Anda di halaman 1dari 7

BAB I

ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG LENGKAP DAN UNIVERSAL

A. ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG LENGKAP DAN UNIVERSAL


Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor yang menghambat
pembangunan. Kesalahpahaman ini berpandangan seolah-olah islam hanya
berkaitan dengan masalah ritual, bukan sebagai suatu sistem yang komprehensif dan
mencakup seluruh aspek kehidupan.

B. ISLAM SEBAGAI SUATU SISTEM HIDUP (WAY OF LIFE)


Syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul terakhir dan
mempunyai keunikan sendiri sebab tidak akan ada syariah lain yang datang untuk
menyempurnakannya. Syariah ini tidak hanya bersifat menyeluruh atau
komprehensif, tetapi juga universal. Komprehensif berarti syariah islam merangkum
seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Universal
bermakna syariah islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai
hari Akhir nanti.
.... ٍّ‫عةٍّ ِم ْن ُك ٍّْم َج َع ْلنَا ِل ُكل‬
َ ‫ َو ِم ْن َهاجا ِش ْر‬...
“.... Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang .... “ (Q.S Al-Maa’idah : 48)

C. PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA DAN EKONOMI

.... ‫ن َوآتُو ُه ٍّْم‬


ٍّْ ‫ل ِم‬ ٍَِّ ‫ آتَا ُك ٍّْم الَذِي‬....
ٍِّ ‫ّللا َما‬
“... dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepada kalian.... “ ( Q.S An-Nur : 33)

Islam mempunyai pandangan yang jelas terhadap harta dan kegiatan


ekonomi.
Pertama : Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini,
termasuk harta benda, adalah Allah SWT.
Kedua : Status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai amanah, perhiasan hidup
yang memungkinkan manusia bisa menikmati dengan baik dan tidak berlebihan,
ujian keimanan, dan sebagai bekal ibadah.
Ketiga : Pemilikan harta yang dapat dilakukan antara lain melalui usaha (a’mal) atau
mata pencaharian (ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan-Nya.
Keempat : dilarang mencari harta, berusaha, atau bekerja yang dapat melupakan
kematian, melupakan dzikrullah, melupakan solat dan zakat, dan memusatkan
kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja.
Kelima : dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba,
perjudian, berjual beli barang yang dilarang atau haram, mencuri, merampok,
penggasaban, melalui cara-cara yang batil dan merugikan dan melalui suap-
menyuap.

D. NILAI-NILAI SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM

1. Perekonomian masyarakat luas bukan hanya masyarakat muslim akan menjadi


baik bila menggunakan kerangka kerja atau acuan norma-normal islami.
Islam mendorong pemeluknya untuk bekerja. Hal tersebut disertai jaminan
Allah bahwa Ia telah menetapkan rejeki setiap mahluk yang menciptakan-Nya.
Islam juga melarang umatnya untuk meminta-minta atau mengemis. Seorang
muslim yang baik adalah mereka yang memperhatikan faktor dunia dan akhirat
secara seimbang. Bukanlah seorang muslim yang baik, mereka yang
meninggalkan urusan dunia demi kepentingan akhirat juga yang meninggalkan
akhirat demi kepentingan dunia.

2. Keadilan dan persaudaraan menyeluruh


Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang
solid. Dalam tatanan itu, setiap individu diikat oleh persaudaraan dan kasih
sayang bagai satu keluarga.

3. Keadilan distribusi pendapatan


Kesenjangan harus diatasi dengan menggunakan cara yang ditekankan islam.
Diantaranya dengan cara-cara berikut :
Pertama
 Menghapuskan monopoli
 Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses
ekonomi
 Menjamin basic needs fulfillment setiap anggota masyarakat
 Melaksanakan amanah at-takaaful al-ijtima’i atau social economic
security insurance

Kedua
Islam membenarkan seseorang memiliki kekayaan lebih dari yang lain sepanjang
kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah
menunaikan kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk
zakat maupun amal kebajikan lain seperti infak dan sedekah.
4. Kebebasan Individu dalam konteks kesejahteraan sosial
Kebebasan individu dalam kerangka etika islam diakui selama tidak
bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau lebih besar atau
sepanjang individu itu tidak melangkahi hak-hak orang lain.
BAB II

PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH

A. AWAL KELAHIRAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH


Awal kelahirannya dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance islam
yaitu neorevivalis dan modernis. Tujuan utama nya sebagai upaya kaum
muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu,
bank Islam tumbuh dengan sangat pesat. Saat ini banyak nama besar dalam
dunia keuangan internasional yang telah membuka cabang dan subsidiories yang
berdasarkan syariah. Dalam dunia modal pun, Islamic Fund kini ramai
diperdagangkan.

B. PEMBENTUKAN BANK-BANK SYARIAH


Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara islam untuk mendirikan
lembaga keuangan syariah. Untuk itu, komite ahli IDB pun bekerja keras
menyiapkan panduan tentang pendirian, peraturan, dan pengawasan bank
syariah. Kerja keras IDB membuahkan hasil. Pada akhir periode 1970-an dan awal
dekad 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara
Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh serta Turki.
Secara garis besar, lembaga-lembaga tersebut dapat dimasukkan ke dalam
dua kategori. Pertama, Bank Islam Komersial ( Islamic Comercial Bank ). Kedua,
lembaga investasi dalam bentuk international holding companies.
Bank-bank yang masuk kategori pertama di antaranya :
1. Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan)
2. Kuwait Finance House
3. Dubai Islamic Bank
4. Jordan Islamic Bank for Finance and Investment
5. Bahrain Islamic Bank
6. Islamic International Bank for Investment and Development (Mesir)

Adapun yang termasuk kategori kedua :

1. Daar al-Maal al-Islami (Jenewa)


2. Islamic Investment Company of the Gulf
3. Islamic Investment Company (Bahama)
4. Islamic Investment Company (Sudan)
5. Bahrain Islamic Investment Bank (Manama)
6. Islamic Investment House (Amman)
C. PERKEMBANGAN BANK-BANK SYARIAH DI BERBAGAI NEGARA

1. Pakistan
Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal Juli
1979, sistem bunga dihapuskan dari operasional tiga institusi. Pada 1979-80,
pemerintah mensosialisasikan skema pinjaman tanpa bunga kepada petani dan
nelayan. Pada tahun 1981, 7 ribu cabang bank komersial nasional di seluruh
Pakistan dengan sistem bagi hasil. Pada awal 1985 seluruh sistem perbankan
Pakistan dikonversi menjadi sistem perbankan syariah.

