Anda di halaman 1dari 15

POLITIK ISLAM HINDIA-BELANDA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Kuliah Sejarah Islam Indonesia 2

Prof. Dr. Ahwan Mukarrom, MA

Disusun oleh :

Afifatul Faizah (A92218083)

Indah Nur Fadilah (A92218103)

Mufidah Maulidiah Zein (A72218063)

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut asma Allah SWT yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang. Puji
syukur kehadiratNya, berkat segala ridhoNya dan segala pertolonganNya, akhirnya makalah
tugas studi hadis yang berjudul “POLITIK ISLAM HINDIA-BELANDA” ini dapat
terselesaikan.

Tak lupa pula, ucapan terimakasih tak terhingga saya haturkan kepada Prof.Dr. H.
Ahwan Mukarrom.MA atas ilmu yang beliau ajarkan. Dengan Harapan kami semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan Pengalaman bagi para pembaca maupun penulis.

Karena terbatasnya ilmu pengetahuan yang saya miliki, saya yakin masih banyak
kesalahan dan kekurangan pada makalah saya ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yag membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.2 Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Munculnya Politik Islam Hindia-Belanda. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3

2.2 Pelaksanaan Politik Hindia Belanda Terhadap Umat Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5

2.3 Peran Snouck Horgronje. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak masuknya Islam ke Indonesia, Islam telah menjadi panutan lebih dari separuh Bangsa
Indonesia, Islam telah membumi dan mendarah bagi Bangsa Indonesia, sehingga setiap isu
yang muncul dalam sosial Indonesia tidak lepas dari berbagai istilah dalam Islam. meski tidak
terlepas dari hal yang positif maupun negatif, ini menunjukkan bahwa Islam telah bersifat
kosmopolitan, mengakar dan membumi secara radikal, ditanah Indonesia ini.
Islam memberikan pengaruh yang menimbulkan munculnya kelompok baru yang disebut
ulama dan santri, yang kemudian oleh penguasa asing ingin dijauhkan dari pengaruh politik.
Ini dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, Islam menjadi satu hal yang diterima pada
lapisan bawah sosial (Grass root), sebagai kelompok sosial yang murni, masyarakat ini
menerima Islam sepenuh hati dan menuruti ajarannya dengan yakin dan tulus terhadap agama.
Mereka melihat Islam sebagai pembebas, dimana Hindu dan ajaran lainnya tidak lagi memberi
semangat dalam kehidupan, mereka menjadi manusia, tetapi memiliki strata terendah dalam
sosial (kasta-kasta). Dengan Islam menimbulkan semangat perubahan, yang mengembalikan
diri manusia menjadi dirinya sendiri dengan bebas, dan hak-hak yang sama dengan lainnya
(renaissance) Kedua, Ajaran Islam mempengaruhi tata kehidupan, seperti perekonomian,
dengan perdagangan, orientasi ini ternyata pada masa Kolonialis Belanda mendapat tantangan,
hambatan, bahkan ancaman bagi umat Islam untuk melakukan aktivitas perdagangan, yang
sebelum Kolonialis Belanda masuk ke Indonesia telah menjadi salah satu kegiatan penting
Umat Islam di Indonesia. Adanya agresi perdagangan dan agama yang dilancarkan oleh
Imperialis Barat menimbulkan tantangan bagi umat Islam, dalam hal ini para ulama bekerja
keras umtuk membina santri-santrinya agar memiliki sikap combative spirit ( semangat siap
tempur), pesantren yang sebelumnya hanya sebagai lembaga pendidikan, fungsinya bertambah
sebagai tempat kegiatan membina pasukan suka rela. Dalam hal ini dapat kita lihat peran dan
fungsi pesantren sebagai pusat perlawanan terhadap kolonialis dan Inperialis Barat (a centre of
anty DucthCentiment).
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Latar Belakang Munculnya Politik Hindia-Belanda ?
b. Bagaimana Pelaksanaa Politik Hindia-Belanda?
c. Apa saja Peran Snouck Hurgronje dalam Kebijakan Politik Hindia-Belanda?
1.3 Tujuan Masalah
a. Mengetahui bagaimana Latar Belakang Munculnya Politik Hindia-Belanda
b. Mengetahui bagaimana Pelaksanaa Politik Hindia-Belanda
c. Memahami apa saja Peran Snouck Hurgronje dalam Kebijakan Politik Hindia-
Belanda
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Munculnya Politik Islam Hinda-Belanda

