Rancangan Hamdan I (Repaired)
Rancangan Hamdan I (Repaired)
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan perencangan mesin kopling paddy reaper ar-120 :
a.mengatahui macam-macam kopling
b.mengatahui sistem keuntungan dan kerugian pada jenis kopling
c.mengatahui diameter kopling dan poros
d.mengatahui daya perancangan kopling paddy reaper ar-120
1
Pada proses pembuatan mesin paddy reaper ar-120 di kusus kan pada
proses perancangan saja.Proses perancangan hanya meliputi pemilihan
kopling,matahari,poros,paku keling yang di pakai,perencangan pada sistem
tranmisi pada roda dan perencangan kopling
1.5 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai suatu penerapan teori yang diperoleh saat di bangku perkuliahan.
b. Mengembangankan,merancang,memodifikasi atau menciptakan karya yang
bermanfaat bagi masyarakat.
c. Membantu dalam penyelesain proyek akhir.
2. Bagi Dunia Industri
a. Dapat meningkatkan hasil produksi paddy reaper ar-120
b. Dapat mengefesienkan waktu dan proses pembuatan paddy reaper ar-120
3. Bagi Dunia Pendidikan
a. Dapat lebih mengenalkan lembaga pendidikan kepada masyarakat sebagai
salah satu mitra dalam pembangunan tepat guna.
b. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pembangunan aplikasi
keilmuan khususnya pada jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Teku
Umar.
A. Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu
garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.Kopling tetap selalu dalam
keadaan terhubung. Kopling tetap ada tiga jenis, yaitu :
2
juga dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi.
Kopling luwes terbagi atas :
a. Kopling flens luwes
b. Kopling karet ban
c. Kopling karet bintang
d. Kopling gigi
e. Kopling rantai
3
Gambar 1.3 Kopling Universal.
(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 30)
4. Kopling Cakar, yaitu kopling yang meneruskan momen dengan kontak positif
(tidak dengan perantaraan gesekan) sehingga tidak terjadi slip. Ada dua bentuk
kopling cakar, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral.
4
dalam keadaan kering, dan disebut basah apabila terendam atau dilumasi
dengan minyak.
5
Gambar 1.6 Kopling Plat
(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 64)
6
Gambar 1.8 Kopling Friwil
(Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 76)
3. Kopling Universal
Keuntungan :
Dapat meneruskan momen yang besar
Dapat digunakan untuk jarak poros yang agak besar
Dapat meneruskan daya dan putaran dengan suatu sumbu poros yang tidak
segaris
7
Kerugian :
Getaran kuat
Memerlukan pelumasan, sebab mudah terjadi aus
2. Kopling Kerucut
Keuntungan:
Konstruksinya sederhana
Dengan daya aksial yang kecil dapat meneruskan momen yang besar
Kerugian:
Daya yang diteruskan tidak seragam sehingga jarang di pakai
3. Kopling Friwil
Keuntungan:
Hubungan antara poros input dan system transmisi dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam
arah berlawanan dari poros yang digerakkan
Kerugian:
Hanya dapat meneruskan momen dalam satu putaran saja sehingga putaran
yang berlawanan akan dicegah atau tidak diteruskan
8
4. Kopling Plat
Keuntungan:
Konstruksinya sederhana
Dapat meredam getaran karena komponen jenis ini dilengkapi dengan
pegas kejut
Meneruskan putaran dengan menggunakan plat gesek
Dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar atau diam
Kemungkinan gaya aksial pada poros apabila terjadi pemuaian karena
panas
Mudah untuk mendapatkan suku cadangnya.
Kerugian:
Sering terjadi slip
Efisiensi berkurang karena slip
Terjadi bunyi akibat gesekan
Plat gesek aus apabila sering digunakan
9
Paddy Reaper AR-120. Selanjutnya akan direncanakan kopling plat gesek yang
bekerja pada keadaan kering.
10
Pd = f c x P
Untuk faktor koreksi daya dipilih f c = 1,2 nilai ini diambil dari tabel 2.1 :
Sehingga didapat :
Pd = 1,2 x 77,175 kw = 92,61 kw
11
Baja karbon S 35 C Penormalan 52
konstruksi S 40 C Penormalan 55
S 45 C Penormalan 58
mesin (JIS
S 50 C Penormalan 62
G4501) S 55 C Penormalan 66
Batang baja S 35 C-D - 53 Ditarik dingin,
yang difinis S 45 C-D - 60 digerinda, dan
S 55 C-D - 72
dingin dibubut
Sumber: Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 3
= 3,33 Kg/mm2.
