Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kopling adalah suatu elemen yang digunakan untuk menghubungkan
poros penggerak dengan poros yang digerakkan dan berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya. Kopling merupakan bagian elemen yang diperlukan pada paddy
reaper AR -120, baik pada motor bensin maupun motor diesel dan jenis lainnya,
dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran didalam silinder
mesin.
Walaupun paddy reaper ar-120 dapat dihidupkan tetapi harus dengan
perlahan–lahan memindahkan tenaga mesin tersebut pada roda–roda paddy reaper
ar-120. Untuk memindahkan tenaga tersebut maka digunakanlah kopling yang
berfungsi untuk memindahkan daya putaran dari poros penggerak ke poros yang
digerakkan.(sularaso dan kiyokatsu suga.jakarta 1994)

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas di peroleh beberapa rumusan masalah di antara
lain:
a.analisa serta prinsip kerja dan pemilihan kopilng dan bantalan kopling
b.perencanaa poros pegas matahari serta bantalan
c.perancanaa bantalan dan bentuk ukuran paku keling

1.3 Tujuan
Tujuan perencangan mesin kopling paddy reaper ar-120 :
a.mengatahui macam-macam kopling
b.mengatahui sistem keuntungan dan kerugian pada jenis kopling
c.mengatahui diameter kopling dan poros
d.mengatahui daya perancangan kopling paddy reaper ar-120

1.4 Batasan masalah

1
Pada proses pembuatan mesin paddy reaper ar-120 di kusus kan pada
proses perancangan saja.Proses perancangan hanya meliputi pemilihan
kopling,matahari,poros,paku keling yang di pakai,perencangan pada sistem
tranmisi pada roda dan perencangan kopling

1.5 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai suatu penerapan teori yang diperoleh saat di bangku perkuliahan.
b. Mengembangankan,merancang,memodifikasi atau menciptakan karya yang
bermanfaat bagi masyarakat.
c. Membantu dalam penyelesain proyek akhir.
2. Bagi Dunia Industri
a. Dapat meningkatkan hasil produksi paddy reaper ar-120
b. Dapat mengefesienkan waktu dan proses pembuatan paddy reaper ar-120
3. Bagi Dunia Pendidikan
a. Dapat lebih mengenalkan lembaga pendidikan kepada masyarakat sebagai
salah satu mitra dalam pembangunan tepat guna.
b. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pembangunan aplikasi
keilmuan khususnya pada jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Teku
Umar.

A. Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu
garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.Kopling tetap selalu dalam
keadaan terhubung. Kopling tetap ada tiga jenis, yaitu :

1. Kopling Kaku, yaitu kopling yang tidak mengizinkan sedikitpun


ketidaklurusan kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan
getaran transmisi. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi
umum di pabrik-pabrik.
Kopling kaku terbagi atas :
a. Kopling bus
b. Kopling flens kaku
c. Kopling flens tempa
2. Kopling Luwes, yaitu kopling yang dapat bekerja dengan baik meskipun
kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak benar-benar lurus. Kopling ini

2
juga dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi.
Kopling luwes terbagi atas :
a. Kopling flens luwes
b. Kopling karet ban
c. Kopling karet bintang
d. Kopling gigi
e. Kopling rantai

Gambar 1.2 Kopling Luwes


(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 30)

3. Kopling Universal, terbagi atas :


a. Kopling universal hook
b. Kopling universal kecepatan tetap

3
Gambar 1.3 Kopling Universal.
(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 30)

A. Kopling Tak Tetap


Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik
dalam keadaan diam maupun berputar. Kopling tak tetap terbagi atas :

4. Kopling Cakar, yaitu kopling yang meneruskan momen dengan kontak positif
(tidak dengan perantaraan gesekan) sehingga tidak terjadi slip. Ada dua bentuk
kopling cakar, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral.

Gambar 1.4 Kopling Cakar


(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 58)

5. Kopling Plat, yaitu kopling yang meneruskan momen dengan


menggunakan plat gesek. Menurut jumlah platnya kopling ini dapat dibagi
atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak, menurut cara
pelayanannya dapat dibagi dengan cara manual, cara hidrolik, dan cara
magnetik. Kopling disebut kering apabila plat-plat gesek tersebut bekerja

4
dalam keadaan kering, dan disebut basah apabila terendam atau dilumasi
dengan minyak.

Gambar 1.5 Kopling Plat


(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 64)

5
Gambar 1.6 Kopling Plat
(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 64)

6. Kopling Kerucut, yaitu kopling yang menggunakan bidang gesek


yang berbentuk kerucut.

Gambar 1.7 Kopling Kerucut


(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 74)

7. Kopling Friwil, yaitu kopling yang hanya dapat meneruskan momen


dalam satu arah putaran, sehingga putaran yang berlawanan arahnya
akan dicegah atau tidak diteruskan.

6
Gambar 1.8 Kopling Friwil
(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 76)

1.5 Keuntungan dan Kerugian Setiap Jenis Kopling


Setiap jenis kopling di atas memiliki keuntungan dan kerugian yaitu:
A. Kopling Tetap
1. Kopling Kaku
Keuntungan :
 Kontruksi sederhana
 Tidak terjadi slip
 Efisiensi putaran lebih tinggi karena tidak terjadi slip
Kerugian :
 Tidak cocok untuk putaran tinggi
 Getaran lebih besar
 Tidak bisa dilepas bila sedang berputar
2. Kopling Luwes
Keuntungan :
 Konstruksi rumit
 Mengizinkan penyimpangan poros
 Dapat meneruskan momen yang besar
Kerugian :
 Getaran masih kuat
 Tidak cocok untuk putaran motor yang tinggi
 Penyimpangan sudut yang menyebabkan peluncur dan aus

3. Kopling Universal
Keuntungan :
 Dapat meneruskan momen yang besar
 Dapat digunakan untuk jarak poros yang agak besar
 Dapat meneruskan daya dan putaran dengan suatu sumbu poros yang tidak
segaris

7
Kerugian :
 Getaran kuat
 Memerlukan pelumasan, sebab mudah terjadi aus

B. Kopling Tak Tetap


1. Kopling Cakar
Keuntungan :
 Tidak dapat terjadi slip
 Dapat meneruskan momen dalam dua arah
 Konstruksinya sederhana
Kerugian :
 Akan timbul gaya yang besar sebagai akibat tumbukan
 Pemakaian terbatas karena hanya dapat dihubungkan pada roda poros
tanpa beban dan berputar sangat perlahan

2. Kopling Kerucut
Keuntungan:
 Konstruksinya sederhana
 Dengan daya aksial yang kecil dapat meneruskan momen yang besar
Kerugian:
 Daya yang diteruskan tidak seragam sehingga jarang di pakai