Munculnya masalah kebijaksanaan politik pemerintah Hindia Belanda tentang Islam tentu
tidak lepas dari situasi dan kondisini pada masa itu, dari pihak pemerintah Hindia Belanda
sendiri dengan segala upaya berusaha untuk memperkuat dan mempertahankan kekuasaannya
tersebut. Sedang dari pihak umat Islam juga ingin melepaskan diri dari cengkraman kekuasaan
tersebut. Padahal sejatinya dalam mempertahankan kekuasaanya setiap pemerintah kolonial
harus berusaha memahami hal ihwal penduduk pribumi yang dikuasainya, sehingga dalam
membuat kebijaksanaan mengenai pribumi mereka juga bisa menjamin kelestarian kekuasaan
tersebut. Situasi medan di Hindia Belanda saat itu menunjukkan hampir semua penduduk
pribumi memeluk agama Islam . Hal inilah yang menjadi perhatian khusus oleh pihak Belanda
untuk menghadapinya, karena agama ini akan selalu menyadarkan pemeluknya bahwa mereka
berada di bawah cengkraman pemerintah “kafir” dan bahwa cintah tanah air adalah termasuk
sebagian dari imannya. 1

Berikut pengalamanya di timur tengah dan aceh Snouck Hurgronje sarjana sastra Semit
yang mempunyai andil sangat besar dalam menyelesaikan perang aceh ini kemudian berhasil
menemukan suatu pola dasar bagi kebijaksanaan menghadapi Islam di Indonesia. Pola ini
secara resmi tetap merupakan pedoman bagi pemerintah Hindia Belanda, meskipun dalam
tahun-tahun terakhir tidak seluruhnya di terapkan pola ini yang menjadi pedoman kerja bagi
Adviseur Voor Islandsche Zaken berikutnya, untuk melakukan tugasnya sebagai penasehat
gubenur jendral tentang segala sesuatu yang mengenai pribumi. Kantoor voor islandsche zaken
tetap berdiri sampai penyerbuan Jepang tahun 1942. Meskipun eksisitensinya cukup ramai di
bicarakan oleh masyarakat Belanda sendiri.

Pada tahun tahun terakhir tugas kantor ini cukup berat satu pihak menganggapnya sebagai
terlalu memberi hati kepada penduduk pribumi betapapun Seorang adviseur harus mampu
melaksanakan tugasnya sebagai penasehat gubenur jendral. Agaknya dengan bekerja diam-
diam mereka berhasil mendapatkan kedudukan kantor ini”tetap dekat”dengan hati pribumi
sementara itu pada saat terakahir kelincahan kantor inicukup berat tersaingi oleh sesame

1
Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta, PT Pusaka LP3ES, 1985), hlm. 1
instansi pemerintah. Justru setelah berdirinya Polietike Inlichtingen Dienst (PID). Suatu
lembaga yang bertindak sebagaimata-mata bagi kepentingan pemerintah kolonial Belanda.

Cara apa dan bagaimana menjinakan pribumi dan menghadapi Islam. Itulah masalahnya,
untuk Itu diangkatlah pegawai negeri, yang diantaranya lain bertugas membantu bupati dalam
mengawasi umat Islam. Sedangkan gubenur jendral secara rahasia di instruksikan oleh raja
Belanda untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka memelihara tugas
pengawasan yang dilakuakan oleh para bupati terhadap ulama pribumi tersebut. Berdasarkan
analisa Snouck Hurgronje, maka dipisahkan masalah agama dan politik. Terhadap masalah
agama pemerintah Belanda disarankannya bersikap netral, sedangkan terhadap masalah politik
diperingatkanya; harus dijaga benar datangnya pengaruh dari luar semacam Pan Islam.Tetapi
masalah meningkatkan ibadah haji termasuk kawasan netral terhadap agama.”hal ini telah
menyainkan para ulama tentang niat baik pemerintah Belanda dan akan menyadarkanya pula
bahwa mereka tidak pernah takut pada pemerintah Kolonial. Selama tidak mencampuri urusan
Politik.

Snouck Hurgronje mendambakan kesatuan antara Indonesia dan Belanda dalam satu ikatan
yakni ikatan Belanda Raya. Dalam menerapkan ini Belanda dengan usahanya menuntun
bangsa Indonesia agar bisa berasosiasi dengan kebudayaan Belanda, dan setiap kecenderungan
pribumi untuk berasosiasi harus selalu disambut dan dibantu. Dengan berbagai cara Belanda
ingin mengambil hati para umat Islam pada saat itu sampai mereka juga bekerja sama dengan
para kepala adat dan menggunakan lembaga adat untuk membendung pengaruh Islam di
kepulauan Nusantara.

