Anda di halaman 1dari 12

2.

1 Bahan Baku dan Bahan Baku pendukung

2.1.1 Aluminium Hidroksida

Aluminium Hidroksida merupakan garam anorganik (garam basa lemah).


Aluminium Hidroksida merupakan padatan berbentuk serbuk kristal, granul, atau gel
berwarna putih tidak berbau dan merupakan senyawa yang bersifat amfoter. Ketika
Aluminium Hiroksida di preparasi dalam keadaan asam akan membentuk garam
aluminium dan dalam keadaan basa akan membentuk alumina (Wood, 1960).
Aluminium Hidroksida stabil pada suhu dan tekanan normal, dapat menyerap
karbondioksida di udara, dapat membentuk gel jika bahan terkena dengan air dalam
jangka waktu panjang dan dapat menyerap asam. Aluminium Hidroksida dapat
digunakan sebagai adsorbent, pengembuatan kaca, kertas, bahan pelumas, deterjen
serbuk pengering dan sebagai gel kering dalam industri obat.
Debu bahan halus yang mengandung bahan ini Aluminium Hidroksida dapat
menyebabkan membrane mukosa. Menghirup debu halus yang mengandung
Aluminium Hidrokasida dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas paru-paru pada
manusia serta menyebabkan pernafasan cepat dan dangkal yang akan tetap bertahan
selama beberapa waktu setelah pasien berada di tempat yang berudara normal.
Menelan bahan ini dapat menyebabkan demam, konspitasi dan perubahan warna
feses.
Sifat Fisika :

Bentuk : Kristal Putih

Warna : Putih

Densitas : 2,42 g/cm3

Berat molekul : 78,00 kg/kmol

Titik lebur: 300 °C
 Sifat Kimia

Tidak larut dalam air
Al(OH)3 + H2O (l) →

Tidak larut dalam alkohol
Al(OH)3 + ROH →

Bereaksi dengan Asam Sulfat
Al(OH)3 + H2SO4 → Al(SO4)3 + 6H2O

2.1.2 Asam Sulfat

Asam sulfat merupakan bahan yang penting untuk industri. Pembuatan asam
sulfat pada abad 18 sampai abad 19 masih menggunakan Chamber process, dimana
oksidasi nitrogen sebagai katalis homogen untuk oksidasi sulfur dioksida. Produk
yang dihasilkan dari poses ini mempunyai kadar konsentrasi rendah, yaitu 78% asam
sulfat dan kurang bisa digunakan untuk proses industri pada umumnya (Shreve,
1973).
Asam Sulfat (H2SO4) merupakan cairan yang bersifat korosif, tidak berwarna
tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai logam. Asam
sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan
merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat bersifat oksidator
kuat. Reaksi asam sulfat pekat dengan air sangat kuat dan menimbulkan panas tinggi.
Asam sulfat pekat juga bertindak sebagai concentrating agent, drying agent,
hydrolyzing agent, leaching agent, katalis dan reaktan aktif dalam petrokimia (Oscar,
1965).
Asam sulfat pekat juga bertindak sebagai dehydrator, yang menarik air dari
senyawa lain. Hal ini disebabkan perbedaan massa jenis kedua zat, sehingga air akan
mengapung diatas asam sulfat karena massa jenisnya lebih rendah. Oleh sebab itu jika
pengenceran di lakukan dengan cara menambahkan aquades pada asam sulfat maka
akan terjadi reaksi yang keras atau mendidih. Asam Sulfat murni yang tidak
diencerkan dapat ditemukan secara alami di bumi karena sifatnya yang higroskopis.
Walaupun demikian asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam yang terjadi
karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air. Asam Sulfat
terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida seperti besi sulfida (Chang,
2004).
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, produksi asam
sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara
tersebut. Kegunaan asam sulfat, yaitu: Kegunaan utama (60% dari total produksi di
seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam "metode basah" produksi asam fosfat, yang
digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen.
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk
menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium
sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp
kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan
serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan
untuk membuat aluminium hidroksida (Vogel, 1979).

