2003 7286 1 PB PDF
2003 7286 1 PB PDF
Abstrak—Teknologi Informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan inti suatu organisasi dan bukan hanya
sebagai alat pendukung. Pemerintah Kota Bandung, sebagai instansi pemerintahan, menjadikan Teknologi
Informasi merupakan salah satu visi yang perlu dicapai. Dalam rangka mencapai good government
berdasarkan Peraturan Menkominfo No. 41 Tahun 2007, dibutuhkan suatu tata kelola TI agar dapat
memastikan investasi TI menambah value dan selaras dengan tujuan instansi. Pemerintah Kota Bandung saat
ini belum memiliki prosedur dan kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan layanan TI. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat sebuah prosedur dan kebijakan agar layanan yang
diberikan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung selalu maksimal. Penelitian dilakukan
menggunakan ITIL v3 pada domain Service Operation dan Service Transition. ITIL merupakan best practice
Manajemen Layanan TI yang dapat meningkatkan efisiensi operasional IT instansi. Assessment yang
dilakukan sebagai pengukuran Capability Level adalah dengan menggunakan ISO 15504. Capaian capability
level untuk Service Transition adalah 24.5% dan untuk Service Operation 23%. Karena kurangnya data
primer, data sekunder digunakan untuk mencari proses prioritas yang akan dipilih, dengan memetakan
tujuan instansi dengan ketiadaan proses ITIL. Hasil dari perancangan tata kelola ini adalah sebuah kebijakan
TI dan 5 prosedur terkait proses-proses di ITIL yang menjadi prioritas.
Kata Kunci— Tata Kelola TI, Manajemen Layanan TI, ITIL v3, Service Transition, Service Operation, Sektor
Publik
Abstract— Nowadays, Information Technology plays an important role in an organization, and not only as a
support equipment. Bandung City Government, as a government agency, make IT into one of the visions that
need to be achieved. To achieve good governance based on Minister Regulation Number 41 in 2007, IT
Governance is needed to ensure that the investment of IT can add value and align with institution’s objective.
Bandung City Government currently doesn’t have policies and procedure that regulate about IT Service
Management. Therefore, this study was conducted with the aim to create a guidance for Office of
Communications and Information Technology of Bandung (Diskominfo) to optimize the service provided. This
study also aims to make Service Management governance so that the management of IT service have certain
quality and meet the needs of business customers, and improve the quality as the agreement with the
customers. This study was conducted using ITIL v3 with Service Operation and Service Transition domain.
ITIL is IT Service Management best practice to improve the efficiency of IT operational. ISO 15504 was
conducted to asses Capability Level of ITIL Process. Capability Level of Service Transition is 24.5% and
Capability Level of Service Operation is 23%. Because of the inadequacy of the primary data, the assessment
was also carried out by mapping the objective of institution with the risks related to the lack of ITIL processes.
The results of the design are the governance policies and procedures related to the ITIL processes needed by
the institution.
Keywords— IT Governance, ITSM, ITIL v3, Service Transition, Service Operation, Public Sector
Article History:
Received 16 Juni 2016; Received in revised form 9 Agustus 2016; Accepted 10 Agustus 2016; Available online 28 Oktober 2016
82
Wardani, Murahartawaty, & Ramadani
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence
Intelligence, 2016, 2 (2), 81-87
83
Wardani, Murahartawaty, & Ramadani
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2016, 2 (2), 81-87
Setelah dirancang, dilakukan pengujian atau h. Tidak ada prosedur formal untuk membuat
verifikasi dan validasi terhadap hasil rancangan. perbaikan.
Verifikasi dan validasi dilakukan oleh Kepala
Seksi Sarana dan Prasarana Diskominfo. Jika
rancangan telah lolos uji, maka dilakukan
pelaporan hasil rancangan kepada pihak
Diskominfo sebagai pengelola layanan TI di
Pemerintah Kota Bandung. Jika rancangan tidak
lolos uji, maka kembali pada tahap sebelumnya
yaitu tahap perancangan, untuk dilakukan
perancangan ulang.
E. Tahap Kesimpulan
Tahap terakhir adalah tahap kesimpulan, yang
dilakukan untuk menarik kesimpulan hasil Gambar 2. Hasil assesment
penelitian berdasarkan rumusan masalah. Tahap
kesimpulan penting dilakukan karena kesimpulan B. Analisis Kondisi Target
merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam Kondisi target yang ingin dicapai oleh
penelitian ini. Pemerintah Kota Bandung secara umum adalah
menjadikan Kota Bandung sebagai Smart City,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu memanfaatkan TI di setiap aspek tata kota.
