Anda di halaman 1dari 5

KADAR SEROTONIN JARINGAN OTAK TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR

YANG DIBERI PERLAKUAN AKTIVITAS FISIK ANAEROBIK TAHUN 2015

Latihan fisik anaerobik dapat meningkatkan sintesis dan sekresi serotonin baik dalam
serum maupun yang ada di sistem saraf pusat,Serotonin memiliki peran yang penting dalam
fungsi fisiologis tubuh manusia termasuk makan, termoregulasi, regulasi kardiovaskular,
lokomosi, sakit, reproduksi, siklus tidur-bangun, ingatan, kognisi, agresifitas, respon terhadap
stressor, emosi dan mood.

Penelitian ini dilakukan Untuk menganalisis perbedaan konsentrasi serotonin pada


jaringan otak tikus (Rattus norvegicus) galur wistar sebagai respon terhadap aktifitas fisik
anaerobik dengan frekuensi yang berbeda (1 x Seminggu, 3x seminggudan 7 hari seminggu).

Jenis Penelitian yang digunakan adalah experimental laboratories dengan rancangan


penelitian Post test only control Group Design. Populasi pada penelitian ini menggunakan Tikus
(Rattus norvegicus) jantan galur wistar sebagai hewan coba dengan usia 6-8 minggu dan berat
badan 150-220 gram.

Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara
kadar serotonin jaringan otak kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan latihan fisik
anaerobik. Terjadi penurunan konsentrasi serotonin jaringan otak tikus wistar pada kelompok
latihan fisik anaerobik 1 kali, 3 kali dan 7 kali dibandingkan kelompok kontrol.

Kata kunci: aktivitas anaerobik, serotonin,otak.

PENDAHULUAN

Aktivitas fisik sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan dan kebugaran


tubuh. Selain untuk kebugaran tubuh aktivitas fisik juga bermanfaat untuk kesehatan mental
(Peluso & Laura, 2005). Latihan fisik anaerobik dapat memperbaiki mood sama halnya dengan
latihan fisik aerobik (Cohen & Erick, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Peluso & Laura
(2005) menunjukkan bahwa, terjadi peningkatan mood pada subyek penelitian yang melakukan
anaerobic weight lifting clasess selama 10 minggu. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh
Petruzzello et al., (1997) menunjukkan bahwa, terjadi peningkatan mood pada subyek
penelitian yang melakukan strenuous exercise. Penelitian pada hewan coba menunjukan
bahwa, aktivitas fisik mengakibatkan pengeluaran neurotransmiter yaitu asetilkolin, serotonin
dan noradrenalin (Diamond,2001) Penelitian yang dilakukan oleh Klempin et al., (2013) juga
menemukan bahwa, aktivitas fisik dapat memicu keluarnya serotonin yang merupakan suatu
neurotransmiter saraf. Pengeluaran serotonin berhubungan erat dengan peningkatan mood.

Penelitian ini dilakukan Untuk menganalisis perbedaan konsentrasi serotonin pada


jaringan otak tikus (Rattus norvegicus) galur wistar sebagai respon terhadap aktifitas fisik
anaerobik dengan frekuensi yang berbeda (1 x Seminggu, 3x seminggudan 7 hari seminggu).
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian experimental laboratories. Adapun
rancangan yang digunakan adalah Post test only control Group Design. Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 Februari sampai dengan 21 Februari 2015. Populasi
pada penelitian ini menggunakan Tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar sebagai hewan
coba dengan usia 6-8 minggu dan berat badan 150-220 gram.

Tabel 1 Uji Normalitas Rerata Konsentrasi Serotonin Jaringan Otak Tikus Wistar

Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Kelompok Mean ± SD (ng/ml) p*

Kontrol 0,4850 ± 0,26322 0,523

1 Kali seminggu 0,2172 ± 0,18503 0,038

3 x seminggu 0,2018 ± 0,21298 0,002

7 hari berturut-turut 0,1588 ± 0,16548 0,011

Jumlah 28

p* Uji normalitas dengan shapiro wilk ( p > 0.05)

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa, hasil uji normalitas pada kelompok


kontrol p > 0,05 (0,523), artinya data konsentrasi serotonin jaringan otak tikus wistar
pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Akan tetapi pada kelompok perlakuan
diketahui nilai p < 0,05 artinya data konsentrasi serotonin jaringan otak tikus wistar pada
kelompok perlakuan berdistribusi tidak normal.
Perbadingan Konsentrasi Serotonin Jaringan Otak Tikus Wistar Pada Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Yang Diberi Perlakukan Latihan Fisik Anaerobik

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan konsentrasi serotonin jaringan otak tikus
wistar pada kelompok kontrol dengan kelompok yang diberi perlakukan latihan fisik anaerobik
dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney Test. Hasil uji Mann-Whitney Test ditampilkan
pada tabel berikut:

Tabel 2 Perbandingan Konsentrasi Serotonin Jaringan Otak Tikus Wistar Pada Kelompok
Kontrol dengan Kelompok 1 Kali Perlakuan

Kelompok Mean ± SD (ng/ml) p*

Kontrol 0,4850 ± 0,26322

1 Kali seminggu 0,2172 ± 0,18503 0,048

p* Uji Mann-Whitney Test ( p < 0,05)

Dari tabel 2 didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) rerata
konsentrasi serotonin yang dilakukan perlakuaan sebanyak 1 kali dibandingkan dengan
kelompok kontrol.

Tabel 3 Perbandingan Konsentrasi Serotonin Jaringan Otak Tikus Wistar Pada Kelompok Kontrol
dengan Kelompok 3 Kali Seminggu

Kelompok Mean ± SD (ng/ml) p*

Kontrol 0,4850 ± 0,26322

3 Kali seminggu 0,2018 ± 0,21298 0,025

p* Uji Mann-Whitney Test ( p < 0,05)

Dari tabel 3 didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) rerata

konsentrasi serotonin yang dilakukan perlakuaan sebanyak 3 kali seminggu dibandingkan dengan

kelompok kontrol.
Tabel 4 Perbandingan Konsentrasi Serotonin Jaringan Otak Tikus Wistar Pada Kelompok Kontrol

dengan Kelompok 7 Hari Berturut-turut

Kelompok Mean ± SD (ng/ml) p*

Kontrol 0,4850 ± 0,26322

7 Kali seminggu 0,1588 ± 0,16548 0,009

p* Uji Mann-Whitney Test ( p < 0,05)

Dari tabel 4 didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) rerata
konsentrasi serotonin yang dilakukan perlakuaan sebanyak 7 hari berturut-turut dibandingkan
dengan kelompok kontrol.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05)
antara kadar serotonin jaringan otak kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan latihan
fisik anaerobik. Terjadi penurunan konsentrasi serotonin jaringan otak tikus wistar pada
kelompok latihan fisik anaerobik 1 kali, 3 kali dan 7 kali dibandingkan kelompok kontrol.
Menurut peneliti, penurunan konsentrasi serotonin pada seluruh kelompok latihan fisik
anaerobik dikarenakan tubuh merespon latihan fisik ini sebagai suatu stressor. Tubuh
belum mampu beradaptasi terhadap beban latihan fisik anaerobik yang diberikan.
Menurut Willmore et al (1999), perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi dalam tubuh
apabila aktivitas fisik atau olah raga dilakukan secara terus menerus atau kontinue.
Adaptasi fisiologis biasanya dapat terbentuk setelah 8-12 minggu latihan (Astrand, 2006).
Selain itu menurut peneliti latihan fisik anaerobik yang diberikan dalam penelitian ini
menimbulkan kelelahan fisik. Kelelahan fisik berpengaruh terhadap kekuatan otot dan
otak. Kelelahan otot berdampak pada depresi bahkan dapat menimbulkan penyakit
(Lehmann et al, 1993). Beberapa penelitian menunjukan bahwa ketidakseimbangan
neurotransmitter dapat disebabkan oleh berat dan lamanya latihan fisik (Conlay et al,
1992). Perubahan kadar serotonin berhubungan dengan kelelahan pada aktivitas fisik
atau overtraining syndrome (Rohlfs et al, 2005).

KESIMPULAN
1. Konsentrasi Serotonin jaringan otak tikus (Rattus norvegicus) yang diberi perlakukan
aktivitas fisik anaerobik dengan frekuensi 1 kali adalah 0,2172 ± 0,18503 ng/mL.
Terdapat perbedaan yang bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p< 0,05).
2. Konsentrasi Serotonin jaringan otak tikus (Rattus norvegicus) yang diberi perlakukan
aktivitas fisik anaerobik dengan frekuensi 3 kali seminggu adalah 0,2018 ± 0,21298
ng/mL. Terdapat perbedaan yang bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<
0,05).
3. Konsentrasi Serotonin jaringan otak tikus (Rattus norvegicus) yang diberi perlakukan
aktivitas fisik anaerobik dengan frekuensi 7 kali seminggu adalah 0,1588 ± 0,16548
ng/mL. Terdapat perbedaan yang bermakna dibandingkan kelompok kontrol
(p< 0,05).
4. Terdapat perbedaan yang bermakna (p< 0,05) konsentrasi serotonin jaringan otak
tikus (Rattus norvegicus) yang diberi perlakuan aktifitas fisik anaerobik dengan
frekuensi 1x,3x dan 7x seminggu dengan kelompok kontrol.

Anda mungkin juga menyukai