Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan
perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah
menciptakan kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas. Kantor Perburuhan Internasional
(ILO) pada tahun 2005 memperkirakan bahwa diseluruh dunia setiap tahun 2.2
juta orang meninggal karena kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat
kerja. Dan kematian-kematian akibat kerja nampaknya meningkat. Selain itu,
diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan-kecelakaan akibat
kerja yang tidak fatal (setiap kecelakaan paling sedikit mengakibatkan paling
sedikit tiga hari absen dari pekerjaan) dan 160 juta penyakit-penyakit baru akibat
kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan pemerintah,
pengusaha, pekerja dan keluarganya diseluruh dunia. Sementara beberapa industri
bersifat lebih berbahaya dari industri yang lain, kelompok pekerja migran dan
pekerja berpenghasilan kecil yang lain lebih banyak dihadapkan pada risiko
mengalami kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dan kesehatan yang kurang baik,
karena kemiskinan seringkali memaksa mereka untuk menerima pekerjaan yang
tidak aman. Berbagai pendekatan sering dilakukan dalam menghadapi risiko
dalam organisasi atau perusahaan seperti mengabaikan risiko sama sekali, karena
dianggap merupakan hal yang diluar kendali manajemen. Pendapat tersebut,
merupakan cara pendekatan yang tidak tepat, karena tidak semua risiko berada
diluar jangkauan kendali organisasi / perusahaan. Menghindari semua kegiatan
atau proses produksi yang memiliki risiko. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak
mungkin dilaksanakan, karena semua aktivitas ditempat kerja sampai tingkat

3
tertentu selalu mengandung risiko. Menerapkan Manajemen Risiko, dalam
pengertian umum, risiko tinggi yang dihadapi sebenarnnya merupakan suatu
tantangan yang perlu diatasi dan melalui suatu pemikiran positif diharapkan akan
memberikan nilai tambah atau imbalan hasil yang tinggi pula. Aspek ekonomi,
sosial dan legal merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan penerapan
manajemen risiko. Dampak finansial akibat peristiwa kecelakaan kerja, gangguan
kesehatan atau sakit akibat kerja, kerusakan atau kerugian aset, biaya premi
asuransi, moral kerja dan sebagainya, sangat mempengaruhi produktivitas.
Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian penerapan peraturan perundang
undangan yang tercermin pada segi kemanusiaan, kesejahteraan dan kepercayaan
masyarakat memerlukan penyelenggaraan manajemen risiko yang dilaksanakan
melalui partisipasi pihak terkait. Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja
mempunyai tujuan: meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit,
meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana
kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian
akibat kegagalan produksi yang disebabkan kecelakaan dan sakit, serta
pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu prinsip dan konsep keselamatan pasien ?
2. Apa pengaruh faktor lingkungan dan manusia pada keselamatan pasien?
3. Bagaimana cara untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan
menggunakan metode peningkatan kualitas?
4. Apa itu Evidence Based Partice peningkatan keselamatan pasien?
5. Apakah budaya dalam lingkup kerja perawat dalam peningkatan keselamatan
pasien?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami prinsip dan konsep keselamatan pasien
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan dan manusia pada keselamatan
pasien
3. Untuk mengetahui cara untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan
menggunakan metode peningkatan kualitas
4. Untuk mengetahui Evidence Based Partice peningkatan keselamatan pasien
5. Untuk mengetahui budaya dalam lingkup kerja perawat dalam peningkatan
keselamatan pasien
6. Untuk mengetahui penyebab terjadinya adverse events terkait prosedur invasif

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dan Konsep Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah

sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi

pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan dengan

resiko pasien, laporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,

tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Kemenkes

RI, 2011)

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan

untuk mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan

pengobatan melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi dan

pengelolaan faktor risiko, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar

dan tindak lanjut dari incident serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya risiko. Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).

6
1. Standar Patient Safety

Menurut PERMENKES Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus ada beberapa standar yang wajib

dimiliki oleh Rumah Sakit dalam menjalankan program keselamatan

pasien.

Standar I. Ketentuan tentang hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya

KTD. Adapun kriteria dari standar ini adalah :

a. Harus terdapat dokter penanggung jawab pelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana

pelayanan kesehatan.

c. Dokter yang menjadi penanggung jawab pelayanan wajib memberikan

penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya

tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk

pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga.

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung pasien dalam asuhan kesehatan pasien. Adapun

kriteria dari standar tersebut antara lain. Keselamatan pasien dalam

pemberian pelayanan dapat di tingkatkan dengan keterlibatan pasien yang

7
merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di rumah sakit harus

ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan

pendidikan tersebut di harapkan pasien dan keluarga dapat :

a. Memberi informasi yang tepat, benar, jelas, lengkap dan jujur.

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan kesehatan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. Rumah

sakit menjamin kesinambungan pelayanan kesehatan dan menjamin

koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria:

a. Adanya koordinasi yang baik dari pelayanan kesehatan secara

menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis,

perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat

pasien keluar dari rumah sakit.

b. Adanya koordinasi pelayanan kesehatan yang di sesuaikan dengan

kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara

8
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transaksi

antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

c. Adanya koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan

komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan

keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan

kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

d. Adanya komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman

dan efektif.

