Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kendala yang sering dihadapi oleh petani yaitu adanya organisme

pengganggu tanaman (OPT). Salah satu pengganggu produksi tanaman padi

diantaranya adalah hama tanaman, dimana hama ini menimbulkan gangguan pada

tanaman padi secara fisik. Hama tanaman dapat berupa serangga, tungau atau

moluska. Salah satu hama yang sering mengakibatkan gagal panen padi yaitu

serangan Wereng Batang Coklat (WBC). Kerusakan yang ditimbulkan oleh WBC

mampu mengakibatkan terjadinya gagal panen (Darmadi dan Alawiyah, 2018)

Wereng batang coklat (WBC), Nilaparvata lugens Stal., merupakan hama

utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman dalam waktu

relatif singkat. Kerusakan pada tanaman padi disebabkan oleh kegiatan makan

hama WBC dengan menghisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi

layu, mongering dan akhirnya Nampak seperti terbakar (hopperburn)

(Subandi et al., 2016)

Di dunia pertanian, pestisida merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari budidaya pertanian, segala jenis tanaman sebagai bagian dari kegiatan

pemeliharaan tanaman. Residu pestisida di lingkungan merupakan akibat buruk

dari penggunaan atau aplikasi langsung. Pestisida yang ditujukan pada sasaran

tertentu seperti tanaman dan tanah dapat terbawa oleh gerakan air, gerakan angin

atau udara. Residu pestisida juga dapat terbawa dalam rantai makanan

(Amilia et al., 2016).

Namun demikian, disamping berpengaruh positif dalam menekan hama

wereng, aplikasi pestisida juga diperkirakan berpengaruh pada populasi musuh


2

alami hama wereng. Dua organisme musuh alami wereng yang utama adalah

tomcat (Paederus fuscipes) dan laba-laba (Lycosa pseudoannulata/wolf spider).

Penggunaan insektisida sintetik yang berlebihan dan tidak tepat tidak akan

mengatasi hama dengan benar tetapi sebaliknya dapat menimbulkan berbagai

dampak negatif seperti pencemaran lingkungan, resistensi hama sasaran dan

menimbulkan terjadinya resurgensi hama (Rizkie et al., 2015)

Penggunaan insektisida sering gagal untuk mengendalikan WBC dan

populasinya masih tinggi sehingga menyebabkan tanaman padi hopperburn dan

petani gagal panen. Perkembangan resistensi populasi WBC terhadap insektisida

merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan penggunaan

insektisida. Populasi WBC di lapang telah diketahui menjadi resisten terhadap

BPMC, karbofuran, MIPC, dan imidakloprid, tetapi belum diketahui status

perkembangan resistensinya terhadap insektisida lain yang digunakan untuk

pengendalian WBC di Indonesia (Sutrisno, 2014)

Penggunaan pestisida perlu diperhatikan secara serius mengingat bahaya

dari pestisida yang dapat menyebabkan keracunan, penyakit, kanker bahkan

kematian akibat keracunan ataupun terpapar pestisida. Tingkat pajanan terhadap

pestisida tidak dirasakan langsung saat ini karena sifatnya yang kumulatif dan

berpengaruh terhadap lama kerja yang dialami penyemprot pestisida sehingga

pada akhirnya pajanan pestisida dapat menyebabkan kematian. Semakin lama

petani penyemprot menggunakan pestisida maka diasumsikan semakin besar

kemungkinan terjadinya keracunan bahan kimia pada petani penyemprot pestisida

tersebut (Mahyuni, 2015)


3

Selama periode tahun 1977–1989 pemerintah secara kontinyu telah

memperhatikan masalah resistensi WBC terhadap insektisida. Inpres tersebut

melarang penggunaan 57 jenis formulasi insektisida pada pertanaman padi, tetapi

insektisida itu masih boleh digunakan pada tanaman selain padi. Hasil simulasi

menunjukkan bahwa respon perkembangan resistensi WBC tergantung pada jenis

insektisida penyeleksi, yang diberikan secara tunggal maupun campuran.

Insektisida golongan organofosfat yang diberikan secara tunggal memicu

perkembangan resistensi yang tertinggi, (Sutrisno, 2014)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Mengatahui arti dari resistensi, resurjensi, perubahan status hama

2. Adanya resistensi, resurjensi, perubahan status hama WBC

3. Mengungkapkan penyebab terjadinya masalah tersebut

4. Penanganan yang harus dilakukan untuk meminimalisir masalah

penggunaan pestisida yang berlebihan

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui penyebab

terjadinya resistensi, resurjensi, perubahan status hama WBC.

1.4. Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

komponen penilaian dimata kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

BAB II
PEMBAHASAN

Terlebih dahulu harus mengetahui tentang pengertian dari beberapa istilah

yang terdapat di judul makalah ini. Resurgensi hama ialah suatu fenomena dari

peka nya hama menjadi tidak peka atau menjadi lebih kuat. Resurgensi

merupakan meledaknya populasi hama utama yang dikarenakan matinya musuh

alami atau parasitoid yang peka terhadap pestisida sehingga menyebabkan

meledaknya populasi hama secara drastis, dan perubahan status hama ialah

perubahan dari yang sebelumnya tidak terlalu berpengaruh menjadi sangat kuat.

Hal ini sesuai dengan literatur Rizkie et al., (2015) yang menyatakan bahwa

penggunaan insektisida sintetik yang berlebihan dan tidak tepat tidak akan

mengatasi hama dengan benar tetapi sebaliknya dapat menimbulkan berbagai

dampak negatif seperti pencemaran lingkungan, resistensi hama sasaran dan

menimbulkan terjadinya resurgensi hama.

