Bab Vii Pengendalian Kualitas Baru
Bab Vii Pengendalian Kualitas Baru
BAB VII
PENGENDALIAN KUALITAS
VII-1
VII-2
Kualitas tidak bisa dipandang sebagai suatu ukuran yang sempit, yaitu
kualitas produk semata-mata. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pengertian tersebut
diatas, dimana kualitas tidak hanya kualitas produk saja akan tetapi sangat
kompleks karena melibatkan seluruh aspek dalam organisasi serta diluar
organisasi. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara
universal, namun dari beberapa definisi kualitas menurut para ahli di atas terdapat
beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut (M.N Nasution,
2005).
1. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa
mendatang).
hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa
karakteristik kuat dan faktor yang mempengaruhinya.
3. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan berguna
untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan
mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu, kita juga dapat
melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai
akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat pada panah-panah yang
berbentuk tulang ikan. Diagram sebab-akibat ini pertama kali dikembangkan
pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru
Ishikawa yang menggunakan uraian grafis dari unsur-unsur proses untuk
menganalisa sumbersumber potensial dari penyimpangan proses.
Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam:
a. Bahan Baku (Material).
b. Mesin (Machine).
c. Tenaga Kerja (Man).
d. Metode (Method).
e. Lingkungan (Environment).
Adapun kegunaan dari diagram sebab-akibat adalah:
a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.
b. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki
peningkatan kualitas.
c. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
d. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.
e. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk
dengan keluhan konsumen.
f. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan
dilaksanakan.
g. Merencanakan tindakan perbaikan.
Adapun langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai
berikut:
rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar 13590. Data pengamatan jumlah produksi
dan jumlah cacat dapat dilihat pada Tabel 7.2 dibawah ini.
Berdasarkan Tabel 7.2 diatas dapat diketahui jumlah produksi dan jumlah
cacat dengan jumlah pengamatan sebanyak 30 pengamatan. Pada pengamatan ke-
1 diketahui jumlah produksi sebesar 453 unit dengan jumlah cacat sebesar 23 unit.
Pengamatan ke-2 dengan jumlah produksi sebesar 451 unit dengan jumlah cacat
sebesar 55 unit. Tabel-tabel selanjutnya dapat dilihat pada tabel diatas, dalam tabel
pengamatan jumlah produksi dan jumlah cacat terdapat total nilai dari jumlah
produksi per (unit) dimana memiliki nilai sebesar 13590 dan total pada jumlah
cacat per (unit) memiliki nilai sebesar 680.Berdasarkan pengamatan tersebut maka
didapatkan data kecacatan produk yang dapat digunakan dalam menyusun
checksheet. Checksheet merupakan alat bantu untuk memudahkan proses
pengumpulan data. Checksheet data kecacatan produk dapat dilihat pada Tabel 7.3
dibawah ini.
1. Kayu Retak
125
2. Kayu Lapuk
114
3. Kayu patah
132
4. Gompal
164
5. Sekat Miring
145
Σ= 680
tahun 2018. Pemeriksa yaitu Rahmad. Seksi QC yang berarti bagian yang sedang
memeriksa adalah bagian QC atau pengendalian kualitas. Terdapat juga nomor
perusahaan dan nomor pemesanan yaitu 21202988. Bagian isi pada peta tersebut
memberikan informasi berupa terdapat lima permasalahan beserta turus dan
frekuensinya. Permasalahan pertama yaitu kayu retak dengan frekuensi 125, kayu
lapuk dengan frekuensi 114, kayu patah dengan frekuensi 132, kayu gompal
dengan frekuensi 164, dan sekat miring dengan frekuensi 145. Kecacatan
dominan terdapat pada kayu gompal dengan nilai frekuensi sebesar 164 dan total
frekuensi dari kelima permasalahan tersebut adalah sebesar 680 sesuai dengan
perhitungan total produk cacat selama 1 tahun.
oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri
dan seterusnya sampai pada masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh
grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan di sisi paling kanan.
Berikut merupakan tabel 7.5 yaitu rangkuman jumlah cacat yang terjadi pada
proses produksi.