B. Pengaruh Factor Lingkup Dan Manusia Pada Keselamatan Pasien

1. Pada Lingkungan

Lingkungan fisik rumah sakit yaitu ukuran rumah sakit dan status

akreditasi sakit juga merupakan faktor yang mempengaruhi penerapan

budaya pasien. Rumah sakit kecil mencetak frekuensi pelaporan insiden

keselamatan pasien lebih tinggi dibanding RS besar, serta memiliki

persepsi tinggi mengenai keselamatan pasien. Rumah sakit besar biasanya

selalu menghadapi tantangan yang datang terutama untuk mengerjakan

pekerjaan yang lebih berkualitas, akibat birokrasi yang ada. (Jardali et al,

2011).

2. Pada Manusia

9
Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan

bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan

efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan

meminimalkan kesalahan. Kegagalan menerapkan prinsip Human factor

merupakan aspek kunci kejadian paling buruk dalam perawatan kesehatan.

Karena itu, semua petugas kesehatan harus memiliki pemahaman

dasar tentang prinsip-prinsip faktor manusia. Petugas kesehatan yang tidak

mengerti dasar-dasar faktor manusia diibaratkan seperti petugas

pengendalian infeksi tapi tidak mengetahui tentang mikrobiologi.

C. Cara Untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien Dengan Menggunakan

Metode Peningkatan Kualitas

Mewajibkan setiap Rumah Sakit membentuk Tim Keselamatan

Pasien Rumah Sakit (TKPRS)

Tugas TPKRS adalah :

1. Mengembangkan program keselamatan pasien Rumah Sakit sesuai

dengan kekhususan Rumah Sakit tersebut

2. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan

pasien Rumah Sakit

3. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,

pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan

(implementasi) program keselamatan pasien Rumah Sakit

10
4. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan Rumah Sakit

untuk melakukan pelatihan internal keselamatan pasien Rumah Sakit

5. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa

insiden serta mengembangkan solusi untuk pembelajaran

6. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada Kepala Rumah Sakit

dalam rangka pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit

7. Membuat laporan kegiatan kepada Kepala Rumah Sakit.

D. Evidence Based Practice Untuk Peningkatan Keselamatan Pasien

Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan

membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu

memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat

keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan

perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011). Sedangkan menurut

(Bostwick, 2013) evidence based practice adalah starategi untuk memperolah

pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang positif

sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik. Beberapa komponen dari

EBP dan dijadikan alat yang akan menerjemahkan bukti kedalam praktek dan

berintegrasi dengan bukti internal untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

11
Bukti eksternal berasal dari
penelitian, bukti berdasarkan
teori, opini pemimpin, dan
diskusi ahli

Membuat
Bukti internal dapat berupa klinis
keahlian klinis yang didapatkan berdasarkan
dari manajemen hasil dan evidence
peningkatan kualitas, based
pengkajian pasien dan evaluasi,
dan penggunaan sumber yang
tersedia

Pilihan pasien dan nilai

Gambar 2.1 Komponen EBP (Grove et al., 2012)

E. Budaya Dalam Lingkup Kerja Perawat Dalam Peningkatan Keselamatan

Pasien

Budaya keselamatan pasien adalah persepsi yang dibagikan diantara

anggota organisasi ditujukan untuk melindungi pasien dari kesalahan tata

laksana maupun cidera akibat intervensi.

1. Berkurangnya perawat yang merasa tertekan, bersalah, malu karena

kesalahan yang telahdiperbuat

2. Berkurangnya turn over pasien, karena pasien akan mengalami

perpanjangan hari perawatan dan pengobatan yang diberikan lebih dari

pengobatan yang harusnya diterima pasien.

12
3. Mengurangi biaya yang diakibatkan oleh kesalahan dan

penambahan terapi.

4. Mengurangi sumber daya yang dibutuhkan dalam menangani keluhan

pasien.

F. Penyebab Terjadinya Adverse Events Terkait Prosedur Invasive

Adverse Event atau kejadian tidak diharapkan (KTD), merupakan suatu

kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien

karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang

harusnya diambil (omission) dan bukan karena “Underlying disease” atau

kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti

kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang

sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak

bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi. Sedangkan pada tahap

pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi,

metode penggunaan obat dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan

asuhan yang tidak layak.

13
G. Risiko & Hazard Dalam Implementasi Asuhan Keperawatan

1. Perawat tidak kompeten dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan

2. Perawat beresiko terhadap tindakan yang di lakukan tidak menggunakan

standar oprasional prosedur

3. Perawat gagal dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan

4. Tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana tindakan

5. Perawat tidak mampu mengumpulkan data- data pasien , dan pasien

berisiko terlalu lama dirumah sakit.

6. Risiko pasien terlalu lama dirumah sakit pasien tertular berbagai macam

penyakit yang ada dalam ruangan maupun ruangan luar .

7. Tidak ada peningkatan pada hasil evaluasi asuhan keperawatan

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya
preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali
hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari
dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah


melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan
pekerja yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan
khusus. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat
dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan
karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja
harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh
masyarakat.

15

Anda mungkin juga menyukai