Anda di halaman 1dari 20

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

KARAKTERISTIK BATUAN HASIL GUNUNG API DALAM KALDERA (INTRA


CALDERA) IJEN, DESA KALIANYAR, KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN
BONDOWOSO

Indranova Suhendro1*
Agung Harijoko1
Gabriela Nogo Retnaningtyas Bunga Naen1
1
Departemen Teknik Geologi UGM, Jl. Grafika No.2, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta
*Email : indranovasuhendro10@gmail.com

SARI
Lokasi penelitian mencakup lima (5) gunung api dalam kaldera yaitu Gunung Kawahwurung, Gunung
Pendil, Gunung Anyar, Gunung Genteng, dan Gunung Pendlan. Lokasi penelitian berjarak ±45
kilometer dari Kota Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini meliputi : 1. Mengetahui tipe batuan hasil
erupsi gunung api dalam Kaldera Ijen, 2. Mengetahui komposisi mineral dan geokimia batuan gunung
api dalam Kaldera Ijen, 3. Mengetahui karakteristik granulometri batuan gunung api dalam Kaldera
Ijen, dan 4. Menentukan tipe gunung api dalam Kaldera Ijen. Untuk mencapai tujuan penelitian
dilakukan analisis laboratorium meliputi analisis petrografi, X-Ray Fluorescene (XRF), dan
granulometri. Pengamatan dilakukan pada 48 stasiun titik amat serta dilakukan pengukuran stratigrafi
pada masing-masing gunung api. Sebanyak sebelas (11) sampel dipilih untuk analisis petrografi dan
XRF dan mewakili setiap batuan gunung api pada daerah penelitian. Sementara 12 conto dipilih untuk
analisis granulometri. Berdasarkan hasil analisis petrografi, batuan gunung api dalam
kalderatermasuk ke dalam tuf gelasan (vitric tuff), tuf bebatuan (lithic tuff), skoria basalt, skoria andesit,
lava andesit, hamburan lava andesit (andesite lava spatter), dan bom andesit. Hasil analisis XRF
menunjukkan bahwa nilai geokimia batuan pada daerah penelitian sangat berbeda dengan batuan
kelompok gunung api tebing kaldera dimana SiO2 batuan berkisar mulai dari 49,8 - 60,7 %, dengan
kandungan MgO 3,87 – 2,75 %. Hasil analisis granulometri menunjukkan bahwa nilai standar deviasi
(σΦ) dan median (Md) dikontrol oleh dua faktor yaitu jarak dan energi erupsi. Berdasarkan hasil
analisis tersebut dapat ditentukan bahwa gunung api dalam Kaldera Ijentermasuk ke dalam tipe gunung
api monogenetik dan dapat terbagi menjadi cincin tuf (tuff ring), kerucut tuf (tuff cone), dan kerucut
skoria (scoria cone).

Kata kunci : Stratigrafi, petrografi, x-ray fluorescene, granulometri, gunung api monogenetik.

I. PENDAHULUAN kenampakan seperti cincin dengan diameter


kawah yang sangat lebar dan di dalam kawah
Kaldera Ijen merupakan kaldera yang cukup tersebut muncul kerucut yang lebih
besar dengan diameter ±20 km. Pada bagian muda.Lokasi penelitian dipilih karena
selatan kaldera hadir gunung api baru dengan dengan wilayah yang tidak terlalu luas
ukuran yang besar sementara pada bagian (±4x4km2) sudah dapat dijumpai seluruh
dalam kaldera hadir gunung api baru dengan variasi geomorfologi yang ada (Gambar 1.)
ukuran yang jauh lebih kecil. Gunung api
dalam kaldera memiliki kenampakan Daerah penelitian berada di Desa Kalianyar,
geomorfologi yang cukup bervariasi. Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso
Terdapat gunung api yang memiliki dan sangat dekat dengan perbatasan antara
kenampakan kerucut dengan diameter kawah Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten
yang lebar, kemudian terdapat gunung api Banyuwangi. Jarak daerah penelitian dengan
yang memiliki kenampakan kerucut dengan kota terdekat ±45 km yaitu Kota Banyuwangi
diameter kawah yang lebih kecil, dan juga (Gambar 2).
terdapat gunung api yang memiliki
634
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

II. PENELITI TERDAHULU IV. SAMPEL DAN METODE


Sitorus (1990) telah melakukan penelitian PENELITIAN
mengenai stratigrafi dan geokimia Kaldera Pengumpulan data lapangan dilakukan pada
Ijen. Kaldera Ijen terbentuk pada 200.000 masing-masing stasiun titik amat (STA) yang
hingga 50.000 tahun yang lalu dengan erupsi didirikan. Data berupa koordinat stasiun titik
tipe plinian, total material yang dihasilkan amat, dokumentasi singkapan, pengukuran
mencapai ±80km3 dan umumnya mengarah stratigrafi, dan pengambilan sampel batuan.
ke bagian utara kaldera. Hasil geokimia Sampel batuan kemudian akan dipilih untuk
menunjukan bahwa erupsi pembentukan uji analisis petrografi, x-ray fluorescene
kaldera dihasilkan dari erupsi magma (XRF), dan granulometri. Sebanyak sebelas
andesitik dengan presentase SiO2 mulai dari (11) sampel dipilih untuk uji analisis
57,2- 62,4 %. petrografi dan XRF, dan duabelas (12)
sampel dipilih untuk uji analisis granulometri.
Handley, dkk. (2007) memfokuskan
penelitian pada data geokimia. Berdasarkan V. DATA DAN ANALISIS
data geokimia, Gunung Ijen dapat terbagi
menjadi tiga kelompok gunung api yaitu Total dihasilkan 48 stasiun titik amat pada
kelompok pre-kaldera, kelompok dalam daerah penelitian. Satuan geomorfologi
kaldera, dan kelompok tebing kaldera. terbagi menjadi 4 satuan, yaitu satuan lereng
Batuan pada kelompok pre kaldera memilik gunung api komposit, satuan kerucut sinder,
nilai SiO2 yang cukup bervariasi mulai satuan aliran lava, dan satuan alluvial.
daribasaltik hingga dasitik (±50- Penamaan dari satuan geomorfologi tersebut
64%).Batuan pada kelompok tebing kaldera menggunakan konsep genesa, mengacu
juga memiliki variasi nilaiSiO2 mulai dari kepada Lobeck (1932). Setelah melakukan
basaltik hingga andesitik (±48-60%), pengumpulan data litologi di lapangan
sementara batuan pada kelompok dalam dilakukan komparasi data dengan satuan
kaldera cenderung tidak bervariasi dimana geomorfologi yang ada, kemudian dihasilkan
nilai SiO2 hanya berkisar pada kelompok peta geologi yang terbagi menjadi sembilan
andesit basa (±52-55%).Nilai MgO pada (9) satuan dan satu (1) endapan (Gambar 3).
kelompok tebing kaldera berkisar mulai dari Struktur geologi di daerah penelitian cukup
±2-5,8%, sementara pada kelompok dalam sulit ditemukan. Hal ini disebabkan oleh
kaldera lebih rendah, tidak ada yang kondisi daerah yang masih berumur sangat
mencapai 4%. Hal tersebut mengindikasikan muda (Holosen) menyebabkan kondisi
bahwa gunung api tebing kaldera litologi masih lepas. Pada umumnya struktur-
mendapatkan suplai magma dari dapur struktur yang muncul bukan terbentuk hasil
magma yang jauh lebih dalam daripada dari aktivitas tektonik akan tetapi cenderung
gunung api dalam kaldera. terbentuk dari hasil erupsi gunung api.
Kelurusan paling utama berupa sesar turun
III. KONDISI GEOLOGI REGIONAL yang nampak pada setiap sisi tebing kaldera,
Secara umum, daerah penelitian termasuk sesar turun tersebut terbentuk dari hasil
kedalam zona pegunungan apii kuarter (Van erupsi eksplosif pembentuk Kaldera Ijen,
Bemellen,1949) dan hanya mencakup dua sesar turun Jampit dan kelurusan gunung api
satuan batuan pada peta geologi regional dalam kaldera.
lembar Banyuwangi yaitu satuan batuan
Gunung Raung, Pendil (Qhv(r,p)) dan satuan Rekaman stratigrafi dilakukan pada setiap
batuan Gunung Ijen muda (Qhvi). Kedua tubuh gunung api. Pada hasil pengukuran
satuan batuan tersebut masih berumur sangat stratigrafi terlihat bahwa endapan batuan dari
muda (Holosen), sehingga kondisi batuan Gunung Anyar, Gunung Genteng, dan
masih belum terlitifikasi secara sempurna. Gunung Pendlan memiliki kesamaan
karakteristik batuan yaitu dominasi