Pada bagian ini akan dibahas hasil dan Kondisi target untuk proses ITIL, adalah
pembahasan dari penelitian. memenuhi regulasi yang tercantum pada Peraturan
Menteri No. 41 Tahun 2007 tentang Panduan Tata
A. Analisis Kondisi Eksisting
Kelola Kota Bandung. Dan memaksimalkan
Analisis Kondisi Eksisting dilakukan dengan pengelolaan layanan TI seperti pada best practice
mengukur capability level menggunakan ISO ITIL.
15504.
ISO 15504 digunakan karena merupakan C. Analisis Prioritas
framework penilaian untuk ISO 20000, yang Analisis Prioritas merupakan sebuah analisis
sama-sama framework tata kelola berbasis ITSM. untuk melihat proses mana yang menjadi prioritas
ITIL sendiri tidak mempunyai framework dan krusial untuk dikerjakan. Dalam hal ini
pengukuran untuk maturiry level maupun penarikan proses prioritas tidak hanya
capability level. Dalam pengukuran capability menggunakan assessment data primer. Karena
level, dan setiap level memiliki skala untuk ketidakcukupan informasi, analisis juga dilakukan
mengukur atribut proses, yaitu not achieved, dengan metode pemetaan antara tujuan perusahaan
partially achieve, largely achieved, dan fully dengan risiko ketiadaan proses ITIL. Hasil dari
achieved. Hasil dari assesment tersebut dapat pemetaan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 1.
dilihat pada Gambar 2. TABEL 1. HASIL PEMETAAN RISIKO DAN TUJUAN
Dari hasil assessment tersebut dapat INSTANSI
disimpulkan bahwa tingkat kemampuan pelayanan Proses ITIL Skor
proses Service Transition dan Operation adalah Transition Planning and Support 4.52
24.5 % dan 23%, yang berada pada level 1 Change Management 7.08
Change Evaluation 4.58
performance process dengan skala partially Service Validation and Testing 4.38
achieved. Kondisi Eksisting rata-rata dari proses- Release and Deployment Mnaagement 6.25
proses Service Transition dan Service Operation Service Asset and Configuration 6.37
di Pemerintah Kota Bandung adalah : Management
a. Tidak ada proses atau fungsi tata kelola. Knowledge Management 2.08
Event Management 3.75
b. Respon aktivitas hanya bereaksi jika ada Incident Management 6.38
pemicunya, dan tidak ada pre-aktivitas Problem Management 6.45
c. Hanya ada sedikit proses dan prosedur yang Request Fullfilment 4.16
Access Management 4.16
terdokumentasi
d. Tidak ada definisi dari proses atau peran
Berdasarkan pemetaan pada Tabel 1, dapat
fungsional.
disimpulkan bahwa proses Change Management,
e. Kinerja kegiatan bervariasi sesuai dengan yang
Service Assets and Configuration Management,
mereka lakukan. Release and Deployment Management, Incident
f. Ada sedikit, atau tidak ada, otomatisasi Management, dan Problem Management,
kegiatan apapun. memiliki risiko tertinggi jika proses tersebut tidak
g. Hanya sedikit atau tidak ada sama sekali dikerjakan.
catatan kerja yang disimpan.
84
Wardani, Murahartawaty, & Ramadani
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2016, 2 (2), 81-87
Disamping itu juga dilakukan perbandingan TABEL 4. ANALISIS KESENJANGAN DAN ANALISIS
RISIKO
referensi dengan beberapa referensi literatur.
Proses Kesenjangan Risiko Respon
Referensi yang digunakan merupakan referensi
literatur yang meneliti tentang implementasi ITIL Perubahan yang M Proses
dilakuakn belum pengelolaan
di sektor publik. Ada 9 penelitian yang dijadikan cepat dan handal perubahan harus
referensi. Penelitian tersebut merupakan penelitian tepat waktu
yang berfokus pada penggunaan ITIL di institusi Belum ada H Setiap catatan
sektor publik. Hasil dari pemetaan referensi dokumentasi yang yang terjadi pada
mencatat setiap perubahan
penelitian-penelitian sebelumnya yang telah Change tahap dalam dicatat dalam
dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 2. Manage- perubahan dokumentasi
ment sesuai pedoman
TABEL 2. HASIL PEMETAAN REFERENSI LITERATUR
tata kelola
Referensi Proses Belum ada H Dilakukan
(CDW-G, 2011) CM, SACM, KM, IM, assessment assessment
PM, AM, EM, RF dampak untuk dampak untuk
(Bovim, Johnston, Kabanda, CM, RDM, IM, PM memperhatikan meminimalisisr
Tanner, & Stander, 2014) risiko, dampak, adanya dampak
(Pemkot Tangerang, 2010) CM, SACM, RDM, IM, dll.