2. Mesir
Faisal Islamic Bank, bank syariah pertama di Mesir yang didirikan pada maret
1978. Selain FIB, ada Islamic International Bank for Investment and Development
yang beroperasi dengan menggunakan instrumen keuangan islam dan
menyediakan jaringan yang luas.

3. Siprus
Faisal Islamic Bank of Kibris (Siprus) mulai beroperasi pada Maret 1983 dan
mendirikan Faisal Islamic Investment Corporation yang memiliki 2 cabang di
Siprus dan 1 cabang di Istambul. Bank ini melaksanakan pembiayaan dengan
skema musyarakah dan mudharabah, dengan tingkat keuntungan yang bersaing
dengan bank non-syariah.

4. Kuwait
Kuwait Finance House didirikan pada tahun 1977 dan sejak awal beroperasi
dengan sistem tanpa bunga. Institusi ini memiliki puluhan cabang di Kuwait dan
telah menunjukkan perkembangan yang cepat.

5. Bahrain
Bahrain merupakan off-shore banking heaven terbesar di Timur Tengah. Di
negeri yang hanya berpenduduk tidak lebih dari 660 ribu jiwa (per Desember
1999) tumbuh sekitar 220 local dan off-shore banks dan tidak kurang dari 22
diantaranya beroperasi berdasarkan syariah.

6. Uni Emirat Arab


Dubai Islamic Bank merupakan salah satu pelopor perkembangan bank
syariah. Didirikan pada tahun 1975, investasinya meliputi bidang perumahan,
proyek-proyek industri, dan aktivitas komersial. Selama beberapa tahun, para
nasabahnya telah menerima keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
bank konvensional.

7. Malaysia
Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) merupakan bank syariah pertama di Asia
Tenggara. Didirikan pada 1983 dengan 30% modal merupakan milik pemerintah
federal. Hingga akhir 1999, BIMB telah memiliki lebih dari tujuh puluh cabang
yang tersebar hampir di setiap negara bagian dan kota-kota Malaysia.

8. Iran
Ide pengembangan Perbankan Syariah di Iran sesungguhnya bermula pada
1979 namun perkembangannya baru dimulai sejak Januari 1984. Berdasarkan
ketentuan/UU yang disetujui pemerintah pada bulan agustus 1983, sebelum UU
tersebut dikeluarkan sebenarnya telah terjadi transaksi sebesar lebih dari 100
miliar rial yang diadministrasikan sesuai dengan sistem syariah.
9. Turki
Sebagai negara yang berideologi sekuler, Turki termasuk negeri yang cukup
awal memiliki perbankan syariah. Pada 1984, pemerintah Turki memberikan izin
kepada Daar al-Maal al-Islami (DMI) untuk mendirikan bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil. Setelah DMI berdiri, pada Desember 1984
didirikan pula Faisal Finance Institution dan mulai beroperasi pada april 1985.

D. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

1. Latar belakang Bank Syariah


Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke
Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai
pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk
mendirikan bank islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. MUI dan
perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokarya tersebut dibahas lebih
mendalam pada musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di hotel Sahid
Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk
kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja yang
disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi
dengan semua pihak terkait.

2. PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)


BMI lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI yangmana akte pendirian
nya ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Pada saat penandatanganan
akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak 84 miliar
rupiah. Pada awal pendirian BMI, keberadaan bank syariah ini belum mendapat
perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan
hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan
sebagai “bank dengan sistem bagi hasil”.

3. Era reformasi dan perbankan syariah


a. Bank Umum syariah
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah
pertama yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara
struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak
perusahaan di lingkup Bank Mandiri (ex BDN), yang kemudian dikonversikan
menjadi bank syariah secara penuh. Dalam rangka melancarkan proses
konversi menjadi bank syariah, BSM menjalin kerja sama dengan Tazkia
Institute, terutama dalam bidang pelatihan dan pendampingan konversi.
Sebagai salah satu bank yang dimiliki oleh Bank Mandiri yang memiliki aset
ratusan triliun dan networking yang sangat luas, BSM memiliki beberapa
keunggulan komparatif dibandingkan pendahulunya.

b. Cabang syariah dan Bank Konvensional


Beberapa bank yang sudah dan akan membuka cabang syariah diantaranya :
1. Bank IFI (membuka cabang syariah pada 28 Juni 1999)
2. Bank Niaga (akan membuka cabang syariah)
3. Bank BNI ’46 (telah membuka lima cabang syariah)
4. Bank BTN (akan membuka cabang syariah)
5. Bank Mega (akan mengkonversikan satu bank konvensional-anak
perusahaannya- menjadi bank syariah)
6. Bank BRI (akan membuka cabang syariah)
7. Bank Bukopin (tengah melakukan program konversi untuk cabang Aceh)
8. BPD JABAR (telah membuka cabang syariah di Bandung)
9. BPD Aceh (tengah menyiapkan SDM untuk konversi cabang)
Catatan : data per November 2000

Anda mungkin juga menyukai