Anda di halaman 1dari 6

Eksploitasi anak merupakan suatu perlakuan yang sangat buruk terhadap anak oleh orang

tua. Dan bahkan dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan terhadap pertumbuhan anak

kedepannya. Adapun dampak yang ditimbulkan dari eksploitasi anak adalah antara lain :

1. Dampak pendidikan

Dampak pendidikan adalah salah satu dampak yang sangat berpengaruh bagi

anak. Dampak ini terlihat jelas seperti terganggunya waktu belajar atau bahkan sampai

putus sekolah . Anak tidak diberi kesempatan untuk belajar dengan jam kerja yang sangat

panjang, belum lagi harus beristirahat karena kelelahan sehabis bekerja.

Dampak eksploitasi anak terhadap pendidikan seperti yang dialami oleh anak

tentu sangat mengkhawatirkan, anak bahkan kehilangan selera belajarnya karena sudah

merasa menikmati pekerjaannya dan secara tidak sadar anak telah diburamkan dan

memburamkan masa depannya sendiri dan melupakan tanggung jawabnya generasi

penerus bangsa. Dalam UU Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 ayat 9 ”Setiap anak

berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya

dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”.

Perlakuan orang tua terhadap anak secara tidak langsung telah merampas hak

pendidikan karena tidak memberi kesempatan untuk belajar mengerjakan tugas-tugas

sekolah dan bahkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di lembaga formal seperti

sekolah.

2. Dampak Fisik

Orang tua anak seringkali mengabaikan kesehatan anaknya yang terpenting bagi

mereka hanyalah uang yang diperoleh. Perlakuan kasar dari orang tua dan orang-orang

disekitanya seperti dipukul, di tampar, dicubit, dan ditendang adalah dampak fisik yang
seringkali diterima anak. Perlakuan seperti ini kerap diterima anak ketika anak tidak

menuruti kemamuan orang tuanya.

Perlakuan tersebut meninggalkan secara langsung dapat menimbulkan luka yang

serius ditubuh mereka seperti lebam, benjol hingga berdarah. Namun, hal tersebut sudah

terbiasa dialami oleh anak sehingga rasa sakit akibat kontak fisik tersebut sudah tidak

dirasakan apalagi mereka tidak mampu melawan.

Anak-anak kadang dipekerjakan sekitar 6-12 jam perhari. Panjangnnya jam kerja

membuat anak rentan terkena penyakit. Selain itu, anak kurang mendapat asupan gizi

yang dapat menunjang kesehatan kesehatan yang baik. mereka terkadang hanya makan 2

kali dalam sehari itupun jika pendapatan mereka lebih dari target tapi jika pendapatan

mereka hanya sedikit, terkadang hanya makan sekali dalam sehari yaitu sebelum

berangkat kerja, kalaupun anak makan di tempat kerja itu hanya seadanya saja.

3. Dampak Psikis

Untuk dampak psikis diambil contoh dari anak-anak jalanan. Dampak yang

cenderung tidak terlihat dari kasus anak jalanan ini adalah dampak psikis. Intimidasi dari

orang dewasa seperti orang tua, satpol PP dan preman, terkadang harus mereka terima.

Intimidasi yang diterima oleh anak jalanan yang paling buruk adalah dari orang tua

mereka. Intimidasi orang tua terhadap anak jalanan diperoleh dari perlakuan orang tua

kepada anak jalanan apabila anak jalanan tidak membawa uang yang cukup dari target

pendapatan perhari dari hasil bekerja.

Adanya target pendapatan ini membuat anak jalanan merasa tertekan dan

ketakutan karena jika target tidak terpenuhi mereka akan mendapat perlakuan kasar dari

orang tua mereka seperti makian bahkan ada yang yang sampai dicubit dan dipukul.
Selain orang tua, intimidasi dari yang kerap diterima anak jalanan adalah intimidasi dari

satpol PP. Satpol PP sering kali berbuat kasar terhadap anak jalanan saat melakukan

penangkapan. Bentuk intimidasi yang dilakukan satpol PP seperti pemukulan,

menendang, berkata-kata kasar dan bahkan tidak diberikan makanan dalam jangka waktu

yang lama adalah hal yang tidak sepantasnya dilakukan kepada mereka mengingat anak-

anak masih memiliki kondisi mental yang masih lemah. Salah satu perlakuan buruk

Satpol PP lainnya adalah mereka kerap kali salah tangkap saat mencari tersangka

kriminal.