3. Kopling Friwil
Keuntungan:
 Hubungan antara poros input dan system transmisi dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam
arah berlawanan dari poros yang digerakkan
Kerugian:
 Hanya dapat meneruskan momen dalam satu putaran saja sehingga putaran
yang berlawanan akan dicegah atau tidak diteruskan

8
4. Kopling Plat
Keuntungan:
 Konstruksinya sederhana
 Dapat meredam getaran karena komponen jenis ini dilengkapi dengan
pegas kejut
 Meneruskan putaran dengan menggunakan plat gesek
 Dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar atau diam
 Kemungkinan gaya aksial pada poros apabila terjadi pemuaian karena
panas
 Mudah untuk mendapatkan suku cadangnya.
Kerugian:
 Sering terjadi slip
 Efisiensi berkurang karena slip
 Terjadi bunyi akibat gesekan
 Plat gesek aus apabila sering digunakan

1.6 Analisa Pemilihan Kopling


Ada beberapa yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan kopling yaitu:
a. Kopling harus ringan dan bentuknya sederhana.
b. Aman pada putaran tinggi dan terdapat sedikit kemungkinan gerakan
aksial pada poros apabila terjadi pemuaian karena panas.
c. Tidak ada sedikitpun bagian yang menonjol sehingga tidak menimbulkan
bahaya.
d. Dapat dipasang dan dilepas dengan mudah
Berdasarkan hal-hal tersebut maka kopling yang cocok untuk Paddy
Reaper AR-120 yaitu kopling tidak tetap, karena kopling ini dapat dilepaskan dan
dihubungkan bila diperlukan. Dari keempat jenis kopling tak tetap saya memilih
menggunakan kopling plat, karena kopling ini memiliki konstruksi yang
sederhana serta mudah dalam pemasangannya. Selain itu kopling ini juga dapat
meneruskan daya dan putaran dalam dua arah. Sehingga cocok digunakan untuk
mesin yang memiliki putaran yang tinggi serta daya yang besar seperti mesin

9
Paddy Reaper AR-120. Selanjutnya akan direncanakan kopling plat gesek yang
bekerja pada keadaan kering.

1.7 Prinsip Kerja Kopling


Pada saat kabel ditarik maka pegas matahari akan mendorong rumah
kopling sehingga plat tekan menekan pegas. Akibatnya terjadi regangan antara
plat gesek dan plat baja maka terjadi pemindahan daya dan putaran. Pada saat
tersebut belum terjadi kontak atau dengan kata lain bahwa putaran mesin pada
saat itu sama sekali tidak akan mempengaruhi beban.
Jika kabel clutch tersebut dilepaskan kembali, maka plat baja dan plat gesek
akan tersusun kembali seperti semula. Dengan demikian daya dan putaran dapat
diteruskan ke poros yang digerakkan.
Selain itu kopling juga mempunyai fungsi dan peranan lain yaitu pada saat
pemindahan gigi transmisi ke tingkat selanjutnya baik untuk maju maupun
mundur. Bila kabel clutch tidak ditarik maka pemindahan gigi akan sangat sukar
karena putaran poros masih berhubungan dengan beban yang digerakkan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 perencanaan bagian- bagian utama


1. perencanaan poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama–sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Adapun daya yang akan
diteruskan oleh Paddy Reaper AR-120 sebesar 6 HP dan putaran mesin sebesar
2600 rpm. Maka akan direncanakan suatu ukuran poros yang sesuai dengan daya
dan putaran tersebut. Ada beberapa perhitungan dalam perencanaan suatu poros
yaitu :
 Daya yang di transmisikan :
P = HP x 0, kw
= 77,175 kw
 Daya rencana ( Pd ) :

10
Pd = f c x P

(Sumber: K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 7)


Dimana :
P = Daya yang akan di transmisikan (kw)
fc = Faktor koreksi

Untuk faktor koreksi daya dipilih f c = 1,2 nilai ini diambil dari tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Faktor Koreksi Daya


Daya yang di transmisikan fc
Daya rata – rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5
Sumber: K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 7

Sehingga didapat :
Pd = 1,2 x 77,175 kw = 92,61 kw

 Momen puntir rencana ( T ) :


Pd
T = 9,74 x 105
n
(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 7)
Sehingga :
5,37
T = 9,74 x 105
2600
= 2011,68 Kg mm.
Untuk bahan poros diambil dari tabel 2.2 dan direncanakan menggunakan
bahan S 45 CD yaitu batang baja yang difinis dingin dengan kekuatan tarik  B =
60 kg / mm2.

Tabel 2.2 Baja Karbon Molibden


Standar dan Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik keterangan
macam
S 30 C Penormalan 48

11
Baja karbon S 35 C Penormalan 52
konstruksi S 40 C Penormalan 55
S 45 C Penormalan 58
mesin (JIS
S 50 C Penormalan 62
G4501) S 55 C Penormalan 66
Batang baja S 35 C-D - 53 Ditarik dingin,
yang difinis S 45 C-D - 60 digerinda, dan
S 55 C-D - 72
dingin dibubut
Sumber: Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 3

 Tegangan geser yang diizinkan


B
a =
Sf1  Sf 2
(Sumber: Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 8)
Dimana :
 B = Kekuatan tarik (kg / mm2)
Sf 1 = Faktor keamanan

Sf 2 = Faktor konsentrasi tegangan dan kekasaran permukaan

Nilai Sf 1 untuk bahan S-C adalah 6 sedangkan nilai Sf 2 berkisara antara


1,3 sampai 3,0 dan dipilih Sf 2 = 3
Sehingga :
60
a =
6 3

= 3,33 Kg/mm2.

 Diameter poros ( d s )
Untuk menghitung diameter poros perlu ditinjau faktor koreksi untuk
momen puntir ( K t ). Diperkirakan beban dikenakan dengan kejutan atau
tumbukan besar sehingga diambil K t = 1. Selain itu juga perlu ditinjau faktor
koreksi untuk beban lentur. Diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur
sehingga nilai C b = 1. Selanjutnya diameter poros dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
5,1
ds = [ . K t . C b . T ]1/3
a

12
Dimana :
 a = Tegangan geser yang diizinkan (kg / mm2)

K t = Faktor koreksi momen puntir

C b = Faktor koreksi beban lentur

T = Momen rencana (kg.mm)


Sehingga :
5,1
ds = [ x 1 x 1 x 2011,68 ]1/3
3,33

= 14,55 mm
Dari tabel 2.3 dapat diambil diameter poros standar d s = 16 mm.