Dalam pembuatan asam sulfat terdiri dari 2 macam proses atau cara, yaitu
proses chamber dan proses kontak.
a. Chamber Process.

Pada Chamber Process terdapat 3 peralatan utama, yaitu Gay Lussac Tower,
Glover Tower dan Lead Chamber. Gas SO2 masuk menuju Glover Tower bersamaan
dengan nitrogen oksida, kemudian keluar menuju Lead Chamber I. II dan III.
Akhirnya, menuju ke Gay Lussac Tower. Hasil yang didapat dikembalikan lagi ke
Glover Tower, didinginkan dan dihasilkan produk asam sulfat dengan konsetrasi 65%
sampai 80% (Shreve, 1973).
b. Contact Process.

Pada Contact Process menggunakan Drying Tower, Converter dan Absorber


Tower. Sulfur cair bereksi dengan oksigen dari Drying Tower menjadi gas SO2,
kemudian gas SO2 masuk ke Converter dan mengalami oksidasi menghasilkan gas
SO3. Gas SO3 masuk ke Absorber tower dan bereaksi dengan air membentuk asam
sulfat. Pada Contact Proces, produk asam sulfat yang dihasilkan mempunyai
konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu asam sulfat dengan konsentrasi 98% (Shreve,
1973).
Sifat Fisika :

Wujud : Viscous liquid

Warna : Tidak berwarna

Densitas : 1850 kg/m3

Viskositas : 18 cp (pada 30°C)

Titik didih: 340 °C

Berat molekul : 98,09 gr/mol

Titik lebur: 10,49 °C

∆Hf : -193,69 kkal/mol

Kelarutan : Larut dalam air
(Perry, 2008)
 Sifat Kimia

Reaksi dengan air
Reaksi hidrasi merupakan reaksi eksotermik. Reaksi ini merupakan asam
sulfat yang ditambahkan kedalam air membentuk ion hydronium.
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO−4
HSO4− + H2O → H3O+ + SO4−2

Reaksi dengan basa
Asam sulfat dapat bereaksi dengan basa yang membentuk garam dan air.
CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O

Reaksi dengan logam
Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam melalui reaksi
penggantian tunggal, menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat.
Fe (s) + H2SO4 (aq) → H2 (g) + FeSO4 (aq)
Sn (s) + 2 H2SO4 (aq) → SnSO4 (aq) + 2 H2O(l) + SO2(g)

(Perry, 2008)