635
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
aglomerat berupa skoria, hamburan lava, VI. DISKUSI
serta lava aa. Sementara itu, karakteristik
batuan pada Gunung Kawahwurung dan V.1 GUNUNG KAWAHWURUNG
Gunung Pendil didominasi oleh tuf (Gambar Tipe batuan hasil erupsi Gunung
4). Pada endapan Gunung Pendil dapat Kawahwurung didominasi oleh tuf serta
dijumpai accidental block yang tertanam di dapat dijumpai lapilli. Tuf dan lapili tersebut
dalam endapan aliran piroklastik. Batuan diendapkan secara seruakan, aliran, dan
tersebut diperkirakan berasal dari gunung jatuhan. Endapan base surge merupakan
dengan umur yang lebih tua. endapan paling dominan yang menyusun
IV.1 PETROGRAFI tubuh Gunung Kawahwurung. Pada fasies
proksimal, endapan base surge didominasi
Analisis petrografi dilakukan terhadap oleh struktur silang siur, dune, antidune,
sebelas (11) sampel batuan yang tersebar semakin jauh memasuki fasies distal, struktur
pada setiap bagian tubuh gunung api pada yang mendominasi adalah struktur massive
daerah penelitian. Sampel terpilih kemudian dan plannar. Pada lapisan plannar tersebut
dilakukan preparasi menjadi sayatan tipis terkadang dapat dijumpai kehadiran struktur
agar dapat diamati menggunakan mikroskop. dalam berupa laminasi. Endapan Gunung
Tujuan dari analisis petrografi adalah untuk Kawahwurung juga sangat khas dengan
mengetahui komposisi mineralogi dan tekstur kehadiran lapisan tuf merah yang tersebar
batuan. merata di seluruh bagian tubuh gunung.
IV.2 XRF (X-Ray Fluorescene) Berdasarkan pengamatan petrografi (Gambar
7) batuan dari Gunung Kawahwurung yang
Analisis XRF dilakukan terhadap sebelas
diambil pada STA 12 tergolong kedalam tuf
(11) sampel batuan, sampel yang digunakan
gelasan dimana material gelas mendominasi
sama dengan sampel petrografi. Analisis ini
batuan dengan presentase komposisi
dilaksanakan di BPPTKG, Yogyakarta
mencapai 47,4 %, sementara komposisi litik
dengan menggunakan metode press pellet
30 %, dan kristal 22,6 %. Pada pengamatan
yang ditembak sinar X untuk mengetahui
secara mikroskopis, dapat terlihat bahwa
presentase nilai unsur utama dan unsur jejak
lapisan tuf berwarna merah yang kaya akan
yang digambarkan dalam diagram Harker,
hematit yang disebabkan dari reaksi oksidasi
diagram Total Alkali Silika (TAS), dan
litik skoriayang kaya akan mineral Fe dengan
spiderdiagram (Gambar 16-19).
air (H2O). Diinterpretasikan bahwa setelah
IV.3 GRANULOMETRI terjadi pengendapan, Gunung Kawahwurung
digenangi oleh air.
Dilakukan analisis granulometri terhadap 3
jenis endapan piroklastik yaitu endapan Berdasarkan hasil analisis XRF, batuan
piroklastik jatuhan, aliran, dan Gunung Kawahwurung tergolong kedalam
seruakandengan jumlah sampel sebanyak basalt. Hasil uji geokimia menunjukkan
duabelas (12) buah. Analisis dilakukan bahwa batuan Gunung Kawahwurung
dengan menggunakan mesh mulai dari memiliki presentase kandungan MgO
ukuran -2,5 Md sampai 2,5 Md untuk ukuran tertinggi nomor dua di lokasi penelitian,
butir yang cenderung kasar dan 0,5 sampai dengan presentase 3,79 %, SiO2 yang cukup
4,5 Md untuk ukuran butir yang cenderung rendah yaitu 49,8 %, dan K2O+Na2O yang
halus. Nilai utama yang dicari adalah nilai tidak terlalu tinggi yaitu 4,98 %. Hal tersebut
standar deviasi (σΦ) dan Md (Median) yang mengindikasikan bahwa magma Gunung
ditampilkan dalam bentuk tabel (Tabel 3). Kawahwurung berasal dari magma yang
Kemudian menggunakan diagram σΦ vs cukup mafik dan mengalami diferensiasi
jarak dan Md vs jarak serta dibandingkan yang tidak terlalu intens.
dengan data peneliti terdahulu (Gambar 20
dan 21).
636
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Berdasarkan hasil analisis granulometri, Erupsi freatomagmatik terjadi ketika magma
diketahui bahwa endapan tuf lapili dan lapili mengalami kontak dengan lapisan batuan
tuf pada STA 1 yang merupakan lokasi yang jenuh air. Kontak tersebut akan
terdekat dari pusat erupsi (± 847 meter) menghasilkan uap dengan tekanan tinggi,
memiliki nilai σΦ vs Md yang hampir sama. kemudian terjadi erupsi. Erupsi tersebut akan
Tuf lapili merupakan endapan aliran menghasilkan energi mekanik yang cukup
piroklastik dengan nilai σΦ 2,03 dan Md -1. besar sehingga menghasilkan endapan base
Sementara itu lapili tuf merupakan endapan surge yang sangat dominan (Gambar 22).
jatuhan prioklastikdengan nilai σΦ 2,06 dan
Md -1,2. Keduanya termasuk kedalam V.2 GUNUNG PENDIL
endapan dengan standar deviasi sangat buruk Gunung Pendil termasuk kedalam satuan tuf
(σΦ 2-3). Pada STA 2 litologi berupa tuf yang basalt Gunung Pendil. Sangat susah mencari
merupakan endapan jatuhan singkapan yang ideal pada tubuh Gunung
piroklastikdengan jarak dari pusat erupsi ± Pendil terutama pada bagian selatan yang
974 meter, didapat nilai σΦ 1,80 dan Md 0 merupakan hutan sangat lebat dan tidak ada
yang termasuk kedalam endapan dengan jalur yang dapat dilalu sehingga informasi
standar deviasi buruk (σΦ 1-2). Hasil tersebut mengenai endapan Gunung Pendil menjadi
memberikan kesimpulan bahwa semakin jauh tidak maksimal. Akan tetapi dijumpai satu
jarak dari pusat erupsi, tingkat sortasi singkapan yang cukup ideal untuk