Tabel 2.3 Diameter Poros


* *
4 10 22,4 40 100 224 400

24 ( 105 ) 24 0
11 25 42 110 250 420
260 440
* *
4,5 11,2 28 45 112 280 450
12 30 120 300 460
*
*
31,5 48 315 480
*
5 12,5 32 50 125 320 500
130 340 530

35 55
* *
5,6 14 *
35,5 56 140 355 560
( 15 ) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
( 17 ) 170
*
6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*
7,1 71
75
8 80
Sumber: Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 9

13
Untuk mengetahui apakah poros yang direncanakan sudah cukup aman
untuk digunakan, maka perlu diperhitungkan tegangan geser yang timbul (  )
dari poros. Dikatakan aman apabila tegangan geser lebih kecil daripada tegangan
geser izin (  a ).Tegangan geser ( ) dapat dihitung dengan persamaan Sebagai
berikut (Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 9) :
 = 5,1 T / d s 3
Dimana :
T = Momen rencana (kg mm)
d s = Diameter poros (mm)

Sehingga :
 = 5,1 x 2011,68 / 163
= 2,50 kg/mm2
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa  <  a ( 2,50 < 3,33 ) maka poros
sudah cukup aman.

2. Perencanaan Spline.
Spline atau sering juga disebut poros bintang adalah suatu poros yang
mempunyai rusuk – rusuk yang akan dihubungkan pada naf yang terdapat pada
plat gesek sehingga plat gesek akan berputar bersama poros bintang tanpa terjadi
slip pada keduanya.
D = 20 mm

d = 16 mm

L = 24 mm

Gambar 2.1. Spline


(Sumber: A.Valence, V.Levy,1951 Design of Machine Members, Halaman 170)

14
Dalam perencanaan spline ada beberapa perhitungan yang perlu dilakukan :

 Ukuran spline.
Tabel 2.4 Ukuran – Ukuran Spline
6 spline 4 spline 10 spline
Permanen fit d =0,90D d=0,85D d=0,91D
w=0,05D w=0,24D w=0,156D
h =0,05D h=0,073D h=0,045D
To slide when not under d=0,85D d=0,75D d=0,86D
load w=0,25D w=0,24D w=0,156D
h=0,073D h=0,125D h=0,07D
To slide when under load d=0,80D d=0,81D
w=0,25D w=0,156D
h=0,10D h=0,095D

Sumber: Ken’t, Mechanical Engineering Hand Book,1950

Direncanakan roda gigi spline 6 buah ( N = 6 ). Dari tabel 2.4 didapat :


d = 0,80 D
w = 0,25 D
h = 0,10 D
Diameter poros telah diperoleh pada perhitungan sebelumnya yaitu d s = 16 mm,
maka dengan substitusi didapat :
d s = 0,80 D

16 = 0,80 D
D = 20 mm
Selanjutnya harga lain dapat diperoleh dengan memasukkan harga D = 20 mm
w = 0,25 D
= 0,25 x 20

15
= 5 mm
h = 0,1 D
= 0.10 x 20
= 2 mm.

Untuk panjang spline ( L ) dapat dihitung dengan persamaan :


L = 1,2 D
(Sumber: A.Valence, V.Levy, Design of Machine Members, Halaman 174)
Maka :
L = 1,2 x 20 = 24 mm

 Gaya yang bekerja pada spline ( F ) :


F = 2T / D
(Sumber: A.Valence, V.Levy, Design of Machine Members, Halaman 175)
Dimana :
T = Momen puntir poros (kg mm)
D = Diameter spline (mm)

Sehingga :
2  2011,68
F =
20
= 201,17 Kg

 Tegangan geser yang terjadi pada spline (  ) :


F
 = Lw

(Sumber: A.Valence, V.Levy, Design of Machine Members, Halaman 175)


Dimana :
F = Gaya yang bekerja pada spline (kg)

16
L = Panjang spline (mm)
Sehingga :
201,17
 = 24  5

= 1,68 kg/mm2.

 Momen lentur yang bekerja pada spline ( M ) :


M = F x h /N
Dimana :
F = Gaya yang bekerja pada spline (kg)
N = Jumlah gigi spline
Maka :
201,17  2
M=
6
= 67,06 kg mm

 Momen tahanan lentur ( Z ) pada spline :


w  L2
Z =
N
(Sumber: Thimosenko, Strength of Material, Halaman 133 )

Maka :
5  ( 24) 2
Z =
6
= 480 mm2

 Tegangan lentur yang terjadi (  b ):


F h
b =
N Z

(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 59)


Sehingga :

17
201,17  2
= 6  480

= 0,14 kg /mm2.

 Tegangan geser maksimum (  maks ):


2
 maks =
 b  4 2
2
(Sumber: Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 59)
(0,14) 2  4 (1,68) 2
=
2
= 5,65 kg/mm2

Bahan spline dipilih jenis S 35 C dengan kekuatan tarik (  B ) = 52


kg/mm2. Faktor keamanan Sf 1 = 6 dan Sf 2 = 3 maka tegangan geser yang
diizinkan (  a) dapat diperoleh sebagai berikut :
B
 a =
Sf 1  Sf 2
52
= 6 3

= 2,89 kg/mm2.
Syarat aman bagi spline yaitu  <  a . Dari perhitungan diatas didapat
 = 1,68 kg/mm2 dan  a = 2,89 kg/mm2, sehingga konstruksi spline aman.

3. Perencanaan Naf
Biasanya semua ukuran pada spline sama dengan ukuran naf demikian
juga dengan tegangan geser. Bahan yang direncanakan untuk naf adalah S 30 C
yang mempunyai tegangan tarik (  B ) = 48 kg/mm2. Faktor keamanan diambil
Sf 1 = 6 dan Sf 2 = 3. Maka diperoleh tegangan geser yang diizinkan sebagai

berikut :

18
B
a=
Sf 1  Sf 2
48
= 6 3

= 2,67 kg/mm2.

Gaya yang bekerja pada naf sama dengan gaya yang bekerja pada spline,
yaitu F = 201,17 kg. Tegangan geser yang terjadi pada naf sama dengan
 = 1,68 kg/mm2. Agar konstruksi
tegangan geser yang terjadi pada spline yaitu
naf yang kita rencanakan aman maka harus memenuhi persyaratan  a >  . Dari
perhitungan didapat  a = 2,67 kg/mm2 dan  = 1,68 kg/mm2. Maka syarat
terpenuhi yaitu 2,67 > 1,68 jadi konstruksi naf cukup aman.

2.4 Perencanaan plat gesek


Plat gesek sering dikenal dengan kain clutch. Sangat besar peranannya di
mana lewat plat-plat ini daya diteruskan dari poros penggerak ke persnelling
dalam bentuk gesekan. Dalam perencanaan plat gesek ada beberapa perhitungan
yaitu :
o Gaya yang timbul antara roda gaya dan plat gesek.

