcourt Publishers Limited.
Goldberg and Thompson, J. 2005. Exam of The Abdomen In A Practical Guide to Clinical Medicine.
UCSD School of Medicine and VA Medical Center. University of California. San Diego.
http:///medicine.ucsd.edu/clinicalmed/abdomen.htm. didownload 30 Agustus 2007.
Swartz, M.H. 1995. Textbook of Physical Diagnosis. Philadelphia. WB Saunders Company.
CHECKLIST PEMERIKSAAN KELAINAN ABDOMEN
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
A. Persiapan Umum
1 Meminta izin, menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
Mempersipakan penderita untuk berbaring terlentang dan meminta penderita
2
untuk membuka baju seperlunya agar daerah pemeriksaaan terbuka
Berusaha membuat penderita rileks dengan mengajak berbicara atau menekuk
3
lutut saat pemeriksaan
B. Inspeksi
4 Melakukan inspeksi abdomen secara menyeluruh sebelum perkusi dan palpasi
5 Melakukan inspeksi terhadap peristaltik dengan membungkuk atau duduk
6 Melakukan manuver pemeriksaan hernia
C. Auskultasi
7 Melakukan auskutasi sebelum perkusi dan palpasi
8 Melakukan auskultasi pada tempat-tempat yang benar
Melakukan auskultasi untuk mendengar nada yang lebih tinggi pada
9
hiperperistaltik
D. Perkusi
10 Melakukan perkusi sebagai orientasi pada ke empat kuadran abdomen
Melakukan perkusi untuk menentukan batas bawah hepar pada garis
11
midklavikula
12 Melakukan perkusi untuk menetukan batas atas hepar pada garis midklavikula
13 Mengukur daerah redup hepar pada garis midklavikula
14 Melakukan perkusi lien di spatium interkosta di bawah garis axilaris anterior kiri
15 Meminta penderita menarik nafas, kemudian mengulangi perkusi yang sama
Melakukan perkusi untuk menentukan adanya asites dengan teknik Shifting
16
dullness atau fluid wave
E. Palpasi
17 Melakukan palpasi ringan secara menyeluruh
18 Melakukan palpasi hepar
19 Melakukan uji nyeri tekan hepar
20 Melakukan palpasi lien
21 Melakukan palpasi ginjal
22 Melakukan maneuver pemeriksaan hernia
23 Melakukan pemeriksaan untuk nyeri tekan dan nyeri lepas tekan
24 Meminta respon pasien
F. Pemeriksaan khusus
25 Melakukan transiluminasi massa skrotum
26 Menutup dan mencatat hasil pemeriksaan
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan
2 : Dilakukan dengan benar