B. Pelaksanaan Politik Hindia Belanda terhadap Umat Islam

Pada akhir abad ke -19 dan awal abad ke-20 dikenal sebagai puncak abad imperealisme,
yang mana pada abad-adab ini masa keemasan bagi bangsa-bangsa yang ingin membentuk
kekaisaran.2 Di Indonesia sendiri Belanda sudah memulai ekspansinya yang pada waktu itu
Belanda sudah menghadapi kenyataan bahwa di kepulauan Nusantara ini banyak penduduk
pribumi yang bergama Islam. Timbulnya berbagai perlawanan umat Islam dari mulai perang
paderi (1821-1827), perang Diponegoro (1825-1830), dan juga perang Aceh (1873-1903) dan
masih banyak lagi perang pada masa itu. Namun kurangnya pengetahuan Belanda mengenai
umat Islam menjadi titik kelemahannya yakni mereka menganggap bahwasannya Islam adalah

2
Ibid Hal. 9
keyakinan kuat, dan juga memiliki hubungan dengan khalifah turki, di sisi lain Belanda juga
sangat khawatir mengenai nantinya timbul pemberontakan orang-orang Islam fanatik. Juga
kurangnya pengetahuan mereka mengenai kondisi sosial umat Islam pada waktu itu. Dari
perlawanan Islam tersebut maka timbulah kebijakan-kebijakan pemerintah Belanda untuk
menekan perlawanan umat Islam Indonesia

Kedatangan Snouck Hurgronje pada tahun 1889, baru lah pemerintah barulah pemerintah
Hindia Belanda mempunyai kebijakasanaan yang jelas mengenai masalah Islam, di mana ia
melawan ketakutan Belanda selama ini terhadap Islam. Namun seperti yang sudah dijelaskan
diatas karena kurangnya pengetahuan yang tepat mengenai Islam, mula mula Belanda tidak
berani mencampuri agama ini secara langsung. Tetapi Kebijaksanaan untuk tidak mencampuri
agama ini nampak tidak konsisten karena tidak adanya garis yang jelas. Pembahasan tentang
politik Islam berikut ini akan Di titiberatkan pada masalah kebijaksanaan pemerintah kolonial
yang bersikap netral terhadap agama, kebijaksanaan tentang asosiasi kebudayaan,dan sikap
keras terhadap tarekat serta Pan Islam.3

1. Netral Terhadap Agama

Hubungan antara pemerintah kolonial dengan agama tidak dapat terpisahkan dari
hubungan antar sesama umat beragama (antara Kristen dan Islam). Hal ini terlihat jelas pada
hubungan Islam-Kristen yang melatarbelakangi hubungan Belanda-Indonesia, dan pada
hubungan para penguasa Belanda dengan pribumi. Hal ini mengakibatkan pemerintah
kolonial tidak bisa memperlakukan agama pribumi sama dengan agamanya sendiri. Dan
membedakan perlakuan terhadap pribumi Islam dan Kristen.

Islam dan Kristen

Para pedagang Arab dan India menyebarkan Islam di kepulauan Nusantara dengan damai.
Sedangkan agama Kristen mulai diperkenalkan Portugis dengan kekerasan yang
berlandaskan jiwa pemberontakan dan permusuhan tradisional terhadap Islam, yakni
memburu orang-orang Moor. Orang Portugis menganggap semua orang Islam adalah orang
Moor dan musuh yang harus diperangi. Orang Spanyol dan Portugis menjelang abad 16

3
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1941, (Jakarta:LP3ES,1980), hlm. 33-34.
menyebar ke pelosok dunia untuk memerangi Islam dan menggantikannya dengan agama
Kristen.

VOC tidak memiliki politik Islam, hanya bertujuan mencari keuntungan. Pada tahun 1602
diwajibkan menyebarkan agama Kristen, cara yang ditempuh VOC meniru Portugis dan
Spanyol, yaitu dengan cara paksa. Pada 1661 VOC melarang umat Islam melaksanakan haji.
Snouck Hurgrunje menyatkan pada awal abad 19 orang Islam di kawasan Indonesia hanya
nampaknya saja memeluk Islam., dan hanya di permukaan kehidupan mereka ditutupi
agama ini; ibarat berselimutkan kain yang penuh lubang besar-besar sehingga Nampak
keaslian di dalamnya. Pada akhir abad ini pula di negeri Belanda masih ditulis orang bahwa
mayoritas penduduk Jawa adalah abangan yang hidupnya tidak persis sesuai dengan
tuntutan formal agama. Seberapapun sinkretis dan abangannya orang Jawa, mereka tetap
muslim. Bahkan agama Islam merupakan kekuatan dinamik bagi para petani Jawa.