Anak jalanan memang sasaran yang empuk bagi orang dewasa sebagai korban

kekerasan. Preman-preman juga tidak segan untuk memeras uang anak jalanan meskipun

mereka notabene memiliki profesi yang sama namun hanya usia yang berbeda. Preman-

preman tersebut kebanyakan adalah anak jalanan yang lebih dewasa. Berumur diatas 17

tahun. Anak jalanan sering kali mendapat perlakuan kasar dari preman ketika anak

jalanan tidak memberika uang kepada preman. Preman tidak segan-segan memukul atau

menampar anak jalanan apabila permintaan mereka tidak dipenuhi oleh anak jalanan.

Dalam situasi dilematis sepeti ini anak jalanan harus memilih memberikan

uang kepada preman atau harus rela dipukuli oleh preman. Yang lebih ironi, uang

pendapatan anak jalanan akan berkurang sehingga mereka harus bekerja keras

memenuhi target jumlah uang yang harus mereka bawa ke rumah atau jika tidak

perlakuan yang sama akan diberikan oleh orang kepada anak jalanan.

Tekanan psikis itu akan terbawa sampai mereka dewasa sehingga kebanyakan

anak jalanan yang sewaktu kecil sering dikucilkan oleh orang-orang yang seharusnya
mengasihinya akan menjadi streotipe terhadapa orang lain, seperti penjelasan dalam UU

tentang HAM PASAL 58.

“Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk

kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan

seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain

manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan”

Undang-undang tersebut memberikan pembelaan terhadap anak jalanan dari

segala bentuk kekerasan baik fisik maupun mental sehingga siapapun yang melakukan

kekerasan terhadap anak sama saja dengan melanggar hukum . Namun, hal yang lebih

urgen adalah intimidasi berupa kekerasan seperti itu lebih berdampak serius pada kondisi

kejiwaan anak. Anak akan selalu merasa tertekan sulit bergaul dan akan selalu

menggunakan kekerasan aktifitasnya.

4. Dampak Sosial

a. Perilaku Kekerasan dan Tindak Kriminal

Dampak perilaku kekerasan dan kriminal adalah akibat dari intimidasi orang

dewasa terhadap anak jalanan, baik itu dari orang tua, preman, maupun petugas razia

anak jalanan sehingga anak jalana juga melakukan hal yang sama kepada orang lain.

Perilaku kriminal seperti mencopet dilakukan annak jalanan bukan

tidak mungkin adalah jalan pintas yang dilakukan untuk mencukupi

pendapatan untuk dibawa pulang ke rumah karena sering kali uang hasil

mereka bekerja tidak cukup selain karena anak jalanan yang sudah lelah

bekerja. Dampak kriminal seperti seperti ini merupakan patologi sosial yang
meresahkan masyarakat dan pedagang di tempat-tempat umum dan menganggu

kenyamanan dan keamanan masyarakat.

b. Pergaulan Bebas

Banyak hal yang bisa terjadi saat anak berada di tempat kerja. Dampak

negative seperti penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif, ngelem, seks bebas

dan lain-lain. Dampak seperti ini banyak membawa dampak buruk baik dari

kesehatan fisik, mental, bahkan nyawa ikut menjadi taruhannya. Dampak seperti ini

biasanya tertular oleh pergaulan dengan teman-teman yang salah dan kebanyakan

anak-anak yang melakukannya diatas usia 10 tahun.

Berdasarkan penjelasan diatas, dampak dari eksploitasi terhadap anak dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Aspek Permasalahan yang Dihadapi


Pendidikan Sebagian besar putus sekolah karena waktunya habis
untuk bekerja dan jalanan
Intimidasi Menjadi sasaran tindak kekerasan oleh orang tua,
orang yang lebih dewasa/kelompok lain , petugas dan
razia.

Penyalahgunaan obat Narkoba, minuman keras, dan sejenisnya.


Kesehatan Rentan penyakit kulit, PMS, paru-paru, kurang gizi.
Tempat tinggal Umumnya disembarang tempat, digubuk-gubuk, atau
di pemukiman kumuh,
Keselamatan Tertabrak, kecelakaan ditempat kerja
Hubungan dengan keluarga Umumnya renggang, dan bahkan sama sekali tidak
berhubungan
Makanan Seadanya, kadang mengais dari tempat sampah,
kadang beli.
Selain dampak yang telah disebutkan diatas, ada juga dampak lain yang disebabkan oleh

eksploitasi terhadap anak Menurut Baquale & Myers, yaitu :

a. Pertumbuhan Fisik

b. Pertumbuhan Kognitif

c. Pertumbuhan Emosional

d. Pertumbuhan sosial dan Moral termasuk rasa identitas kelompok, kemauan untuk bekerja

sama dengan orang lain, dan kemauan untuk membedakan yang benar dan yang salah.

Anda mungkin juga menyukai