F =
π
4
 D 22  D12 . Pa

(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 62)


Dimana :
D1 = Diameter dalam bidang gesek (mm)
D2 = Diameter luar bidang gesek (mm)
Pa = Tekanan permukaan (kg/mm2)
Bahan plat gesek direncanakan terdiri dari bahan besi cor dan perunggu.
Dari tabel 2.5, tekanan dan permukaan untuk besi cor dan perunggu dipilih Pa =
0,08 kg/mm2 dan  = 0,20.
Tabel 2. 5 Harga  dan Pa

Bahan permukaan kontak Pa (kg/mm2)
Kering Dilumasi

19
Besi cor dan besi cor 0,10-0,20 0,008-0,12 0,09-0,17
Besi cor dan perunggu 0,10-0,20 0,10-0,20 0,05-0,08
Besi cor dan asbes 0,35-0,65 - 0,007-0,07
Besi cor dan serat 0,05-0,10 0,05-0,10 0,005-0,03
Besi cor dan kayu - 0,10-0,35 0,02-0,03
Sumber: Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 9
D1 D1
Besarnya perbandingan > 0,5, di sini diambil = 0,7, maka
D2 D2

diperoleh :

F =
π
4
 D 22  D12 .Pa
2
=  / 4(1  0,7 2 ) D2  0,08

= 0,032 D2 2
o Jari rata-rata ( rm ) :
D1  D 2
rm =
4
(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 63)
Sehingga :
 0,7  1 D 2
=
4
= 0,425 D2
o Momen yang timbul akibat gaya tekan ( T ) :
T =  x F x rm
(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 62)
Dimana :
 = Koefisien gesek besi cor-perunggu (0,10 - 0,20) diambil 0,20.
F = Gaya tekan (kg)
rm = Jari rata-rata (mm)
Jadi diperoleh :
T = 0,20 x 0,032 D2 2 x 0,425 D2
= 2,72 x 10-3 D2 3
2011,68 = 2,72 x 10-3 D2 3

20
D2 = 90,4 mm
D2 = 90 mm

Maka :
F = 0,032 D2 2
= 0,032 (90)2
F = 259 kg
Dari D1 / D2 = 0,7 diperoleh
D1 = D2 x 0,7
= 90 x 0,7
D1 = 63 mm

o Lebar plat gesek :


1
b = ( D2 - D1 )
2
1
= (90 - 63)
2
= 13,5 mm

o Momen gesek yang timbul ( T ) :


T = 2,72 x 10-3 x D2 3
= 2,72 x 10-3 x (90)3
= 1982,88 kg mm

o Momen puntir pada poros ( T1 ) :


fc .P
T1 = 974
n1
1,2  4,476
= 974
2600
= 2,012 kg m

21
o Efek roda gaya ( GD 2) :
Untuk menentukan besarnya efek roda gaya terlebih dahulu ditentukan ukuran
diameter roda gaya. Oleh karena besarnya D2 ataupun diameter plat penekan
sebesar 90 mm maka diameter roda gaya direncanakan D = 180 mm. Tebal
rata-rata roda gaya t = 30 mm. Maka luas penampang ( A ) adalah :
A = ¼  d2
= ¼  (0,180)2
= 0,025 m2

o Volume rata-rata :
V = A x t
= 0,025 x 0,03
= 7,5 x 10-4 m3
Berat jenis baja (  ) : 7801 kg/m3

o Berat roda gaya ( G ) :


G =  xV
= 7801 x 7,5 x 10-4
= 5,85 kg

Maka efek roda gaya ( GD 2) diperoleh :


GD 2 = 5,85 x 0,182
= 0,19 kg m

o Momen percepatan ( Ta ) :

GD 2  n1
Ta =  T1
375  t e

(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 67)


Dimana :
GD 2 = Efek roda gaya (kg mm)
n1 = Kecepatan relatif (rpm)

22
te = Jumlah waktu penghubung (0,8 s)
T1 = T = 2,012 kg m

Maka didapat :
0,19  2600
Ta =  2,012
375  0,8

= 3,65 kg m

o Momen Gesek Dinamis


Oleh karena beban berat dikenakan dari permukaan, maka yang dipilih Td o
sebagai momen gesek dinamis dengan syarat sebagai berikut:
Td o > Ta x Sf 2

Dimana :
Sf 2 = faktor konsentrasi tegangan (1,3 sampai 3,0)

Sehingga :
Td o > 3,65 x 3

Td o > 10,96 kg m

o Jenis plat gesek :


Jenis plat gesek dapat kita lihat dengan memilih nomor plat geseknya. Dari
gambar 2.4 dapat dilihat bahwa Td o > 10,96 terhadap putaran relatif dari
kopling plat tunggal kering maka jenis plat gesek yang dipilih yaitu no. 20.

23
Gambar 2.3. Karakteristik momen puntir gesek dinamis
(Sumber : Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 69)

o Kerja penghubung :
2
GD 2  nr  Td 0
E =
7160  (Td 0  Ta )
Sehingga :
0,19  ( 2600) 2  20
E =
7160  (20  1,65)

= 294,07 kg m
= 294 kg m
Untuk nomor kopling 5, kerja perhubungan yang diperoleh diambil agak
lebih besar dari kerja perhubungan yang timbul. Jika kerja perhubungan yang
timbul = 294 kg m, maka kerja perhubungan yang diizinkan diambil 500 kg m (
E a = 500 kg m).

24
Gambar 2.4. Kerja perhubungan yang diperbolehkan
(Sumber : Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 71)

Berdasarkan gambar 2.4 dan harga E a , jumlah maksimun hubungan yang


dapat dilakukan tiap menit sebanyak 4 hubungan.
Syarat aman konstruksi plat gesek adalah E / E a < 1

Ternyata E / E a = 294 / 500


= 0,59
Berarti konstruksi kopling aman terhadap panas yang timbul akibat kerja
perhubungan.
o Waktu penghubung sesungguhnya ( t ae ) :

GD 2  n1
t ae =
375(Td 0  T1 )
(Sumber : Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 70)

Sehingga :

25
(0,19) 2  2600
t ae =
375 (20  2,012)

= 0,07 s
Waktu penghubung akan aman apabila t ae < t e . Dari hasil perhitungan didapat.
Jadi 0,07 < 0,8 oleh karena itu konstruksi aman.