endapan jatuhan piroklastikmenjadi lebih menjumpai sekuen endapan dari Gunung
baik dan ukuran butir menjadi lebih halus. Pendil yaitu pada STA 3 dan STA 33 yang
Pada endapan seruakan piroklastik,jarak juga berada di lereng utara. Pada STA 3 LP 1
berperan dalam tingkatan sortasi dan ukuran terlihat sangat jelas sekuen jatuhan
butir. STA 5 dengan jarak ±1137 meter masih piroklastikdan aliran piroklastikyang cukup
tergolong ke dalam fasies proksimal karena tebal dan pada STA 33 dijumpai sekuen
dominasi struktur silang siur, dan dune, serta seruakan piroklastik, sekuen tersebut berada
massive bedform yang kecil, hal tersebut juga di bawah sekuen yang dijumpai pada STA 3.
didukung oleh data granulometri bahwa
angka sortasi masih tinggi (σΦ 1,68) dan Lokasi STA 3 dan 33 tersebut diperkirakan
ukuran butir cukup kasar (Md 0,7). STA 6 termasuk kedalam fasies distal dari Gunung
dengan jarak ±1256 sudah tergolong ke Pendil yang dicirikan oleh kehadiran struktur
dalam fasies distal karena dominasi struktur massive bedform, plannar, dan
plannar dan massive bedform dan data ketidakhadirian struktur dune, dan silang siur
granulometri menunjukkan bahwa angka pada endapan pyroclastic base surge yang
sortasi sudah lebih baik (σΦ 1,29) dan ukuran menandakan rezim aliran berupa konsentrasi
butir lebih halus (Md 2,5). partikel yang tinggi sehingga menghasilkan
struktur plannar dan masif. Pada beberapa
Gunung Kawahwurung termasuk kedalam bagian lainnya juga didapatkan endapan
tipe gunung api monogenetik jenis cincin tuf jatuuhan piroklastik Gunung Pendil yaitu
(tuff ring) dikarenakan dimensi gunung yang pada STA 35, 45, dan 46. Singkapan yang
cenderung kecil, bentukan geomorfologi didapat sangat tidak ideal, umumnya
berupa kerucut sinder dengan elevasi tidak dijumpai di bawah pohon serta melalui
terlalu tinggi, berbentuk seperti cincin, lereng bukaan tanah dan hanya memiliki dimensi
cenderung landai (±60), diameter kawah yang yang kecil.Meskipun begitu, endapan yang
lebar, dan didominasi oleh tuf hasil dari ada cukup untuk mewakili karakteristik
endapan seruakan, menandakan bahwa batuan dari hasil erupsi Gunung Pendil.
pembentukan Gunung Kawahwurung hanya
berasal dari satu tipe erupsi dengan umur Berdasarkan pengamatan petrografi (Gambar
relatif singkat sehingga dimensi gunung 5-6) batuan dari Gunung Pendil yang diambil
cenderung kecil. Gunung Kawahwurung di STA 3 tergolong kedalam tuf bebatuan,
terbentuk dari hasil erupsi freatomagmatik. dimana material litik mendominasi batuan
637
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
dengan presentase komposisi mencapai 59 %, khususnya Gunung Jampit dimana magma
sementara komposisi gelas 22,8 %, dan primer berasal dari dapur magma yang lebih
kristal 18,2 %. Sementara itu, juga dijumpai dalam dan bersifat lebih primitif. Rendahnya
blok pada STA 3 yang tertanamdi dalam nilai K2O+Na2O mengindikasikan bahwa
sekuen aliran piroklastik. Berdasarkan magma Gunung Pendil berasal dari magma
pengamatan petrografi, bom tersebut yang cukup mafik dan mengalami
tergolong kedalam andesit piroksen.Tekstur diferensiasi yang tidak terlalu intens sehingga
hipokristalin, dan porfiroafanitik.Tekstur ketika keluar ke permukaan cenderung tetap
khas berupa vitrofirik yang mencirikan lava berkomposisi mafik. Tingginya nilai
yang cenderung kental, dapat berupa kubah K2O+Na2O pada andesit menunjukkan
lava. Didikung dengan kandungan piroksen magma Gunung Jampit mengalami proses
yang tinggi, menandakan magma bersifat diferensiasi yang lebih intens, dimulai dari
anhidrous sehingga memiliki viskositas magma yang cukup primitif dengan
tinggi. Blok andesit tersebut berasal dari kandungan mencapai MgO 5,9 %
gunung api yang berumur lebih tua yaitu hasil (Handley,dkk.2007) dan ketika keluar ke
dari runtuhan kubah lava Gunung Jampit. permukaan telah berubah menjadi magma
berkomposi intermediet.
Berdasarkan hasil analisis XRF, batuan
Gunung Pendil tergolong kedalam basaltdan Berdasarkan hasil analisis granulometri,
andesit. Hasil juga menunjukkan tuf diketahui bahwa endapan tuf lapili dan lapili
bebatuanmemiliki presentase kandungan tuf pada STA 3 LP 1 yang merupakan lokasi
MgO sebesar 3,52 % , SiO2 yang cukup terdekat dari pusat erupsi (± 1017 meter)
rendah yaitu 50,6 %, dan K2O+Na2O yang memiliki nilai σΦ vs Md yang hampir sama.
tidak terlalu tinggi yaitu 4,9 %. Sedangkan, Tuf lapili merupakan endapan aliran
hasil uji geokimia menunjukkan andesit piroklastikdengan nilai σΦ 2,02 dan Md -0,9.
memiliki presentase kandungan MgO Sementara itu lapili tuf dan tuf merupakan
tertinggi di lokasi penelitian yaitu 3,87 %, endapan jatuhan piroklastikdengan nilai σΦ
SiO2 tertinggi dengan presentase 60,7 %, dan 1,86, Md -0,9 untuk lapili tuf dan σΦ 1,35,
K2O+Na2O tertinggi ke dua dengan Md 1,8. Tuf lapili termasuk kedalam endapan
presenase 5,919 %. Diperkirakan bahwa tuf dengan sortasi sangat buruk (σΦ 2-3),
bebatuan tidak berasal dari magma yang sementara lapili tuf dan tuf termasuk kedalam
sama dengan andesit, hal tersebut endapan dengan sortasi buruk (σΦ 1-2). Pada
ditunjukkan dari ketidaksesuaian nilai STA 33 litologi berupa tuf yang merupakan