Diameter poros ( d s )
Untuk menghitung diameter poros perlu ditinjau faktor koreksi untuk
momen puntir ( K t ). Diperkirakan beban dikenakan dengan kejutan atau
tumbukan besar sehingga diambil K t = 1. Selain itu juga perlu ditinjau faktor
koreksi untuk beban lentur. Diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur
sehingga nilai C b = 1. Selanjutnya diameter poros dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
5,1
ds = [ . K t . C b . T ]1/3
a
12
Dimana :
a = Tegangan geser yang diizinkan (kg / mm2)
= 14,55 mm
Dari tabel 2.3 dapat diambil diameter poros standar d s = 16 mm.
24 ( 105 ) 24 0
11 25 42 110 250 420
260 440
* *
4,5 11,2 28 45 112 280 450
12 30 120 300 460
*
*
31,5 48 315 480
*
5 12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
* *
5,6 14 *
35,5 56 140 355 560
( 15 ) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
( 17 ) 170
*
6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*
7,1 71
75
8 80
Sumber: Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 9
13
Untuk mengetahui apakah poros yang direncanakan sudah cukup aman
untuk digunakan, maka perlu diperhitungkan tegangan geser yang timbul ( )
dari poros. Dikatakan aman apabila tegangan geser lebih kecil daripada tegangan
geser izin ( a ).Tegangan geser ( ) dapat dihitung dengan persamaan Sebagai
berikut (Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 9) :
= 5,1 T / d s 3
Dimana :
T = Momen rencana (kg mm)
d s = Diameter poros (mm)
Sehingga :
= 5,1 x 2011,68 / 163
= 2,50 kg/mm2
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa < a ( 2,50 < 3,33 ) maka poros
sudah cukup aman.
2. Perencanaan Spline.
Spline atau sering juga disebut poros bintang adalah suatu poros yang
mempunyai rusuk – rusuk yang akan dihubungkan pada naf yang terdapat pada
plat gesek sehingga plat gesek akan berputar bersama poros bintang tanpa terjadi
slip pada keduanya.
D = 20 mm
d = 16 mm
L = 24 mm
14
Dalam perencanaan spline ada beberapa perhitungan yang perlu dilakukan :
Ukuran spline.
Tabel 2.4 Ukuran – Ukuran Spline
6 spline 4 spline 10 spline
Permanen fit d =0,90D d=0,85D d=0,91D
w=0,05D w=0,24D w=0,156D
h =0,05D h=0,073D h=0,045D
To slide when not under d=0,85D d=0,75D d=0,86D
load w=0,25D w=0,24D w=0,156D
h=0,073D h=0,125D h=0,07D
To slide when under load d=0,80D d=0,81D
w=0,25D w=0,156D
h=0,10D h=0,095D
16 = 0,80 D
D = 20 mm
Selanjutnya harga lain dapat diperoleh dengan memasukkan harga D = 20 mm
w = 0,25 D
= 0,25 x 20
15
= 5 mm
h = 0,1 D
= 0.10 x 20
= 2 mm.
Sehingga :
2 2011,68
F =
20
= 201,17 Kg
16
L = Panjang spline (mm)
Sehingga :
201,17
= 24 5
= 1,68 kg/mm2.
Maka :
5 ( 24) 2
Z =
6
= 480 mm2
17
201,17 2
= 6 480
= 0,14 kg /mm2.
= 2,89 kg/mm2.
Syarat aman bagi spline yaitu < a . Dari perhitungan diatas didapat
= 1,68 kg/mm2 dan a = 2,89 kg/mm2, sehingga konstruksi spline aman.
3. Perencanaan Naf
Biasanya semua ukuran pada spline sama dengan ukuran naf demikian
juga dengan tegangan geser. Bahan yang direncanakan untuk naf adalah S 30 C
yang mempunyai tegangan tarik ( B ) = 48 kg/mm2. Faktor keamanan diambil
Sf 1 = 6 dan Sf 2 = 3. Maka diperoleh tegangan geser yang diizinkan sebagai
berikut :
18
B
a=
Sf 1 Sf 2
48
= 6 3
= 2,67 kg/mm2.