BAB III

26
PERENCANAAN BAGIAN-BAGIAN PENDUKUNG

3.1 Perencanaan Pegas Matahari


Pegas matahari berfungsi untuk memberi tenaga ke plat penekan, yang
kemudian diteruskan ke plat gesek. Pegas matahari merupakan jenis pegas
penekan yang disebut juga BILLEVILLE SPRING. Besarnya gaya tekan yang
bekerja pada pegas matahari dalam penekanan ini dianggap sama dengan gaya
tekan pada plat gesek, yaitu 259 kg. Bahan pegas direncanakan dari bahan baja
karbon yang mempunyai kekuatan tarik  t = 200.000 kg/mm2.
Tabel 3.6. konstanta untuk baja pegas, untuk h / t = -  / t = 1,5
b b t
K
a Fc
1,25 -8,83 -22090
1,50 -6,29 -19430
1,75 -5,63 -19050
2,00 -5,44 -19350
2,00 -5,44 -20630
Sumber: M.F. Spotts,1978 Design of Mechanical Element, Halaman 222

b t b
Dari tabel 3.6 dapat diambil untuk = -19.430, K = -6,29 dan = 1,50.
Fc a

 Gaya tekan pegas matahari :


Fc ..........................................................................................=

 2 2
( D2  D1 ) Pa
4

Fc = (902 – 632) 0,08
4
= 259 kg
 Diameter dalam ( a ) dan diameter luar ( b ) :
b t
= -19.430
Fc
 19.430 571,09
b =
 200.000
= 2,32 inc x 25,4 mm
= 58,97 mm
Karena b / a = 1,50 maka :

27
a = b / 1,50
= 58,97 / 1,50
= 39,3 mm
a = 39 mm
 Tebal pegas matahari :

b 2 . t
t =
K .E

(Sumber: Timoshenko, Strenght of Material, Halaman 5)


58,97 2  ( 200.000)
t =
 6,29  3  10 6
= 6,07 mm
= 6 mm

 Defleksi pegas matahari :


 maks
= 1,5
t
 maks = 1,5 x t

= 1,5 x 6
= 9 mm

 Gaya tekan pegas pelepas kopling ( Fq ) :


Keseimbangan momen :
M = 0
Fq . L = Fc . k
Dimana :
L = b - ( a + k)
= 58,97 – (39,31 + 10)
= 9,67 mm
k = 10 (direncanakan)

Sehingga :

28
Fc .k
Fq =
L
259  10
= 9,67

= 268 kg

3.2 Perencanaan Pegas Peredam


Pegas peredam mempunyai fungsi sebagai peredam getaran yang terjadi
pada plat gesek saat dihubungkan.
Jumlah pegas yang digunakan direncanakan sebanyak 4 buah (N = 4).
Jarak sumbu poros ke pegas direncanakan ( r p ) = 30 mm dan tinggi pegas
direncanakan 45 mm.
 Gaya yang terjadi pada seluruh pegas ( F ) :
F = T / rp
(Sumber: A.Valence, V.Levy, Design of Machine Members, Halaman 197)
Dimana :
T = Momen puntir rencana (kg mm)
r p = Jarak sumbu poros ke pegas yang direncanakan (mm)

Sehingga :
2011,68
F =
30
= 67,06 kg
 Gaya yang dialami masing-masing pegas :
F1 = F /N
67,06
=
4
= 16,76 kg
 Tegangan geser yang terjadi :
K .8.C .F1
 
 .d 3
(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 315)
Dimana :
C = Indeks pegas (antara 4-10, dipilih, 10)

29
K = Faktor tegangan Wahl
4. c  1 0,615
= 4. c  4  c

4  10  1 0,615
= 4  10  4  10

= 1,144
F1 = Gaya yang dialami masing-masing pegas
d = Diameter kawat pegas

Bahan pegas direncanakan yaitu baja pegas SUP 7 (JIS 64801) dengan
kekuatan tarik (  B ) = 125 kg/mm2 dengan batas mulur (  y ) = 110 kg/mm2.

Tabel. 3.7 Bahan pegas (JIS 64801)


Perlakuan panas (C) Batas mulur
(Regangan Kekuatan
Kekerasan
Lambang permanen tarik
Celup dingin Temper (HB)
0,2%) (kg/mm2)
(kg/mm2)
SUP 4 450-500 90 115 352-415
SUP 6 480-530 110 125 363-429
830-860
SUP 7 490-540 110 125 363-429
Pendinginan
SUP 9 460-510 110 125 363-429
minyak
SUP 10 470-540 110 125 363-429
SUP 11 460-510 110 125 363-429
Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 340

 Tegangan geser yang diizinkan :


y
a 
6
Dimana :
y = Tegangan mulur maksimum (kg/mm 2 )
Sehingga :
110
a 
6
= 18,33 kg/mm2
Dalam perencanaan, harus lebih besar dari tegangan yang terjadi (  ) maka :
a > 

30
K .8.C.F1
18,33 >
 .d 2
K .8.C.F1
d2 >
 . a

K .8.C .F1
d >
 . a

1,144  8  10  16,76
d > 3,14  18,33

d > 5,16 mm
Berdasarkan tabel 3.8, diameter kawat pegas diambil 5,50 mm.
Tabel.3.8 Diameter standar kawat pegas
0,08 0,50 2,90  6,50
0,09 0,55 3,20  7,00
0,10 0,60 3,50  8,00
0,12 0,65 4,00  9,00
0,14 0,70 4,50  10,00
0,16 0,80 5,00
0,18 0,90 5,50
0,20 1,00 6,00
0,23 1,20
0,26 1,40
0,29 1,60
0,32 1,80
0,35 2,00
0,40 2,30
0,45 2,60
Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 316

 Tegangan geser yang terjadi :


K .8.C .F1
 
 .d 3
1,144  8 10  16,76
=   5,50 3

= 16,15 kg/mm2

Dari perhitungan di atas ternyata  a >  , maka 18,33 > 16,25 sehingga
konstruksi aman.

 Diameter lilitan rata-rata ( D ) :


D
 4
d

31
D =d.4
= 5,50 x 4
= 22 mm
 Defleksi pegas (  ) :
8 . n . D 3 . F1
 
d4. G
(Sumber : Sularso, K. Suga, Elemen Mesin, Halaman 318)
Dimana :
n = Jumlah lilitan aktif (> 3, direncanakan 5)
D = Diameter lilitan pegas (mm)
F = Gaya masing-masing pegas (kg)
G = Modulus geser bahan (8 x 103 kg/mm2)
d = Diameter pegas (mm)

Maka :
8  3,5  22 3  16,76
 
5,5 4  8.10 3

= 0,68 mm

 Tinggi pegas pada defleksi maximum :


Lb  Lo  
= 45  0,68
= 44,32 mm

4 Perencanaan Bantalan

32
Gambar. 3.1 Bantalan
Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 129

Bantalan adalah bagian mesin yang menimpa poros berputar, sehingga


putaran atau gerak bolak-baliknya umumnya dapat berlangsung secara halus,
aman dan panjang. Bantalan harus cukup kokoh untuk meyakinkan poros serta
bagian mesin lainnya bekerja dengan baik. Di sini bantalan digunakan untuk
pendorong pegas matahari. Perhitungan-perhitungan dalam perencanaan bantalan
yaitu :
 Beban ekivalen dinamis ( Po ) :
Po = X o Fr + Yo Fa

(Sumber: Sularso, K. Suga, Elemen Mesin, Halaman 136)


Dimana :
X o = Faktor aksial untuk baris tunggal = 0,6 (dari tabel 3.9)

Fr = Beban radial (kg)