geokimia. Andesit memiliki nilai SiO2 endapan seruakan piroklastikdengan jarak
tertinggi akan tetapi juga memiliki nilai MgO dari pusat erupsi ± 1203 meter, didapat nilai
tertinggi di lokasi penelitian, padahal sesuai σΦ 1,34 dan Md 2,5 yang termasuk kedalam
dengan hukum diferensiasi bahwa kenaikan endapan sortasi buruk (σΦ 1-2).
SiO2 akan diikuti oleh penurunan MgO, hal
Pada STA 46 litologi berupa lapili tuf yang
tersebut menyebabkan hasil plotting bom
merupakan endapan jatuhan piroklastik
andesit tidak berada di garis yang sama
dengan jarak dari pusat erupsi ± 1215 meter,
dengan batuan lainnya. Keberadaan lokasi
didapat nilai σΦ 1,75 dan Md 1,5 yang
Gunung Pendil yang berdekatan dengan
termasuk kedalam endapan dengan sortasi
Gunung Jampit yang merupakan gunung api
buruk (σΦ 1-2). Nilai yang dihasilkan tidak
tebing kalderamemungkinkan bahwa andesit
jauh berbeda dengan tuf lapili STA 3, dimana
berasal dari gunung api yang lebih tua dan
pada STA 46 berjarak 101 meter lebih jauh
terbawa saat erupsi Gunung Pendil dan hadir
dari pusat erupsi dan hasil tersebut
sebagai accidental, didukung dengan hasil
memberikan kesimpulan bahwa semakin jauh
penelitian Handley,dkk.(2007) yang
jarak dari pusat erupsi, tingkat sortasi
menunjukkan bahwa batuan gunung api
endapan jatuhan piroklastikmenjadi lebih
tebing kalderaberada di satu tren evolusi
baik dan ukuran butir menjadi lebih halus.
magma yang sama dengan bom andesit,
638
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Adanya perbedaan ukuran butir endapan Genteng berumur lebih tua daripada Gunung
jatuhan piroklastikpada STA 3 dengan jarak Pendlan.Gunung Genteng seluruhnya
yang sama diinterpretasikan sebagai tersusun oleh endapan jatuhan piroklastik dan
perbedaan kekuatan erupsi, dimana energi aliran lava.
erupsi saat menghasilkan lapilli tuf
Berdasarkan pengamatan petrografi (Gambar
diperkirakan lebih besar daripada energi
8-9), batuan dari Gunung Genteng yang
erupsi saat menghasilkan tuf.
diambil pada STA 38 (skoria), dan STA 48
Gunung Pendil termasuk kedalam tipe (lava), didapat hasil yang cukup unik dimana
gunung api monogenetik jenis kerucut tuf skoriabersifat basaltik dan lava bersifat
(tuff cone) dikarenakan dimensi gunung yang andesitik. Semuanya memiliki tekstur
cenderung kecil, bentukan geomorfologi porfiroafanitik. Tekstur khas trasitik pada
berupa kerucut sinder dengan elevasi cukup lava andesit yang sangat jelas menunjukkan
tinggi, berbentuk kerucut, lereng cenderung tekstur tersebut merupakan akibat dari lava
curam (±260), diameter kawah yang lebar, yang mengalir dan bergerak cukup
dan didominasi oleh tuf hasil endapan jauh.Kandungan mineral piroksen yang tidak
seruakan, jatuhan, dan aliran piroklastik. terlalu banyak menandakan magma yang
Dimensi gunung api yang kecil encer.Tekstur khas pada skoria berupa tekstur
menggambarkan umur dari gunung api yang vesikuler yang mengindikasikan kandungan
tidak panjang. Gunung Pendil terbentuk dari gas yang tinggi. Dijumpai kehadiran mineral
hasil erupsi freatomagmatik, hasil kontak plagioklas yang berubah dari labradorit
antara magma dengan air permukaan yang menuju andesin, dan mineral olivin yang
dangkal. Mirip dengan Gunung hadir pada lava merupakan xenokris dengan
Kawahwurung, pada awalnya Gunung Pendil batas kristal anhedral sehingga diperkirakan
menghasilkan base surge yang dominan, bahwa Gunung Genteng mengalami
ketika tumpukan endapan tersebut sudah diferensiasi magma yang cukup intens.
mencapai elevasi yang lebih tinggi daripada
Berdasarkan hasil analisis XRF, batuan
air permukaan maka kontak antara magma
Gunung Genteng tergolong kedalam trachy-
dengan air semakin sedikit, hal tersebut
basalt untuk skoriadan basaltic trachy-
menyebabkan erupsi cenderung
andesite untuk lava. Hasil uji geokimia
menghasilkan endapan piroklastik jatuhan
menunjukkan batuan Gunung
dan aliran kemudian menyusun tubuh
Gentengmemiliki presentase kandungan
Gunung Pendil sehingga berbentuk kerucut
MgO 3,6 % (skoria) dan 2,7 % (lava). SiO2
(Gambar 23).
sebesar 51,2 % (skoria) dan 54,9 %,(lava).
V.3 GUNUNG GENTENG Serta K2O+Na2O sebesar 5,13 % (skoria)
dan 5,99 % (lava).
Pada peta geologi yang dihasilkan, Gunung Tidak ada hasil analisis granulometri pada
Genteng terbagi menjadi dua satuan geologi Gunung Genteng karena hanya dapat
yaitu satuan lava andesit Gunung Genteng, dijumpai endapan berukuran aglomerat yang
dan satuan aglomerat basalt Gunung Genteng. tidak dapat dihitung secara matematis.
Batuan yang dijumpai didominasi oleh
hamburan lava dan skoria dengan dominasi Gunung Genteng merupakan gunung api
ukuran aglomerat. Sedangkan pada satuan monogenetik jenis kerucut skoria (scoria
lava andesit, batuan yang dijumpai adalah cone) dikarenakan dimensi gunung yang
lava andesit jenis aa. Pada tubuh Gunung cenderung kecil, bentukan geomorfologi
Genteng bagian tenggara dijumpai kehadiran berupa kerucut sinder dengan elevasi tidak
endapan jatuhan tuf-lapili akan tetapi terlalu tinggi, lereng cenderung curam (±300),
diperkirakan endapan jatuhan tersebut tidak diameter kawah yang kecil, dan didominasi
berasal dari Gunung Genteng dan cenderung oleh skoria hasil jatuhan piroklastik. Dimensi