Tabel 7.5 Rangkuman Jumlah Cacat
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat lima jenis cacat,
yaitu kayu gompal, sekat miring , kayu patah, kayu retak dan kayu lapuk.
Dominan Kecacatan produk rak makeup yang terjadi adalah kecacatan berupa
kayu gompal dengan jumlah 164 unit. Berikut merupakan tabel kumulatif
kecacatan, dimana kumulatif kecacatan tahapan yang diperlukan didalam
pembuatan diagram pareto untuk mengetahui kecacatan apa yang memiliki
persentase tinggi, dibawah adalah tabel 7.6 yaitu kumulatif kecacatan.
Tabel 7.6 Kumulatif Kecacatan
31
Tabel 7.6 kumulatif kecacatan menunjukan berupa jumlah cacat, kumulatif
cacat, persentase kecacatan (%), dan persentase kumulatif (%). Contoh
perhitungan berdasarkan Tabel 7.6 Persentase kecacatan rak makeup adalah
sebagai berikut.
Kumulatif Cacat baris ke-2 = Jumlah cacat baris 1+ jumlah cacat baris 2
= 164 + 145
= 309
Persentase Kecacatan baris ke -1 = 164/ 680
= 24,11%
Hasil perhitungan proporsi peta kendali P pada table 7.7 menunjukan hasil
perhitungan proporsi untuk digunakan pada peta kendali P yang diperoleh dari
proses produksi rak makeup. Perhitungan batas kendali yang dilakukan meliputi
n , P , BKA dan BKB sebagai berikut.
Perhitungan rata-rata produksi per hari (n)
n = Total jumlah produksi / Tolat Pengamatan
= 13590/ 30
= 453
Perhitungan Nilai Garis Tengah atau nilai rata-rata proporsi (p)
Garis Tengah CL/(p) = Total jumlah cacat / Tolat jmlah produksi
= 680 / 13590
= 0,0500
Perhitungan Nilai Batas Kendali Atas dan Batas Kendali Bawah
BKA = P + 3 √P(1-P) BKB = P – 3 √P (1 – P)
n n
= 0,0500+ 3√0,0500 (1-0,0500) = 0,0500- 3 √0,0500 (1-0,0500)
453 453
= 0,0807 = 0,0193
Gambar 7.2 Peta Kontrol P menunjukkan bahwa batas kontrol pada peta P
terdiri dari 2 dengan garis tengah (CL) yang memiliki nilai sebesar 0,0500. Batas
pada peta P terdiri dari Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah
(BKB). Berdasarkan gambar di atas menunjukkan hasil batas kontrol atas yang
didapat dari hasil perhitungan sebesar 0,0807 yang memiliki arti bahwa untuk
batas atas tidak boleh melewati ukuran sebesar 0,0807 dan batas kontrol bawah
sebesar 0,0193 yang memiliki arti bahwa untuk batas bawah tidak boleh melewati
ukuran sebesar 0,0193. Pada peta kontrol P menunjukkan beberapa titik sebaran
grafik yang keluar dari batas atas sehingga diperlukan perbaikan terhadap peta
kontrol tersebut. Perbaikan dilakukan dengan cara menghilangkan atau
mengeliminasi titik-titik yang keluar dari batas. Berdasarkan Pengamatan ke-2
menunjukkan bahwa data tersebut berada di luar batas kontrol, dikarenakan data
ke-2 memiliki perbedaan jauh pada nilai proporsi pada data ke 1 sampai ke 30.
Data ke-2 menunjukan data tersebut keluar dari batas kontrol atas atau BKA,
penyebab data keluar dari batas control disebabkan oleh faktor seperti, manusia,
mesin, metode, material dan lingkungan.
Berdasarkan perhitungan batas kendali tersebut, maka selanjutnya
dilakukan perhitungan revisi dengan menghilangkan data yang keluar dari batas
kendali, yaitu data ke-2. Berikut merupakan Tabel 7.8 yang menunjukan tabel
perhitungan proposi peta kendali P revisi.