Yo = Faktor radial untuk baris tunggal = 0,5 (dari tabel 3.9)
Fa = Fq = 268 kg

Maka :
Po = 0,6 x 0 + 0,5 x 268
= 134 kg

Tabel 3.9 Faktor-faktor V,X,Y, dan Xo, Yo


Beban Baris Baris Baris
Jenis Bantalan Baris ganda e
putar pada tunggal tunggal ganda

33
Beban
cincin
putar pada Fa/VFt>e Fa/VFt <e Fa/VFt>
dalam
cincin luar
V X Y X Y X Y X Y X Y
Fa.C = 0.014 2,3 2,3 0.1
= 0.028 0 0 9
= 0.056 1,9 1,9 0,2
Bantalan 0 0 2
Bola = 0.084 1,7 1,7 0,2
Alur = 0.11 1 1 6
1,5 1,5 0,2
Dalam = 0.17
5 5 8
= 0.28 0,5 1,4 0,5 1,4 0,3 0, 0,
= 0.42 1 1,2 1 0 0,6 0,5
6 5 6 5 0 6 5
= 0.56 1,3 1,3 0,3
1 1 4
1,1 1,1 0,3
5 5 8
1,0 1,0 0,4
4 4 2
1,0 1,0 0,4
0 0 4
Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 316

 Faktor kecepatan ( f n ) :
1/ 3
fn = 
33,3 
 n 

Dimana :
n = Putaran motor (2600 rpm)
Sehingga :
1/ 3
fn = 
33,3 
 2600 

= 0,23
 Faktor umum bantalan ( f h ) :
1/ 3
 L 
fh =  h 
 500 
Dimana :
Lh = Lama pemakaian (direncanakan 10.000 jam)
Sehingga :
1/ 3
fh = 
10.000 
 500 

= 2,71
 Kapasitas normal dinamis spesifik ( C ) :

34
f h  Po
C =
fn

(Sumber: Sularso, K. Suga, Elemen Mesin, Halaman 136)


2,71  134
= 0,23

= 1578,87 kg

Dari tabel 3.10 dapat dipilih bantalan gelinding jenis terbuka dengan
nomor bantalan 6206 dengan ukuran sebagai berikut :
 Diameter dalam ( d ) = 30 mm
 Diameter luar ( D ) = 62 mm
 Lebar bantalan ( B ) = 16 mm
 Jari-jari ( r ) = 1,5 mm
Tabel 3.10 Nomor bantalan bola

Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 143


3.3 Perencanaan Paku Keling

35
Paku keling dapat digolongkan kepada suatu material yang dapat mengikat
dua plat atau lebih secara tetap. Dalam perencanaan ini paku keling digunakan
untuk pengikat plat gesek dan pengikat pegas matahari.

3.4.1 Paku Keling Pengikat Plat Gesek


Dari hasil perhitungan di atas telah diperoleh bahwa diameter luar bidang
gesek ( D2 = 90 mm) dan diameter dalam bidang ( D1 = 63 mm).

 Jarak rata-rata ( rm ) :
D1  D2
rm =
4
maka :

63  90
=
4
= 38,25 mm
 Gaya gesek yang terjadi pada paku keling ( F ) :
Tdo
F =
rm

(Sumber: Sularso, K. Suga, Elemen Mesin, Halaman 159)


Dimana :
T = Momen Gesek Dinamis (kg mm)
Sehingga :
20.000
F = 38,25

= 522,87 Kg
Direncanakan jumlah paku keling N = 10 buah, maka gaya yang diterima
masing-masing paku keling ( Fk ) :
F
Fk =
N
522,87
=
10
= 52,29 kg
Bahan paku keling direncanakan dari bahan perunggu fosfor cor, yaitu PBC
2B dengan kekuatan tarik = 30 kg/mm2, dapat dilihat pada tabel 3.11.

36
Tabel 3.11 JIS H 5113. Perunggu fosfor cor.
Unsur Kimia (%) Kekuatan Kekerasan
Lambang Cetakan Tarik
Cu Sn P Kotoran (kg/mm 2 )
PBC 2A Pasir 87,0- 9,0- 0,05- 1,0 atau 20 60
91,0 12,0 0,20 kurang
PBC 2B Logam 87,0- 9,0- 0,15- 1,0 atau 30 80
91,0 12,0 0,50 kurang
PBC 2C Logam 84,0- 12,0- 0,10- 1,0 atau - 90
88,0 15,0 0,50 kurang
Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 337

 Tegangan yang diizinkan :


B
a 
Sf 1  Sf 2

(Sumber : Sularso, K. Suga, Elemen Mesin, Halaman 8)

Dimana :
B = Kekuatan tarik (30 kg/mm2)
Sf 1 = Faktor keamanan (direncanakan 6)
Sf 2 = Faktor konsentrasi tegangan (direncanakan 3)

Sehingga diperoleh :
30
a 
63

= 1,67 Kg/mm2

 Diameter paku keling ( d ) :


1/ 2
 4.Fk 
d>  
  . a 
Dimana :
Fk = Gaya yang bekerja (kg)
 a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)

Sehingga :
1/ 2
 4  52,29 
d>  
   1,67 

d > 6,32 mm (direncanakan 6,5 mm)

37
 Diameter kepala ( D p ) adalah :
Dp = 1,75 x d
Sehingga :
D p = 1,75 x 6,5

= 11,375 mm
 Tinggi paku keling ( h ) :
h = 0,5 . d
Sehingga :
h = 0,5 x 6,5
= 3,25 mm
 Tegangan geser :
4.Fk
 
 .6,5 2.
4  52,29

  6,5 2

= 1,57 Kg/mm2
Dari pernyataan  a   , maka : 1,67 > 1,58 (konstruksi aman).

3.4.2 Paku Keling Pengikat Pegas Matahari


Direncanakan jumlah paku keling untuk pengikat pegas matahari dengan
tutup kopling sebanyak N = 8 buah.

 Gaya yang dialami oleh paku keling ( Fk ) :


Fk = Fc + Fq

Dimana :
Fc = Gaya tekan plat gesek (kg)
Fq = Gaya tekan pegas pelepas kopling (kg)
Sehingga diperoleh :

38
Fk = 259 + 268
= 527 kg
 Tegangan yang diizinkan :
B
a 
Sf 1  Sf 2

Dimana :
B = Kekuatan tarik (30 kg/mm2)
Sf 1 = Faktor keamanan (direncanakan 6)
Sf 2 = Faktor konsentrasi tegangan (direncanakan 3)

Sehingga :
30
a 
63

= 1,67 Kg/mm2
 Gaya yang bekerja pada setiap paku keling :
Fk
Ft =
N
527
=
8
= 65,87 Kg

 Diameter paku keling ( d ) :


1/ 2
 4.Ft 
d>  
  . a 

Dimana :
Ft = Gaya yang bekerja (Kg)
 a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)

Sehingga :
1/ 2
 4  65,87 
d>    1,67 
 

d > 7,08 mm (direncanakan 7,5 mm)