Pemerintah Hindia-Belanda yang tidak begitu aktif memperhatikan kepentingan zending


sering mendapat tekanan kuat dari Partai Kristen di Parlemen. Mereka diharapkan
menyadari tanggung jawab lebih luas terhadap tanah jajahan. Partai-partai Belanda bisa
dikelompokkan pada partai agama dan non agama. Kedua kelompok partai politik ini saling
bersaing. Pada akhir abad ke 19 partai non agama menang dalam parlemen, namun
selanjutnya kelompok agama menang seterusnya sampai selesainya Perang Dunia Kedua.
Dengan kemenangan ini wajah politik di negeri Belanda berubah. Partai liberal kehilangan
kekuasaannya, sedangkan golongan agama semakin kuat dan membawa merintahan ke
konsep Kristen. Terbentuknya cabinet Abraham Kuyper pada tahun 1901 memperkuat
prinsip Kristen dalam politik Kolonial Belanda. Dukungan terhadap kristenisasi Hindia-
Belanda dipertegas, sejalan dengan politik hutang hutang budi yang dicanangkan.

Masalah kristenisasi Hindia-Belanda erat kaitannya dengan masalah menghadapi Islam di


kepulauan Nusantara. Di perlaman Belanda, agama Islam sering mendapat perlawanan
sengitdari anggota-anggota Kristen partai agama. Yang paling tajam adalah serangan yang
dilancarkan oleh Bogardt, seorang Katolik, yang menyatakan bahwa andaikata kemakmuran
Jawa tidak bisa diperbaiki, maka kesalahan berada di pihak Islam., karena menjadi sumber
adanya kecenderungan bersenang-senang tanpa moral, sehingga anak-anak hidup seperti
anak sapi di padang rumput. Pada tahun 1909 Idenburg diangkat menjadi Gubernur Jenderal
di Hindia Belanda sampai dengan 1916. Betapapun moderatnya, ia pernah menyatakan
bahwa Belanda akan tetap menguasai Indonesia sampai agama Kristen. Ia menerapkan
peraturan untuk menghormati hari minggu. Sehingga menimbulkan kritik tajam di kalangan
umat Islam, bahwa pemerintah kolonial melancarkan kersteningpolitiek.Yaitu kebijakan
yang menunjang kristenisasi. Di Negeri Belanda ketika pemilihan umum tahun 1913 sering
terdengar tuduhan kersteningpolitiek oleh Gubernur Jenderal Idenburg. Kristenisasi dinilai
terlalu kuat ditunjang oleh pemerintah, sehinggaberarti Idenburg mengabaikan
kebijaksanaan netral terhadap agama yang seharusnya diikutinya. Memang sejak tahun 1909
berbagai organisasi Kristen sangat cepat meningkatkan kegiatannya di Indonesia.

2. Asosiasi Kebudayaan
Maksud dari prinsip politik Islam Snouck Hurgronje di bidang kemasyarakatan yaitu
mengusahakan agar pribumi dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan Belanda. Politik
asosiasi ini bertujuan untuk memprerat hubungan antara negeri jajahan deengan jajahannya
melalui budaya, dengan keuntungan Indonesia dapat memanfaatkan kebudayaan Belanda
tanpa mengabaikan kebudayaan sendiri. Usaha ini dilakukan untuk memperkukuh eksistensi
penjajah itu sendiri. Snock Hurgronje berkali-kali menyatakan bahwa fondasi kerajaan
Belanda di perkokoh oleh asosiasi orang Indonesia dengan kebudayaan Belanda. Politik
asosiasi ini dilakukan oleh Snouck Hurgronje masih memberi tempat bagi kebudayaan
pribumi, sehingga Belanda masih memperhitungkan faktor budaya pribumi. Beliau juga
mencetuskan bahwa Belanda berfunsi sebagai wali, dan fungsi wali inilah yang mewajibkan
Belanda untuk mendidik Indonesia. Pada tahun 1890 ia memprakarsai pendiidkan anak-
anak bangsawan, dia bersikeras mendidik kader pribumi untuk disiapkan menjadi pemimpin
bangsa yang bisa berasosiasi dengan Belanda.