berasal dari Gunung Pendlan karena Gunung
639
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
gunung api yang kecil menggambarkan umur Berdasarkan pengamatan petrografi (Gambar
dari gunung api yang tidak panjang. 10-12), batuan dari Gunung Pendlan yang
diambil pada STA 36 (hamburan lava), STA
Gunung Genteng terbentuk dari tipe erupsi
37 (skoria), dan STA 34 (lava), semuanya
strombolian. Magma yang naik ke
tergolong kedalam andesit. Plagioklas jenis
permukaan tidak mengalami kontak dengan
andesin merupakan mineral yang paling
air sehingga dihasilkan erupsi magmatik dan
dominan, menandakan diferensisi magma
menghasilkan endapan jatuhan yang dominan.
yang cukup intens.Piroksen jenis klino juga
Erupsi bertipe strombolian yang melontarkan
hadir dengan presentase yang tidak terlalu
batuan-batuan fragmental seperti hamburan
banyak, menandakan magma yang
lava dan skoria di sekitar pusat erupsi. Erupsi
encer.Sementara itu, gelas vulkanikhadir
tersebut umumnya terjadi dengan intensitas
pada setiap batuan.Semuanya memiliki
yang tinggi dan episodik, kemudian endapan
tekstur porfiroafanitik. Tekstur khas pada
hasil erupsi mulai semakin terkonsentrasi dan
hamburan lavadan lava andesit berupa tekstur
menumpuk sehingga menghasilkan
trasitikdari suatu lava yang mengalir
morfologi kerucut dengan kelerengan yang
meskipun pada hamburan lava tidak terlalu
curam. Ketika gas semakin sedikit, tipe
jelas. Tekstur vesikuler pada skoria
erupsi menjadi efusif sehingga menghasilkan
mengindikasikan kandungan gas yang tinggi.
aliran lava. Lava kemudian mengalir dengan
jarak yang cukup jauh, karena kandungan gas Berdasarkan hasil analisis XRF, batuan
masih ada meskipun sedikit, maka gas Gunung Anyar tergolong kedalam basaltic
tersebut akan keluar dan menghasilkan trachy-andesite. Hasil uji geokimia
tekstur vesikuler pada bagian atas lava dan menunjukkan batuan Gunung Anyar
masif pada bagian dalam, lava ini merupakan memiliki rentang presentase kandungan MgO
lava tipe aa. Dikarenakan terdapat perbedaan 2,9-3,7 % , SiO2 berkisar mulai dari 52,9 –
kandungan gas yang cukup tinggi dan rendah, 53,7 %, dan K2O+Na2O yang cukup tinggi
magma dengan kandungan gas yang cukup yaitu 5,59 – 5,68 %.
tinggi dapat naik ke permukaan sementara
Berdasarkan hasil analisis granulometri,
magma dengan kandungan gas yang rendah
endapan jatuhan tuf-lapili dari Gunung
mendesak keluar melalui samping, akibatnya
Pendlan memiliki nilai σΦ 1,51 dan Md -0,4
kerucut bagian atas runtuh sehinggaa tidak
yang termasuk kedalam endapan dengan
dijumpai kawah pusat erupsi (Gambar 24).
sortasi buruk (σΦ 1-2). Endapan tersebut
V.4 GUNUNG PENDLAN dijumpai pada jarak ± 408 meter dari kawah.
Jarak tersebut cukup dekat sehingga
Pada peta geologi yang dihasilkan, Gunung
diperkirakan energi erupsi Gunung Pendlan
Pendlan juga terbagi menjadi dua satuan
cukup efusif. Analisis granulometri hanya
geologi yaitu satuan lava andesit Gunung
bisa dilakukan pada tuf lapili karena dapat
Pendlan dan satuan aglomerat andesit
dihitung secara matematis, sementara
Gunung Pendlan. Batuan yang dijumpai
aglomerat tidak dapat dihitung secara
didominasi oleh hamburan lava dan skoria
matematis.
dengan dominasi ukuran aglomerat serta
dapat dijumpai ukuran lapilli hingga tuf pada Gunung Pendlan merupakan gunung api
satuan aglomerat andesit Gunung Pendlan, monogenetik jenis kerucut skoria. Hal
sedangkan pada satuan lava andesit batuan tersebut dibuktikan dengan dimensi gunung
yang dijumpai adalah lava andesit jenis aa. yang cenderung kecil, bentukan
Singkapan yang dijumpai pada Gunung geomorfologi berupa kerucut sinder dengan
Pendlan masih cukup segar dan jelas. Gunung elevasi tidak terlalu tinggi, lereng cenderung
Pendlan seluruhnya tersusun oleh endapan curam (±300), diameter kawah yang kecil,
jatuhan piroklastik dan aliran lava. dan didominasi oleh skoria hasil jatuhan
piroklastik. Dimensi gunung api yang kecil
menggambarkan umur dari gunung api yang
640
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
tidak panjang. Gunung Pendlan terbentuk menunjukkan tekstur trasitik akibat lava yang
dari hasil erupsi tipe strombolian. Magma mengalir dan bergerak cukup jauh. Tekstur
yang naik ke permukaan tidak mengalami khas pada skoriaberupa tekstur vesikuler
kontak dengan air sehingga dihasilkan erupsi yang mengindikasikan kandungan gas yang
magmatik sama seperti Gunung Genteng, tinggi.
akan tetapi diperkirakan masa aktif Gunung
Berdasarkan hasil analisis XRF, batuan
Pendlan sedikit lebih lama dikarenakan
Gunung Anyar tergolong kedalam basaltic
setelah mengalami fase efusif, terjadi
trachy-andesite. Hasil uji geokimia
kembali peningkatan kandungan gas
menunjukkan batuan Gunung Anyar
sehingga kembali menghasilkan jatuhan
memiliki rentang presentase kandungan MgO
piroklastik berupa skoria dan hamburan lava
3,3-3,6 % , SiO2 berkisar mulai dari 52,3 –
sehingga menghasilkan bentuk kerucut yang
54,2 %, dan K2O+Na2O yang cukup tinggi
lebih ideal daripada Gunung Genteng
yaitu 5,57 – 5,61 %.
(Gambar 25).
Berdasarkan hasil analisis granulometri,
V.5 GUNUNG ANYAR
endapan jatuhan tuf-lapili dari Gunung Anyar