 Tinggi kepala ( h ) :

39
h = 0,5 d
Sehingga :
h = 0,5 x 7,5
= 3,75 mm

 Diameter kepala ( D p ) adalah :


Dp = 1,75 x d
Sehingga :
D p = 1,75 x 7,5

= 13,125 mm

 Tegangan geser :
4.Ft
 
 .7,5 2.
4  65,87

  7,5 2

= 1,49 Kg/mm2
Dari pernyataan  a   , maka : 1,67 > 1,49 (konstruksi aman)

Perencanaan Baut
Baut merupakan suatu bagian elemen mesin yang berfungsi untuk
memasang bagian-bagian mesin secara pasti, mengikat dan menyambungnya.
Baut digolongkan sebagai pengikat tidak tetap karena dapat dibuka dan dipasang
apabila diperlukan. Untuk menentukan ukuran baut, berbagai faktor harus
diperhatikan, seperti sifat gaya yang bekerja, syarat kerja, kekuatan bahan dan
tingkat ketelitian. Adapun gaya-gaya yang bekerja pada baut adalah :
a. Beban statis aksial murni.
b. Beban statis aksial bersama dengan beban puntir.
c. Beban geser.

40
3.5.1 Pengikat Roda Gaya Dengan Poros Penggerak
Jumlah baut direncanakan N = 4 buah. Jarak ke sumbu poros yang
direncanakan rm = 40 mm.
 Gaya yang dialami baut :
T
F =
rm

Dimana :
T = Momen puntir pada poros (2011,68 kg mm)
rm = Jarak baut ke sumbu poros (mm)
Sehingga :
2011,68
F =
40
= 50,29 kg

 Gaya untuk masing-masing baut ( Fs ) :


F
Fs =
N
50,29
=
4
= 12,57 kg

Bahan baut direncanakan dari baja karbon cor (JIS G 5101) dengan lambang
SC 46. dari tabel 3.12 didapat kekuatan tarik  B  46 kg/mm2

Tabel 3.12 JIS G 5101 Baja Carbon Cor


Lambang Batas Mulur (Kg/mm2) Kekuatan Tarik (Kg/mm2) Keterangan
SC 37 18 37 Untuk bagian motor
SC 42 21 42 Untuk konstruksi umum
SC 46 23 46 Untuk konstruksi umum
SC 49 25 49 Untuk konstruksi umum
Sumber : Sularso, K. Suga, Elemen Mesin, Halaman 337

 Tegangan geser yang diizinkan :

41
B
a 
Sf 1  Sf 2

Dimana :
B = Kekuatan tarik (30 kg/mm2)
Sf 1 = Faktor keamanan (direncanakan 6)
Sf 2 = Faktor konsentrasi tegangan (direncanakan 3)

Sehingga :
46
a 
63

= 2,5 kg/mm 2

 Diameter inti baut ( d 1 ) :

2 . Fs
d1 >
a

Dimana :
Fs = Gaya pada setiap baut (kg)
 a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)

Sehingga :
2  12,57
d1 >
2,5

d 1 > 3,171 mm

Berdasarkan tabel 3.13, besarnya diameter inti baut d 1 = 3,307mm.


Tabel 3.13. Diameter inti baut

Ulirdalam

Ulir-ulir Diameter Diameter Diameter


Luar D Efektif dalam
Jumlah
ulir Jarak Tinggi
D2 D1
(tiap Bagi Kaitan
25,4 mm) p Ulir luar
n H1
1 2 Diameter Diameter Diameter
luar efektif inti
d d2 d1

42
64 0,3969 0,215 1,854 1,598 1,425
No. 2-56 UNC No.1-64 UNC 56 0,4536 0,246 2,184 1,890 1,694
No.3-48 UNC 48 0,5292 0,286 2,515 2,172 1,941

No. 4-40 UNC 40 0,6350 0,344 2,845 2,433 2,156


No. 5-40 UNC 40 0,6350 0,344 3,175 2,764 2,487
No. 6-32 UNC 32 0,7938 0,430 3,505 2,990 2,647

No. 8-32 UNC NO. 12-24 UNC 32 0,7938 0,430 4,166 3,650 3,307
No. 10-24 UNC 24 1,0383 0,573 4,286 4,138 3,680
24 1,0583 0,573 5,486 4,798 4,341

1/4 -20 UNC 20 1,2700 0,687 6,350 5,524 4,976


5/16 -18 UNC 18 1,4111 0,764 7,938 7,021 6,411
3/8 -16 UNC 16 1,5875 0,859 9,525 8,494 7,805

7/6 -20 UNC 14 1,8143 0,982 11,112 9,934 9,149


1/2 -13 UNC 13 1,9538 1,058 12,700 11,430 10,584
9/16 -12 UNC 12 2,1167 1,146 14,288 12,913 11,996

5/8 -11 UNC 11 2,3091 1,250 15,875 14,376 13,376


3/4 -10 UNC 10 2,5400 1,375 19,050 17,399 16,299
7/8 -9 UNC 9 2,8222 1,528 22,225 20,391 19,169

1-8 UNC 8 3,1750 1,719 25,400 23,338 21,963


1(1/8)-7 UNC 7 3,6286 1,964 28,575 26,218 24,648
1(1/4)-7 UNC 7 3,6286 1964 31,750 29,393 27,823

1(3/8)- 6 UNC 6 4,2333 2,291 34,925 32,174 30,343


1(3/8)-6 UNC 6 4,2333 2,291 38,100 35,349 33,518
1(3/4)-5 UNC 5 5,0800 2,750 44,450 41,151 38,951

2-4(1/2) UNC 4(1/2) 5,6444 3,055 50,800 47,135 41,689


2(1/4)-4(1/2) UNC 4(1/2) 5,6444 3,055 57,150 53,485 51,039
2(1/2)-4 UNC 4 6,3500 3,437 63,500 59,375 56,627

2(3/4)-4UNC 4 6,3500 3,437 69,850 65,725 62,977


3-4UNC 4 6,3500 3,437 76,200 72,075 69,327
3(1/4)-4 UNC 4 6,3500 3,437 82,550 78,425 75,627

3(1/2)-4UNC 4 6,3500 3,437 88,900 84,775 82,027


3(3/4)-4UNC 4 6,3500 3,437 95,250 91,125 88,377
4-4 UNC 4 6,3500 3,437 101,600 97,475 94,727

Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 291

 Tegangan geser yang terjadi (  ) :


4.Fs
 
 .d1
2

Dimana :
Fs = Gaya pada setiap baut (kg)
d 1 = Diameter inti baut (mm)

Sehingga :

43
4  12,57
 
 . 3,307 2

= 1,46 Kg/mm2
Syarat untuk konstruksi aman :  a >  , jadi : 2,5 > 1,46.
Maka normalisasi baut, yaitu No. 8-32 UNC.
3.5.2 Pengikat Roda Gaya Dengan Tutup Kopling
Direncanakan jumlah baut sebanyak 8 buah, jadi N = 8 dan mengalami
gaya tarik akibat tekanan dari pegas matahari ke plat penekan. Gaya ini berasal
dari gaya tekan yang dialami plat gesek ( F = 259 kg).
 Besar gaya tekan pada setiap baut :
F
F1 =
N
259
F1 =
8
= 32,375 kg

Bahan baut direncanakan baja karbon cor (JIS G 5101) dengan lambang
SC 46, sama dengan bahan untuk pengikat roda gaya dengan poros penggerak,
jadi  B = 46 kg/mm2. Besarnya tegangan geser yang terjadi  a = 2,5 kg/mm2
(perhitungan baut untuk pengikat roda gaya dengan poros penggerak).