2.1.3 Air (H2O)

Air adalah senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H 2Oyang
berikatan secara kovalen, ikatan ini terbentuk akibat dari terikatnya elektron secara
bersamaan. Berdasarkan sifat fisiknya terdapat tiga macam bentuk air, yaitu air
sebagai benda cair, air sebagai benda padat dan air sebagai uap atau gas (Suryanta,
2012). Air dapat berubah dari suatu bentuk kebentuk yang lainnya tergantung pada
waktu dan temperaturnya. Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi empat golongan yaitu air untuk keperluan irigasi, air untuk keperluan
pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk keperluan publik. Air
untuk keperluan publik dibedakan atas air konsumsi dan air untuk konsumsi sosial
dan komersial (Achmad, 2011).
Aquades merupakan salah satu pelarut penting dan memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis
gas dan banyak macam molekul organik sehingga aquades disebut pelarut universal.
Aquades berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat dibawah
tekanan dan temperature standar. Dalam bentuk ion hydrogen (H +) dengan sebuah ion
hidroksida (OH+) (Suryana, 2013). Aquades merupakan air yang melalui tahap proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan apabila
telah memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif
(Rumondor, 2014).
Aquadest merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan (diuapkan dan
disejukan kembali), dapat disebut juga air murni (H2O), karena H2O hampir tidak
mengandung mineral. Aquades juga memiliki rumus kimia yaitu H 2O yang berarti
dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal
(Petrucci, 2008). Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang bersifat universal.
Air tersebut mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan
dengan mudah menjadi terkontaminasi. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus
bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat mikroorganisme.
Jadi, air mineral bukan aquadest (H2O) karena mengandung banyak mineral.
Aquadest memiliki tiga jenis jika ditinjau dari bahan baku pembuatnya, yaitu :
 Air aquadest dari sumur
 Air aquadest dari mata air pegunungan
 Air aquadest dari Air tanah hujan
(Santosa, 2011)
Aquades adalah cairan yang biasa didapat di laboratorium untuk digunakan
sebagai pelarut atau sebagai bahan tambahan. Berat molekul yang dimiliki aquades
adalah 18,20 gr/mol. Karakteristik dari aquades yaitu cairan jernih dan tidak
berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, memiliki pH antara 5-7, dan
merupakan elektrolit lemah. Aquades steril yaitu larutan yang bebas atau tidak
terdapatnya mikroba hidup di dalamnya, baik secara pathogen dan non pathogen.
Larutan ini biasa digunakan sebagai bahan campuran dalam laboratorium. Sedangkan
aquabides yaitu larutan aquades yang mengalami perlakuan penyulingan sebanyak 2
kali. Aquades mempunyai Fungsi atau kegunaan aquades diantaranya:
1. Laboratorium: Aquades ini dapat dimanfaatkan untuk pencampur zat pada saat
melakukan praktek kimia di laboratorium, reagent, dan tentunya sebagai
pembersih dari alat-alat laboratorium. Air aquades sebagai cairan pembersih
dari beragam alat-alat laboratorium yang telah digunakan untuk penelitian,
praktek, analisis kadar konsentrasi suatu senyawa, dan lain sebagainya.
2. Aquades itu sendiri juga dapat digunakan sebagai air aki.
3. Kimia: Aquades ini sering dimanfaatkan sebagai bahan pelarut atau pencampur
dari bahan-bahan kimia. Aquades akan sering di temui di laboratorium ketika
melakukan penelitian, praktikum, yang tentunya dengan bahan kimia untuk
meneliti kandungan suatu konsentrasi atau senyawa.
4. Pengolahan Baja: Manfaat lain dari aquades atau air murni ini ialah dapat
dimanfaatkan dalam proses pengolahan baja. Telah banyak diketahui dan
dilakukan bahwa aquades bermanfaat dalam pemotong baja dan pendingin
mesin dimana alat atau mesin tersebut akan membutuhkan air sebagai
pendingin mesin tersebut. Tidak hanya itu, aquades juga dapat menghambat
adanya kerak dan lumut yang akan berkembang.

Berikut merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh aquades baik secara fisika atau
kimia, yaitu :

 Sifat Fisika

Fasa : Cair

Warna : Putih bening

Berat molekul : 18 gr/mol

Titik beku : 0 °C

Titik didih : 100 °C

Tekanan uap : 2,3 kPa

Densitas :0,988 g/cm3
(Othmer, 1998)
 Sifat Kimia

Elektrolisis, yaitu molekul air dapat dipecah menjadi unsur-unsur asalnya
dengan cara menghilangkan arus listrik
H2O (l) → 2 H2(g) + O2(g)

Ionisasi HCL, yaitu ion-ion HCL terionisasi dalam aquades
HCl + H2O → H3O+ + Cl−

Air yang direaksikan dengan HCl membentuk ion hidronium H3O+
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
(Othmer, 1998)