Berdasarkan peta geologi yang dihasilkan, memiliki nilai σΦ 1,53 dan Md -0,5 yang
Gunung Anyar terbagi menjadi dua satuan termasuk kedalam endapan dengan sortasi
geologi yaitu satuan lava andesit Gunung buruk (σΦ 1-2). ). Endapan tersebut dijumpai
Anyar dan satuan aglomerat andesit Gunung pada jarak ± 414 meter dari kawah. Jarak
Anyar. Batuan yang dijumpai didominasi tersebut cukup dekat sehingga diperkirakan
oleh hamburan lavadan skoria dengan energi erupsi Gunung Anyar cukup efusif.
dominasi ukuran aglomerat serta dapat Analisis granulometri hanya bisa dilakukan
dijumpai ukuran lapilli hingga tuf pada pada tuf lapili.
satuan aglomerat. Pada satuan lava andesit,
Gunung Anyar merupakan gunung api
batuan yang dijumpai adalah lava andesit
monogenetik jenis kerucut skoria
jenis aa. Singkapan batuan yang dijumpai
dikarenakan dimensi gunung yang cenderung
masih cukup segar dan baik. Gunung Anyar
kecil, bentukan geomorfologi berupa kerucut
seluruhnya tersusun oleh endapan jatuhan
sinder dengan elevasi tidak terlalu tinggi,
piroklastik dan aliran lava sama seperti
lereng cenderung curam (±300), diameter
Gunung Genteng dan Gunung Pendlan.
kawah yang kecil, dan didominasi oleh skoria
Berdasarkan pengamatan petrografi (Gambar hasil jatuhan piroklastik. Dimensi gunung api
13-15), batuan dari Gunung Anyar yang yang kecil menggambarkan umur dari
diambil pada STA 17 (hamburan lava), STA gunung api yang tidak panjang. Gunung
18 (skoria), dan STA 21 (lava), semuanya Anyar terbentuk dari proses sama dengan
tergolong kedalam andesit. Plagioklas jenis Gunung Genten dan Gunung Pendlan, hasil
andesin merupakan mineral yang paling erupsi dengan tipe strombolian yang pada
dominan, menandakan diferensisi magma fase dengan kandungan gas cukup tinggi
yang cukup intens. Piroksen jenis klino juga menghasilkan dominasi jatuhan piroklastik
dapat dengan presentase yang tidak terlalu jatuhan berupa skoria dan hamburan lava,
banyak, menandakan magma yang sementara ketika kandungan gas sudah
encer.Sementara itu, kehadiran hematit dan sedikit akan menghasilkan aliran lava
ketidakhadiran gelas vulkanik hanya tidak (Gambar 26).
dijumpai pada skoria. Semuanya memiliki
tekstur porfiroafanitik. Tekstur khas pada VII. KESIMPULAN
hamburan lava berupa tekstur trasitik akan Gunung Kawahwurung didominasi oleh
tetapi tidak terlalu jelas karena setelah endapan base surge dengan litologi berupa
dilontarkan dari kawah dan jatuh tidak tuf dan lapili.Gunung Pendil didominasi oleh
bergerak cukup jauh, berbeda dengan tekstur endapan jatuhan dan aliran piroklastik
pada lava andesit yang sangat jelas
641
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
dengan litologi berupa tuf dan lapili. Gunung dikontrol oleh dua faktor yaitu jarak dan
Genteng, Pendlan, dan Anyar didominasi energi erupsi. Hasil plotting menunjukkan
oleh endapan jatuhan piroklastik berukuran bahwa nilai granulometri gunung api pada
aglomerat hingga tuf lapilli berupa skoria dan daerah penelitian memiliki kesamaan dengan
hamburan lava, serta dapat dijumpai aliran sandwave basalt dari penelitian Wohletz
lava aa. (1983).
Berdasarkan hasil analisis petrografi, batuan Gunung api pada daerah penelitian
gunung api dalam Kaldera Ijen termasuk merupakan gunung api monogenetik dan
kedalam tuf gelasan, tuf bebatuan, skoria dapat dipspesifikasikan menjadi kerucut
basalt, skoria andesit, lava andesit, hamburan skoria, kerucut tuf, dan cincin tuf.
lava andesit, dan bom andesit. Hasil analisis
XRF menunjukkan bahwa nilai SiO2 batuan VIII. ACKNOWLEDGEMENT
berkisar mulai dari 49,8 - 60,7 %, dengan Terima kasih kepada ibu Lili dan keluarga
kandungan MgO 3,87 – 2,75 %, dan yang telah memberikan tempat menginap
berdasarkan diagram Total Alkali Silika selama berada di Banyuwangi dan
(TAS) terbagi menjadi basalt-trachy basalt- memberikan pinjaman kendaraan. Kami juga
basalt trachy andesite-andesite. Pola unsur ingin memberikan ucapan terima kasih
jejak dari semua gunung tidak berbeda. Unsur kepada bapak Yunus dan keluarga yang
Ni, dan Cr tidak muncul, dan presentase MgO membeirkan tempat menginap selama
<6% yang menandakan bahwa magma tidak melakukan pengambilan data lapangan.
langsung berasal dari peleburan mantel. Kemudian rasa terima kasih juga kami
Magma telah mengalami diferensiasi yang ucapkan kepada seluruh staf BPPTKG Kota
cukup lama sehingga bukan magma primitif. Yogyakarta yang menyediakan laboratorium
Nilai geokimia batuan kelompok gunung api untuk uji analisis XRF. Kemudian seluruh
dalam kaldera berbeda dengan kelompok staf laboratorium mineralogi optik dan
gunung api tebing kaldera. Diperkirakan laboratorium sedimen Departemen Teknik
kelompok gunung api dalam kaldera Geologi Universitas Gadjah Mada yang telah
mendapatkan suplai magma dari dapur banyak membantu selama uji analisis
magma yang lebih dangkal daripada petrografi dan granulometri. Tidak lupa kami
kelompok gunung api tebing kaldera. juga memberikan ucapan terima kasih kepada
Hasil analisis granulometri menunjukkan semua pihak yang selalu memberikan
bahwa nilai sortasi (σΦ) dan median (Md) dukungan dan saran sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan

DAFTAR PUSTAKA
Amijaya, D.H. 2010. Ukuran Butir Sedimen, dalam Surjono, S.S., Amijaya, D.H., Winardi, S. Analisis
Sedimentologi. Pustaka Geo. Yogyakarta. Halaman 13-30
Brenna, M., S.J. Cronin, I.E.M. Smith, R. Maas, dan Y.K. Sohn. 2012. How Small Basaltic Magmatic
Systems Develop : A Case Study From The Jeju Island Volcanic Field, Korea. Journal Of
Petrology. Volume 53. Oxford University. Halaman 985 – 1018.
Bronto, S. 2010. Geologi Gunung Api Purba. Publikasi KhususBadan Geologi. Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral. Bandung.
Handley,H.K., C.G. Macpherson, J.P. Davidson, dan K. Berlo. 2007. Constraining Fluid and Sediment
Contributions to Subdiction-Related Magmatism in Indonesia: Ijen Volcanic Complex. Journal
Of Petrology. Volume 48. Oxford University. Halaman 1155 – 1183.

642
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Lipman, P.W. 2000. Calderas, dalamSigurdsson, H. F., Houghton, B.R., McNutt, S. R, Rymer, H. dan
Stix, J. (ed.), Encyclopedia of Volcanoes. Academic Press. San Diego. Halaman 643 – 662.
Lobeck, A.K. 1932. Geomorphology. An Introduction to the Study of Landscapes. New York and
London. McGraw Hill Book Company, Inc. Halaman 647 – 704.
Lucchi, F., C.A. Tranne, P.L. Rossi. 2010. Stratigraphic Approach to Geological Mapping of The Late
Quarternary Volcanic Island of Lipari (Aeolian Archipelago, Southern Italy). The Geological
Society of America Special Paper 464.
Nemeth, K., C. Risso, F. Nullo, dan G. Kereszturi., 2011. The Role of Collapsing and Cone Rafting On
Eruption Style Changes and Final Cone Morphology : Los Marados Scoria Cone, Mendoza,
Argentina. Central Eropean Journal of Geosciences.
Nemeth, K., dan G. Kereszturi. 2015. Monogenetic Volcanism: personal views and discussion. New
Zealand. International Journal Earth Scientific.
Rollinson, H.R. 1993. Using Geochemical Data : Evaluation, Presentation, Interpretation. Pearson
Education Limited. England.
Sheridan, M.F., dan K.H. Wohletz. 1983 a. Hydrovolcanism: Basic Considerations and Review.Journal
of Volcanology and Geothermal Research. Amsterdam.
Sheridan, M.F., dan K.H. Wohletz. 1983 b. Hydrovolcanism Explosions II. Evolution of Basaltic Tuff
Rings and Tuff Cones. American Journal of Science. Vol 283. Arizona. Halaman 385-413.
Sidarto, T.S., dan D. Sudana. 1993. Peta Geologi Lembar Banyuwangi, Jawa. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi. Bandung.
Sitorus, K. 1997. Stratigrafi dan Geokimia Kaldera Idjen, Jawa Timur, Indonesia. Proceedings PIT XIX
Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung.
Sohn, Y.K. 1996. Hydrovolcanic Processes Forming Basaltic Tuff Rings and Cones On Cheju Island,
Korea.Geological Society Of America Bulletin. Amerika. Vol 108. Halaman 1199-1211.
Surjono, S.S. 2010. Morfologi Butir, dalam Surjono, S.S., Amijaya, D.H., dan Winardi, S. Analisis
Sedimentologi. Pustaka Geo. Yogyakarta. Halaman 31-42
Van Bemellen. R.W. 1949. The Geology of Indonesia Vol. 1 A General Geology of Indonesia and
Adjacent Archipelagoes. Government Printing Office, The Hague. Halaman 546
Vergniolle, S., dan M. Mangan. 2000. Hawaiian and Strombolian Eruptions, dalamSigurdsson, H. F.,
Houghton, B.R., McNutt, S. R, Rymer, H. dan Stix, J. (ed.), Encyclopedia of Volcanoes.
Academic Press. San Diego. Halaman 447 – 458
Walker, G.P.L. 1971. Grain Size Characteristics of Pyroclastic Deposits. The Journal of Geology. Vol
79, No.6. Chicago. Halaman 696-714.
Walker, G.P.L. 1981. Plinian Eruptions and Their Products. Hawaii. Institute of Geophysics, University
of Hawaii, 2525 Carrea Road, Honolulu, MI 96822.
White, J.D.L., dan B. Houghton. 2000. Surtseyan and Phreatomagmatic Eruptions, dalamSigurdsson,
H. F., Houghton, B.R., McNutt, S. R, Rymer, H. dan Stix, J. (ed.), Encyclopedia of Volcanoes.
Academic Press. San Diego. Halaman 495 – 511.
Whitney, D.L., dan Bernard W.E. 2010. Abbreviations for names of rock-forming minerals. American
Mineralogist Vol.95. Halaman 185-187.
Wohletz, K.H., G. Orsi, S. de Vita. 1995. Eruptive Mechanisms Of The Neapolitan Yellow Tuff
Interpreted From Stratigraphic, Chemical, and Granulometric Data. Journal of Volcanology
and Geothermal Energy. Vol 67. New Mexico. Halaman 263-290.
643
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