Menurut pemerintah kolonial kehadiran Islam merupakan faktor penghalang, Islam sering
dinilai sebagai negara dalam negara, yang harus dihadapi. Snouck Hurgronje
memperhitungkan bahwa Islam di Indonesia akan mengalami kekalahan melalui asosiasi
pemeluk agama ke dalam kebudayaan Belanda. Dipastikan bahwa asosiasi kebudayaan
disanggah oleh pendidikan Barat akan keluar sebagai pemenang. Pandangan pihak kolonial
terhadap hukum dan masyarakat Indonesia tidak menunjukkan penghargaan terhadap agama
Islam.

Untuk masalah perkembangan pendidikan di Hindia-Belanda pada abad ke-20 dibagi


menjadi tiga fase, yang pertama dianggap sangat penting bagi pribumi, yang kedua timbul
suatu reaksi agar pendidikan pribumi tidak melepaskan mereka dari kebudayaan aslinya,
lalu fase yang terakhir menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. dianggap
sangat penting bagi pribumi.

3. Kebijakan Dan Pendidikan Islam

Dengan mengabulkan keinginan penduduk Indonesia memperoleh pendidikan,


menurut Snouck Hurgronje akan menjamin kekalnya loyalitas mereka terhadap
pemerintah kolonial, dan akan berdampak menghilangkan cita-cita Pan Islam 45 dari
segala kekuatannya. Secara tidak langsung juga akan bermanfaat bagi penyebaran agama
Kristen,sebab penduduk pribumi yang telah berasosiasi akan lebih mudah menerima
panggilan missi.

4. Ordonansi Guru
Ordonansi guru adalah salah satu nasehat Snouck Hurgronje terhadap Pemerintah
Hindia Belanda untuk mengatur sistem pendidikan agama Islam Di Indonesia
Ordonansiguru yang pertama kali dikeluarkan pada 1905 Mewajibkan setiap guru agama
Islam untuk meminta dan memperoleh izin terlebihdahulu, sebelum melaksanakan tugasnya
sebagai guru agama

5. Tarekat dan Pan Islam

a) GerakanTarekat

Sejak lama dikalangan masyarakat Belanda di Indonesia telah Terdapat rasa ketakutan
terhadap tarekat,karena mereka yakin bahwa Gerakan tarekat akan bisa digunakan oleh
pemimpin-pemimpin fanatik Sebagai basis kekuatan untuk memberontak. Kekhawatiran
macam ini Nampak jelas pada peristiwa Cianjur Suka bumi tahun 1885,Peristiwa Cilegon
Banten 1888 dan peristiwa Garut 1919.

b) Gerakan Pan Islam

Pemerintah kolonial Belanda selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang dapat
membahayakan kekuasaannya. Kalaulah gerakan tarekat merupakan bahaya dari
dalam,maka gerakan Pan Islam merupakan bahaya dari luar.Dalam hal ini para haji
menduduki Posisi sangat penting sebagai faktor pembawa pengaruh Pan Islam dari
luar,sehingga mereka pun sering dicurigai dan di awasi oleh Pemerintah kolonial.
C. Peran Snouck Hurgronje
Dari beberapa karya tulisan snouck hugronje pemikiran Snouck Hurgronje telah
Merefleksikan pandangan akademisnya yang “cemerlang”. Tak hanya itu saja karya-karya
Snouck pun telah menjadi inspirasi bagi pemerintah Belanda dalam Membangun
kekuasaannya di Indonesia.

Realitas ini dapat ditelusuri dari beberapa karya Snouck yang menjadi rujukan Politik
pemerintah Hindia Belanda dalam menekan gerakan politik Islam yang dalam Pandangan
Snouck “terlanjur” berwajah garang dan menakutkan. Diantara karya Snouck yang terpeting
dan menjadi semacam “kitab suci” kolonial Belanda dalam “menjinakkan”kekuatan politik
Islam di negeri ini adalah, “Ambtelijke Adviesenvan C. Snouck Hurgronje”,1889-1936.
Karya ini merupakan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada Pemerintah kolonial
Belanda yang merupakan hasil penelitiannya Di Hindia Belanda dalam menjawab berbagai
persoalan mengenai fenomena Islam Yang kerap kali dipandang oleh Snouck dalam dua
aspek yakni Islam dalam konteks ibadah yang harus “dilestarikan”dan Islam dalam konteks
politik yang harus “dimandulkan”.

