Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizal Nurul Hidayat

NIM : 1167060060
Kelas : Agroteknologi (7B)

Penanganan Pasca Panen Jeruk

Jeruk merupakan salah satu buah yang digemari dan sering dikonsumsi oleh
masyarakat di Indonesia baik sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahan
seperti juice, selai, maupun sirup. Sebagai komoditas yang bernilai ekonomi
tinggi pengembangan jeruk perlu mendapat perhatian yang besar mengingat
kontribusinya yang besar pada perekonomian nasional (Simatupang 2004).

Jeruk merupakan salah satu komoditas buah yang dapat dikembangkan karena
memiliki nilai potensial yang tinggi. Jeruk juga mengandung vitamin C yang
berguna bagi tubuh (Purwatiningsih, 2012). Vitamim C yang terkandung dalam
jeruk merupakan salah satu zat yang penting dalam tubuh. Akibat dari kekurangan
vitamin C adalah pendarahan pada gusi, usus, kulit, dan otot. Vitamin C yang
terdapat pada jeruk antara 27-49 mg/100 g daging buah. Didalam pengolahan
jeruk tidak hanya di butuhkan rasa manisnya saja melainkan juga aroma yang
khas dari jeruk. (Purnomo 2007).

Jeruk merupakan salah satu buah-buahan yang mudah rusak dan harga yang
tidak menguntungkan bagi petani pada saat panen raya. Karena jeruk akan
bersaing dengan buah lain seperti apel dan mangga. Pemasaran secara ekspor
merupakan salah satu solusi dalam penanganan pasca panen jeruk (Mansyah et al.,
1998). Oleh karena itu sangat diperlukan teknologi pengolahan pascapanen yang
tepat bagi buah jeruk. Jeruk Siam Madu merupakan salah satu buah-buahan yang
dapat dikembangkan dengan teknologi pertanian. Jeruk memiliki nilai jual yang
tinggi dan kandungan gizi yang tinggi (Rukmana dan Oesman, 2003)

Banyak faktor yang mempengaruhi mutu dan kualitas dari buah yang
dipanen. Diantaranya adalah masa panen yang tepat, alat panen yang
digunakan,dan penanganan pasca panen yang sesuai. Alat panen yang tepat juga
mempengaruhi kualitas dari jeruk yang akan dipanen. Buah jeruk yang dipanen
secara manual sering menjadi penyebab kerusakan buah jeruk. Buah jeruk sering
mengalami lebam. Rahardjo (1998) menyatakan bahwa dalam memperoleh hasil
panen yang bermutu, buah harus dipanen dengan tingkat kematangan yang tepat.
Penanganan pasca panen yang sesuai akan meningkatkan mutu dari buah.
(Mansyah et al., 1998) menyatakan bahwa untuk melihat kematangan dari buah
jeruk adalah dengan perubahan warna dari hijau menjadi kuning. Biasanya jeruk
sudah dapat dipanen pada umur 28-36 minggu setelah berbunga.

Penanganan pasca panen yang diperlukan oleh buah jeruk salah satunya
adalah pencucian pengemasan serta penyimpanan buah pada suhu yang rendah.
Pencucian buah merupakan langkah pertama yang harus dilakukan, karena buah
yang baru saja dipanen harus dicuci terlebih dahulu agar kotoran dan pestisida
yang masih menempel pada buah jeruk tersebut dapat hilang sehingga tidak akan
membahayakan saat dikonsumsi oleh pembeli. Selanjutnya agar buah tidak cepat
mengalami kerusakan dapat dilakukan dengan adanya pengemasan dan
penyimpanan pada suhu yang tepat akan melindungi jeruk dari kerusakan
mekanik dan kehilangan bobot. Buah jeruk yang telah dipanen akan tetap
melakukan proses respirasi. Proses respirasi yang terus berlangsung akan
mengurangi kualitas dari buah. Sebaiknya buah dipanen sebelum fase kemasakan
sehingga buah dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan proses respirasi adalah suhu dan


jumlah oksigen. Jika suhu semakin tinggi maka laju respirasi akan semakin cepat.
Dan semakin nanyak karbondioksida maka laju respirasi semakin lambat (Sonti,
2003). Untuk menghambat proses respirasi yang begitu cepat maka banyak
digunakan teknologi dalam penggunaan kemasan buah pasa pascapanen dan
penyimpanan buah pada suhu yang rendah. Juga sekarang ini banyak alternatif
lain yang banyak dilakukan untuk meningkatkan mutu, kualitas, dan daya simpan
dari buah. Salah satu diantaranya adalah pelapisan buah dengan teknik pelilinan
dan edible coating.

Sortasi atau seleksi merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan setelah
panen yang umumnya dikerjakan di bangsal pengemasan atau di kebun dengan
tujuan memisahkan buah yang layak dan tidak layak untuk dipasarkan (busuk,
terserang penyakit, cacat, terlalu muda/tua dan lain-lain). Sortasi juga dilakukan
untuk memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau pasar.
Setelah sortasi, buah jeruk dicuci untuk membersihkan kotoran dan pestisida yang
masih menempel pada permukaan kulit buah. Buah direndam dalam air yang
dicampur deterjen atau cairan pembersih 0,5-1 %, kemudian digosok pelan-pelan
menggunakan lap halus atau sikat lunak jangan sampai merusak kulit.
Selanjutnya buah dibilas dengan air bersih, dikeringkan menggunakan lap lunak
dan bersih atau ditiriskan.