Gaya yang bekerja pada naf sama dengan gaya yang bekerja pada spline,
yaitu F = 201,17 kg. Tegangan geser yang terjadi pada naf sama dengan
= 1,68 kg/mm2. Agar konstruksi
tegangan geser yang terjadi pada spline yaitu
naf yang kita rencanakan aman maka harus memenuhi persyaratan a > . Dari
perhitungan didapat a = 2,67 kg/mm2 dan = 1,68 kg/mm2. Maka syarat
terpenuhi yaitu 2,67 > 1,68 jadi konstruksi naf cukup aman.
F =
π
4
D 22 D12 . Pa
19
Besi cor dan besi cor 0,10-0,20 0,008-0,12 0,09-0,17
Besi cor dan perunggu 0,10-0,20 0,10-0,20 0,05-0,08
Besi cor dan asbes 0,35-0,65 - 0,007-0,07
Besi cor dan serat 0,05-0,10 0,05-0,10 0,005-0,03
Besi cor dan kayu - 0,10-0,35 0,02-0,03
Sumber: Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 9
D1 D1
Besarnya perbandingan > 0,5, di sini diambil = 0,7, maka
D2 D2
diperoleh :
F =
π
4
D 22 D12 .Pa
2
= / 4(1 0,7 2 ) D2 0,08
= 0,032 D2 2
o Jari rata-rata ( rm ) :
D1 D 2
rm =
4
(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 63)
Sehingga :
0,7 1 D 2
=
4
= 0,425 D2
o Momen yang timbul akibat gaya tekan ( T ) :
T = x F x rm
(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 62)
Dimana :
= Koefisien gesek besi cor-perunggu (0,10 - 0,20) diambil 0,20.
F = Gaya tekan (kg)
rm = Jari rata-rata (mm)
Jadi diperoleh :
T = 0,20 x 0,032 D2 2 x 0,425 D2
= 2,72 x 10-3 D2 3
2011,68 = 2,72 x 10-3 D2 3
20
D2 = 90,4 mm
D2 = 90 mm
Maka :
F = 0,032 D2 2
= 0,032 (90)2
F = 259 kg
Dari D1 / D2 = 0,7 diperoleh
D1 = D2 x 0,7
= 90 x 0,7
D1 = 63 mm
21
o Efek roda gaya ( GD 2) :
Untuk menentukan besarnya efek roda gaya terlebih dahulu ditentukan ukuran
diameter roda gaya. Oleh karena besarnya D2 ataupun diameter plat penekan
sebesar 90 mm maka diameter roda gaya direncanakan D = 180 mm. Tebal
rata-rata roda gaya t = 30 mm. Maka luas penampang ( A ) adalah :
A = ¼ d2
= ¼ (0,180)2
= 0,025 m2
o Volume rata-rata :
V = A x t
= 0,025 x 0,03
= 7,5 x 10-4 m3
Berat jenis baja ( ) : 7801 kg/m3
o Momen percepatan ( Ta ) :
GD 2 n1
Ta = T1
375 t e
22
te = Jumlah waktu penghubung (0,8 s)
T1 = T = 2,012 kg m
Maka didapat :
0,19 2600
Ta = 2,012
375 0,8
= 3,65 kg m
Dimana :
Sf 2 = faktor konsentrasi tegangan (1,3 sampai 3,0)
Sehingga :
Td o > 3,65 x 3
Td o > 10,96 kg m
23
Gambar 2.3. Karakteristik momen puntir gesek dinamis
(Sumber : Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 69)
o Kerja penghubung :
2
GD 2 nr Td 0
E =
7160 (Td 0 Ta )
Sehingga :
0,19 ( 2600) 2 20
E =
7160 (20 1,65)
= 294,07 kg m
= 294 kg m
Untuk nomor kopling 5, kerja perhubungan yang diperoleh diambil agak
lebih besar dari kerja perhubungan yang timbul. Jika kerja perhubungan yang
timbul = 294 kg m, maka kerja perhubungan yang diizinkan diambil 500 kg m (
E a = 500 kg m).
