Anda di halaman 1dari 5

Humidifikasi adalah proses perpindahan air dari fase cair (A) ke dalam campuran gas

yang terdiri dari udara (B) dan uap air (A). Dehumidifikasi adalah proses perpindahan uap air
dari campuran uap air (A) dan udara (B) ke dalam air pada fase cair (A) dengan syarat B tidak
melarut pada A.

gambar

Humidifikasi merupakan suatu proses pelembaban. Humidifikasi terjadi melalui proses


kontak antara udara dan air, yang pada prinsipnya merupakan suatu proses absorpsi dan
stripping. Proses kontak udara-air terjadi dengan berpindahnya air dari fase liquid
menuju fase uap-udara. Mekanisme humidifikasi yaitu mulanya terjadi kontak antara liquid
dan uap air-udara, lalu terjadi perpindahan massa antara liquid dan uap air –udara dimana uap
air-udara tidak larut pada liquid tersebut. Humidifikasi adalah dasar dari proses drying.

Proses humidifikasi, merupakan suatu proses yang dapat menambah kadar air dalam
gas. Dalam prosesnya ada dua cara yaitu dengan pemanasan dan tanpa pemanasan. Arah
aliran kedua proses tersebut berbeda tergantung bagaimana kita dapat mengatur buka tutupnya
valve. pada proses ini, gas dikontakan dengan air yang berada di dalam labu secara counter
current dimana air mengalir dari atas dan gas/udara menngalir ke atas dari bawah, dengan
laju alir sirkulasi air tertentu. Data yang diambil dari percobaan ini seperti, suhu air di dalam
labu, suhu gas masuk, suhu gas keluar, dan beda tekanan di dalam labu.

Proses dehumudifikasi adalah suatu proses yang bertujuan menurunkan kadar uap air
dalam udara dengan dua cara, yaitu dengan mengontakkan udara basah dengan adsorbent
ataumengontakkan dengan permukaan dingin sehingga udara turun suhunya dan ada sebagian
uap air dalam udara mengembun, pada penyimpanan bahan logam, udara kering
biasanyadigunakan untuk menjaga lingkungan agar tidak bersifat korosif, sedangkan
padapenyimpanan bahan organic udara kering menekan pertumbuhan mikroba sehingga bahan
lebih awet.
Suhu Bola Kering ( T )
Biasanya disebut sebagai suhu udara dalam mekanisme kerjanya tidak terpengaruh oleh kelembaban udara.
Suhu bola kering dapat diukur dengan menggunakan termometer normal yang terkena udara bebas, tetapi
terlindung dari radiasi dan kelembaban.

Suhu Bola Basah ( Tw )


Suhu bola basah adalah temperatur adiabatik yang jenuh. merupakan suhu yang
ditunjukkan oleh thermometer bola basah yang terkena aliran udara. Diukur
menggunakan thermometer yang terbungkus kain kasa basah. Suhu bola basah selalu lebih
rendah dibanding suhu bola kering, namun akan identik dengan kelembaban relatif 100 %
dimana suhu udara berada pada titik jenuh.
Kelembaban yaitu massa uap yang dibawa oleh satu satuan massa gas bebas uap, karena
itu humidity hanya bergantung pada tekanan bagian uap di dalam campuran bila tekanan
total tetap. Kelembaban Ҥ (specific humidity) merupakan massa uap air (dalam lb atau kg)
per unit massa udara kering (dalam lb atau kg) (beberapa menggunakan mole uap air per
mole udara kering sebagai penjelasan dari kelembaban).

Kelembaban jenuh yaitu udara dalam uap air yang berkesetimbangan dengan air pada
suhu dan tekanan tertentu. Kelembaban relatif yaitu ratio antara tekanan bagian dan tekanan
uap zat cair pada suhu gas.

 Kalor lembab yaitu energi kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu satuan
massa beserta uap yang dikandungnya sebesar satu derajat satuan suhu.
Cs = 0,24 + 0,45 H Btu/oF.lbm udara kering
Cs = 1 + 1,88 H Kkal/oC.kg udara kering
 Entalpi lembab adalah entalpi satu satuan massa gas ditambah uap yang terkandung di
dalamnya.
 Volume lembab adalah volume total stu satuan massa bebas uap beserta uap yang
dikandungnya pada tekanan 1 atm.