 Diameter baut :
2 . F1
d1 >
a

Dimana :
F1 = Gaya pada setiap baut (kg)
 a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)

Sehingga :
2  32,375
d1 >
2,5

d 1 > 5,089 mm

Berdasarkan tabel 3.13 besarnya diameter inti baut ( d 1 = 6,411 mm).

44
 Tegangan geser yang terjadi :
4.F1
>
 .d1
2

Dimana :
F1 = Gaya pada setiap baut (kg)
d 1 = Diameter inti baut (mm)

Sehingga :
4  32,375
 
  6,411 2

= 1,003 Kg/mm2
Syarat untuk konstruksi aman :  a >  , jadi : 2,5 > 1,003 .
Maka normalisasi baut yaitu 5 / 16-18 UNC dengan d 1 = 6,411 mm.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

 Kesimpulan
Sistem transmisi dapat dibagi atas beberapa jenis antara lain, roda gigi,
sabuk dan rantai. Sistem transmisi yang sering digunakan untuk alat-alat pertanian
sekarang ini yaitu kopling dan roda gigi. Dalam perencanaan ini saya
merencanakan suatu kopling plat gesek untuk Paddy Reaper AR-120. Kopling
tersebut mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
 Konstruksinya sederhana
 Dapat meredam getaran karena komponen jenis ini dilengkapi dengan pegas
kejut.
 Meneruskan putaran dengan menggunakan plat gesek.

45
 Dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar atau diam.
 Kemungkinan gaya aksial pada poros terjadi pemuaian karena panas kecil
sekali.

 Saran
Saya berharap kopling plat gesek yang saya rancang pada mesin pertanian
yaitu Paddy Reaper AR-120 dengan daya 6 HP dan putaran 2600 rpm ini dapat
bermanfaat atau dapat digunakan di seluruh perusahaan-perusahaan yang ada di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Alex Valence dan Venton Levy Doughtije, 1951, Design of Machine Members. Mc
Gram –Hill Book company Inc, New York-Toronto-London.

Jock Stolk dan W.sugiarto H , Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Pradya
Paramitha, Jakarta 1986.

M.F. Spotts, 1978, Design of Machine Element, Drentice Hall Inc, Englewood
Cliffs, New Jersey.

Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradya Paramita : Jakarta, 1994.

Timoshenko, 1976, Strength of Material, Robert Kringer, Publishing Company


Huntition, New York.

46
LAMPIRAN

Dari hasil perhitungan-perhitungan sebelumnya diperoleh ukuran-ukuran


dimensi sebagai berikut :

1. Poros :
Bahan = S 45 C-D
Diameter d s = 16 mm

Momen puntir T = 2011,68 Kg mm


kekuatan tarik B = 60 kg/mm2

2. Spline :
Bahan spline = S 35 C
Jumlah spline N = 6 buah

47
Diameter luar spline D = 20 mm
Lebar spline w = 5 mm
Panjang spline L = 24 mm
Tinggi spline h = 2 mm
Gaya pada spline F = 201,17 kg

3. Plat Gesek :
Bahan = Besi cor dan perunggu
Jari-jari rata-rata rm = 38,25 mm
Lebar plat gesek b = 13,5 mm
Diameter luar D2 = 90 mm
Diameter dalam D1 = 63 mm
Momen puntir T = 2,012 kg m

4. Roda Gaya :
Diameter D = 180 mm
Tebal t = 30 mm
Efek roda gaya GD 2 = 0,19 kg m
Momen percepatan Ta = 3,65 kg m

5. Pegas Matahari :
Gaya tekan pegas matahari Fc = 259 kg

Kekuatan tarik  t = 200.000 kg/mm2


Diameter dalam a = 39 mm
Diameter luar b = 58,97 mm
Tebal pegas matahari t = 6 mm

6. Pegas Peredam :
Bahan = SUP 7 (JIS 64801)
Jumlah pegas N = 4 buah

48
Gaya pada pegas F = 67,06 kg
Kekuatan tarik B = 125 kg/mm2
Diameter kawat d = 5,50 mm
Diameter lilitan D = 22 mm
Defleksi pegas  = 0,68 mm
Tinggi pegas Lo = 44,32 mm

7. Bantalan :
Diameter dalam d = 30 mm
Diameter luar D = 62 mm
Lebar bantalan B = 16 mm
Jari-jari r = 1,5 mm

8. Paku keling pengikat plat gesek :


Bahan = PBC 2B (JIS H 5113)
Jumlah paku keling N = 10 buah
Gaya pada paku keling F = 522,87 kg
Kekuatan tarik B = 30 kg/mm2
Diameter paku keling d = 6,5 mm
Diameter kepala Dp = 11,375 mm
Tinggi kepala h = 3 mm

9. Paku keling pengikat pegas matahari :


Bahan = PBC 2B (JIS H 5113)
Jumlah paku keling N = 8 buah
Gaya pada paku keling Fk = 527 kg
Kekuatan tarik B = 30 kg/mm2
Diameter Paku Keling d = 7,5 mm
Diameter kepala Dp = 13,125 mm
Tinggi kepala h = 3,75 mm

49
10. Baut untuk pengikat roda gaya dengan poros penggerak :
Bahan = SC 46 (JIS G 5101)
Jumlah baut N = 4 buah
Gaya pada baut F = 50,29 kg
Diameter inti d1 = 3,307mm
Diameter efektif d 2 = 3,650 mm
Diameter luar d = 4,166 mm
Jarak bagi p = 0,7938 mm
Normalisasi, No. 8-32 UNC

11. Baut pengikat roda gaya dengan tutup kopling :


Bahan = SC 46 (JIS G 5101)
Jumlah baut N = 8 buah
Gaya pada baut F = 259 kg
Diameter inti d1 = 6,411 mm
Diameter efektif d 2 = 7,021 mm
Diameter luar d = 7,938 mm
Jarak bagi p = 1,411 mm
Normalisasi, 5/16-18 UNC

50
PADDY REAPER AR-120

51

Anda mungkin juga menyukai