Sonti (2003) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
melindungi buah adalah zat pelapis buah. Beberapaa jenis buah secara alami
dilapisi oleh lilin yang berfungsi sebagai pelindung terhadap serangan fisik,
mekanik, dan mikrobiologis. Pelapisan lilin pada buah-buahan sebenarnya adalah
menggantikan dan menambah lapisan lilin alami yang terdapat pada buah yang
sebagian besar hilang selama penanganan karena lapisan lilin yang menutupi pori-
pori buah dapat menekan respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah
lebih lama dan nilai jualnya lebih baik. Manfaat lainnya adalah meningkatkan
kilau dan menutupi luka atau goresan pada permukaan kulit buah sehingga
penampilannya menjadi lebih baik.

Pengemasan buah bertujuan melindungi buah dari luka, memudahkan


pengelolaan (penyimpanann, pengangkutan, distribusi), mempertahankan mutu,
mempermudah perlakuan khusus, dan memberikan estetika yang menarik
konsumen. Kemasan dan lebel jeruk perlu di desain sebaik mungkin baik warna
dan dekorasinya karena kemasan yang bagus dapat menjadi daya daya tarik bagi
konsumen. Pengemasan yang cocok untuk buah jeruk pada pasca panen yaitu
menggunakan plastik polietilen pada suhu 0-2°C. Hal tersebut untuk
mempertahankan kadar gula dan vitamin C yang terdapat dalam jeruk
(Pracaya,1992). Pengemasan yang baik dilakukan untuk mengurangi kerusakan
yang dapat terjadi selama penyimpanan dan transportasi. Kerusakan pada jeruk
dapat terjadi karena adanya benturan ,gesekan ,dan getaran. Selain pengemasan
yang cocok, faktor lain yang mempengaruhi masa simpan dari buah jeruk adalah
penggunaan suhu yang rendah selama penyimpanan. Buah yang disimpan pada
suhu yang rendah akan mengurangi laju respirasi dari buah.

Martias et al.(2007) menyatakan bahwa jeruk yang telah dipanen sebaiknya


disimpan pada tempat penyimpanan yang sejuk dan bersih. Suhu yang cocok
adalah 8-10°C dengan kelembaban 85-90 %. Pendinginan bertujuan untuk
memperlambat pematangan dari jeruk. Penyimpanan jeruk pada suhu yang rendah
dapat mempertahankan warna dan kesegaran serta gizi dari jeruk tersebut.
Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi aktivitas respirasi dan
metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas
mikroba (bakteri, kapang/cendawan). Jeruk yang disimpan hendaknya bebas dari
lecet kulit, memar, busuk dan kerusakan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, suhu ruang penyimpanan dijaga agar stabil. Jika suhu terlalu rendah dapat
menyebabkan kerusakan buah (chiling injury). Jika kelembaban rendah akan
terjadi pelayuan atau pengkeriputan dan jika terlalu tinggi akan merangsang
proses pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu dalam ruangan.

Penanganan pascapanen dengan menggunakan teknologi pertanian yang baik


dapat menambah umur simpan dari buah. Pengemasan dan penyimpanan pada
suhu yang rendah akan menjaga kualitas dan kesegaran dari buah sehingga akan
meningkatkan nilai ekonomi buah tersebut.
Daftar Pustaka

Mansyah, Ellina,dan M. Jawal. 1998. Pengaruh Kemasan Terhadap Umur Simpan


Sayur dan Buah-Buahan. Jurnal Hortikultura. 8(3): 1163-1169.

Martias, I.Sutarto, dan S.Hadiati. 2007. Penggunaan Suhu Rendah pada


Pengolahan Buah Jeruk. Jurnal Hortikultura. 7(1):524-529.

Pracaya. 1992. Efektifitas Penggunaan Sari Buah Jeruk Nipis terhadap Ketahanan
Nasi. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 1(1): 44-58.

Purnomo H. 2007. Ilmu Pangan. UI- Press. Jakarta.

Purwatiningsih B. 2012. Pengaruh Umur Petik dan Lama Penyimpanan terhadap


Kandungan Vitamin C pada Buah Jeruk. Jurnal Hortikultura. 2(2):64-6.

Rahardjo M. 1998. Transformasi Pertanian Industrialisasi dan Kesempatan Kerja.


UI-Press. Jakarta.

Rukmana dan Oesna. 2003. Analisis Efisiensi Pemasaran Jeruk Siam di


Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian.
1(1) 22-31.

Simatupang, S., Kahiriah, T.M.Gurning, M.H. Siringo-ringo. 2004. Gelar


Teknologi Plasma Nutfah dan Pembibitan Tanaman Pertanian Sumatera
Utara. Laporan Hasil Pertanian/pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Utara. 81 hlm.

Sonti. 2003. Penanganan Pasca Panen Buah Jeruk. Jurnal Ilmu Pangan. 3(5):21-
29.

Anda mungkin juga menyukai