2.2 Produks dan Sifat-sifatnya

2.2.1 Aluminium Sulfat

Aluminium Sulfat atau sering disebut sebagai tawas mempunyai mempunyai


rumus molekul Al2(SO4)3, berbentuk kristal padat putih dan tidak bersifat asam
ataupun basa. Aluminium Sulfat merupakan salah satu bahan yang diperlukan dalam
industri pengolahan air (Faith and Keryes, 1957). Aluminium Sulfat dapat digunakan
dalam proses pembuatan kertas, yang diproduksi dalam bentuk yang berbeda baik
secara komersial maupun secara tekhnikal. Aluminium Sulfat dapat dijual dalam
bentuk granul dan cairan, yang dalam semua bentuk tersebut mengadung aluminium
sebagai Al2O3 (Meyers, 1989).
Alum diproduksi dengan penambahan satu step lagi ke produksi aluminium
sulfat. Istilah tawas telah ditetapkan yaitu aluminium sulfat rangkap atau kronium dan
logam monovalen (atau radikal, seperti ammonium). Aluminium sulfat sangat penting
di industri dan aluminium sulfat yang tidak berikatan rangkap bias juga disebut
dengan alum atau papermakersalum. Pekerja romawi menggunakan aluminium sulfat
yang biasa dibuat dari, K2Al6(OH)12(SO4)4 untuk mesin tahap ini (George, 1984)
Aluminium Sulfat merupakan material yang digunakan dalam pembuatan
senyawa aluminium. Aluminium Sulfat dapat dibuat dari clay dan bauksit. Namun,
untuk menghilangkan pengotor susah dilakukan secara ekonomis oleh pengendapan
dan pemurnian Aluminium Sulfat dengan kristalisasi tidak praktis hal ini dikarenkan
kristal yang dihasilkan lembut dan susah dibersihkan secara efektif pada skala
produksi (Othmer, 1991).
Aluminium Sulfat digunakan sebagai koagulan dalam air dan pengolahan air
limbah, salah satunya pengolahan air pada proses industri pulp dan kertas. Aluminium
sulfat dapat menjernihkan air karena ketika Aluminium Sulfat ditambahkan dalam air
maka muatan positif yang terdapat Aluminium Sulfat menyerap dan menetralisir
muatan negatif dari air sehingga akan membentuk koagulan-koagulan yang dapat
disaring dan menghasilkan air yang jernih dan dapat dimanfaatkan (Kirk & Othmer,
1997). Komiditi tawas dikenal dalam yaitu tawas alam dan tawas buatan. Tawas alam
merupakan garam sulfat rangkap dari logam Al2 Cr ataupun logam lainya. Tawas
yang terbentuk di alam terdapat beberapa jenis dan tergantung pada unsur
pembentukkannya, diantaranya Potassium aluminium sulfat dengan rumus kimia,
K.Al(SO4)2.12H2O atau Al(SO4)3.K2SO4.24H2O, Sodium Khrom alum,
Na.Cr(SO4)2.12H2O dan lain-lain (Retno, 1994).
Aluminium sulfat dapat juga digunakan sebagai mordan saat dying dan
pencetakan tekstil. Ketika dilarutkan dalam air yang mengandung alkali aluminium
sulfat akan membentuk aluminium hidroksida yang berbentuk gelatin.dalam proses
dying dan pencetakan kain, zat gelatin tersebut akan membantu celupan bertahan
pada serabut pakaian karena pigmennya menjadi tidak larut. Kadang aluminium sulfat
digunakan untuk menurunkan pH lahan perkebunan. Penggunaaan lain dari
Aluminium Sulfat atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium
Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk
menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan
dalam proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium
dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika, 1984).

 Sifat Fisika
 Rumus Molekul : Al2(SO4)3
 Bentuk : Kristal
 Warna : Putih
 Melting Point : 770°C
 Berat Molekul : 342,13 g/mol
 Kelarutan : Larut dalam air tapi tidak larut dalam etanol
 Densitas : 2710 kg/m3
 Cp : 63,5 cal/mol K

(Faith, 1950)
 Sifat Kimia

Reaksi dengan Natrium Bikarbonat
Aluminium sulfat bereaksi dengan Natrium Bikarbonat uang
menghasilkan karbondioksida :
Al2(SO4)3 + 6 NaHCO(3) → Na2SO4 + 2 Al(OH)3 + 6 CO2(g)

Tidak larut dalam Alkohol
Al2(SO4)3 + ROH →

2.3 Macam-macam Proses

Untuk pembuatan Aluminium Sulfat terdapat tiga macam proses, yaitu :


1. Proses Kretzschmar
2. Proses Giulini
3. Proses Dorr

2.3.1 Proses Kretzschmar


Pada proses ini bahan baku yang digunakan adalah clay dengan kandungan
Al2O3 40-43 % dari Asam sulfat. Jenis reaktor yang digunakan adalah reaktor alir
tangki berpengaduk. Reaksi berlangsung pada temperature 350°F dan tekanan 100
psi. Sebagian besar impuritas dipisahkan dan kristal dipisahkan dari larutan
pengadukan. Pembentukan koloid dapat dicegah dengan cara menggunakan peralatan
vacum. Kristal Aluminium Sulfat dapat dicegah dengan mudah dipisahkan dari
mother liquor dengan centrifuge. Aluminium Sulfat yang dihasilkan mengandung
insobluble material sebesar 1,15%. (Ulmann, 1992)

2.3.2 Proses Giulini


Proses ini menggunakan bahan baku aluminium hidroksida Al(OH3) dam
asam sulfat. Persamaan reaksi :

2 Al(OH)3 (s) + 3H2SO4(l) → Al2(SO4)3(s) + 6H2O(l)

Al(OH)3 dan H2SO4 diumpankan ke reaktor. Kemudian produk reaktor


dipekatkan menggunakan evaporator. Lalu dikristalisasi pada crystalizer. Konversi
reaksi yang dihasilkan dengan menggunakan proses ini adalah sebesar 90%.

(US Patent 3226188)

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Alumunium Sulfat dengan Proses Dorr

2.3.3 Proses Dorr


Pada reaksi, ukuran partikel bauksit, dan proses yang akan dipakai. Reaksi
antara asam sulfat dan padatan bauksit yang dapat larut merupakan reaksi yang sangat
dipengaruhi oleh suhu dan komposisi campuran. Reaktor yang digunakan pada reaksi
ini adalah satu unit RATB dengan konversi sebesar 85%. Reaksi yang terjadi dalam
reaksi antara biji bauksit dan asam sulfat adalah sebagai berikut :

Al2O3 (s) + 3 H2SO4 (l)→ Al2(SO4)3 (l) + 3 H2O(l)

Dalam reaktor juga berlangsung reaksi antara Feri Oksida yang terkandung
dalam biji bauksit dengan asam sulfat, dan serbuk besi. Fungsi penambahan serbuk
besi adalah sebagai pengikat feri oksida yang larut dalam asam sulfat agar berubah
menjadi padatan sehingga mudah dilakukan pemisahan. Konversi reaksi perubahan
feri oksida menjadi FeSO4 adalah sebesar 65%. Berikut adalah reaksi antara feri
oksida, asam sulfat, dan serbuk besi adalah sebagai berikut :

Fe2O3 (s)+ 3 H2SO4(l) + Fe(s)→ 3 FeSO4(s) + 3 H2O(l)

Bauksit dari silo penyimpanan bahan baku diumpankan ke dalam reaktor.


Bersamaan dengan itu diumpankan juga reaktan lain berupa asam sulfat. Hasil reaksi
yang keluar dari reaktor kemudian dipisahkan dari padatannya. Filtrat dikondisikan
untuk proses selanjutnya yaitu pengkristalan aluminium sulfat. Pengkristalan
dilakukan dengan cara pendinginan sampai suhu 30oC. Aluminium sulfat kristal
dipisahkan dari cairannya. Filtrat hasil pemisahan dikembalikan ke reaktor.
Sementara kristal aluminium sulfat dikurangi kadar airnya, selanjutnya dilakukan
proses pemisahan ukuran dan akhirnya disimpan dalam silo penyimpanan untuk
selanjutnya didistribusikan (U.S. Patent No. 3216792).

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Alumunium Sulfat dengan Proses Dorr
2.4 Pemilihan Proses

Sebelum menentukan proses pembuatan Aluminium Sulfat yang tepat perlu


adanya tinjauan proses yang mencakup dari aspek teknis maupun dari aspek
ekonomis

Anda mungkin juga menyukai