Tabel 7.8 Perhitungan Proporsi Peta Kendali P Revisi
Berdasarkan tabel 7.8 dapat diketahui bahwa periode yang digunakan dari
30 menjadi 29 setelah menghilangkan atau mengeliminasi period ke-2. Jumlah
cacat yang awalnya 680 menjadi 625 setelah periode ke-2 dihilangkan yang
awalnya mempunyai jumlah kecacatan sebanyak 55 unit. Jumlah produksi yang
awalnya 13590 unit berubah menjadi 13139 setelah period ke-2 dihilangkan. Hasil
perhitungan proporsi peta kendali P revisi pada table 7.8 menunjukan hasil
perhitungan proporsi untuk digunakan pada peta kendali P revisi yang diperoleh
dari proses produksi rak makeup. Perhitungan batas kendali yang dilakukan
meliputi n , P , BKA dan BKB untuk peta kendali p revisi sebagai berikut.
Perhitungan rata-rata produksi per hari (n)
n , P , BKA dan BKB sebagai berikut.
Perhitungan rata-rata produksi per hari (n)
n = Total jumlah produksi / Tolat Pengamatan
= 13139/ 29
= 453,068
Perhitungan Nilai Garis Tengah atau nilai rata-rata proporsi (p)
Garis Tengah CL/(p) = Total jumlah cacat / Tolat jmlah produksi
= 625 / 13139
= 0,0475
Perhitungan Nilai Batas Kendali Atas dan Batas Kendali Bawah
BKA = P + 3 √P(1-P) BKB = P – 3 √P (1 – P)
n n
= 0,0475+ 3√0,0475 (1-0,0475) = 0,0475- 3 √0,0475 (1-0,0475)
453,068 453,068
= 0,04779 = 0,04721
Berdasarkan Gambar 7.4 Diagram Sebab Akibat diketahui bahwa pada PT.
Mitra Moro jenis kecacatan permukaan kayu retak pada produk rak makeup
disebabkan oleh lima faktor yaitu mesin, manisia, metode, lingkungan, dan
material. Permasalahan yang paling dominan dari jenis cacat ialah kecacatan kayu
gompal. Permasalahan dalam mesin dikarenakan kurang efektifnya mesin pada
saat proses produksi. Selanjutnya dalam permasalahan manusia dikarenakan
tenaga kerja kurang mematuhi standar SOP yang ada di pabrik. Permasalahan
dalam material dikarenakan karena kualitas kayu kurang baik. Permasalahan
dalam lingkungan dikarenakan kurangnya pencahayaan. Permasalahan dalam
metode dikarenakan metode pengerjaan yang dipakai tidak berjalan efektif.
5W + 1H
Melakukan training kepada operator agar
What
berkerja sesuai dengan SOP
Agar operator mengoprasikan mesin sesuai
Why
dengan SOP yang ada
Kurang mematuhi Where Area Penghalusan
SOP Sebelum operator melakukan proses
When
penghalusan
Who Operator pada mesin penghalusan
How Melakukan training
5W + 1H
Melakukan pelatihan kepada pekerja agar
What
berkerja sesuai dengan SOP
Agar pekerja melaksanakan pekerjaan sesuai
Why
metode prosedur
Metode pengerjaan Where Disetiap bagian pengerjaan
tidak efektif Sebelum pekerjaan sesuai metode pengerjaan
When
sesuai pada prosedur yang benar
Who Semua bagian pekerja pada perusaahaan
Melakukan pelatiahan pada setiap pekerja agar
How
bekerja dengan maksimal
5W + 1H
What Mengganti pencahayaan di area penghalusan
Agar masalah pencahayaan tidak mengganggu
Why
kerja operator
Kurang Where Area produksi
pencahayaan When sebelum proses produksi
Who Maintanance atau bagian produksi
Membeli dan mengganti lampu untuk
How
pencahayaan di proses produksi
5W + 1H
What Memilih pemasok kayu dengan kualitas baik
Agar perusahaan menggunakan kayu dengan
Why
kualitas baik
Kualitas Where Gudang bahan baku
Kayu kurang baik Sebelum kayu dikirim oleh supplier/ sebelum
When
produksi
Who pemasok kayu
How Mengganti supplier/ pemasok kayu