24
Gambar 2.4. Kerja perhubungan yang diperbolehkan
(Sumber : Sularso, K.Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 71)
GD 2 n1
t ae =
375(Td 0 T1 )
(Sumber : Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 70)
Sehingga :
25
(0,19) 2 2600
t ae =
375 (20 2,012)
= 0,07 s
Waktu penghubung akan aman apabila t ae < t e . Dari hasil perhitungan didapat.
Jadi 0,07 < 0,8 oleh karena itu konstruksi aman.
BAB III
26
PERENCANAAN BAGIAN-BAGIAN PENDUKUNG
b t b
Dari tabel 3.6 dapat diambil untuk = -19.430, K = -6,29 dan = 1,50.
Fc a
2 2
( D2 D1 ) Pa
4
Fc = (902 – 632) 0,08
4
= 259 kg
Diameter dalam ( a ) dan diameter luar ( b ) :
b t
= -19.430
Fc
19.430 571,09
b =
200.000
= 2,32 inc x 25,4 mm
= 58,97 mm
Karena b / a = 1,50 maka :
27
a = b / 1,50
= 58,97 / 1,50
= 39,3 mm
a = 39 mm
Tebal pegas matahari :
b 2 . t
t =
K .E
= 1,5 x 6
= 9 mm
Sehingga :
28
Fc .k
Fq =
L
259 10
= 9,67
= 268 kg
Sehingga :
2011,68
F =
30
= 67,06 kg
Gaya yang dialami masing-masing pegas :
F1 = F /N
67,06
=
4
= 16,76 kg
Tegangan geser yang terjadi :
K .8.C .F1
.d 3
(Sumber: Sularso, K.Suga, Elemen Mesin, Halaman 315)
Dimana :
C = Indeks pegas (antara 4-10, dipilih, 10)
29
K = Faktor tegangan Wahl
4. c 1 0,615
= 4. c 4 c
4 10 1 0,615
= 4 10 4 10
= 1,144
F1 = Gaya yang dialami masing-masing pegas
d = Diameter kawat pegas
Bahan pegas direncanakan yaitu baja pegas SUP 7 (JIS 64801) dengan
kekuatan tarik ( B ) = 125 kg/mm2 dengan batas mulur ( y ) = 110 kg/mm2.
30
K .8.C.F1
18,33 >
.d 2
K .8.C.F1
d2 >
. a
K .8.C .F1
d >
. a
1,144 8 10 16,76
d > 3,14 18,33
d > 5,16 mm
Berdasarkan tabel 3.8, diameter kawat pegas diambil 5,50 mm.
Tabel.3.8 Diameter standar kawat pegas
0,08 0,50 2,90 6,50
0,09 0,55 3,20 7,00
0,10 0,60 3,50 8,00
0,12 0,65 4,00 9,00
0,14 0,70 4,50 10,00
0,16 0,80 5,00
0,18 0,90 5,50
0,20 1,00 6,00
0,23 1,20
0,26 1,40
0,29 1,60
0,32 1,80
0,35 2,00
0,40 2,30
0,45 2,60
Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 316
= 16,15 kg/mm2
Dari perhitungan di atas ternyata a > , maka 18,33 > 16,25 sehingga
konstruksi aman.
31
D =d.4
= 5,50 x 4
= 22 mm
Defleksi pegas ( ) :
8 . n . D 3 . F1
d4. G
(Sumber : Sularso, K. Suga, Elemen Mesin, Halaman 318)
Dimana :
n = Jumlah lilitan aktif (> 3, direncanakan 5)
D = Diameter lilitan pegas (mm)
F = Gaya masing-masing pegas (kg)
G = Modulus geser bahan (8 x 103 kg/mm2)
d = Diameter pegas (mm)
Maka :
8 3,5 22 3 16,76
5,5 4 8.10 3
= 0,68 mm
4 Perencanaan Bantalan
32
Gambar. 3.1 Bantalan
Sumber: Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 129
Maka :
Po = 0,6 x 0 + 0,5 x 268
= 134 kg
33
Beban
cincin
putar pada Fa/VFt>e Fa/VFt <e Fa/VFt>
dalam
cincin luar
V X Y X Y X Y X Y X Y
Fa.C = 0.014 2,3 2,3 0.1
= 0.028 0 0 9
= 0.056 1,9 1,9 0,2
Bantalan 0 0 2
Bola = 0.084 1,7 1,7 0,2
Alur = 0.11 1 1 6
1,5 1,5 0,2
Dalam = 0.17
5 5 8
= 0.28 0,5 1,4 0,5 1,4 0,3 0, 0,
= 0.42 1 1,2 1 0 0,6 0,5
6 5 6 5 0 6 5
= 0.56 1,3 1,3 0,3
1 1 4
1,1 1,1 0,3
5 5 8
1,0 1,0 0,4
4 4 2
1,0 1,0 0,4
0 0 4
Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 316
Faktor kecepatan ( f n ) :
1/ 3
fn =
33,3
n
Dimana :
n = Putaran motor (2600 rpm)
Sehingga :
1/ 3
fn =
33,3
2600
= 0,23
Faktor umum bantalan ( f h ) :
1/ 3
L
fh = h
500
Dimana :
Lh = Lama pemakaian (direncanakan 10.000 jam)
Sehingga :
1/ 3
fh =
10.000
500
= 2,71
Kapasitas normal dinamis spesifik ( C ) :
34
f h Po
C =
fn
= 1578,87 kg
Dari tabel 3.10 dapat dipilih bantalan gelinding jenis terbuka dengan
nomor bantalan 6206 dengan ukuran sebagai berikut :
Diameter dalam ( d ) = 30 mm
Diameter luar ( D ) = 62 mm
Lebar bantalan ( B ) = 16 mm
Jari-jari ( r ) = 1,5 mm
Tabel 3.10 Nomor bantalan bola
35
Paku keling dapat digolongkan kepada suatu material yang dapat mengikat
dua plat atau lebih secara tetap. Dalam perencanaan ini paku keling digunakan
untuk pengikat plat gesek dan pengikat pegas matahari.
Jarak rata-rata ( rm ) :
D1 D2
rm =
4
maka :
63 90
=
4
= 38,25 mm
Gaya gesek yang terjadi pada paku keling ( F ) :
Tdo
F =
rm
= 522,87 Kg
Direncanakan jumlah paku keling N = 10 buah, maka gaya yang diterima
masing-masing paku keling ( Fk ) :
F
Fk =
N
522,87
=
10
= 52,29 kg
Bahan paku keling direncanakan dari bahan perunggu fosfor cor, yaitu PBC
2B dengan kekuatan tarik = 30 kg/mm2, dapat dilihat pada tabel 3.11.
36
Tabel 3.11 JIS H 5113. Perunggu fosfor cor.
Unsur Kimia (%) Kekuatan Kekerasan
Lambang Cetakan Tarik
Cu Sn P Kotoran (kg/mm 2 )
PBC 2A Pasir 87,0- 9,0- 0,05- 1,0 atau 20 60
91,0 12,0 0,20 kurang
PBC 2B Logam 87,0- 9,0- 0,15- 1,0 atau 30 80
91,0 12,0 0,50 kurang
PBC 2C Logam 84,0- 12,0- 0,10- 1,0 atau - 90
88,0 15,0 0,50 kurang
Sumber : Sularso, K. Suga,1994 Elemen Mesin, Halaman 337
Dimana :
B = Kekuatan tarik (30 kg/mm2)
Sf 1 = Faktor keamanan (direncanakan 6)
Sf 2 = Faktor konsentrasi tegangan (direncanakan 3)
Sehingga diperoleh :
30
a
63
= 1,67 Kg/mm2
Sehingga :
1/ 2
4 52,29
d>
1,67
37
Diameter kepala ( D p ) adalah :
Dp = 1,75 x d
Sehingga :
D p = 1,75 x 6,5
= 11,375 mm
Tinggi paku keling ( h ) :
h = 0,5 . d
Sehingga :
h = 0,5 x 6,5
= 3,25 mm
Tegangan geser :
4.Fk
.6,5 2.
4 52,29
6,5 2
= 1,57 Kg/mm2
Dari pernyataan a , maka : 1,67 > 1,58 (konstruksi aman).
Dimana :
Fc = Gaya tekan plat gesek (kg)
Fq = Gaya tekan pegas pelepas kopling (kg)
Sehingga diperoleh :
38
Fk = 259 + 268
= 527 kg
Tegangan yang diizinkan :
B
a
Sf 1 Sf 2
Dimana :
B = Kekuatan tarik (30 kg/mm2)
Sf 1 = Faktor keamanan (direncanakan 6)
Sf 2 = Faktor konsentrasi tegangan (direncanakan 3)
Sehingga :
30
a
63
= 1,67 Kg/mm2
Gaya yang bekerja pada setiap paku keling :
Fk
Ft =
N
527
=
8
= 65,87 Kg
Dimana :
Ft = Gaya yang bekerja (Kg)
a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)
Sehingga :
1/ 2
4 65,87
d> 1,67
Tinggi kepala ( h ) :
39
h = 0,5 d
Sehingga :
h = 0,5 x 7,5
= 3,75 mm
= 13,125 mm
Tegangan geser :
4.Ft
.7,5 2.
4 65,87
7,5 2
= 1,49 Kg/mm2
Dari pernyataan a , maka : 1,67 > 1,49 (konstruksi aman)
Perencanaan Baut
Baut merupakan suatu bagian elemen mesin yang berfungsi untuk
memasang bagian-bagian mesin secara pasti, mengikat dan menyambungnya.
Baut digolongkan sebagai pengikat tidak tetap karena dapat dibuka dan dipasang
apabila diperlukan. Untuk menentukan ukuran baut, berbagai faktor harus
diperhatikan, seperti sifat gaya yang bekerja, syarat kerja, kekuatan bahan dan
tingkat ketelitian. Adapun gaya-gaya yang bekerja pada baut adalah :
a. Beban statis aksial murni.
b. Beban statis aksial bersama dengan beban puntir.
c. Beban geser.
40
3.5.1 Pengikat Roda Gaya Dengan Poros Penggerak
Jumlah baut direncanakan N = 4 buah. Jarak ke sumbu poros yang
direncanakan rm = 40 mm.
Gaya yang dialami baut :
T
F =
rm
Dimana :
T = Momen puntir pada poros (2011,68 kg mm)
rm = Jarak baut ke sumbu poros (mm)
Sehingga :
2011,68
F =
40
= 50,29 kg
Bahan baut direncanakan dari baja karbon cor (JIS G 5101) dengan lambang
SC 46. dari tabel 3.12 didapat kekuatan tarik B 46 kg/mm2
41
B
a
Sf 1 Sf 2
Dimana :
B = Kekuatan tarik (30 kg/mm2)
Sf 1 = Faktor keamanan (direncanakan 6)
Sf 2 = Faktor konsentrasi tegangan (direncanakan 3)
Sehingga :
46
a
63
= 2,5 kg/mm 2
2 . Fs
d1 >
a
Dimana :
Fs = Gaya pada setiap baut (kg)
a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)
Sehingga :
2 12,57
d1 >
2,5
d 1 > 3,171 mm
Ulirdalam
42
64 0,3969 0,215 1,854 1,598 1,425
No. 2-56 UNC No.1-64 UNC 56 0,4536 0,246 2,184 1,890 1,694
No.3-48 UNC 48 0,5292 0,286 2,515 2,172 1,941
No. 8-32 UNC NO. 12-24 UNC 32 0,7938 0,430 4,166 3,650 3,307
No. 10-24 UNC 24 1,0383 0,573 4,286 4,138 3,680
24 1,0583 0,573 5,486 4,798 4,341
Dimana :
Fs = Gaya pada setiap baut (kg)
d 1 = Diameter inti baut (mm)
Sehingga :
43
4 12,57
. 3,307 2
= 1,46 Kg/mm2
Syarat untuk konstruksi aman : a > , jadi : 2,5 > 1,46.
Maka normalisasi baut, yaitu No. 8-32 UNC.
3.5.2 Pengikat Roda Gaya Dengan Tutup Kopling
Direncanakan jumlah baut sebanyak 8 buah, jadi N = 8 dan mengalami
gaya tarik akibat tekanan dari pegas matahari ke plat penekan. Gaya ini berasal
dari gaya tekan yang dialami plat gesek ( F = 259 kg).
Besar gaya tekan pada setiap baut :
F
F1 =
N
259
F1 =
8
= 32,375 kg
Bahan baut direncanakan baja karbon cor (JIS G 5101) dengan lambang
SC 46, sama dengan bahan untuk pengikat roda gaya dengan poros penggerak,
jadi B = 46 kg/mm2. Besarnya tegangan geser yang terjadi a = 2,5 kg/mm2
(perhitungan baut untuk pengikat roda gaya dengan poros penggerak).