PM, AM Tidak ada CMDB H Dibuat CMDB
(Tan, Cater-Steel, & CM, SACM, RDM, IM, sebagai tempat
Toleman, 2009) PM pengelolaan dan
(Lapão, Rebuge, Silva, & IM, Service Desk pencatatan CI
Gomes, 2009) Tidak ada criteria H Kriteria deskripsi
(Zhen & Xin-yu, 2007) CM, SACM, RDM, IM, Service
deskripsi dalam dibuat secara
PM Assets
konfigurasi item lengkap, agar
and
(Potgieter, Batha, & Lew, CM, SACM, RDM, IM, tidak ada
Configu-
2005) PM, Service Desk miskonsepsi
ration
(UCISA, 2002) CM, SACM, RDM, IM, konfigurasi
Manage-
PM, AM, Service Desk Tidak semua item H Melakukan audit
ment
(UCISA, 2002) CM, SACM, RDM, IM, dikonfigurasi dan pada sistem
PM, RF, AM, Service tidak ada audit konfigurasi
Desk layanan dan
mengkonfigurasi
seluruh aset TI
Berdasarkan hasil dari Tabel 1 dan Tabel 2, Tidak ada H Membuat
dapat disimpulkan bahwa proses yang sering deployment pedoman yang
diprioritaskan adalah Change Management, testing mengatur
Service Assets and Configuration Management, Release terntang rilis dan
and deployment
Release and Deployment Management, Incident
Deploy- Perilisan layanan H Proses
Management, dan Problem Management. ment masih bergantung pengelolaan
Manage- pada pihak ketiga dimaksimalkan
TABEL 3. PARAMETER TINGKAT RISIKO ment dengan
Probabilitas Dampak Risiko mengikuti
pedoman Tata
Aktivitas telah Pengembangan layanan atau L
Kelola TI
terkelola operasional layanan berjalan
dengan baik normal Masih ada insiden M Memonitoring
yang berdampak layanan agar
Aktivitas telah Pengembangan layanan atau M
pada proses bisnis perbaikan
terkelola namun operasional layanan
dilakukan
tidak cukup mengalami gangguan
sebelum insiden
baik
Proses H Memaksimalkan
Aktivitas tidak Terdapat gangguan sehingga H
penanganan pengelolaan
terkelola Pengembangan layanan atau
Incident insiden belum insiden
operasional layanan tidak
Manage- terkelola dengan berdasarkan
dapat berjalan
ment baik kebijakan dan
D. Analisis Kesenjangan dan Risiko prosedur yang
telah ada
Analisis Kesenjangan adalah suatu metode Tidak ada Service H Pembuatan
pengukuran untuk mengetahui kesenjangan (gap) Desk dan tools Service Desk dan
antara keadaan sekarang dan keadaan yang untuk menangani tools insiden
insiden
diharapkan. Analisis Kesenjangan dilakukan untuk Tidak ada SLA M Pembuatan SLA
menggambarkan dan merencanakan tentang apa Proses problem H Membuat
yang perlu dilakukan untuk menghilangkan Problem
management prosedur untuk
kesenjangan. Setelah dilakukan analisis masih dijadikan memisahkan
Manage-
satu dengan pengelolaan
kesenjangan terhadap proses prioritas, kemudian ment
incident kedua proses
dilakukan analisis risiko untuk mengetahui dampak management tersebut
yang mungkin muncul dan memberikan risiko bagi Service
Belum ada Service H Pembuatan
bisnis. Desk fungsi service
Desk
desk
85
Wardani, Murahartawaty, & Ramadani
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2016, 2 (2), 81-87
Pada analisis risiko terdapat parameter dilaksanakan, dibuat dan didokumentasikan secara
kemungkinan (probability) dan dampak terhadap tertulis yang memuat alur proses dan peran kerja
suatu risiko yang dapat terjadi. Penentuan kategori secara rinci dan sistematis. Pembuatan alur sendiri
risiko didasarkan pada 2 parameter tersebut, yang disesuaikan dengan kebutuhan Diskominfo
dapat dilihat pada Tabel 3. sebagai pengelola layanan TI di Pemerintah Kota
Pada Tabel 4 akan dijelaskan kesenjangan yang Bandung dan mengacu kepada ITIL v3. Hasil dari
didapat dan risiko yang didapat karena perancangan dokumen dapat dilihat pada Tabel 3.
kesenjangan-kesenjangan tersebut, serta respon
yang didapat. 2) People
Untuk komponen people, penelitian
E. Perancangan mengusulkan struktur kerja baru, dengan
Penelitian ini merancang Tata Kelola penambahan fungsi baru, yaitu Service Desk.