 Titik embun campuran udara-uap air adalah temperatur pada saat gas telah jenuh Oleh
uap air.
Absorbsi merupakan suatu proses dimana suatu partikel terperangkap ke dalam
suatu media dan seolah-olah menjadi bagian dari keseluruhan media tersebut. Absorbsi
terdiri dari dua jenisyaitu: Absorbsi fisika (physical absorbtion) Absorbsi kimia
(chemosorbtion).
Absorbsi fisika dicirikan dengan tarik menarik antara absorbat dan absorben
sangat lemah dengan energi kurang dari 40 Kj/mol dan antar keduanya tidak
membentuk senyawa kimia. Absorbsi fisika umumnya reversible dan irreversible. Sifat
ini ditemukan dalam batas antar muka kimia dengan medium gas, dimana ikatan yang
terjadi diakibatkan dari gaya Van Der Walls dan gaya London.
Absorbsi kimia (chemosorbtion) ditandai dengan pertukaran elektron/electron
exchange antara absorbat dengan absorben. Interaksi yang terjadi sangat kuat sehingga
terbentuk senyawa kimia dengan energi ikatnya sekitar 300 Kj, akibat dari berbagai
sebab/perlakuan, ikatan dalam absorbsi fisik dan kimia dapat lepas, proses ini disebut
desorbsi mol.
Absorben adalah padatan berpori dengan berbagai ukuran. Contoh absorben yang
sudah banyak digunakan diantanya: bentonit, zeolit, tanah 8 diatomea dan arang aktif.
Suatu absorben dapat memisahkan molekul berdasarkan ukurannya. Proses absorbsi
molekul dipengaruhi oleh beberapa hal (Doffner 1991) :
 Ukuran molekul: ukuran pori suatu absorben menentukan ukuran molekul yang
melewatinya.
 Efek pertukaran ion: pasangan rangka kation membentuk ukuran efektif tertentu
dengan menyatukan kation melalui proses pertukaran kation.
 Efek suhu: baik molekul absorbat maupun kisi host menjadi tidak rigid, dan
dapat terpolarisasi, keduanya bergetar secara kontinu sehingga ikatan yang
menjaga keduanya melentur oleh pengaruh suhu.

Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terserap pada suatu
media polar ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air. Proses ini
dimungkinkan melalui fenomena tarik menarik antara permukaan media bermuatan
dengan molekul-molekul bersifat polar (Sanford 1987).
Apabila suatu molekul bermuatan menyentuh suatu permukaan yang memiliki
muatan berlawanan, maka molekul tersebut akan terikat secara kimiawi pada
permukaan tersebut. Pada kondisi tertentu molekul-molekul ini dapat ditukar posisinya
dengan molekul lain yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk diikat, dengan
demikian maka proses pertukaran dapat terjadi.
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.Absorben sering juga
disebut sebagai cairan pencuci. Syarat menjadi absorben adalah memiliki daya
melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan
lebih sedikit, volume alat lebih kecil), selektif, memiliki tekanan uap yang rendah ,
tidak korosif, mempunyai viskositas yang rendah, stabil secara termis, murah. Jenis-
jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas yang
dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang
dapat bereaksi seperti basa).

Kolom AbsorpsiAdalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses


pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung
tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh
komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari
komponen tersebut.

Prinsip Absorbsi
Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2)
dialirkan ke dalam kolom pada bagian bawah. Pada saat udara dan air
bertemu dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan
menganggap udara tidak larut dalam air (sangat sedikit larut),maka
hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase air (terserap).
Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya CO2. Semakin ke atas ,aliran
udara semakin miskin CO2. Faktor-faktor yang berpengaruh pada
operasi absorpsi adalah sebagai berikut :
Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik.
Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu
beraksi dengan CO2 (misalnya NaOH) maka penyerapan lebih
baik.
Suhu operasi.Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
Tekanan operasi.Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan
semakin baik sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum
(untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa), penyerapan lebih
buruk.

Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.

Putri Prima (2013) “STUDY PENGARUH VARIABEL LAJU ALIR NAoH dalam
PROSES ABSORBSI GAS CO2 “ Jurusan Teknik Kimia. Universitas
Diponegoro : Semarang

Setiadi (2008) “STUDI ABSORPSI CO2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG


BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN)” Jurusan Teknik Kimia.
Universitas Indonesia : Depok

https://www.scribd.com/document/350689880/123doc-vn-Pra-Rancangan-Pabrik-Margarin-Dari-
Minyak-Jagung-Dan-Rbdp-Stearin-Dengan-Kapasitas-7-000-Ton-Tahun

Anda mungkin juga menyukai