Diameter baut :
2 . F1
d1 >
a
Dimana :
F1 = Gaya pada setiap baut (kg)
a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)
Sehingga :
2 32,375
d1 >
2,5
d 1 > 5,089 mm
44
Tegangan geser yang terjadi :
4.F1
>
.d1
2
Dimana :
F1 = Gaya pada setiap baut (kg)
d 1 = Diameter inti baut (mm)
Sehingga :
4 32,375
6,411 2
= 1,003 Kg/mm2
Syarat untuk konstruksi aman : a > , jadi : 2,5 > 1,003 .
Maka normalisasi baut yaitu 5 / 16-18 UNC dengan d 1 = 6,411 mm.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sistem transmisi dapat dibagi atas beberapa jenis antara lain, roda gigi,
sabuk dan rantai. Sistem transmisi yang sering digunakan untuk alat-alat pertanian
sekarang ini yaitu kopling dan roda gigi. Dalam perencanaan ini saya
merencanakan suatu kopling plat gesek untuk Paddy Reaper AR-120. Kopling
tersebut mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
Konstruksinya sederhana
Dapat meredam getaran karena komponen jenis ini dilengkapi dengan pegas
kejut.
Meneruskan putaran dengan menggunakan plat gesek.
45
Dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar atau diam.
Kemungkinan gaya aksial pada poros terjadi pemuaian karena panas kecil
sekali.
Saran
Saya berharap kopling plat gesek yang saya rancang pada mesin pertanian
yaitu Paddy Reaper AR-120 dengan daya 6 HP dan putaran 2600 rpm ini dapat
bermanfaat atau dapat digunakan di seluruh perusahaan-perusahaan yang ada di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Valence dan Venton Levy Doughtije, 1951, Design of Machine Members. Mc
Gram –Hill Book company Inc, New York-Toronto-London.
Jock Stolk dan W.sugiarto H , Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Pradya
Paramitha, Jakarta 1986.
M.F. Spotts, 1978, Design of Machine Element, Drentice Hall Inc, Englewood
Cliffs, New Jersey.
Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradya Paramita : Jakarta, 1994.
46
LAMPIRAN
1. Poros :
Bahan = S 45 C-D
Diameter d s = 16 mm
2. Spline :
Bahan spline = S 35 C
Jumlah spline N = 6 buah
47
Diameter luar spline D = 20 mm
Lebar spline w = 5 mm
Panjang spline L = 24 mm
Tinggi spline h = 2 mm
Gaya pada spline F = 201,17 kg
3. Plat Gesek :
Bahan = Besi cor dan perunggu
Jari-jari rata-rata rm = 38,25 mm
Lebar plat gesek b = 13,5 mm
Diameter luar D2 = 90 mm
Diameter dalam D1 = 63 mm
Momen puntir T = 2,012 kg m
4. Roda Gaya :
Diameter D = 180 mm
Tebal t = 30 mm
Efek roda gaya GD 2 = 0,19 kg m
Momen percepatan Ta = 3,65 kg m
5. Pegas Matahari :
Gaya tekan pegas matahari Fc = 259 kg
6. Pegas Peredam :
Bahan = SUP 7 (JIS 64801)
Jumlah pegas N = 4 buah
48
Gaya pada pegas F = 67,06 kg
Kekuatan tarik B = 125 kg/mm2
Diameter kawat d = 5,50 mm
Diameter lilitan D = 22 mm
Defleksi pegas = 0,68 mm
Tinggi pegas Lo = 44,32 mm
7. Bantalan :
Diameter dalam d = 30 mm
Diameter luar D = 62 mm
Lebar bantalan B = 16 mm
Jari-jari r = 1,5 mm
49
10. Baut untuk pengikat roda gaya dengan poros penggerak :
Bahan = SC 46 (JIS G 5101)
Jumlah baut N = 4 buah
Gaya pada baut F = 50,29 kg
Diameter inti d1 = 3,307mm
Diameter efektif d 2 = 3,650 mm
Diameter luar d = 4,166 mm
Jarak bagi p = 0,7938 mm
Normalisasi, No. 8-32 UNC
50
PADDY REAPER AR-120
51