Sebagai kolonialis, pemerintahan Belanda memerlukan inlandsch politiek, yakni


kebijaksanaan mengenai pribumi untuk memahami dan menguasai pribumi. Menurut
Snouck agaknya dengan menampilkan politik Islamnya dan ia berhasil menemukan seni
memahami dan menguasai penduduk yang sebagian besar muslim itu. Dialah arsitek
keberhasilan politik Islam yang paling legendaris, yang telah melengkapi pengetahuan
Belanda tentang Islam, terutama di bidang sosial dan politik, disamping berhasil meneliti
mentalis ketimuran dan Islam.

Menurut Snouck Indonesia sendiri harus melangkah ke arah dunia modern sehingga
secara perlahan Indonesia menjadi bagian dari dunia modern itu, Snouck mendambakan
memang mendambakan kesatuan Indonesia dan Belanda dalam suatu ikatan Pax-
Neerlandica. 4 Menurutnya pendidikan barat adalah alat yang paling pasti untuk megurangi
dan akhirnya mengalahkan pengaruh Islam di Indonesia. Dari analisa Snouck potensi
pribumi dan teorinya tentang pemisahan unsur agama dari unsur politik, tidak sejalan
dengan perkembangan situasi, terutama dua puluh tahun terakhir kekuasaan Belanda di
Indonesia

4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, RajaWali Pres, 2013) hlm. 254
Snouck juga membedakan Islam dalam arti “ibadah” dengan Islam sebagai “kekuasaan
sosial politik”. Dalam hal ini dia membagi masalah Islam atas tiga kategori, yakni : 1.
Bidang agama murni atau ibadah; 2. Bidang sosial kemasyarakatan; 3. Bidang politik,
dimana masing-masing bidang menunutu altermatif pemecahan yang berbeda. Inilah yang
dijadikan kebijakan pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia.
Dalam ceramahnya di depan civitas akademika NIBA (Nederlandsch Indische Bestuurs
Academie) Deflt pada tahun 1911, Snouck memberikan beberapa penjelasan mengenai
politik Islamnya, yaitu : 1. Terhadap dogma dan perintah hukum yang murni agama,
hendaknya pemerintah bersikap netral. 2. Masalah perkawinan dan pembagian waris dalam
Islam, menuntut penghormatan. 3. Tiada satupun bentuk Pan Islam boleh diterima oleh
kekuasaan Eropa.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kehadiran Belanda mendapat perlawanan dari umat Islam Indonesia terutama


dari kaum Ulama dan Santri, terhitung hampir empat abad Belanda mendapat
perlawanan dari Umat Islam Indonesia dan pada abad ke 19 Belanda mendapatkan
empat kali perlawanan yaitu Perang Cirebon, Perang Diponegoro, Perang Paderi dan
Perang Aceh.
Perlawanan tersebut menuntut Belanda untuk mengeluarkan kebijakan atas
nasehat dari Snouck Hurgronje yang merupakan seorang profesor Belanda yang
didatangkan untuk mempelajari tentang Islam Indonesi. Kebijakan-kebijakan tersebut
meliputi, asosiasi keagamaan, asosiasi kebudayaan dan asosiasi pendidikan.
Atas saran dari Snouck Hurgronje pula Belanda menetapkan Politik Islam
Belanda yang mendepolitisasi umat Islam Indonesia. Ulama dan santri dijadikan
tunapolitik dan didesak kehidupannya di desa dengan menerapkan sistem tanam paksa
karena kebanyakan dari ulama dan santri merupakan seorang petani, Belanda juga
berhasil menghancurkan mental masyarkat Pribumi.

Salah satu peran Snouck Hurgronje yakni meyakinkan pada Belanda Islam adalah
keyakinan yang tidak boleh dianggap remeh, baik bagi agama maupun sebagai kekuatan
politik di Indonesia. Ia menentang harapan bahwa kaum muslimin akan beralih ke dunia
Kristen secara besar-besaran. Ia mampu melihat pengaruh kebudayaan santri dan ulama
yang semakin meluas, dan meramalkan bahwa Islam akan semakin berkembang luas di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin,2007, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Rajawali Press.

Noer Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia Jakarta:LP3ES

Suminto, H. Aqib,1996, Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta: LP3ES.

Suryanegara, Ahmad Mansur,1996 Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di

Indonesia, Bandung:Mizan.

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, 2013 ,Jakarta : Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai