Anda di halaman 1dari 11

REVIEW ARTIKEL 5

Judul : Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah:


Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)
Penulis : Zaenal Abidin dan Endri
Identitas Jurnal

 Nama Jurnal : Jurnal Akuntansi & Keuangan Indonesia


 Volume dan halaman : Vol.11, No.1, Hal. 21 - 29
 Tahun : 2009

Reviewer

 Nama dan NIM : 12160095 Riahni Purba


12160106 Andrew Julius Siregar
 Tanggal : Rabu, 11 September 2019
1. Rumusan Masalah
Apakah kinerja efisiensi BPD baik secara kesuluruhan maupun individual serta besarnya
input-output dan masukan dalam rangka meningkatkan kinerja efisiensi BPD
kedepannya?
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji, menganalisis kinerja efisiensi BPD baik secara
kesuluruhan maupun individual dan menentukan besarnya input-output yang yang harus
ditingkatkan BPD dalam meningkatkan kinerja efisiensi maksimal 100%, sera memberikan
masukan dalam rangka meningkatkan kinerja efisiensi BPD ke depan.
3. Teori yang Relevan
Konsep efisiensi pertama kali diperkenankan oleh Farrel (1957) yang merupakan tindak
lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu (1951) dan Koopmans (1951). Konsep
pengukuran efisiensi Farrel dapat memperhitungkan input majemuk (lebih dari 1 input).
Farrel menyatakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu
efisiensi teknis (technical efficiency) dan efisiensi alokatif (allocative efficiency). Efisiensi
teknis menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencapai output semaksimal mungkin
dari sejumlah input. Sedangkan efisiensi alokatif menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menggunakan input dengan proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input
tertentu. Kedua komponen ini kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan ukuran
efisiensi total atau efisiensi ekonomis (economic efficiency)
4. Hipotesis
H1: Diduga selama periode 2006-2006, seluruh bank BPD mencapai kinerja efisiensi teknis
optimal 100 persen (DEA = 1)
H2 : Diduga bank beraset besar lebih efisien dari pada bank beraset kecil
H3 : Dengan mengacu (benchmarking) pada bank dengan kinerja efisiensi teknis optimal,
bank dengan kinerja efisiensi dibawah 100 %dap at meningkatkan total penyaluran kredit
dan pendapatan untuk mencapai kinerja efisiensi teknis 100 %
5. Definisi Variabel dan pengukuran variabel
Efisiensi Ekonomis (EEi) perusahaan i adalah merupakan produk atau hasil kali antara
Efisiensi Teknis (TEi) dengan Efisiensi Alokatif (AEi), secara matematis:

Ukuran efisiensi teknis sebuah perusahaan dalam kelompok sekawan (TEi) secara umum
diukur dengan rasio:

6. Sampel
Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder selama periode 2006-2007 yang
bersumber dari publikasi Bank Indonesia yaitu Neraca dan Laporan Laba Rugi. Data diolah
dengan menggunakan software DEAPxp 2.1 untuk mendapatkan skor efisiensi masing-
masing bank BPD yang diobservasi untuk setiap tahunnya mulai dari tahun 2006 sampai
tahun 2007.

7. Uji hipotesis
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut:

Berdasarkan kelompok aset, BPD beraset besar memiliki tingkat efisiensi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok BPD yang lain dan diatas total keseluruhan BPD.
Pada tahun 2006, tingkat efisiensi DEA BPD beraset besar mencapai nilai 93% dan
mengalami peningkatan 96% pada tahun 2007. Kelompok BPD beraset menengah pada
tahun 2006, tingkat efisiensinya lebih baik dari kelompok BPD beraset kecil yaitu 78%,
tapi kinerja efisiensi kedua kelompok BPD tersebut dibawah kinerja efisiensi BPD
keseluruhan. Pada tahun 2007, kinerja efisiensi kelompok BPD beraset kecil lebih tinggi
dari kelompok bank beraset menengah, tapi nilai DEA kedua kelompok BPD tersebut
mengalami peningkatan dan masih dibawah nilai DEA total keseluruhan BPD.
8. Hasil dan pembahasan
Berdasarkan kelompok aset, BPD beraset besar memiliki tingkat efisiensi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok BPD yang lain dan diatas total keseluruhan BPD.
Pada tahun 2006, tingkat efisiensi DEA BPD beraset besar mencapai nilai 93% dan
mengalami peningkatan 96% pada tahun 2007. Kelompok BPD beraset menengah pada
tahun 2006, tingkat efisiensinya lebih baik dari kelompok BPD beraset kecil yaitu 78%,
tapi kinerja efisiensi kedua kelompok BPD tersebut dibawah kinerja efisiensi BPD
keseluruhan. Pada tahun 2007, kinerja efisiensi kelompok BPD beraset kecil lebih tinggi
dari kelompok bank beraset menengah, tapi nilai DEA kedua kelompok BPD tersebut
mengalami peningkatan dan masih dibawah nilai DEA total keseluruhan BPD.

Secara individual, pada tahun 2006, hasil pengukuran DEA menunjukkan bahwa dari 26
BPD terdapat hanya 3 BPD (BPD Bengkulu. BPD Jabar, dan BPD Sulawesi tengah) yang
memenuhi syarat mencapai nilai sesuai target yaitu tingkat efisiensinya mencapai angka 1
atau 100%. Sementara 21 BPD nilai efisiensinya dibawah 100%, 2 BPD yaitu BPD
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara tidak bisa dihitung nilai efisiensinya karena
ketidaktersediaan data. Pada tahun 2007, jumlah BPD yang nilai efisiensinya mencapai
nilai maksimal 100% meningkat menjadi 7 BPD, yaitu: BPD Aceh, Sumut, Bengkulu,
Jakarta, Jabar, Sulawesi Tengah dan Papua. Sementara 18 BPD nilai efisiensinya dibawah
100%. Terdapat 4 BPD yang mengalami peningkatan kinerja efisiensi mencapai maksimal
100% dibandingkan tahun 2006 yaitu; BPD Aceh, Sumut, Jakarta, dan Papua, sementara
BPD Bengkulu, Jabar dan Sulawesi Tengah dapat mempertahankan nilai efisiensinya
100%.
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 26 BPD seluruh Indonesia selama periode
2006-2007 dari hasil perhitungan kinerja efisiensi teknis menunjukkan bahwa BPD
mengalami peningkatan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya, tapi nilai efisiensinya
masih dibawah angka yang maksimal yaitu 100%. Artinya, bank BPD dalam kegiatan
operasionalnya belum efisien dalam memanfaatkan semua kemampuan potensial yang
dimilikinya untuk dapat menghasilkan output yang maksimal. Berdasarkan kelompok aset,
bank BPD beraset besar memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi dari pada bank BPD
breast menengah dan kecil. Bagi BPD yang tidak mampu mencapai nilai efisiensi 100%,
untuk mencapai nilai maksimal maka bank tersebut harus meningkatkan total penyaluran
kredit dan total pendapatan.
10. Pengembangan Penelitian
Selanjutnya penelitian ini sebaiknya :
 Spesifikasi input-output dalam penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi,
penelitian ini bisa juga dikembangkan dengan pendekatan aset atau pendekatan produksi
 penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan memasukkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja efisiensi bank, misalnya; ukuran bank (market size), tingkat
profitabilitas, dan pangsa pasar (market share).
REVIEW ARTIKEL 6

Judul : Cost effectiveness of amoxicillin for lower respiratory


tract infections in primary care: an economic evaluation
accounting for the cost of antimicrobial resistance
Penulis : Raymond Oppong, Richard D Smith, Paul Sedikit, Theo
Verheij, Christopher C Butler, Herman Goossens, Samuel
Coenen, Michael Moore dan Joanna Coast
Identitas jurnal

 Nama jurnal : British Journal of General Practice


 Halaman : Hal. e633-e639
 Tahun : 2016
Reviewer

 Nama dan NIM : 1. Riahni Purba 12160095


2. Andrew Julius Siregar 12160106
 Tanggal : 11 September 2019
1. Rumusan masalah (research problem or question )
Apakah antibiotik (terutama amoxicillin) adalah biaya yang efektif pada pasien dengan
LRTIs ?
Apakah eksplorasi dari implikasi memperhitungkan biaya akun yang terkait dengan
resistensi?
2. Tujuan penelitian
Menentukan apakah antibiotik (terutama amoxicillin) adalah biaya yang efektif pada pasien
dengan LRTIs, dan untuk mengeksplorasi implikasi dari memperhitungkan biaya akun yang
terkait dengan resistensi.
3. Teori yang relevan
 Mulyadi (2015:7) menyatakan bahwa: Akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk
atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan
akuntansi biaya adalah biaya.
 Mulyadi (2015: 8) mendefinisikan biaya adalah sebagai berikut:
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang
telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu. Ada 4 unsur dalam
definisi biaya tersebut, yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
2. Diukur dalam satuan uang,
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu”.
4. Hipotesis
H1 = Apakah moksisilin dikaitkan dengan ICER per QALY diperoleh ketika biaya resistensi
5. Definisi dan pengukuran variabel

 Dependen
ICER adalah adalah statistik yang digunakan dalam analisis efektivitas biaya untuk
merangkum efektivitas biaya dari intervensi perawatan kesehatan.
Pengukuran variabel :

 Dependen
QALY adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu intervensi kesehatan yang
terkait erat dengan besaran kualitas hidup.
Pengukuran variabel :
Dihitung dengan laju kurang dari 1 per tahun. Mati dikaitkan dengan 0
6. Sampel
Multinasional uji coba secara acak buta ganda pada 2060 pasien dengan batuk akut / LRTIs
direkrut di 12 negara Eropa.
7. Uji hipotesis
𝐶𝑂𝑆𝑇𝑤𝑖𝑡ℎ 𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝐶𝑂𝑆𝑇𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑐𝑎𝑟𝑒: 𝑛𝑜 𝑡𝑒𝑠𝑡
𝐼𝐶𝐸𝑅 =
𝑂𝑈𝑇𝐶𝑂𝑀𝐸𝑤𝑖𝑡ℎ 𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑂𝑈𝑇𝐶𝑂𝑀𝐸𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑐𝑎𝑟𝑒: 𝑛𝑜 𝑡𝑒𝑠𝑡
8. Hasil dan pembahasan
 Karakteristik dasar
Data diperoleh dari 2060 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Dari jumlah
tersebut, 1.037 (50,3%) secara acak menerima amoksisilin, dan 1023 (49,7%)
dengan plasebo. Rata-rata usia adalah serupa pada kelompok intervensi dan kontrol.
Sebanyak 595 (28,8%) pasien berusia ≥ 60 tahun.
 Hasil kesehatan

Analisis data dilakukan atas dasar niat untuk mengobati dan mengambil pendekatan
tambahan. EQ-5D 3L skor dan biaya diperhitungkan menggunakan metodologi
imputasi berganda. Perbedaan rata-rata dalam biaya dan QALY antara kelompok uji
coba diperkirakan. Untuk menghindari QALY yang bias, ketidakseimbangan dalam
utilitas dasar antara kelompok dikontrol. Mengingat sifat multinasional dari
penelitian ini, pemodelan hierarkis (dengan variabel penjelas bertingkat ke tingkat
pasien dan negara) digunakan untuk memperkirakan biaya per QALY yang
diperoleh, serta manfaat moneter moneter tambahan (INB) tambahan. Untuk
menentukan kemungkinan antibiotik menjadi efektif biaya, kurva akseptabilitas
efektivitas biaya (CEAC) dibangun menggunakan pendekatan Hoch dan rekannya.
18 Institut Nasional untuk Kesehatan dan Perawatan Excellence (NICE)
merekomendasikan ambang batas antara £ 20.000 dan £ 30 000 (antara € 24 655 dan
€ 36 982) per QALY digunakan untuk menilai efektivitas biaya intervensi.
 Efektivitas biaya

Perbedaan biaya antara amoksisilin dan kelompok plasebo adalah € 3,04 (£ 2,42)
sebelum akuntansi untuk biaya resistensi. Perbedaan QALYs antara kedua kelompok
adalah 0,00037. Amoksisilin dikaitkan dengan ICER dari € 8216 (£ 6540) per QALY
diperoleh ketika biaya resistensi dikecualikan. ICER itu di bawah ambang BAGUS-
direkomendasikan, dan INB amoksisilin di £ 20 000 ( € 24 655) per QALY yang
diperoleh adalah positif.
9. Kesimpulan
Evaluasi ekonomi dari strategi pemberian antibiotik yang tidak termasuk biaya resistensi
dapat memberikan hasil yang menyesatkan dan dapat dipertanyakan penggunaannya bagi
para pembuat kebijakan. Namun, pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk memperkirakan
biaya resistensi yang kuat.
10. Pengembangan Penelitian
Tidak ada studi lain telah melakukan ini dalam pengaturan multinasional, atau pada pasien
berusia ≥ 60 tahun. Mengingat tidak ada ambang batas di seluruh Eropa, penelitian harus
bergantung pada ambang efektifitas biaya Inggris. Untuk mengatasi hal ini, penelitian
selanjutnya diberikan sampel atau batasan yang lebih luas agar dapat mengeksplorasi secara
luas.

Anda mungkin juga menyukai