TABEL
Tabel 1. Presentase nilai unsur utama (major elements) dari seluruh sampel batuan yang sudah
dilakukan normalisasi
LOI
(Loss on
Kode Ignition)
Sampel SiO2 TiO2 Al2O3 MnO MgO CaO Na2O K2O P2O5 Fe2O3
STA 3 LP 1 -
1 60.71 % 0.65 % 15.96 % 0.14 % 3.87 % 6.01 % 3.08 % 2.83 % 0.18 % 6.58 % 1%
STA 3 LP 1 -
2 50.66 % 1.08 % 16.80 % 0.19 % 3.52 % 7.03 % 2.94 % 1.96 % 0.21 % 10.98 % 1.67 %

STA 12 49.88 % 1.05 % 16.60 % 0.19 % 3.79 % 6.84 % 2.99 % 1.98 % 0.23 % 10.64 % 3.06 %

STA 17 54.27 % 0.97 % 16.82 % 0.18 % 3.61 % 7.12 % 3.38 % 2.21 % 0.25 % 9.87 % 0.69 %

STA 18 52.39 % 0.98 % 16.62 % 0.18 % 3.37 % 7.28 % 3.35 % 2.22 % 0.24 % 9.97 % 0.34 %

STA 21 53.47 % 0.98 % 17.01 % 0.18 % 3.37 % 7.42 % 3.44 % 2.17 % 0.25 % 10.02 % 0.22 %

STA 34 53.77 % 0.95 % 16.77 % 0.17 % 2.97 % 7.09 % 3.39 % 2.39 % 0.24 % 9.43 % 0.17 %

STA 36 52.99 % 0.99 % 16.62 % 0.18 % 3.72 % 7.25 % 3.32 % 2.27 % 0.24 % 10.00 % 0.57 %

0.14 %
STA 37 53.35 % 0.97 % 16.67 % 0.17 % 3.33 % 7.26 % 3.34 % 2.29 % 0.24 % 9.74 %

1.1 %
STA 38 51.22 % 0.99 % 16.46 % 0.18 % 3.63 % 7.18 % 3.09 % 2.04 % 0.22 % 9.99 %

STA 48 54.99 % 0.93 % 16.83 % 0.17 % 2.75 % 7.02 % 3.51 % 2.48 % 0.26 % 9.22 % 0.23 %

Tabel 2. Presentase nilai unsur jejak (trace elements) dari seluruh sampel batuan yang sudah dilakukan
normalisasi
Kode Ba Ce Cr Cu Dy Ga Hf Mo Nb Nd Ni Pb
Sampel (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
STA 3 LP 1 -
1 433.71 39.40 49.35 58.80 3.51 23.463 8.83 6.18 9.18 14.28 29.38 11.54
STA 3 LP 1 -
2 571.62 107.31 8.02 83.35 4.77 51.381 18.28 25.07 20.95 19.55 21.92 18.03
STA 12 496.28 67.61 - 81.97 4.62 45.144 14.72 15.94 15.80 16.44 19.94 16.25
STA 17 467.77 59.40 - 70.09 4.43 37.224 12.75 10.58 11.54 15.90 16.70 14.72
STA 18 449.16 53.36 - 78.11 4.42 39.501 12.69 9.21 11.45 15.35 16.55 13.93
STA 21 458.86 57.816 0.26 63.06 4.42 38.511 12.43 9.04 10.72 15.87 16.25 14.01
STA 34 461.14 54.35 - 73.85 4.19 35.838 11.21 8.61 11.30 15.45 15.66 14.00
STA 36 458.17 55.73 - 78.90 4.52 38.907 12.35 9.38 11.21 15.67 17.47 13.93
STA 37 470.74 59.00 - 73.95 4.39 39.105 13.07 11.43 12.66 15.90 16.03 14.62
STA 38 473.31 59.40 - 74.25 4.49 38.31 12.54 10.76 12.36 15.89 16.79 14.40
STA 48 457.08 52.27 - 70.19 4.17 36.23 12.03 8.62 10.71 15.55 15.55 13.86
Kode Pr Sc Sr Th Y Yb Zn Zr
Sampel (ppm) Rb (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) U (ppm) V (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) Co (ppm)
STA 3 LP 1 -
1 3.08 77.13 20.67 394.91 10.87 2.58 142.46 2.14 2.14 65.43 154.34 25.14
STA 3 LP 1 -
2 3.53 67.57 27.21 465.89 31.42 2.44 255.71 2.67 2.67 103.15 154.44 40.63
STA 12 3.26 63.20 27.17 461.73 21.66 2.19 247.69 2.54 2.54 100.98 155.43 41.70
STA 17 3.21 66.01 25.85 447.97 16.95 2.24 226.41 2.66 2.66 92.07 148.99 53.19
STA 18 3.17 67.23 26.51 454.01 15.59 2.28 228.19 2.72 2.72 92.07 147.51 46.35
STA 21 3.22 65.35 26.34 461.83 14.60 2.21 228.49 2.65 2.65 92.56 145.92 42.93
STA 34 3.18 71.72 24.68 438.76 12.92 2.43 217.99 2.54 2.54 88.11 152.65 46.76
STA 36 3.20 68.93 27.17 445.30 14.41 2.34 233.34 2.81 2.81 94.74 149.39 51.113
STA 37 3.21 70.4 25.55 452.82 17.84 2.41 224.82 2.62 2.62 92.07 151.17 54.48
STA 38 3.21 64.12 27.20 466.68 15.93 2.18 232.45 2.68 2.68 94.05 150.67 44.39
STA 48 3.17 71.66 23.71 438.86 15.20 2.41 213.04 2.58 2.58 85.83 152.26 38.49

644
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Tabel 3. Tabel Nilai σΦ vs Md Hasil Analisis Granulometri


STA - Endapan Standar Deviasi (σΦ) Median (Md) Jenis Endapan Jarak dari sumber erupsi

1 – Lapili Tuf 2,06 -1,2 Jatuhan piroklastik ± 847 m

1 – Tuf Lapili 2,03 -1 Aliran piroklastik ± 847 m

2 - Tuf 1,80 0 Aliran piroklastik ± 974 m

3 – Lapili Tuf 1,86 0,9 Jatuhan piroklastik ± 1114 m

3 – Tuf Lapili 2,02 -0,9 Aliran piroklastik ± 1114 m

3 – Tuf 1,35 1,8 Jatuhan piroklastik ± 1114 m

5 - Tuf 1,68 0,7 Seruakan piroklastik ± 1137 m

6 - Tuf 1,29 2,5 Seruakan piroklastik ± 1256 m

17 – Tuf Lapili 1,53 -0,5 Jatuhan piroklastik ± 414 m

33 - Tuf 1,40 2.5 Seruakan piroklastik ± 1203 m

38 – Tuf Lapili 1,51 -0,4 Jatuhan piroklastik ± 408 m

46 – Lapili Tuf 1,75 0,5 Jatuhan piroklastik ± 1215 m

GAMBAR

Gambar 1. Kenampakan menggunakan Gambar 2. Lokasi penelitian berada di


citra DEM daerah penelitian (google Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur
maps)

645
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Peta geologi daerah penelitian

646
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian. Pembuatan kolom stratigrafi mengacu kepada Lucchi,
dkk (2010).

647
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Sayatan tipis tuf bebatuan (lithic tuff) Gambar 6. Sayatan tipis andesit piroksen
Gunung Pendil Gunung Pendil

Gambar 7. Sayatan tipis tuf gelasan Gunung Gambar 8. Sayatan tipis skoria basalt Gunung
Kawahwurung Genteng

Gambar 9. Sayatan tipis lava andesit Gunung Gambar 10. Sayatan tipis lava andesit Gunung
Genteng Pendlan

Gambar 11. Sayatan tipis skoria andesit Gambar 12. Sayatan tipis hamburan lava andesit
Gunung Pendlan (andesite lava spatter) Gunung Pendlan

Gambar 13. Sayatan tipis hamburan lava Gambar 14. Sayatan tipis skoria andesit Gunung
andesit (andesite lava spatter) Gunung Anyar Anyar

Gambar 15. Sayatan tipis lava andesit Gunung


Anyar
648
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 16. Hasil plotting unsur utama menggunakan diagram Harker dibandingkan dengan data
Handley, dkk.(2007)

649
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 17. Hasil plotting unsur jejak menggunakan diagram Harker dibandingkan dengan data
Handley, dkk.(2007)

650
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 18. Hasil plotting diagram total alkali silika (TAS), LeBas (1986)

Gambar 19. Hasil plotting diagram laba-laba (spiderdiagram) dibandingkan dengan data Handley,
dkk.(2007)

651
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 20. Hasil plotting nilai Md vs jarak untuk semua endapan.

Gambar 21. Hasil plotting nilai standar deviasi (σΦ) vs jarak untuk semua endapan.

652
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 22. Ilustrasi pembentukan Gunung Gambar 23. Ilustrasi pembentukan Gunung
Kawahwurung Pendil

Gambar 24. Ilustrasi pembentukan Gunung Gambar 25. Ilustrasi pembentukan Gunung
Genteng Genteng

Gambar 26. Ilustrasi pembentukan Gunung


Anyar

653

Anda mungkin juga menyukai