Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. 2. Latar Belakang

Untuk meningkatkan pembangunan dan layanan sanitasi di Indonesia sebagaimana


diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014,
Pemerintah mencanangkan pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP) 2010-2014.

PPSP merupakan program pembangunan sanitasi yang menyeluruh dan terintegrasi dari
tingkat pusat hingga daerah, dimana pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi dilakukan
secara sinergi oleh seluruh stakeholder sanitasi, baik dari pihak pemerintah maupun non-pemerintah
diseluruh tingkatan pemerintahan.

Sesungguhnya, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


mengamanatkan bahwa penyelenggaran layanan dasar termasuk sanitasi didalamnya, merupakan
salah satu urusan wajib Pemerintah Daerah. Hal ini secara eksplisit juga dituangkan dalam PP No.
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Namun demikian, Pemerintah memandang
penting untuk bergandengan tangan serta bahu membahu dengan Pemerintah Daerah, yakni
memberikan fasilitasi agar urusan wajib Pemerintah Daerah dimaksud dapat berlangsung dengan
optimal.

Oleh karena itulah pelaksanaan program PPSP berada dibawah tanggung jawab 8 (delapan)
kementerian terkait, meliputi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Keuangan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pekerjaan
Umum. Adapun yang merupakan Tim Pengarah pelaksanaan program adalah Tim Pengarah
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi (TPPAMS), dan Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS).
Sedangkan sebagai Pengelola Harian Program telah pula dibentuk organisasi yang terdiri dari
Program Management Unit (PMU), dan 3 (tiga) unit pelaksana program atau disebut Program
Implementation Unit (PIU), yaitu PIU Advokasi, PIU Kelembagaan dan Pendanaan, serta PIU
Teknis.

Salah satu tahap dalam pelaksanaan PPSP adalah Penyiapan Memorandum Program Sektor
1
Sanitasi ( MPSS ). Tahap ini dipandang sebagai tahap verifikasi, sinkronisasi dan konsolidasi
sebelum Strategi Sanitasi Kota (SSK) ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu implementasi.

10
Bentuk fasilitasi yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota pada tahap penyiapan
Memorandum Program adalah Bantuan Teknis melalui penyediaan jasa Konsultan Perencana, untuk
bekerja bersama-sama dengan Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi yang secara khusus dibentuk oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai aktor utama (leading actor) dalam pembangunan dan
peningkatan layanan sanitasi ditingkat kabupaten/kota.

Secara lengkap, tahap-tahap pelaksanaan PPSP disajikan pada Gambar 1.1.

GAMBAR 1.1
TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN PPSP

Sumber : KAK PPLP Jateng

Komponen penting implementasi strategi dalam penyusunan Memorandum Program adalah :


1. Penyusunan rencana tindak,
2. Pendanaan/penganggaran, dan
3. Penyusunan prosedur dan rencana kerja.

1. 2. Maksud, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan Bantuan Teknis Penyusunan Memorandum


Program Sektor Sanitasi

1.2.1. Maksud
Maksud penyusunan Memorandum Program adalah agar diperoleh suatu program dan
kegiatan pembangunan sanitasi yang komprehensif dan terintegrasi, dan adanya komitmen
pendanaan oleh pemerintah daerah dan pihak terkait dalam rangka percepatan pembangunan sektor
sanitasi di Kabupaten Purworejo.
Memorandum Program ini diharapkan dapat menjadi pedoman penganggaran dalam rangka
implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi periode 2011-2014 sebagaimana yang telah
tercantum dalam-dokumen-dokumen perencanaan seperti SSK, RPIJM, RPJMD, RTRW, dll. (Draft)

10
Memorandum Program diharapkan dapat memberikan kebijakan dan arahan pendanaan untuk
implementasi pembangunan Sanitasi Kabupaten Purworejo periode 2011-2014. Dokumen ini juga
dapat dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Pembangunan sektor
sanitasi tahunan. Selain itu dokumen ini juga dapat menjadi acuan bagi pihak lain yang
berkepentingan dengan pembangunan sanitasi seperti masyarakat, dunia usaha, kelompok atau
organisasi kemasyarakatan, asosiasi profesi, dll.

1.2.2. Tujuan

Tujuan pekerjaan ini adalah agar sasaran percepatan pembangunan sanitasi permukiman
dapat tercapai melalui optimalisasi penerapan Strategi Sanitasi Kota yang terarah dan terencana
yang tertuang dalam Memorandum Program Sektor Sanitasi.

1.3. Persyaratan Teknis dan Administrasi

Persyaratan teknis dan administrasi untuk pelaksanaan kegiatan Bantuan Teknis Penyusunan
Draft Memorandum Program Sanitasi Kab. Purworejo, adalah persyaratan yang tercantum dalam
dokumen – dokumen sebagai berikut :

1.3.1. Standar Teknis

Beberapa standar teknis yang dapat digunakan antara lain :


1. SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Drainase
2. SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
3. SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman
4. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di
Indonesia
5. SNI 03-6379-2000 tentang Spesifikasi dan Tata Cara Pemasangan Perangkap Bau
6. SNI 19-6409-2000 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Limbah tanpa Pemadatan dari Truk
7. SNI 19-6466-2000 tentang Tata Cara Evaluasi Lapangan untuk Sistem Peresapan Pembuangan
Air Limbah Rumah Tangga
8. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan
9. SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan
10. SNI 03-2399-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Umum MCK

1.4. Landasan Hukum


Landasan hukum yang dapat digunakan antara lain :
1. UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
2. UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah
3. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air

10
6. PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
7. PERMENPU No. 16/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan
Drainase
8. PERMENPU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan
Persampahan
9. PERMENPU No 18/PRT/M/2007 tentang Penyelengaraan dan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
10. PERMENPU No. 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolan Air Limbah Permukiman
11. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum
12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air.

1.3.3. Kedudukan Memorandum Program

Tahap ini dipandang sebagai tahap verifikasi, sinkronisasi dan konsolidasi sebelum Strategi Sanitasi
Kota (SSK) ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu implementasi. Studi–studi terdahulu yang
dapat digunakan sebagai referensi oleh penyedia jasa antara lain :
1. Buku Putih
2. Strategi Sanitasi Kota
3. RPJMD
4. RPIJM
5. Dokumen perencanaan terkait sanitasi lainnya.

1. 4. Metode Penyusunan

Project Implementation Unit (PIU) Teknis PPSP akan memfasilitasi suatu workshop
sebagai orientasi kepada konsultan tentang pendekatan dan metodologi penyusunan Draft MPSS.

Dibawah ini diuraikan pendekatan dan metodologi penyusunan Dokumen MPSS untuk
setiap kelompok tugas.
1. Kelompok Tugas 1 – Fasilitator Intensif dan Peningkatan Kapasitas
Pendekatan partisipatif dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota dengan
metode fasilitasi telah mampu membangkitkan kepedulian (awareness) pemerintah daerah dan
masyarakat kabupaten/kota terhadap kondisi sanitasi, yang diikuti dengan terbangunnya
komitmen dalam upaya pembangunan serta peningkatan layanan sanitasi. Disamping itu, rasa
memiliki (ownership) telah pula tumbuh khususnya dikalangan aparat pemerintah daerah dan
secara umum dikalangan masyarakat yang telah dilibatkan secara aktif untuk turut serta
berpartisipasi dalam proses perencanaan sektor sanitasi. Dalam pelaksanaan Bantuan Teknis ini,

10
pendekatan dan metode yang sama akan digunakan dalam proses penyusunan Dokumen MPSS,
yang didahului dengan review, pemutahiran dan penyempurnaan SSK.

Untuk mengoptimalkan proses penyusunan Dokumen MPSS, dibutuhkan Tenaga Ahli Fasilitasi
Kota (City Facilitator) sebagai fasilitator proses yang handal, yang memahami prinsip-prinsip
fasilitasi dan substansi proses fasilitasi. Keberadaan fasilitator proses memegang peranan penting
untuk memastikan bahwa tahap penyusunan Dokumen MPSS berjalan sebagaimana mestinya
dimana Pokja Sanitasi / AMPL berperan sebagai aktor utama dengan pendekatan partisipatif dan
metode fasilitatif. Fungsi utama fasilitator proses dalam hal ini adalah memastikan bahwa
kepedulian, komitmen dan rasa memiliki Pokja Sanitasi / AMPL akan pekerjaan yang sedang
difasilitasi mencapai level tertentu yang memungkinkan Pokja sebagai aktor utama memahami
esensi dari peran mereka dalam pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi sebagaimana
telah dituangkan dalam SSK maupun dokumen perencanaan lainnya terkait sanitasi.

Agar Pokja Sanitasi mendapatkan dukungan yang optimal, maka fasilitasi akan dilaksanakan
secara terpadu antara City Facilitator dan Tim Tenaga Ahli (Specialists). Masukan yang
diberikan oleh City Facilitator dan Tim Tenaga Ahli haruslah diupayakan berimbang agar terjadi
sinergi yang pada akhirnya akan menciptakan lingkungan yang kondusif (enabling environtment)
untuk proses implementasi strategi sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2: Model Proses
Implementasi Strategi. Model tersebut menguraikan faktor-faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi strategi meliputi proses adopsi (buyin), pelaksanaan (execution), dan
dukungan (support) yang dibutuhkan.

MODEL PROSES IMPLEMENTASI STRATEGI

PERUMUSAN STRATEGI IMPLEMENTASI STRATEGI EVALUASI STRATEGI

PERUMUSAN ADOPSI PELAKSANAAN SUPPORT/DUKUNGAN MONITORING/


PENGENDALIAN
Proses bottom-up Komunikasi (vertikal Formalisasi proses Kapasitas dan
dalam penyusunan dan horizontal) implementasi strategi keterampilan SDM Pengembangan
strategi Pemahaman maksud Koordinasi strategis Komitmen dan sistem pengendalian
Perumusan strategi perencanaan strategis yang efektif dukungan eksekutif dan evaluasi yang
yang tepat Adopsi maksud Sinkronisasi strategi Alokasi sumber daya efektif dan memadai
Konsensus di antara perencanaan strategis dengan irama pasar/ Struktur dan sistem Rekam jejak melalui
para pengambil Umpan balik berkala penerima manfaat yang tepat milestone yang rinci
keputusan atas pencapaian Penterjemahan Komitmen dan Daftar periksa
Pemahaman maksud strategi dan isu-isu strategi menjadi dukungan organisasi/ (checklist) pencapaian
perencanaan strategis strategis tindakan unit kerja
pada semua level Tidak terjadi Penyelarasan
managemen penundaan kegiatan antar SDM
Proses managemen implementasi dan Unit Kerja
perubahan Pelaksanaan Managemen SDM
berdasarkan prioritas Budaya organisasi
Menghubungkan
strategi dengan
sasaran

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

10
GAMBAR 1.2
MODEL PROSES IMPLEMENTASI STRATEGI

Sumber : KAK PPLP Jateng


Secara garis besar kegiatan utama Kelompok Tugas 1, melalui pendekatan partisipatif dan model
fasilitasi adalah :
a. Pelatihan :
1) Penilaian kebutuhan pelatihan (training needs assessment) dan penyiapan rencana
pelatihan
2) Pelaksanaan pelatihan Tim Pokja
3) Fasilitasi intensif Tim Tenaga Ahli untuk setiap kabupaten/kota, dan pendampingan
(on the job training) Pokja Sanitasi / AMPL sehari-hari oleh City Facilitator.
b. Identifikasi dan konfirmasi awal sumber pendanaan program dan kegiatan sektor sanitasi
melalui advokasi kepada :
1) Lintas SKPD ditingkat kabupaten/kota
2) Tingkat provinsi
3) Stakeholder lainnya

2. Kelompok Tugas 2 – Fasilitasi Review, Pemutakhiran dan Penyempurnaan SSK

Review, pemutakhiran dan penyempurnaan Draft SSK dilakukan untuk memastikan bahwa visi
dan strategi telah dirumuskan secara akurat. Visi menentukan tujuan, sasaran dan arah
pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi. Strategi menguraikan bagaimana visi tersebut
akan dicapai.

Review diarahkan untuk mengkaji apakah strategi yang disusun merupakan respon terhadap isu-
isu strategis sektor sanitasi. Meliputi aspek teknis, kelembagaan, keuangan, komunikasi,
pemberdayaan masyarakat dan kesetaraan gender, peluang kerja sama dengan pihak swasta dan
aspek penting lainnya seperti perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pemutakhiran dilakukan
apabila terdapat perkembangan/perubahan data ataupun isu strategis yang akan mempengaruhi
strategi yang disusun. Sebagai informasi, status SSK dan file dokumen setiap kabupaten/kota
peserta program PPSP dapat diperoleh dari sistem monitoring dan evaluasi berbasis Web PPSP.

Untuk memudahkan proses penyusunan Dokumen MPSS, sinkronisasi/integrasi dengan Rencana


Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) serta dokumen perencanaan lainnya terkait
sanitasi penting dilakukan pada saat penyempurnaan SSK. Program dan Kegiatan yang
merupakan rencana tindak jangka menengah merupakan sumber informasi penting dalam
penyusunan Dokumen MPSS.

Secara garis besar kegiatan utama Kelompok Tugas 2, melalui pendekatan partisipatif dan
metode fasilitasi adalah :

10
a. Integrasi SSK dengan RPIJM dan dokumen perencanaan terkait sanitasi lainnya
b. Outline rencana tindak tahunan jangka menengah (2012 – 2016)

3. Kelompok Tugas 3 – Fasilitasi Penyusunan Dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi

Visi dan strategi pengembangan sanitasi di tingkat kota, sebagaimana disusun dalam SSK
merupakan sumber utama untuk menyeleksi dan memprioritaskan program investasi di sektor
sanitasi yang dapat didanai. Dalam proses konsolidasi program investasi potensial, dokumen
perencanaan lainnya seperti RPIJM, dan RKA pada Kementerian dan Lembaga lainnya, akan
digunakan sebagai sumber tambahan pokok dalam proses identifikasi rencana dan usulan terkait
sektor sanitasi, baik untuk program pembangunan infrastruktur ataupun non-infrastruktur.

Setelah dilakukan analisa dan review terhadap berbagai dokumen strategi dan perencanaan yang
ada, seperti SSK dan misal: RPIJM, langkah pertama yang akan dilakukan adalah menyusun
daftar singkat (shortlist) program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas yang berasal dari
daftar panjang (longlist) program dan kegiatan infrastruktur maupun non-infrastruktur yang
potensial untuk memperbaiki kondisi sanitasi kota, dan mengidentifikasi apakah diperlukan studi-
studi lanjutan, seperti Rencana Induk (Master Plan), studi kelayakan dan/atau Detailed
Engineering Design (FS dan/atau DED). Jika studi – studi lanjutan dimaksud diperlukan,
namun belum diidentifikasikan dan dicantumkan dalam RKPD, Renstra dan RPJM, maka
pemerintah kabupaten/kota harus melakukan suatu upaya untuk memastikan ketersediaan
pendanaannya, agar studi-studi dimaksud dapat dilaksanakan.

Pada gambar 1.3 Visualisasi proses dan produk Memorandum Program Sektor Sanitasi,
ditunjukkan batasan Bantuan Teknis Penyusunan Draft MPSS dalam konteks Memorandum
Program Sektor Sanitasi.

Visualisasi Proses dan Produk


PERENCANAAN/
MEMORANDUM PROGRAM IMPLEMENTASI
STRATEGI

DOKUMEN PERENCANAAN/ DRAFT MEMORANDUM FINAL MEMORANDUM


STRATEGI IMPLEMENTASI
PROGRAM PROGRAM
STUDI & DESAIN
RENCANA INVESTASI PORTOFOLIO INVESTASI
INFRASTRKTUR

AIR AIR
RPJMD LIMBAH STUDI &
MP LIMBAH PENDANAAN &
DESAIN MARKETING
TEKNIS
PERSAM- PENDANAAN FS PERSAM- KERANGKA
INVESTASI
RPIJM PAHAN PAHAN
KERANGKA
MANAGEMEN
INVESTASI AMDAL
NON-INFRASTRUKTUR

& OPERASI
SSK MANAGEMEN
DRAINASE DRAINASE PEMAKETAN
& OPERASI DED
RKA K/L NON-TEKNIS PEDOMAN
SKALA KOTA/ KONTRAK &
KAWASAN PENGADAAN
HIGIENE LARAP HIGIENE

LAINNYA 10
IMPLEMENTASI PROGRAM MENDESAK
GAMBAR 1.3
VISUALISASI PROSES DAN PRODUK MEMORANDUM PROGRAM
Sumber : KAK PPLP Jateng

Secara garis besar kegiatan utama Kelompok Tugas 3, melalui pendekatan partisipatif dan
metode fasilitasi adalah :
a. Penyusunan rencana investasi berdasarkan konsolidasi rencana tindak, baik yang berbasis
masyarakat, berbasis kelembagaan, termasuk potensi kemitraan pemerintah swasta.
b. Identifikasi program dan kegiatan jangka pendek (2012-2014), meliputi review dan
penyempurnaan DED yang ada.
c. Identifikasi program dan kegiatan jangka menengah (2013-2016), meliputi identifikasi ruang
lingkup dan biaya studi dan desain yang masih diperlukan, jasa konsultansi dan konstruksi,
serta penyusunan proposal kegiatan (project digest).
d. Penyusunan final Draft MPSS, meliputi outline draft MPSS (2012-2016), justifikasi,
kerangka investasi, dan memorandum kesepakatan.

1.5. Sistematika Laporan Dokumen

Sistematika pembahasan pada Laporan Pendahuluan ini meliputi:

Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang pelaksanaan kegiatan ini, maksud dan
tujuan, landasan hukum , kedudukan Memorandum Program dalam tahap Implementasi
Program Sanitasi , Metode Penyusunan dan sistematika laporan dokumen.

Bab II Kerangka Kerja Logis Pembangunan Sanitasi Kabupaten Purworejo. Bab ini mengulas
mengenai gambaran umum kondisi Kabupaten Purworejo, meliputi kondisi geografi,
demografi, sosial dan ekonomi, serta membahas secara detail permasalahan sanitasi yang
terbagi dalam Sub Sektor Air Limbah, Sub Sektor Persampahan, Sub Sektor Drainase,
Higiene dan Sub Sektor Air Bersih.

Bab IIIKonsolidasi Program dan Kegiatan. Bab ini berisi uraian teoritik terkait dengan materi
tentang program percepatan pembangunan sanitasi permukiman.

Bab IV Metodologi. Bab ini membahas mengenai tata kerja secara sistematik yang akan dilakukan
dalam melaksanakan pekerjaan ini.

Bab V Rencana, Jadwal dan Organisasi Kerja. Bab ini mengulas mengenai hal-hal pelaksana
pekerjaan termasuk diantaranya struktur organisasi, jadwal penugasan personil dan jadwal
pelaksanaan pekerjaan.

10
Bab VI Rencana Implementasi Tahunan. Bab ini menjelaskan secara terperinci terhadap
Program/Kegiatan yang akan dilakukan pada tahun pertama (n+1). Program/Kegiatan tahun
pertama utamanya adalah proyek yang telah siap dilaksanakan karena telah memiliki studi
dan desain teknis yang memadai, Anggaran telah teralokasi(committed), tidak ada masalah
pertanahan, sesuai prioritas kabupaten/kota dan masyarakat sudah siap.
Bab VII Rencana Pengelolaan Program. Bab ini menjelaskan mengenai tata cara pengelolaan
program (manajemen dan organisasi), dinas/instansi pelaksana, jadwal pelaksanaan
kegiatan, skema pendanaan, rencana pengadaan barang dan jasa (procurement plan), dan
lain-lain
Bab VIII Rekomendasi dan Tindak Lanjut. Bab ini berisikan rekomendasi dan saran-saran dan
rencana tindak lanjut

10

Anda mungkin juga menyukai