Manajemen Layanan TI dengan menggunakan 3 Service Desk merupakan fungsi didalam proses
komponen ITIL, yaitu process, people, dan ITIL yang bertanggung jawab untuk mengelola
technology. Yang akan dirancang adalah proses insiden dan problem, dan sebagai jembatan antara
yang menjadi prioritas pada domain Service pengguna dan pengelola layanan.
Transition dan Service Operation. Dalam struktur kerja baru, penelitian juga
memberikan usulan komposisi dan kompetensi
1) Process yang harus dipenuhi. Komposisi merupakan
Pada komponen process, dilakukan jumlah SDM yang akan memenuhi struktur kerja
peracangan kebijakan dan prosedur untuk proses- baru. Dan kompetensi adalah kemampuan yang
proses yang diprioritaskan. Dalam tata kelola TI harus dimiliki oleh peran dalam struktur kerja baru
terdapat struktur hirarki yang terdiri dari tersebut. Disamping itu, juga dilakukan pemetaan
kebijakan, standar, dan prosedur. Struktur diagram RACI, untuk seluruh aktivitas prosedur
kebijakan tata kelola TI perusahaan mengatur yang telah dirancang.
garis-garis haluan tata kelola TI, sedangkan untuk
peraturan detail dan teknis dituangkan dalam 3) Technology
prosedur yang disesuaikan dengan kebutuhan Rancangan teknologi yang diusulkan berupa
instansi. Kebijakan merupakan pernyataan yang aplikasi IT Service Management. Aplikasi yang
akan menjadi arahan dan batasan bagi setiap diusulkan berasal dari vendor ServiceNow.
proses tata kelola TI. Kebijakan berlaku untuk Aplikasi tersebut akan digunakan untuk mengelola
seluruh proses tata kelola TI, dimana detail dari proses manajemen layanan yang telah
operasional kebijakan TI dapat diturunkan diimplementasikan, contohnya pengelolaan item
kedalam standar maupun prosedur. konfigurasi dan pengelolaan insiden, pencarian
known error, dll.
TABEL 5. REKOMENDASI DOKUMEN
Dokumen Rekomendasi
Rekomendasi Dokumen F. Pengujian dan Pelaporan
Pendukung
Kebijakan Umum TI - Pengujian dan validasi dilakukan dengan
Template Dokumen Change tujuan untuk melihat apakah perancangan dapat
Report menjawab kebutuhan institusi terkait. Pengujian
Rekomendasi SOP Change
Template Request For rancangan yang dilakukan kepada validator adalah
Management
Change
Template Change Record
berbentuk form yang terdiri dari sembilan
pertanyaan terkait aspek pengujian. Hasil dari
Dokumen CMDB Checklist
Rekomendasi SOP Service dan CI Record pengujian dapat dilihat pada Tabel 6
Asset and Configuration
Management Template Dokumen Asset IV. KESIMPULAN
and Configuration Report
Berdasarkan rumusan masalah yang pertama,
Template dokumen Release yaitu apa saja kebutuhan perancangan Tata Kelola
Rekomendasi SOP Release Plan
and Deployment Manajemen Layanan TI versi 3 domain Service
Template Dokumen Release Transition dan Service Operation di Pemerintah
Management
and Deployment Report
Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa
Template Ticket Incident
kebutuhan perancangan tersebut adalah data
Rekomendasi SOP Incident Template incident record
Management Template dokumen incident primer yang terdiri dari kondisi layanan eksisting
report dan target, yang akan digunakan untuk assessment
Template problem Record dan analisis, serta data sekunder seperti, dokumen-
Rekomendasi SOP Problem
Management Template dokumen problem dokumen Pemerintahan Kota Bandung, dokumen
report ITIL, referensi literatur dan tujuan instansi. Dan
untuk rumusan masalah yang kedua, yaitu
Prosedur merupakan panduan hasil kerja yang bagaimana kemampuan pengelolaan layanan TI di
diinginkan serta proses kerja yang harus Pemerintah Kota Bandung secara umum, dapat
86
Wardani, Murahartawaty, & Ramadani
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2016, 2 (2), 81-87
87