Tugas Mata Kuliah Agama Islam MASYARAKAT
Tugas Mata Kuliah Agama Islam MASYARAKAT
MASYARAKAT MADANI
DISUSUN
Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
‘Masyarakat Madani’ ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
presentasi mata kuliah Agama Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal ini maupun sistematika dan
teknik penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan
bagi pembaca. Aamiin.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia pada era reformasi ini diarahkan untuk menuju masyarakat
madani, masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan
agama. Untuk itu kehidupan manusia Indonesia akan mengalami perubahan tentu akan
berbeda dengan kehidupan masyarakat pada era orde baru.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak menyepelekan
antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk akhiratnya
dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang dalam
mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat
Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya
menunggu waktu saja.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian masyarakat madani?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan masyarakat madani?
3. Bagaimana karakteristik masyarakat madani?
4. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat
madani?
3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
Untuk memahami pengertian konsep masyarakat madani.
Untuk memahami sejarah dan perkembangan masyarakat madani.
Untuk memahami karakteristik masyarakat madani.
Untuk memahami peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat
madani.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masyarakat Madani
ْط ِيبَةْ َو َرب ِْ َان َعنْ يَ ِمينْ َو ِش َمالْ ْۖ ُكلُوا ِمنْ ِرز
َ ْق َربِ ُكمْ َواش ُك ُروا لَ ْهُ ْۖ بَلدَة َ لَقَدْ كَانَْ ِل
ِْ سبَإْ فِي َمس َكنِ ِهمْ آيَةْ ْۖ َج َّنت
َْغفُور
5
2.2 Karakteristik Masyarakat Madani
2. Demokrasi
Demokrasi adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society
yang murni (genuine). Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak mungkin
terwujud. Secara umum, demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang
bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan untuk warga Negara.
3. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan
pendapat. Lebih dari sikap menghargai pandangan berbeda orang lain, toleransi,
mengacu pandangan Nurcholis Madjid, adalah persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan
6
yang menyenangkan antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil
itu harus dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari pelaksanaan ajaran yanng
benar. Dalam perspektif ini, toleransi bukan sekedar tuntutan sosial masyarakat
majemuk belaka, tetapi sudah menjadi bagian penting dari pelaksanaan ajaran
moral agama.
Senada dengan Madjid, Azra menyatakan bahwa dalam kerangka
menciptakan kehidupan yang berkualitas dan berkeadaban (tamaddun/ civility),
masyarakat madani menghajatkan sikap-sikap toleransi, yakni kesediaan
individu-individu untuk menerima beragam perbedaan pandangan politik di
kalangan warga bangsa.
4. Pluralisme
Kemajemukan atau pluralisme merupakan prasyarat lain bagi civil society.
Pluralisme tidak hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan menerima
kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus
untuk menerima kenyataan perbedaan sebagai sesuatu yang alamiah dan rahmat
Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
Kemajemukan dalam pandangan Madjid erat kaitannya dengan sikap
penuh pengertian (toleran) kepada orang lain, yang nyata-nyata diperlukan
dalam masyarakat yang majemuk. Secara teologis, tegas Madjid, kemajemukan
sosial merupakan dekrit Allah untuk umat manusia.
5. Keadilan
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang
proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan. Dengan pengertian lain, keadilan sosial adalah
hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan
oleh kelompok atau golongan tertentu.
7
2.3 PERAN UMAT ISLAM DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI
Antara lain dari sudut ini pulalah, kita dapat mengaitkan antara islam
dengan masyarakat madani. Ungkapan apresiatif atau yang bersifat menghargai
ini berasal dari kalangan ilmuan nonmuslim atau barat, yang mengatakan bahwa
ada kesesuaian antara islam dan konsep masyarakat madani, bahkan kenyataan
itu pernah ada dalam kehidupan nyata masyarakat islam, barang kali orang akan
menilai bahwa ini merupakan suatu penilaian yang objektif. Sosiolog terkemuka
dar Amerika Serikat, Robert N. Bellah misalnya mengatakan, bahwa
sesungguhnya bangunan politik yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Ketika berada di Madinah, adalah bersifat sangat modern. Memang bukan
organisasi atau lembaga di luar negara yang berkembang pada waktu itu, tetapi
dimensi-dimensi lain yang ada dalam bangunan konsep masyarakat madani. Hal
itu tercermin dengan jelas dalam mitsaq Al-madinah (perjanjian madinah), yang
oleh para ilmuwan politik, dianggap sebagai konstitusi pertama sebagai negara.
Dalam hal ini, sejumlah persyaratan pokok tumbuhnya kehidupan masyarakat
madani yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad adalah prinsip kesamaan,
keadilan, dan partisipasi. Dalam konstitusi itu disebutkan, bahwa pluralitas suku
yang diikatkan dalam suatu kesepakatan, bersama, dan dianggap sebagai umat.
Tentu, umat disini bukan dalam arti agama tetapi warga negara. Karenanya,
dengan enak bani aus yahudi itu juga disebut dengan umat Madinah. Adanya
aturan-aturan yang tegas ini, yang dituangkan secara tertulis dalam perjanjian
8
madinah, yang mengakui diterapkannya prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan
musyawarah merupakan ciri-ciri awal terbentuknya kehidupan politik modern,
yang antara lain ditandai dengan munculnya semangat masyarakat madani.
Disitu, yang ingin dikembangankan adalah nilai-nilai kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sebanding dengan kehidupan politik demokratis meskipun masih
dalam bentuk dan strukturnya yang sederhana.
9
ْب ُْ اّللِ ْۖ َولَوْ آ َمنَْ أَه
ِ ل ال ِكت َا َّْ َِر َوتُؤ ِمنُونَْ ب
ِْ ن ال ُْمنك
ِْ وف َوتَن َهونَْ َع
ِْ اس ت َأ ُم ُرونَْ بِال َمع ُر ْ ِ َُّكنتُمْ خَي َْر أ ُ َّمةْ أُخ ِر َجتْ ِللن
َْلَكَانَْ خَي ًرا لَ ُهمْ ْۖ ِمن ُه ُْم ال ُمؤ ِمنُونَْ َوأَكث َ ُر ُه ُْم الفَا ِسقُون
Artinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.”
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat
Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah
ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas
SDMnya dibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang
dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil.
Posisi Umat Islam SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan
kualitas yang unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang
politik, ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam lebih
dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum mampu
memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini
bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh
nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.
10