Adanya resistensi, resurjensi, perubahan status hama wereng batang

coklat (WBC) yang diikuti oleh serangan virus dapat mengakibatkan gagal panen

sebesar 100%. Hal ini disebabkan karena virus kerdil rumput dan kerdil hampa

dapat menyerang tanaman padi semenjak masih dalam persemaian. Apabila

tanaman terinfeksi semenjak masa vegetatif, tanaman tersebut tidak bisa berbunga

dan berbuah. Hal ini sesuai dengan literatur Subandi et al., (2016) yang

menyatakan bahwa kerusakan pada tanaman padi disebabkan oleh kegiatan makan

hama WBC dengan menghisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi

layu, mongering dan akhirnya Nampak seperti terbakar (hopperburn)

Penyebab terjadinya masalah resistensi, resurjensi, perubahan status hama

wereng batang coklat (WBC) ialah dikarenakan berbagai faktor, diantaranya


5

adalah pola tanam, varietas padi yang ditanam, perilaku petani selama masa tanam

padi, dan penggunaan pestisida yang tidak mengikuti 5 tepat yaitu tepat sasaran,

tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat cara aplikasi. Hal ini sesuai dengan

literatur Rizkie et al., (2015) yang menyatakan bahwa penggunaan insektisida

sintetik yang berlebihan dan tidak tepat tidak akan mengatasi hama dengan benar

tetapi sebaliknya dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti pencemaran

lingkungan, resistensi hama sasaran dan menimbulkan terjadinya resurgensi hama.

Kegagalan panen yang terjadi pada tanaman padi dikarenakan resistensi

nya hama utama padi yaitu hama WBC dan terbunuhnya musuh alami. Penyebab

resistensi, resurgensi (ledakan hama utama) ini dikarenakan pemberian pestisida

yang berlebihan dan tidak efektif membunuh, namun sebaliknya akan membunuh

musuh musuh alami yang seharusnya dapat membunuh wereng secara alamiah.

Dari pemberian pestisida yang tidak sesuai tersebut menyebabkan daya kekebalan

tubuh hama menjadi kuat dan semakin sulit dikendalikan. Hal ini sesuai dengan

literatur Sutrisno (2014) yang menyatakan bahwa perkembangan resistensi

populasi WBC terhadap insektisida merupakan salah satu faktor yang

berkontribusi terhadap kegagalan penggunaan insektisida

Adapun penanganan yang harus dilakukan untuk meminimalisir masalah

tersebut ialah dengan memberikan pestisida yang sesuai dengan anjuran dan tidak

berlebihan, lebih diutamakan jika menggunakan konsep PHT yang lebih ramah

lingkungan dengan menggunakan pestisida berbahan alami (pestisida nabati). Hal

ini sesuai dengan literatur Amilia et al., (2016) yang menyatakan bahwa residu

pestisida di lingkungan merupakan akibat buruk dari penggunaan atau aplikasi

langsung
6

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

1. Resurgensi hama ialah fenomena hama menjadi lebih kuat. Resurgensi

merupakan meledaknya populasi hama utama, dan perubahan status hama

ialah perubahan dari yang sebelumnya tidak terlalu berpengaruh menjadi

sangat kuat.

2. Adanya resistensi, resurjensi, perubahan status hama wereng batang

coklat (WBC) yang diikuti oleh serangan virus dapat mengakibatkan gagal

panen sebesar 100%.

3. Penyebab terjadinya masalah ialah dikarenakan berbagai faktor,

diantaranya adalah pola tanam, varietas padi yang ditanam, perilaku petani

selama masa tanam padi, dan penggunaan pestisida yang tidak tepat

4. Kegagalan panen yang terjadi pada tanaman padi dikarenakan resistensi

nya hama utama padi yaitu hama WBC dan terbunuhnya musuh alami.

5. Adapun penanganan yang harus dilakukan ialah dengan memberikan

pestisida yang sesuai dengan anjuran dan tidak berlebihan dan penggunaan

konsep PHT

3.2. Saran

Sebaiknya dalam menggunakan pestisida kita haruslah memperhatikan

dengan baik sesuai dengan 5 tepat yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu,

tepat dosis, dan tepat cara aplikasinya. Sehingga tidak menimbulkan masalah baru

yang semakin sulit diatasi.


7

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, E. Joy, B. dan Sunardi. 2016. Residu Pestisida pada Tanaman


Hortikultura (Studi Kasus di Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat). Jurnal Agrikultura. Universitas
Padjajaran. Bandung.

Darmadi, D,. dan Alawiyah, T. 2018. Respons Beberapa Varietas Padi (Oryza
sativa L.) terhadap Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stall)
Koloni Karawang. Jurnal Agrikultura. UIN Sunan Gunung Djati. Bandung

Mahyuni, E, L. 2015. Faktor Risiko dalam Penggunaan Pestisida Terhadap


Keluhan Kesehatan pada Petani di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo
2014. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rizkie, L, S Herlinda, dan Suparman. 2015. Serangga Hama dan Arthropoda


Predator yang Terdapat pada Padi Lebak di Desa Pelabuhan Dalam
Kecamatan Pemuluatan Provinsi Sumatera Selatan. Prosiding Seminar
Nasional. Palembang.

Subandi, M., Chaidir, L., dan Nurjanah, U. 2016. Keefektifan Insektisida BPMC
dan Ekstrak Daun Suren terhadap Hama Wereng Batang Coklat
(Nilaparvata lugens Stal.) dan Populasi Musuh Alami pada Padi Varietas
Ciherang. Jurnal Agrikultura. UIN. Bandung.

Sutrisno, 2014. Resistensi Wereng Batang Cokelat Padi, Nilaparvata lugens Stål
terhadap Insektisida di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai