Asam sulfat merupakan bahan yang penting untuk industri. Pembuatan asam
sulfat pada abad 18 sampai abad 19 masih menggunakan Chamber process, dimana
oksidasi nitrogen sebagai katalis homogen untuk oksidasi sulfur dioksida. Produk
yang dihasilkan dari poses ini mempunyai kadar konsentrasi rendah, yaitu 78% asam
sulfat dan kurang bisa digunakan untuk proses industri pada umumnya (Shreve,
1973).
Asam Sulfat (H2SO4) merupakan cairan yang bersifat korosif, tidak berwarna
tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai logam. Asam
sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan
merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat bersifat oksidator
kuat. Reaksi asam sulfat pekat dengan air sangat kuat dan menimbulkan panas tinggi.
Asam sulfat pekat juga bertindak sebagai concentrating agent, drying agent,
hydrolyzing agent, leaching agent, katalis dan reaktan aktif dalam petrokimia (Oscar,
1965).
Asam sulfat pekat juga bertindak sebagai dehydrator, yang menarik air dari
senyawa lain. Hal ini disebabkan perbedaan massa jenis kedua zat, sehingga air akan
mengapung diatas asam sulfat karena massa jenisnya lebih rendah. Oleh sebab itu jika
pengenceran di lakukan dengan cara menambahkan aquades pada asam sulfat maka
akan terjadi reaksi yang keras atau mendidih. Asam Sulfat murni yang tidak
diencerkan dapat ditemukan secara alami di bumi karena sifatnya yang higroskopis.
Walaupun demikian asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam yang terjadi
karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air. Asam Sulfat
terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida seperti besi sulfida (Chang,
2004).
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, produksi asam
sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara
tersebut. Kegunaan asam sulfat, yaitu: Kegunaan utama (60% dari total produksi di
seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam "metode basah" produksi asam fosfat, yang
digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen.
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk
menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium
sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp
kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan
serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan
untuk membuat aluminium hidroksida (Vogel, 1979).
Dalam pembuatan asam sulfat terdiri dari 2 macam proses atau cara, yaitu
proses chamber dan proses kontak.
a. Chamber Process.
Pada Chamber Process terdapat 3 peralatan utama, yaitu Gay Lussac Tower,
Glover Tower dan Lead Chamber. Gas SO2 masuk menuju Glover Tower bersamaan
dengan nitrogen oksida, kemudian keluar menuju Lead Chamber I. II dan III.
Akhirnya, menuju ke Gay Lussac Tower. Hasil yang didapat dikembalikan lagi ke
Glover Tower, didinginkan dan dihasilkan produk asam sulfat dengan konsetrasi 65%
sampai 80% (Shreve, 1973).
b. Contact Process.
(Perry, 2008)
Air adalah senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H 2Oyang
berikatan secara kovalen, ikatan ini terbentuk akibat dari terikatnya elektron secara
bersamaan. Berdasarkan sifat fisiknya terdapat tiga macam bentuk air, yaitu air
sebagai benda cair, air sebagai benda padat dan air sebagai uap atau gas (Suryanta,
2012). Air dapat berubah dari suatu bentuk kebentuk yang lainnya tergantung pada
waktu dan temperaturnya. Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi empat golongan yaitu air untuk keperluan irigasi, air untuk keperluan
pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk keperluan publik. Air
untuk keperluan publik dibedakan atas air konsumsi dan air untuk konsumsi sosial
dan komersial (Achmad, 2011).
Aquades merupakan salah satu pelarut penting dan memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis
gas dan banyak macam molekul organik sehingga aquades disebut pelarut universal.
Aquades berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat dibawah
tekanan dan temperature standar. Dalam bentuk ion hydrogen (H +) dengan sebuah ion
hidroksida (OH+) (Suryana, 2013). Aquades merupakan air yang melalui tahap proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan apabila
telah memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif
(Rumondor, 2014).
Aquadest merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan (diuapkan dan
disejukan kembali), dapat disebut juga air murni (H2O), karena H2O hampir tidak
mengandung mineral. Aquades juga memiliki rumus kimia yaitu H 2O yang berarti
dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal
(Petrucci, 2008). Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang bersifat universal.
Air tersebut mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan
dengan mudah menjadi terkontaminasi. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus
bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat mikroorganisme.
Jadi, air mineral bukan aquadest (H2O) karena mengandung banyak mineral.
Aquadest memiliki tiga jenis jika ditinjau dari bahan baku pembuatnya, yaitu :
Air aquadest dari sumur
Air aquadest dari mata air pegunungan
Air aquadest dari Air tanah hujan
(Santosa, 2011)
Aquades adalah cairan yang biasa didapat di laboratorium untuk digunakan
sebagai pelarut atau sebagai bahan tambahan. Berat molekul yang dimiliki aquades
adalah 18,20 gr/mol. Karakteristik dari aquades yaitu cairan jernih dan tidak
berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, memiliki pH antara 5-7, dan
merupakan elektrolit lemah. Aquades steril yaitu larutan yang bebas atau tidak
terdapatnya mikroba hidup di dalamnya, baik secara pathogen dan non pathogen.
Larutan ini biasa digunakan sebagai bahan campuran dalam laboratorium. Sedangkan
aquabides yaitu larutan aquades yang mengalami perlakuan penyulingan sebanyak 2
kali. Aquades mempunyai Fungsi atau kegunaan aquades diantaranya:
1. Laboratorium: Aquades ini dapat dimanfaatkan untuk pencampur zat pada saat
melakukan praktek kimia di laboratorium, reagent, dan tentunya sebagai
pembersih dari alat-alat laboratorium. Air aquades sebagai cairan pembersih
dari beragam alat-alat laboratorium yang telah digunakan untuk penelitian,
praktek, analisis kadar konsentrasi suatu senyawa, dan lain sebagainya.
2. Aquades itu sendiri juga dapat digunakan sebagai air aki.
3. Kimia: Aquades ini sering dimanfaatkan sebagai bahan pelarut atau pencampur
dari bahan-bahan kimia. Aquades akan sering di temui di laboratorium ketika
melakukan penelitian, praktikum, yang tentunya dengan bahan kimia untuk
meneliti kandungan suatu konsentrasi atau senyawa.
4. Pengolahan Baja: Manfaat lain dari aquades atau air murni ini ialah dapat
dimanfaatkan dalam proses pengolahan baja. Telah banyak diketahui dan
dilakukan bahwa aquades bermanfaat dalam pemotong baja dan pendingin
mesin dimana alat atau mesin tersebut akan membutuhkan air sebagai
pendingin mesin tersebut. Tidak hanya itu, aquades juga dapat menghambat
adanya kerak dan lumut yang akan berkembang.
Berikut merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh aquades baik secara fisika atau
kimia, yaitu :
Sifat Fisika
Fasa : Cair
Warna : Putih bening
Berat molekul : 18 gr/mol
Titik beku : 0 °C
Titik didih : 100 °C
Tekanan uap : 2,3 kPa
Densitas :0,988 g/cm3
(Othmer, 1998)
Sifat Kimia
Elektrolisis, yaitu molekul air dapat dipecah menjadi unsur-unsur asalnya
dengan cara menghilangkan arus listrik
H2O (l) → 2 H2(g) + O2(g)
Ionisasi HCL, yaitu ion-ion HCL terionisasi dalam aquades
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
Air yang direaksikan dengan HCl membentuk ion hidronium H3O+
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
(Othmer, 1998)
Sifat Fisika
Rumus Molekul : Al2(SO4)3
Bentuk : Kristal
Warna : Putih
Melting Point : 770°C
Berat Molekul : 342,13 g/mol
Kelarutan : Larut dalam air tapi tidak larut dalam etanol
Densitas : 2710 kg/m3
Cp : 63,5 cal/mol K
(Faith, 1950)
Sifat Kimia
Reaksi dengan Natrium Bikarbonat
Aluminium sulfat bereaksi dengan Natrium Bikarbonat uang
menghasilkan karbondioksida :
Al2(SO4)3 + 6 NaHCO(3) → Na2SO4 + 2 Al(OH)3 + 6 CO2(g)
Tidak larut dalam Alkohol
Al2(SO4)3 + ROH →
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Alumunium Sulfat dengan Proses Dorr
Dalam reaktor juga berlangsung reaksi antara Feri Oksida yang terkandung
dalam biji bauksit dengan asam sulfat, dan serbuk besi. Fungsi penambahan serbuk
besi adalah sebagai pengikat feri oksida yang larut dalam asam sulfat agar berubah
menjadi padatan sehingga mudah dilakukan pemisahan. Konversi reaksi perubahan
feri oksida menjadi FeSO4 adalah sebesar 65%. Berikut adalah reaksi antara feri
oksida, asam sulfat, dan serbuk besi adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Alumunium Sulfat dengan Proses Dorr
2.4 Pemilihan Proses